Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TERAPI BERMAIN STASE KEPERAWATAN ANAK

RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA


RUANG MELATI

“Terapi Bermain Membuat Sensory Bottle untuk Mengasah Kreativitas dan


Mengurangi Kecemasan pada Anak dengan Hospitalisasi”

Disusun oleh:
Adhan Azhari Rauf
Agus Imam Kusairi
Navya Indriani
Reni Rahmi Putri
Punang Anggara
Victoria Paningoan

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHAP PROFESI


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Terapi Bermain tentang Pengaruh Terapi Bermain Membuat Sensory
Bottle untuk Mengasah Kreativitas dan Mengurangi Kecemasan pada Anak
dengan Hospitalisasi.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing dan
Preceptor ruang Melati yang telah membimbing dalam penyusunan proposal
terapi bermain ini. Serta kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan proposal ini.
Dalam pembuatan proposal ini, penulis menyadari masih banyak ada
kekurangan baik dari isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian,
perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk
menyempurnakan proposal terapi bermain sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terimakasih kepada pembaca dan teman-
teman sekalian yang telah membaca dan mempelajari proposal terapi bermain ini.

Samarinda, 05 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................14
KAJIAN PUSTAKA............................................................................................14
A. Terapi Bermain...............................................................................................14
B. Membuat Sensory Bottle.................................................................................20
BAB III..................................................................................................................22
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH..........................................................22
A. Rancangan Bermain........................................................................................22
B. Responden.......................................................................................................22
C. Jenis Intervensi................................................................................................23
D. Tujuan.............................................................................................................23
E. Waktu..............................................................................................................23
F. Media / Alat Yang Digunakan........................................................................23
G. Pengorganisasian.............................................................................................23
H. Susunan Kegiatan............................................................................................24
I. Evaluasi...........................................................................................................25
J. Hambatan........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit
dan dirawat di rumah sakit. Keadaan hospitalisasi terjadi karena anak
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah
sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi stressor baik terhadap anak maupun
orang tua dan keluarga, perubahan kondisi ini merupakan masalah besar yang
menimbulkan ketakutan, kecemasan bagi anak yang dapat menyebabkan
perubahan fisiologis dan psikologis pada anak jika anak tidak mampu
beradaptasi terhadap perubahan tersebut (Saputro & Fazrin, 2017).
Anak yang mengalami hospitalisasi akan mengalami reaksi sedih, takut,
dan bersalah karena menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami
sebelumnya, rasa tidak aman dan nyaman, perasaan kehilangan yang dialami
dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Naviati, 2011).
Berdasarkan hasil survey dari WHO tahun 2008 didapatkan sebanyak
hampir 80% anak mengalami perawatan di rumah sakit. Sedangkan di
Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 33,2% dari 1.425 anak mengalami
dampak hospitalisasi berat, 41,6% mengalami hospitalisasi sedang, dan
25,2% mengalami hospitalisasi ringan. Angka kesakitan anak di Indonesia
berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010, di daerah
perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun
sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar
8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari
keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44%. Anak yang dirawat di rumah
sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini disebut
dengan hospitalisasi untuk mmengurangi efek hospitalisasi terapi bermain
adalah salah satu alternative yang bisa digunakan untuk mengurangi
kcemasan anak.

1
2

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan dapat
dipakai sebagai media psikoterapi atau pengobatan terhadap anak yang
dikenal sebagai sebutan terapi bermain. Bermain juga sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan
perkembangan mereka. Dengan adanya permainan, anak-anak yang sedang
sakit dapat mengalihkan ketakutan, kecemasan dan emosional yang tidak
menyenangkan menjadi menyenangkan dan relaksasi serta merasa nyaman
berada di rumah sakit (Atul Khamidah, 2014).
Terapi bermain menjadi aspek penting dari kehidupan anak dan salah
satu alat paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah
sakit. Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan
sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping
dalam menghadapi stress. Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar
dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan
kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress
(Saputro & Fazrin, 2017).
Salah satu tugas perkembangan yang penting pada anak usia sekolah
adalah mengembangkan kemampuan dasar seperti membaca, menulis,
menghitung dan meningkatkan motorik halus sehingga terapi yang dipilih
harus mempertimbangkan aspek kognitif dan memancing kreatifitas anak.
Kemamuan melakukan motorik halus pada anak sebaiknya dilatih dan
dikembangkan. Motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus
seperti menggenggam mainan atau melakukan apapun yang merangsang
keterampilan tangan. Salah satu permainan yang dapat merangsang motorik
halus anak adalah permanan merangkai manik – manik menjadi kalung.
Sensory Bottle adalah botol berisi berbagai bahan yang menarik
perhatian anak. Sensory Bottle berfungsi untuk mendorong anak melakukan
aktivitas permainan sensoris yang tidak berantakan. Sensory Bottle dapat
dibuat dengan berbagai macam ukuran, bentuk dan bahan-bahan isian yang
beragam.
3

Beberapa manfaat permainan sensory adalah mengasah kemampuan


indera anak, mengasah keterampilan berpikir, meningkatkan focus dan
konsentrasi, merangsang kreativitas, melatih kemampuan motoric halus dan
kasar dan menanamkan kemandirian dan rasa percaya diri.
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok V tertarik melaksanakan
terapi bermain dengan membuat Sensory Bottle di Ruang Melati RSUD. AW.
Sjahranie Samarinda.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan perkembangan motorik halus, mengasah kreativitas dan
meminimalkan dampak hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan hubungan perawat-klien/anak
b. Meningkatkan kreativitas pada anak
c. Sosialisasi dengan teman sebaya atau orang lain
d. Sebagai alat untuk mengukur kemampuan kognitif klien/anak
e. Sebagai media komunikasi antara perawat-klien/anak
f. Meningkatkan motorik halus.
14

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Terapi Bermain
1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak-anak dapat
mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku
dewasa (Aziz, 2010). Bermain merupakan media yang baik untuk belajar,
karena dengan bermain anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi),
belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2009).
Bermain dapat juga dijadikan sebagai suatu terapi karena dengan
melakukan permainan, anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang
dialaminya sehingga anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (teknik distraksi).
Pada penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan
suatu upaya anak untuk mencari kepuasan, mencari kesenangan tanpa
adanya paksaan. Bermain dapat diajadikan sebagai sarana belajar dan
sarana terapi untuk mengurangi stress hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Bermain
Supartini (2010) mengemukakan beberapa tujuan dari terapi bermain
antara lain sebagai berikut.
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangannya, walaupun demikian selama anak dirawat di rumah
sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus
tetap dilanjutkan untuk menjaga keseimbangannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya
pada saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit anak mengalami
15

berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang


belum dapat mengekspresikannya secara verbal, permainan adalah
media yang sangat efektif untuk mengekspresikannya.
c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah,
permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya
untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
d. Membantu anak beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit
dan dirawat di rumah sakit.
Sedangkan tujuan terapi bermain di Rumah Sakit adalah untuk
meminimalisirkan tindakan perawat yang traumatis, mengurangi
kecemasan, membantu mempercepat penyembuhan, sebagai fasilitas
komunikasi, persiapan untuk hospitalisasi atau surgery, dan sarana
untuk mengekspresikan perasaan (Wong, 2009 ).
3. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-
motorik, membantu perkembangan kognitif/intelektual, perkembangan
sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 2009).
a. sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak sehingga
kemampuan penginderaan anak dimulai meningkat dengan adanya
stimulasi-stimulasi yang diterima anakseperti: stimulasi visual,
stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi
kinetik.
b. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan
memanipulasi segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya,
terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan
objek.
16

c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar
memecahkan masalah dari hubungan sosial dan belajar memecahkan
masalah dari hubungan tersebut.
d. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar
mengembangkan kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-
idenya.
e. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya
dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
f. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas
bermain, anak akanmendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-
nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam
lingkungannya.
g. Bermain sebagai Terapi
Bermain mempunyai nilai terapeutik, bermain dapat menjadikan
diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan yang dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat
menghibur anak terhadap dunianya. Pada saat dirawat di rumah sakit,
anak yang melakukan kegiatan bermain akan terlepas dari ketegangan
dan stres yang dialaminya akibat dari efek dirawat di rumah sakit.
Bermain di rumah sakit membuat normal sesuatu yang asing dan
17

kadang kondisi lingkungan yang tidak ramah dan memberi jalan untuk
menurunkan tekanan.
4. Kategori Bermain
Menurut Wong (2008), bahwa permainan dapat diklasifikasikan:
a. Berdasarkan isinya
1) Bermain afektif sosial (social affective play)
Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orangtua atau orang lain. Permainan yang
biasa dilakukan adalah ”cilukba”, berbicara sambil
tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan tangan pada bayi
untuk menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil
tersenyum dan tertawa.
2) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)
Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau
benda-benda apa saja yang dapat dibentuk dengan pasir. Bisa juga
dengan menggunakan air anak akan melakukan bermacam-macam
permainan seperti memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain.
3) Permainan ketrampilan (skill play)
Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak,
khususnya motorik kasar dan halu. Misalnya, bayi akan terampil
akan memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu
tempat ke tempat lain dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi
keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan
permainan yang dilakukan.
4) Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play role)
Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain
melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru
18

orang dewasa. Misalnya, ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya yang


sebagai yang ia ingin ditiru. Apabila anak bermain dengan
temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran
orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk
memproses/mengidentifikasi anak terhadap peran tertentu.
b. Berdasarkan jenis permainan (Supartini, 2004):
1) Permainan (Games)
Yaitu jenis permainan dengan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan
oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis
permainan ini yang dimulai dari sifat tradisional maupun moderen
seperti ular tangga, congklak, puzzle dan lain-lain.
2) Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied
behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun,
sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak
memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada
di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak
memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik
perhatiannya. Peran ini berbeda dibandingkan dengan onlooker,
dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.
c. Berdasarkan Karakteristik Sosial
1) Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenispermainan
sendiri atau independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal
ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif.
2) Paralel Play
Dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolahyang
masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu sama
19

lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung. Dan


karakteristik khusus pada usia toddler.
3) Associative play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yangmulai
dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan
merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan
aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.
4) Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, adatujuan
kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah.
Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
5) Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapitidak
ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan
biasanya dimulai pada usia toddler.
6) Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan
instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Supartini, 2004).
Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan
kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri. Pengajaran
dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti: menggunakan
boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain
seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti
pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.
5. Prinsip Bermain di Rumah Sakit
Nursalam (2005) menyebutkan bahwa dalam melakukkan aktivitas
bermain untuk anak yang dirawat dirumah sakit perawat hendaknya
memperhatikan prinsip bermain yaitu tidak banyak energi,
mempertimbangkan keamanan dari infeksi silang, kelompok umur yang
20

sama, permainan tidak bertentangan dengan pengobatan, semua alat


permainan dapat dicuci, dan melibatkan orang tua (Nursalam, 2005).

B. Membuat Sensory Bottle


1. Pengertian
Sensory Bottle adalah botol berisi berbagai bahan yang menarik
perhatian anak. Sensory Bottle berfungsi untuk mendorong anak
melakukan aktivitas permainan sensoris yang tidak berantakan. Sensory
Bottle dapat dibuat dengan berbagai macam ukuran, bentuk dan bahan-
bahan isian yang beragam.
Membuat Sensory Bottle adalah suatu kegiatan memasukkan
beberapa aksesoris kecil berwana kedalam botol yang berisi air yang
kemudian di campur dengan gliserin. Botol tersebut bias dijadikan hiasan
maupun mainan.
2. Tujuan Membuat Sensory Bottle
Manfaat bermain sensory bottle adalah sebagai berikut :
a. Mengasah kemampuan indera anak
b. Mengasah keterampilan berpikir
c. Meningkatkan focus dan konsentrasi
d. Merangsang kreativitas
e. Melatih kemampuan motoric halus dan kasar
f. Menanamkan kemandirian dan rasa percaya diri
Adapun tujuan terapi bermain membuat sensory bottle ini dibagi
menjadi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Terapi bermain membuat sensory bottle ini bertujuan untuk
memberikan hiburan kepada anak yang usia pra sekolah yang
sedang menjalani hospitaliasi sehingga dapat mengurangi kecemasan
pada anak.
21

b. Tujuan Khusus 
1) Membantu anak untuk tenang disaat anak stres, marah, dan takut
2) Mengembangkan keterampilan sosial saat ia bermain bersama
dengan anak-anak lain dan dapat memberikan kesempatan bagi
anak untuk latihan bekerja sama dan berbagi.
3) Mengembangkan kemampuan gerak halus.
4) Mengembangkan kemampuan kognitif melalui pengenalan
berbagai macam warna.
5) Meningkatkan kreatifitas anak sehingga tidak bosan saat dirawat
di rumah sakit.
BAB III
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

A. Rancangan Bermain
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini yaitu terapi
bermain merangkai manik - manik. Pasien yang orang tuanya telah setuju
untuk dijadikan responden akan dikumpulkan di ruang anak dan telah di
dampingi oleh orang tua dan fasilitator. Setelah itu fasilitator akan menilai
pasien dengan penilaian tingkat kecemasan pasien. Lalu pasien akan di ajak
untuk melakukan terapi bermain merangkai manik - manik yang di pimpin
oleh leader dan didampingi oleh fasilitator. Setelah pasien selesai melakukan
terapi bermain, pasien akan dibiarkan istrirahat terlebih dahulu sambil
ditanyai bagaimana perasaannya dan dilakukan penilaian kembali dengan
penilaian tingkat kecemasan pasien. Hasil dari perlakuan pemberian terapi
bermain dicatat dalam lembar observasi.
B. Responden
Responden dalam penelitan ini yaitu pasien anak dengan hospitalisasi yang
dirawat di ruang melati RSUD A.W. Sjahranie Samarinda
Kiteria pasien
Inklusi
 Pasien anak yang dirawat di ruang melati RSUD A.W Sjahranie
 Anak yang kooperatif dan sadar
 Anak usia prasekolah (3-6 tahun) dan usia sekolah (6-12 tahun)
 Anak yang diizinkan orang tuanya untuk dijadikan responden
 Anak yang mengalami kecemasan
Eksklusi
 Anak dengan gangguan mental dan sakit berat
 Anak dengan tuna rungu dan tuna netra
 Anak dengan gangguan anggota gerak dan persendian

15
23

C. Jenis Intervensi
Terapi bermain membuat sensory bottle untuk mengasah kreativitas dan
mengurangi kecemasan anak dengan hospitalisasi di ruang melati.
D. Tujuan
Menurunkan kecemasan anak dengan hospitalisasi.
E. Waktu
1. Tanggal : 07 Maret 2020
2. Jam : 10.00 WITA
3. Tempat : Ruang bermain di ruang perawatan anak melati
RSUD A.W. Sjahranie Samarinda
F. Media / Alat Yang Digunakan
Alat tulis, lembar penilaian tingkat kecemasan, glitter, bermacam-macam
manik – manik, botol, lem, gliserin.
G. Pengorganisasian
1. Leader : Navya Indriani
2. Co. Leader : Adhan Azhari R
Tugas :
a. Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain
b. Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai.
c. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
d. Mampu Memimpin acara dari awal sampai akhir.
3. Fasilitator :
 Agus Imam Kusairi
 Reni Rahmi P
 Victoria Paningoan
Tugas :
a. Memfasilitasi anak yang kurang aktif.
b. Berperan sebagai role model bagi anak selama kegiatan. berlangsung.
c. Membantu anak bila anak mengalami kesulitan.
d. Mempersiapkan alat dan tempat bermain.
24

H. Susunan Kegiatan
TAHAPA METODE
NO KEGIATAN PEMATERI KEGIATAN PESERTA
N /MEDIA
1 Orientasi a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam Metode:
(5 menit) b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan dan ceramah
c. Menjelaskan tujuan kepada memperhatikan
keluarga c. Mendengarkan dan
d. Menyampaikan kontrak waktu memperhatikan
e. Menyampaikan peraturan d. Menyetujui kontrak waktu
selama kegiatan terapi bermain e. Mendengarkan dan
mematuhi
2 Kerja a. Menanyakan perasaan anak-anak a. Menjawab pertanyaan, Metode:
(20 menit) b. Menanyakan keinginan untuk mendengarkan dan bermain
a. bermain memperhatikan bersama
Media:
c. Menyebutkan warna manik – b. Menjawab pertanyaan,
Membuat
manik dan glitter yang dibawa mendengarkan dan Sensory
oleh mahasiswa memperhatikan Bottle
d. Memberikan contoh membuat c. Menjawab, mendengarkan
sensory bottle dan memperhatikan
e. Mengarahkan anak untuk d. Mendengarkan,
memilih suatu warna glitter dan memperhatikan
manik – manik yang diinginkan. e. Menentukan suatu bentuk
f. Mengarahkan anak untuk dan warna tertentu
membuat sesuai warna yang f. Membuat sesuai warna yang
diinginkan diinginkan
g. Memberikan apresiasi pada g. Bertepuk tangan dan
peserta yang aktif menerima apreasi yang
diberikan
3 Terminasi a. Menanyakan bagaimana a. Mengekspresikan perasaan Metode:
(10 menit) perasaan anak-anak setelah setelah bermain ceramah
dilakukan terapi bermain
b. Mengevaluasi pengenalan jenis b. Menjawab pertanyaan
warna, bentuk dan hitungan
kepada anak-anak
c. Menanyakan pendapat tentang c. Menjawab pertanyaan
permainan
d. Memberikan semangat dan d. Mendengarkan dan bertepuk
reinforcement positif tangan
e. Melakukan kontrak permainan e. Menyepakati kontrak waktu
selanjutnya
f. Memberikan hadiah f. Menerima hadiah
g. Menutup kegiatan dan g. Menjawab salam penutup
mengucapkan salam
25

I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan :
a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan
satu sensory bottle
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain

J. Hambatan
Hambatan yang mungkin ditemui dalam permainan ini, antara lain :
1. Anak tidak mau bermain karena sakit yang dia rasakan
2. Anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orang tuanya
3. Anak merasa bosan dengan permainan yang diberikan
4. Ketersediaan pasien di ruangan yang tidak dapat diperkirakan, sehingga
dapat mempengaruhi jumlah peserta dalam terapi bemain.
12

DAFTAR PUSTAKA

Atul Khamidah, Hanik. (2014). Persepsi Keluarga Tentang Bermain Terapeutik


Pada Anak Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Anak (Marwa) Rsu
‘Aisyiyah Dr. Sutomo Ponorogo. Skripsi Thesis, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.

Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha
medika.

Howard-Jones, P.A., Taylor, J., & Sutton, L. (2002). The effect of play on the
creativity of young children during subsequent activity. Early Child
Development and Care. 323-328.
Kliegman, Robert M., 2006, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol 3, Editor Bahasa
Indonesia: A. Samik Wahab-Ed.15 EGC : Jakarta.

Latif, Fauzia dan Endang Zulaicha Susilaningsih, S.Kp., M.Kep. (2018).


Pengaruh Terapi Bermain Comedy Cart Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Yang Mengalami Hospitalisasi Di Rsud Dr. Moewardi
Surakarta. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Maharini, T. (2017) Workshop: Pemanfaatan dan Pembuatan Alat Permainan


Edukasi (APE) Pengembangan untuk Anak USia Dini dan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). Malang.

Markum, dkk., 2010, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak., IDI : Jakarta.

Saputro, Heri & Fazrin, Intan. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit.
Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes): Ponorogo.

Supatini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Roza, S. (2016). Meningkatkan Motorik Halus Melalui Keterampilan Membuat


Kalung Pada Anak Tunagrahita Sedang. E-Jupekhu, 5(1), 1–14.

Soetjiningsih, 2005, Tumbuh Kembang Anak, EGC: Jakarta

Wong, Donna L. 2013. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi-4., EGC:


Jakarta.

Wong, Donna L.2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi-4., EGC:


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai