Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TERAPI BERMAIN

DI SUSUN OLEH:

INDAH FIRDAYANTI

7115611405

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum...........................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus.........................................................................2
1.3 Manfaat...........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
2.1 Pengertian.......................................................................................4
2.2 Fungsi Bermain...............................................................................4
2.3 Tujuan Bermain...............................................................................5
2.4 Prinsip - Prinsip Bermain................................................................6
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Bermain.............................................7
2.6 Alat Permainan Edukatif.................................................................8
2.7 Klasifikasi Bermain.........................................................................8
BAB 3 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)....................................12
3.1 Tujuan...........................................................................................12
3.1.1 Tujuan Instruksional Umum...................................................12
3.1.2 Tujuan Instruksional Khusus..................................................12
3.2 Sasaran.........................................................................................13
3.3 Media............................................................................................13
3.4 Setting Tempat..............................................................................13
3.5 Pengorganisasian.........................................................................13
3.6 Job Description.............................................................................14
3.7 Pelaksanaan.................................................................................14
3.8 Evaluasi........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktifitas anak yang meningkat namun kondisi daya tahan tubuh


lemah menjadikan anak rentang terserang penyakit, sehingga anak perlu
menjalani hospitalisasi. Hospitalisasi ini merupakan salah satu penyebab
kecemasan. Kecemasan pada anak merupakan hal yang harus segera
diatasi karena sangat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
(Supartini, 2012).
Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan masalah utama pada
anak. Anak akan mengalami perasaan tertekan apabila mengalami
hospitalisasi. Reaksi anak dalam mengatasi hal tersebut dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan usia, pengalaman pernah dirawat di rumah sakit,
proses penyakit dan dirawat, sistem dukungan yang tersedia serta
keterampilan koping dalam menghadapi stress terutama pada anak usia
prasekolah (Kyle & Carman, 2014). Respon anak prasekolah terhadap
penyakit dan hospitalisasi dapat menyebabkan mereka memandang
bahwa kedua hal tesebut adalah suatu hukuman dan menyebabkan anak
takut dengan tindakan invasif (Adriana, 2013).
Berdasarkan survei World Health Organiation (WHO) pada tahun
2008, hampir 80% anak mengalami perawatan dirumah sakit. Sedangkan
di Indonesia berdasarkan survei kesehatan ibu dan anak tahun 2010
didapatkan hasil bahwa dari 1.425 anak mengalami dampak hospitalisasi
(Wicaksane, 2014). Berdasarkan survei WHO (2013), 80% anak
mendapat perawatan di rumah sakit, dan sekitar 5% anak di Amerika
Serikat mengalami hospitalisasi setiap tahunnya. Berdasarkan survei
ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2014 jumlah anak prasekolah di
Indonesia yang mengalami hospitalisasi sebesar 20,72%.
Salah satu intervensi untk mengurangi stres hospitalisasi yang dapat
dilakukan adalah terapi bermain. Permainan akan membuat anak terlepas
dari ketegangan dan stres yang dialami. Selain itu dengan melakukan
permainan anak dapat mengalihkan rasa sakit melalui kesenanganya
melakukan permainan (Supartini, 2012).
Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan
hasil akhir (Azis, 2010). Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak-
anak untuk mempraktekkan keterampilan mereka, mengekspresikan apa
yang mereka pikirkan dan rasakan, membuat mereka menjadi kreatif dan
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Azis, 2010).
Bermain di rumah sakit banyak manfaatnya, antara lain dapat
memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi sehingga
menghilangkan ketakutan dan ketegangan, membantu anak merasa lebih
aman dilingkungan asing atau baru baginya, membantu mengurangi stres
akibat perpisahan dan perasaan rindu rumah, mengurangi stres akibat
tindakan keperawatan yang dilakukan dan sebagai alat ekspresi ide-ide
dan minat (Wong, 2009).. Permainan yang cocok diterapkan untuk anak
salah satunya adalah permainan yang akan menstimulus gerakan jari-jari
anak dan tangan anak. Contoh terapi bermain yang dapat dilakukan di
rumah sakit yaitu mewarnai gambar. Mewarnai gambar merupakan salah
satu permainan edukatif yang aman untuk anak dan dapat
mengembangkan dan melatih kemampuan kognitif, visual dan auditori
anak serta dapat mengurangi tingkat kecemasan pada anak usia pra
sekolah akibat hospitalisasi (Wowiling, 2014). .

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktivitas dan kreativitas serta kesabaran melalui
permainan mewarnai gambar.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melatih koordinasi mata dan tangan
2. Melatih kemampuan kognitif, visual dan auditori pada anak.
3. Melatih koordinasi motorik halus
4. Melatih perkembangan personal sosial
5. Meningkatkan hubungan perawat dengan klien anak yang sedang
menjalani masa hospitalisasi
6. Mengurangi tingkat kecemasan pada anak saat menjalani
hospitalisasi

1.3 Manfaat

1. Bagi Anak
Sebagai sarana atau metode yang dapat memacu anak untuk
menemukan ide-ide, kreativitas, seta membantu perkembangan
kognitif dan memberi kontribusi pada perkembangan intelektual atau
kecerdasan berpikir dengan menentukan jalan menuju berbagai
pengalaman yang tentu saja memperkaya cara berpikirnya serta
menurunkan atau meminimalkan stres anak saat hospitalisasi
2. Bagi Orang Tua
Sebagai masukan bagi orang tua dan tenaga pengajar agar
menggunakan terapi bermain sebagai salah satu metode dalam usaha
mengembangkan aktivitas dan kreativitas serta kesabarannya melalui
terapi bermain mewarnai..
3. Bagi Perawat
Sebagai masukan agar menggunakan terapi bermain sebagai salah
satu metode dalam usaha mengembangkan aktivitas dan kreativitas
melalui terapi bermain mewarnai.
4. Bagi Mahasiswa
Sebagai informasi untuk mengembangkan
pemberian terapi modalitas bermain dengan sebagai salah satu
metode dalam usaha mengembangkan aktivitas dan kreativitas
melalui terapo bermain mewarnai

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.4 Pengertian

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional


dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara (Wong, 2009).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya
sendiri dan memperoleh kesenangan. Bermain adalah cara alamiah bagi
anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya.
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan
aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang
paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk
kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 2005).

1.5 Fungsi Bermain

1. Perkembangan Sensori
a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
b. Meningkatkan perkembangan semua indra
c. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d. Memberikan pelampiasan kelebihan energi
1. Perkembangan yang intelektual
a. Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk
pembelajaran
b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna
c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep
abstrak
d. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan
berbahasa
e. Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya
mengasimilasinya kedalam persepsi dan hubungan baru
f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan
membedakan antara fantasi dan realita
2. Perkembangan sosialisasi dan moral
a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks
b. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
c. Mengembangkan keterampilan sosial
d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap
orang lain
e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral
3. Kreativitas
a. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi
c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
4. Kesadaran diri
a. Memudahkan perkembangan identitas diri
b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian
sendiri)
d. Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan
kemampuan orang lain
e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku
sendiri dapat mempengaruhi orang lain
5. Nilai Teraupetik
a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak
dapat diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan
dengan cara yang aman
d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal
tentang kebutuhan, rasa takut, dan keinginan

1.6 Tujuan Bermain

1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit. Pada


saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan
berbagai perasaan yang tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya
untuk mencipakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di
RS.

1.7 Prinsip - Prinsip Bermain

Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan agar aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
1. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan
nutrisi yang memadai.Asupan atau intake yang kurang dapat
menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas
bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif.
Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun
karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak.Orang tua hendaknya memperhatikan hal
ini sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan
benar dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di
halaman, bahkan di ruang tidur.Diperlukan suatu ruangan atau tempat
khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut
sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan
permainannya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-
temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir
adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang
pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang
tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan
yang diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak
cenderung menjadi kurang hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya,
saudara, atau orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak
bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya
sendiri.Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan
mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan
kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh
anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak
dan membantu anak dalam memahami perbedaan.
1.8 Faktor yang Mempengaruhi Bermain

1. Tahap perkembangan anak


Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus
mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat  untuk setiap
tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus
mengetahui kondisi anak pada saat sakit dan jeli memilihkan
permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain
pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit.
3. Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak
membedakan  jenis kelamin laki-laki atau perempuan namun ada
pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat
mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya
tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan
hal ini dipelajari melalui media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak
mempunyai cukup ruang untuk bermain.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat
permainan harus aman bagi anak.

1.9 Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat


mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan
tingkat perkembangannya.
Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :
1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar, contohnya sepeda roda
tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
2. Motorik halus, contohnya gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Kecerdasan/ kognitif, contohnya buku gambar, buku cerita, puzzle,
boneka, pensil, warna
4. Bahasa, contohnya buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio,
tape, TV
5. Menolong diri sendiri, contohnya gelas/ piring plastic, sendok, baju,
sepatu, kaos kaki, dll.
6. Tingkah laku sosial, contohnya alat permainan yang dapat dipakai
bersama missal congklak, kotak pasir, bola, tali, dll.

1.10 Klasifikasi Bermain

1. Menurut isi permainan


a. Sosial affective play, Inti permainan ini adalah hubungan
interpersonal yang menyenangkan antara anak  dengan orang lain
(contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
b. Sense of pleasure play, Permainan ini sifatnya memberikan
kesenangan pada anak (contoh: main air dan pasir).
c. Skiil play, Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan
pada anak, khususnya motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda,
memindahkan benda).
d. Dramatik Role play, Pada permainan ini, anak memainkan peran
sebagai orang lain melalui permainanny. (misal: dokter dan
perawat).
e. Games, Permainan yang menggunakan  alat tertentu yang
menggunakan perhitungan / skor (Contoh : ular tangga, congklak).
f. Un occupied behaviour, Anak tidak memainkan alat permainan
tertentu, tapi situasi atau objek  yang ada disekelilingnya, yang
digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-
bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
2. Menurut karakter sosial
a. Onlooker play, Anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif untuk  ikut berpartisifasi dalam
permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
b. Solitary play, Anak tampak berada dalam kelompok permainan,
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya
dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
temannya dan tidak ada kerja sama.
c. Parallel play, Anak menggunakan  alat permaianan yang sama,
tetapi antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu
sama lain sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada
sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia toddler.
d. Associative play, Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara
satu anak  dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada
pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (Contoh: bermain
boneka, masak-masak).
e. Cooperative play, Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih
jelas pada permainan jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin
(Contoh: main sepak bola).
3. Menurut usia
a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play)
- Visual       : dapat melihat dengan jarak dekat
- Audio       : berbicara dengan bayi
- Taktil        : memeluk, menggendong
- Kinetik      : naik kereta, jalan-jalan
b. Umur 2-3 bln
- Visual       : memberi objek terang, membawa bayi keruang
yang berbeda
- Audio       : berbicara dengan bayi,memyanyi
- Taktil        : membelai waktu mandi, menyisir rambut
c. Umur 4-6 bln
- Visual       : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton
TV
- Audio       : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya,
memeras kertas
- Kinetik      : bantu bayi tengkurap, mendirikan  bayi pada paha
ortunya
- Taktil        : memberikan bayi bermain air
d. Umur 7-9 bln
- Visual       : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca
serta berbicara sendiri
- Audio       : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang
diucapkan seperti mama, papa
- Taktil        : membiarkan main pada air mengalir
- Kinetik      : latih berdiri, merangkap, latih meloncat
e. Umur 10-12 bln
- Visual       : memperlihatkan gambar terang dalam buku
- Audio       : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan
tubuh dan menyebutnya
- Taktil    : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat,
membiarkan anak merasakan angin
- Kinetik      : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau
didorong, seperti sepeda atau kereta
f. Umur 2-3 tahun
- Paralel play dan sollatary play. Anak bermain secara spontan,
bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering merusak
mainan). Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku
bergambar
g. Preschool 3-5 thn
- Associative play , dramatik play dan skill play. Sudah dapat bermain
kelompok. Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-
macam ukuran
h. Usia sekolah
- Cooperative play
- Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
- Dapat belajar dengan aturan kelompok
- Laki-laki : Mechanical
- Perempuan : Mother Role
i. Mainan untuk Usia Sekolah :
- 6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk
melukis, mencatat, sepeda
- 8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam,
pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda
j. Masa remaja
- Anak lebih dekat dengan kelompok
- Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama
BAB 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Sasaran : Anak usia 3-5 tahun yang dirawat diruang


bajiminasa
Hari/Tanggal : jumat/23-12-2022
Tempat : Ruang baji minasa
Waktu : Pukul 09.30-10.00 WITA
Pelaksana : Mahasiswa NERS FAMIKA MAKASSAR
Jenis Permainan : Mewarnai gambar

1.11 Tujuan

1.11.1 Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapat terapi bermain selama 30-60 menit, anak
diharapkan bisa merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak
takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama
dirawat di rumah sakit.

1.11.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan:
1. Anak merasa tenang selama dirawat
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan
perawat
3. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
5. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
7. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi anak
tentang suatu permainan
8. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
9. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti
dirumah sebagai alat komunikasi antara perawat-klien

1.12 Sasaran

Peserta dalam terapi bermain ini adalah:


1. Anak usia 3-5 tahun yang dirawat diruang Hemato Bona 2 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
2. Anak bersedia mengikuti permainan ( tidak rewel)
3. Tidak dalam kondisi badan panas atau kejang

1.13 Media

1. Kertas bergambar
2. Pensil warna
3. Krayon
4. Papan alas

1.14 Setting Tempat

Peserta terapi bermain duduk berhadapan dengan tim pemberi terapi

Keterangan :
: Peserta

: Fasilitator
: Leader
: Observer

1.15 Pengorganisasian

1. Pembimbing akademik : Eka Mishabahatul, S.Kep.Ns.M.Kep


2. Pembimbing klinik : Suliatiawati Ningsih, S.Kep.Ns
3. Leader : Rini Sartika , S.Kep
4. Fasilitator : Tuhfa E. I, S.Kep & Crispina S,S.Kep
Awaludin S, S.Kep & Maria, S.Kep
5. Observer : Titah Khalimatus Sa’diyah, S.Kep

1.16 Job Description

No
Nama Sie Job Description
.
1. Leader 1. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan
interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan
suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
2. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota
yang terlalu lemah atau mendominasi
3. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan
kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi
motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
2. Fasilitator 1. Mempertahankan kehadiran peserta
2. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi
peserta
3. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap
kelompok baik dari luar maupun dari dalam
kelompok
No
Nama Sie Job Description
.
3. Observer 1. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi
bermain
2. Memperhatikan tingkah laku peserta selama
kegiatan
3. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya
kegiatan terapi bermain
4. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam
memberikan terapi

1.17 Pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5 Menit Pembukaan:
1. Co leader Mengucapkan 1. Menjawab salam
salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan kontrak 4. Mendengarkan
waktu dan saling
4. Memperkenalkan anak berkenalan
satu persatu dan anak 5. Mendengarkan
saling berkenalan dengan
temannya
5. Mempersilahkan leader
memimpin terapi bermain
2. 20 Menit Pelaksanaan (kegiatan
bermain) : 1. Mendengarkan
1. Leader menjelaskan cara 2. Menjawab
permainan pertanyaan
2. Menbagikan permainan 3. Menerima
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
3. Leader dan Fasilitator permainan
memotivasi anak 4. Bermain
4. Observer mengobservasi 5. Bermain
anak 6. Mengungkapkan
5. Menanyakan perasaan perasaan
anak
3. 5 Menit Terminasi:
1 Leader Menghentikan 1. Selesai bermain
permainan 2. Mengungkapkan
2 Menanyakan perasaan perasaan
anak 3. Mendengarkan
3 Menyampaikan hasil 4. Senang
permainan 5. Mengungkapkan
4 Memberikan hadiah pada perasaan
anak yang cepat 6. Mendengarkan
menyelesaikan gambarnya 7. Menjawab salam
dan bagus
5 Membagikan
souvenir/kenang-kenangan
pada semua anak yang
bermain
6 Menanyakan perasaan
anak
7 Leader menutup acara
8 Mengucapkan salam

1.18 Evaluasi

1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat dilakukan 1 hari sebelum acara
dilaksanakan
b. Pembuatan proposal terapi bermain
c. Penentuan tempat yang akan digunakan dalam penyuluhan
d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan dilaksanakan
e. Alat-alat yang digunakan lengkap
f. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Kriteria proses
a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya

3. Kriteria hasil
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan
gambar dapat tersusun dengan baik dan benar
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan
aktifitas bermain
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak.


Jakarta: Salemba Medika
Azis A. 2010. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Kyle, Terri., & Carman, Susan. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri
Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Pratiwi, Yusnita. 2012. Pengaruh terapi bermain terhadap respon
kecemasan anak usia pra sekolah di ruang perawatan anak RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.FIK UIN Makassar
Saputro, Heri. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit.
Ponorogo : FORIKES
Supartini Yupi. 2012.Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong. D.L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Vol. 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Wowiling. 2014. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat
Hospitalisasi Di Ruangan Irina E Blu Rsup. Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal Keperawatan Unsrat Vol 2, No 2 (2014). Manado :
Universitas Sam Ratulangi.
DAFTAR HADIR PESERTA
TERAPI BERMAIN MEWARNAI
PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI RUANG BOBO
RSUD Dr. SOETOMO - SURABAYA
PELAKASANAAN DAN KEGIATAN

1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan untuk pelakasanaan terapi bermain
mewarnai gambar adalah menyiapkan materi, aturan permainan dan
peralatan yang dibutuhkan dalam permainan. Persiapan dilakukan
selama tiga hari sebelum pelaksanaan dan kontrak waktu dengan
pasien juga sehari sebelum pelaksanaan terapi bermain.
2. Pelaksanaan
Terapi bermain dilaksanakan di ruang Bobo II pada hari Selasa, 2
Oktober 2018 pukul 09.30-10.00 WIB dan selesai melebihi waktu yang
telah ditentukan yaitu pukul 10.30 WIB dikarenakan anak-anak peserta
permainan masih sangat antusias melanjutkan permainan meskipun
waktu terapi bermain sudah habis. Sasaran terapi bermain mewarnai
gambar ini adalah anak usia 3-5 tahun yang dirawat diruang Hemato
Bona 2.
3. Hambatan
Hambatan dalam pelaksanaan terapi bermain yaitu sebagian pasien
masih istirahat, sehingga beberapa orang ada yang terlambat mengikuti
acara.
4. Dukungan
Perawat ruangan serta pembimbing klinik maupun akademik
mempercayakan sepunuhnya kepada mahasiswa bagaimana
mekanisme terapi bermain yang sudah direncanakan sebelumnya
dengan memberikan masukan-masukan mengenai topik permainan
yang cocok dengan pasien di ruangan.
EVALUASI TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA 3 - 5 TAHUN
DI RUANG BOBO RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

No Nama Sie Job Description Ya Tidak


1. Leader 1. Katalisator, yaitu √
mempermudah komunikasi dan
interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan
suasana yang memungkinkan
klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
2. Auxilery Ego, sebagai
penopang bagi anggota yang
terlalu lemah atau mendominasi
3. Koordinator, yaitu mengarahkan
proses kegiatan kearah
pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada
anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
3. Fasilitator 1. Mempertahankan kehadiran √
peserta
2. Mempertahankan dan
meningkatkan motivasi peserta
3. Mencegah gangguan atau
hambatan terhadap kelompok
baik dari luar maupun dari
dalam kelompok
4. Observer 1. Mengamati keamanan jalannya √
kegiatan terapi bermain
2. Memperhatikan tingkah laku
No Nama Sie Job Description Ya Tidak
peserta selama kegiatan
3. Memperhatikan ketepatan
waktu jalannya kegiatan terapi
bermain
4. Menilai performa dari setiap tim
terapis dalam memberikan
terapi

Anda mungkin juga menyukai