Anda di halaman 1dari 46

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
karunia-Nya Buku Terapi Bermain Pada Anak ini dapat kami susun. Buku Terapi
Bermain Pada Anak ini disusun untuk memberikan gambaran dan panduan kepada
mahasiswa tentang terapi bermain pada anak sehingga mahasiswa diharapkan
dapat belajar secara mandiri dan mengerti akan tujuan pembelajaran. Buku ini
diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa untuk pencapaian
kompetensi Keperawatan Anak.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. Buku ini tentunya masih
banyak memiliki kekurangan. Demi kesempurnaan dan perbaikan dalam
penyusunan buku ini, kami menerima saran dan kritik. Mudah-mudahan buku ini
bisa memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Jombang, 04 Januari 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II KONSEP TERAPI BERMAIN...............................................................3
2.1. Pengertian Terapi Bermain....................................................................3
2.2. Tujuan Terapi Bermain..........................................................................3
2.3. Manfaat Terapi Bermain........................................................................4
2.4. Macam-macam Terapi Bermain............................................................4
2.5. Klasifikasi Terapi Bermain....................................................................4
2.6. Terapi Bermain Berdasarkan Tahapan Tumbuh Kembang Anak....6
BAB III SOP TERAPI BERMAIN.....................................................................13
3.1. SOP terapi bermain mewarnai gambar buah apel............................13
3.3. SOP terapi bermain plastisin (playdought).........................................18
3.4. SOP terapi bermain menendang bola.................................................19
3.5. SOP terapi bermain montase................................................................21
3.6. SOP terapi bermain menyusun balok-balok rumah kayu.................23
3.7. SOP terapi bermain boneka.................................................................24
3.8. SOP terapi bermain puzzle...................................................................26
3.9. SOP terapi bermain membuat karya seni kolase payung.................29
3.10. SOP terapi bermain congklak/dakon..................................................31
3.11. SOP terapi bermain leggo.....................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN

Masa perkembangan anak adalah masanya bermain, dengan bermain anak


dapat belajar melalui lingkungannya, biasanya anak belajar 10% dari apa yang
dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang
dilihat dan didengar , 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang
dikatakan dan dilakukan anak bersangkutan. Terapi bermain didefinisikan sebagai
kegiatan bermain yang digunakan sebagai cara untuk merangsang perkembangan
anak, mendukung proses penyembuhan, dan membantu anak bekerja lebih
bersama dalam program pengobatan dan perawatan tupai. Bermain dapat
dilakukan oleh anak sehat maupun anak sakit, walaupun anak sakit kebutuhan
untuk bermain tetap ada. Dengan aktivitas yang menyenangkan, anak dapat
menghilangkan rasa sakit saat bermain dan dapat mengurangi stres melalui
bermain game (Idris and Reza, 2018).
Menurut Senko & Harper (2019), sudah diakui oleh dewan hak asasi
manusia perserikatan bangsa-bangsa bahwa bermain merupakan hak setiap anak
karena bermain begitu penting bagi perkembangan fisik, sosial, kognitif,
perkembangan otak yang sehat, dan emosional. Dimana bermain merupakan
mekanisme berlajar bagi anak-anak untuk mengetahui bagaimana cara
berinteraksi dilingkungan sekitar mereka dan mulai memahami hubungan sosial
yang ada.
Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk menggunakan aspek
emosional, sosial serta fisiknya dan dapat meningkatkan kemampuan fisik,
pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Bermain
merupakan bentuk masa anak-anak dari kemampuan orang dewasa untuk
menghadapi berbagai macam pengalaman dengan cara menciptakan model situasi
tertentu dan berusaha untuk menguasainya melalui percobaan dan perencanaan,
dengan bermain anak dapat belajar mengungkapkan isi hati melalu kata-kata, anak
belajar dan mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, obyek
bermain, waktu, ruang dan orang (Wijaya, Astarani, and Yusiana 2019).
Hubungan bermain dan anak sangat erat kaitannya seperti sudah menjadi
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Anak saat melakukan aktivitas
bermain menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikirannya, melalui kegiatan
bermain semua aspek perkembangan anak ditumbuhkan sehingga anak bisa
menjadi lebih sehat dan cerdas. Dengan bermain anak akan semakin
mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik halus dan kasar,
kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi
berkembang di lingkungannya, menjadi percaya diri (Asmarawanti and
Lustyawati 2018).
Kegiatan yang digunakan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku
anak-anak merupakan termasuk terapi bermain. Bermain dapat dinilai responsive
terhadap kebutuhan yang beragam dan unik dalam perkembangan mereka. Cara
berkomunikasi anak- anak pada dasarnya berbeda cara ketika berkomunikasi
dengan orang dewasa, pada orang dewasa dapat berkomunikasi secara alami
melalui kata-kata sedangkan anak-anak lebih nenunjukan ekpresi diri melalui
bermain dan beraktivitas. Terapi bermain ialah suatu bentuk permainan anak-anak
yang dimana anak-anak dapat berhubungan dengan orang lain, saling kenal
sehingga dapat mengungkapkan perasaannya sesuai kebutuhannya (Sakina and
Sukiatni 2020).
BAB II
KONSEP TERAPI BERMAIN
2.1. Pengertian Terapi Bermain
Terapi bermain merupakan upaya untuk mengubah perilaku
bermasalah dengan menempatkan anak pada situasi bermain, dengan terapi
bermain mampu mempelajari masalah anak dan cara mengatasinya
(Larasaty and Sodikin 2020). Terapi bermain merupakan suatu kegiatan
bermain yang dilakukan untuk membantu dalam proses penyembuhan
anak dan sarana dalam melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan anak
secara optimal (Sari and Afriani 2019).
Terapi bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak
dan merupakan kegiatan yang paling efektif dalam mengurangi
kecemasan, ketakutan, dan koping dalam menghadapi stres (Santoso and
Nurjanah 2021). Terapi bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan kesenangan atau kepuasan, bermain adalah suatu
gambaran dari aktifitas fisik, intelektual, emosional, dan sosial anak dan
bermain juga merupakan media untuk belajar karena dengan bermain,
anak-anak akan mudah beradaptasi dengan teman-teman dan
lingkungannya (Indarti and Komsiyah 2019). Menurut Senko & Harper
(2019), menyebutkan bahwa anak-anak yang menggunakan permainan
untuk perantara mengomunikasikan konflik baik secara langsung atau
simbolis memerankan pikiran dan emosi mereka.
2.2. Tujuan Terapi Bermain
Tujuan terapi bermain bagi anak adalah untuk menghilangkan rasa
nyeri atau pun sakit yang dirasakan dengan cara mengalihkan perhatian
anak pada permainan sehingga anak akan lupa terhadap perasaan cemas
maupun takut yang dialami selama anak menjalani perawatan dirumah
sakit. Tujuan play therapy yang di pusatkan pada anak antara lain untuk
membuat kondisi emosi anak tetap terkontrol terhadap diri, meningkatkan
konsentrasi, penguasaan diri sehingga anak akan tumbuh menjadi anak
yang percaya diri, tanggung jawab, mandiri dan bisa menjadi pengambil
keputusan yang baik (Sari and Afriani 2019).
2.3. Manfaat Terapi Bermain
Dalam terapi bermain anak dapat melakukan sebuah permainan,
sehingga anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya,
dengan kegiatan bermain pula anak dapat mengalihkan rasa sakit dan
relaksasi melalui rasa senang pada permainan yang dilakukan (distraksi).
Terapi bermain juga bermanfaat untuk membuat anak-anak melepaskan
dan mengekspresikan perasaannya seperti rasa marah, sedih, atau rasa
cemas. Dengan kemungkinan anak mengalami trauma yang dialami atau
kurangnya sistem pendukung, sehingga anak kesulitan untuk
mengekspresikan perasaannya (Aryani and Zaly, 2021).
2.4. Macam-macam Terapi Bermain
Macam-macam terapi bermain menurut Saputro and Fazrin (2017)
dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang anak
lakukan. Contohnya seperti mewarnai gambar, bermain puzzle,
melipat kertas origami dan menempel gambar. Bermain aktif juga
dapat dilakukan dengan bermain peran seperti bermain dokter-
dokteran dan bermain dengan menebak kata.
2. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, kesenangan didapatkan dari kegiatan orang lain.
Pada bermain pasif anak tidak membutuhkan banyak energi, karena
anak hanya menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan
membaca buku.
2.5. Klasifikasi Terapi Bermain
Menurut Saputro and Fazrin (2017), bahwa terapi bermain dapat
diklasifikasikan :
1. Berdasarkan isinya
a) Bermain afektif sosial (social affective play)
Bermain afektif dapat dikaitkan dengan pengendalian emosi anak
untuk mengekspresikan diri ketika diajak bermain antara anak dan
orang lain (Godino-Iáñez et al. 2020). Seperti ketika bermain
cilukba, mengajak berbicara sambil bercanda atau hanya sekedar
menyentuh tangan bayi untuk digenggam tapi dengan diiringi
berbicara sambil tertawa.
b) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure)
Bermain untuk bersenang-senang dapat membuat anak-anak
merasa senang. Misalnya bermain pasir untuk membuat istana
pasir, bermain estafet pasir.
c) Bemain ketrampilan (skill play)
Bermain ketrampilan dapat mengembangkan ketrampilan motorik
kasar dan halus anak. Contohnya seperti memindahkan benda dari
satu tempat ke tempat lain, menulis, berhitung, berlari, menaiki
tangga.
d) Bermain simbolik / pura-pura (dramatic play role)
Dramatic play role merupakan permainan bermain peran dari
orang lain, dalam permainan ini anak dapat melakukan
percakapan tentang peran yang mereka tiru. Anak dapat meniru
menjadi ibu guru, jadi ibu, ayah atau apapun yang ingin ia tiru.
2. Berdasarkan karakteristik sosial
a) Solitary play
Solitary play dapat dimulai pada bayi yang merupakan permainan
sendiri, meskipun disekitarnya ada orang bayi akan tetap
melakukan permainannya sendiri. Ini dapat terjadi karena anak
memiliki keterbatasan fisik, mental atau kognitif.
b) Paralel play
Paralel play dimainkan oleh sekelompok orang, dapat dimainkan
oleh anak balita atau anak prasekolah yang masing-masing
memiliki permainan yang sama namun satu sama lain tidak saling
bergantung.
c) Asosiative play
Asosiative play merupakan permainan kelompok dengan
memainkan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secaara
formal biasanya dimainka pada uusia toddler-prasekolah.
d) Coomperative play
Coomperative play merupakan suatu permainan kelompok yang
sudah terorganisir. Dimana dalam permainan kelompok tersebut
ada yang memimpin untuk memulai permainan, permainan ini
dapat dilakukan pada anak usia sekolah dan remaja.
e) Terapeutik play
Terapeutik play merupakan pedoman bagi tenaga kesehatan dan
tim kesehatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan psikososial anak selama di rumah sakit. Terapeutik play ini
dapat membantu anak untuk mengurangi stres dan cemas ketika
hospitalisasi dan dapat memberikan intruksi dan memperbaiki
kemampuan fisiologis anak.

2.6. Terapi Bermain Berdasarkan Tahapan Tumbuh Kembang Anak


Terapi bermain berdasarkan tahapan tumbuh kembang anak menurut
Saputro and Fazrin (2017), yaitu :
1) Permainan yang biasa anak lakukan pada usia 0-1 tahun
Saat bayi bermain dia mencerminkan tahap perkembangan dan
kesadaran dirinya terhadap lingkungan, bermainnya anak pada usia 0-1
tahun merupakan dorongan perkembangan anak, mengalihkan
perhatian, menyimpangkan nyeri dan juga ketidak nyamanan yang
dirasakan. Pemilihan permainan anak harus aman, bersih dan selalu
dalam pemantauan orang tua karena pada tahap ini anak pada usia anak
usia 0-1 tahun sedang mengalami perkembangan oral (mulutnya)
dimana rasa kepuasan /rasa kenikmatannya berada dalam mulunyta, jadi
anak cenderung lebih memainkan pada bagian mulut dan suka
memasukkan semua benda kedalam mulutnya. Contoh permainan yang
bisa dimainkan pada anak usia 0-1 tahun yaitu :
a) Permainan kerincing
Permainana ini berfokus pada penglihatan dan pendengaran
anak yang berfungsi untuk mengenyampingkan perhatian anak
serta melatih untuk mencari dan menemukan sumber bunyi yang
berasal dari krincing tersebut. cara melakukan permainan ini adalah
dengan cara menggoyangkan krincing hingga si anak menoleh
kearah bunyi krincingnya. Lalu geser krincing kekanan dan kekiri,
jauh mendekat. Jika anak meraih clinch dan memintanya, dia bisa
memberikannya pada dirinya sendiri dan bermain.
b) Permainan sentuh
Permainan ini menggunakan alat/benda dengan tekstur yang
akan disentuh anak Anda, seperti kulit atau telapak tangan anak
Anda. Permainan ini dimainkan dengan meletakkan sesuatu pada
anak, memperhatikan ekspresi wajah dan ketidaknyamanan saat
meletakkan sesuatu pada anak. Pilih objek dengan permukaan
bertekstur untuk ditempelkan pada anak sehingga anak dapat
melihat objek tersebut. Sentuhan dapat meningkatkan kesadaran
anak terhadap benda-benda di sekitarnya.
c) Mencermati mainan
Permainan ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian anak
yang menggunakan/menggunakan benda bergerak. Permainan ini
dimainkan dengan menggerakkan benda-benda yang dapat menarik
perhatian, seperti boneka warna-warni. Misalnya, gerakkan anak ke
kanan atau ke kiri mengikuti arah benda, bergerak mendekat atau
menjauh.
d) Mengambil/meraih mainan
Permainan ini bisa melatih kemampuan atletik total anak &
pula wajib diperhatikan ketika bermain saat anak mulai bosan cara
buat mencapai keinginannya, Yang perlu dicapai merupakan
menggunakan cepat mendekatkannya & berikan anak permainan
yg mereka inginkan, yg bisa merangsang hasrat mereka buat
meraih apa yg mereka inginkan/inginkan. Permainan ini memakai
alat / benda yg berwarna-warni & menarik buat anak-anak &
meletakkannya pada atas anak atau menyamping ketika anak
merogoh benda tersebut. Gerakkan mainan supaya anak tertarik
buat meraih mainan tersebut.
e) Permainan bunyi-bunyian
Permainan ini bertujuan untuk anak dengan usia 6 bualn
lebih. Permainan ini menggunakan lebih mengarah keindra
pendengar, permainan ini menggunakan alat yang bisa
mengeluarkan suarasaat dipukul/ditiup contohnya seperti alat
musik. Pelaksanaannya alat permainan tadi dipukul/ditiup sehingga
mengeluarkan suara yang bertujuan untuk mengetahui dan melatih
respon anak pada suara benda yang dipukul/ditiup serta
mengajarkan benda apa saja yang dapat mengeluarkan bunyi.
f) Mencari mainan
Pada permainan ini bertujuan untuk melatih toleransi anak
terhadap adanya rasa kehilangan, supaya anak mampu mengikuti
keadaan bila sesuatu benda hilang supaya damai & berfikir cara
mendapatkannya kembali. Pelaksanaan permainan ini
menerangkan suatu benda kemudian disembunyikan, atau
sembunyikan benda yang belum dipakai lalu ajak untuk
mencarinya.
g) Menyusun donat warna warni
Permainan ini menggunakan mainan donat plastik yang
bawahnya besar dan semakin keatas semakin mengecil. Permainan
ini berfungsi untuk melatih sistem motorik halus anak yang
menghubungkan mata dengan otot kecil tubuh.
h) Mengenal bagian tubuh
Fungsi dari permainan ini adalah untuk mengenalkan bagian-
bagian tubuh bayi beserta namanya, bayi hanya perlu
memperhatikan apa yang dilakukan fasilitator dan akan diteruskan
oleh keluarga bayi.

2) Permainan anak usia 1-3 tahun menurut


a) Arsitek Menara
Bahan yang dibutuhkan adalah kotak/kubus yang berwarna-
warni dengan ukuran yang sama, kemudian anak diminta untuk
menyusun kotak atau kubus ke atas. menyusun kubus/kotak di
usahakan menggunakan warna yang sama. setiap selesai kegiatan
beri pujian kepada anak-anak.
b) Tebak gambar
Permainan ini menggunakan beberapa gambar yang sudah di
ketahui anak seperti binatang, buah-buahan, jenis kendaraan atau
gambar profesi/pekerjaan. pertama-tama Permainan dimulai dengan
menunjukkan gambar yang telah disiapkan kemudian berikan
kesempatan pada anak untuk menebak gambar tersebut, lakukan
beberapa kali. Jika anak tidak tahu gambar yang ditunjukan,
sebaiknya petugas memberitahu dan mengulang pertanyaan
kembali ke anak setelah gambar selanjutnya untuk melatih ingatan
anak.
c) Menyusun puzzle
Permainan ini membutuhkan pendampingan petugas dan
diupayakan puzzle yang lebih besar agar anak mudah menyusun
dan memegangnya. gunakan gambar puzzle yang telah di kenal
anak, sebelum gambar puzzle diacak acak, tunjukkan keanak
gambar puzzle yang akan di acak, kemudian ajak dan dampingi
anak untuk menyusun puzzle. Berikan beberapa contoh bagaimana
cara menyusun puzzle dengan benar, seperti dimulai dari pojok
terlebih dahulu atau bagian samping terlebih dahulu. Hal yang
perlu di ingat dalam puzzle ini adalah jumlah puzzle yang
dipasang/susun tidak boleh lebih dari 6 potongan.
3) Permainan anak usia 4-6 tahun
a) Bola keranjang
Permainan ini memerlukan bola dan keranjang sampah plastik
(bisa juga kotak kosong). tempatkan kotak/keranjang plastik sejauh
2 meter dari anak, kemudian minta anak untuk melempar bola
kedalam kotak/keranjang plastik, jika ada bola yang tercecer atau
tidak masuk, dibiarkan saja hingga bola sudah habis lalu ajak anak
untuk mengambil bola yang tercecer tersebut dan memasukkannya
kedalam keranjang dari tempat bola itu jatuh/tercecer.
b) Bermain dokter-dokteran
Permainan ini bermanfaat untuk mengenalkan keadaan
lingkungan di rumah sakit dengan berperan sebagai profesi
kesehatan. Stetoskop mulai dada boneka hingga perutnya. setelah
itu berikan spuit/suntikan tanpa jarum kepada anak untuk berpura-
pura menyuntikkan obat kepasiennya. Permainan kemudian
dilanjutkan ke boneka lainnya dengan perlakuan sama hingga anak
menuliskan resep di kertas andaikan anak bisa melakukan. Jelaskan
fungsi tentang suntikan dan obat itu di gunakan sebagai apa saja
dan akibat dari suntikan dan obat yang di berikan itu apa saja untuk
pasien yang sakit.
c) Bermain abjad
Permainan ini membutuhkan pasangan minimal 2 anak,
permainan ini dengan menggunakan jari tangan yang diletakkan
dilantai kemudian jari tersebut dihitung mulai A hingga Z. Jumlah
jari yang di gunakan terserah pada anak dan jari yang tidak
digunakan dapat ditekuk. Huruf yang tersebut terakhir akan dicari
nama binatang/nama buahnya sesuai dengan huruf depannya
d) Boneka tangan
Permainan ini bisa dilakukan dengan menggunakan boneka
tangan atau dengan boneka jari. Dalam kegiatan ini petugas
bercerita dengan menggunakan boneka tangan. Cerita yang
disampaikan diusahakan menggunakan unsur sugesti atau cerita
tentang pengenalan kegiatan dirumah sakit. Biarkan anak
mendengarkan isi cerita, sesekali pangil nama anak agar merasa
terlibat dalam permainan tersebut.
4) Permainan anak usia 6-12 tahun menurut
a) Melipat kertas origami
Permainan origami ini di gunakan untuk melatih motorik halus
anak, serta membangun imajinasi anak. permainan ini dilakukan
dengan melipat kertas membentuk sebuah topi, kodok, ikan, bunga,
burung dan pesawat. Ajari dan beri contoh dengan perlahan-lahan
kepada anak dalam membuat origami. Selalu beri pujian dan
penghargaan terhadap apa yang telah dicapai anak. pajang hasil
karya anak dimeja masing-masing atau didekat infus anak agar
mudah terlihat orang lain.
b) Mewarnai gambar
Permainan ini juga mengembangkan sistem motorik halus pada
anak dan mengembangkan kreatifitas pada anak. Sediakan sebuah
kertas bergambar dan krayon/spidol warna, kemudian berikan
kertas bergambar tersebut kepada anak dan minta anak agar meberi
warna pada gambar sesuai dengan warna yang di tentukan, arahkan
anak agar mewarnai didalam garis. Tulis nama anak diatas gambar
yang telah diwarnai oleh anak.
c) Menggambar bebas
Sediakan sebuah kertas kosong dan pensil atau krayon/spidol
warna, kemudian berikan kepada anak dan arahkan agar anak
menggambar diatas kertas tersebut. Kemudian minta anak untuk
menunjukn dan menceritakan gambar yang telah dibuatnya. Beri
arahan dalam memulai menggambar seperti memberikan sebuah
ide dalam membuat gambar seperti menggambar mobil, binatang
atau menggambar pemandangan.
d) Menyusun puzzle
Siapkan gambar teka-teki/puzzle untuk anak-anak yang akan
dimainkan, pilih gambar teka-teki yang akrab/tidak asing bagi
anak-anak. Pelaksanaannya yaitu dengan cara Bagilah teka-teki itu
terlebih dahulu, lalu minta anak Anda mengatur ulang gambar-
gambarnya. Ajak untuk berKompetisi dalam game menyelesaikan
gambar susunan teka-teki ini, siapa pun yang memecahkan teka-
teki terlebih dahulu dia yang menang dan berikan imbalanyang
menang, agar si anak semangat untuk menyelesaika permainannya.
dorong teman-teman lain yang belum menyelesaikan teka-teki agar
cepat selesai gambarnya.
e) Mendongeng
Game ini ditujukan untuk anak-anak yang berusia 10-12 tahun.
Permainan dimulai dengan memberikan kesempatan kepada anak
untuk membacakan cerita/dongeng (kita dapat mempersiapkan
cerita/dongeng terlebih dahulu dari majalah atau buku anak).
Kemudian mintalah anak-anak menceritakan kembali apa yang
mereka baca. Tanggapi apa yang anak ceritakan, misalnya, "Wow,
bagus sekali kamu berceritanya." Kemudian, beri anak tepuk
tangan setelah berbicara tentang apa yang mereka baca.
f) Inflate ballons
Game ini sangat bagus untuk anak-anak, selain bermain game,
mereka dapat juga melatih pernapasan mereka. Beri anak Anda
balon bermotif dan minta dia untuk meniupnya sampai membesar.
Perhatikan anak dan balonnya agar tidak sampai meletus, juga saat
anak mulai terlihat Lelah dan memaksakan untuk meniup balonnya.
BAB III
SOP TERAPI BERMAIN
3.1. SOP terapi bermain mewarnai gambar buah apel
A. Pengertian
Mewarnai gambar adalah terapi yang membangkitkan emosi dan
suasana hati. Dengan mewarnai gambar, anak-anak dapat
mengekspresikan ide dan menciptakan seni, karena mewarnai gambar
untuk anak-anak adalah cara untuk berkomunikasi tanpa menggunakan
kata-kata dan memberikan rasa yang menyenangkan (Asmarawanti and
Lustyawati 2018).
Image Color Therapy atau terapi mewarnai gambar adalah permainan
yang menganut prinsip rumah sakit, dan secara psikologis permainan ini
membantu anak-anak mengekspresikan perasaan takut, cemas, sedih,
depresi dan emosinya (Arifin, Udiyani, and Rini, 2018).
Mewarnai juga merupakan salah satu kegiatan mewarnai, melukis
pada suatu benda dan menandai benda tersebut dengan warna tertentu
juga dapat mempengaruhi pikiran anak agar anak mengingat apa yang
telah dilukis (Rohmah and Khasanah, 2018).
B. Tujuan
1) Dapat Membuat anak jadi mengenal warna
2) Melatih keterampilan motorik halus
3) Melatih kreativitas
C. Sasaran
Anak usia pra sekolah atau umur 3-6 tahun
D. Persiapan alat
1) Lembar kertas mewarnai
2) Pensil warna
3) Meja kecil
E. Prosedur kerja

N
Langkah kerja Ilustrasi gambar
O
1 menyiapkan alat yang sudah
disediakan, seperti pensil
warna dan lembar kertas
mewarnai dengan gambar
buah apel

2 Torehkan pensil warna


berwarna cokelat pada
bagian kedua helai daun
buah apel di kertas mewarnai

3 Torehkan pensil warna


berwarna hijau muda
dibagian kedua helai daun
buah apel di lembar kertas
mewarnai

4 Torehkan pensil warna


berwarna orange diatas
gambar buah apel di lembar
kertas mewarnai

5 Torehkan pensil warna


berwarna merah muda atau
pink dibawah warna orange
dibagian atas buah apel di
lembar kertas mewarnai
6 Torehkan pensil warna
berwarna merah pada bagian
sisa gambar buah apel yang
belum diberi warna secara
merata di lembar kertas
mewarnai

7 Torehkan sedikit pensil


warna berwarna putih pada
sisi kiri gambar buah apel di
lembar kertas mewarnai

8 Selesai mewarnai gambar


buah apel dan warna sesuai
dengan gambar yang di
contohkan

9
Rapikan kembali alat-alat
yang telah di pakai

3.2. SOP terapi bermain origami (origami kincir angin)


A. Pengertian
Menurut Al-ihsan, Santi, and Setyowati (2018), bermain origami
adalah aktivitas yang dilakukan dengan cara melipat kertas sehingga
menjadi bentuk yang diinginkan, seperti kincir angin. Dengan bermain
origami dapat memberikan motivasi kepada anak untuk membuat mainan
dengan karyanya sendiri, sehingga terciptanya kepuasan bagi dirinya.
Adapun manfaat dari bermain origami antara lain untuk membantu
melatih motorik halus, menciptakan serta mengembangkan ambisi,
produktivitas, keahlian, dan kerajinan.
Terapi bermain origami menurut Nengsih (2020), sesuai jika diberikan
untuk anak usia prasekolah (3 - 6 tahun) bahkan jika diberikan pada anak
yang sedang menjalani pengobatan dan terapi di rumah sakit, karena
terapi origami tidak memerlukan banyak energi dan juga aman. Pada usia
prasekolah juga anak harus memahami beberapa hal seperti warna,
ukuran, bentuk, arah, besaran, dan lain sebagainya.
Terapi bermain origami merupakan kreasi yang dibuat oleh anak-anak
dengan cara melipat kertas untuk membuat suatu bentuk. Origami sendiri
merupakan suatu alat yang bermanfaat untuk menjadi bahan ajar dan juga
terapi. Sedangkan terapi bermain origami kincir angin adalah suatu
aktivitas dengan cara membuat suatu lipatan sehingga membentuk kincir
angin (Rohmah, 2018)
B. Tujuan
1) Mengembangkan serta meluaskan produktivitas anak
2) Menciptakan rasa bahagia pada anak
3) Membantu untuk melatih otot pada pernafasan pada anak
4) Membantu perkembangan motorik serta sensorik pada anak
C. Sasaran
Anak usia prasekolah (3 - 6 tahun)
D. Persiapan alat
1) Kertas origami
2) Lidi
3) Sedotan
E. Prosedur kerja

NO Langkah kerja Ilustrasi gambar


1. Siapkan selembar kertas
berbentuk persegi lalu lipat
sehingga membentuk dua
bagian
2. Lipat sisi kanan dan kiri kertas
ke bagian tengah kertas

3. Sehingga lipatan tersebut


membentuk persegi
panjang

4. Selanjutnya, kertas yang


telah menjadi bentuk
persegi panjang, di lipat
lagi bagian atas dan bawah
kertas sehingga
membentuk persegi
5. Lalu, lipatan tersebut di
buka kembali

6. Kemudian, lipatan yang


telah di buka pada bagian
bawah kertas di lipat
kearah dalam sehingga
membentuk seperti
trapesium
7. Pada bagian atas kertas
juga di lipat kearah dalam
sehingga membentuk
seperti trapesium

8. Jika sudah menjadi bentuk


dua trapesium, salah satu
lipatan tersebut di lipat
lagi sehingga menjadi
bentuk segitiga
9. Sampai menjadi sebuah
bentuk kincir angin

10. Kemudian, kertas bagian


tengah di buat lubang
dengan menggunakan lidi,
selanjutnya di tusuk pada
sedotan yang sudah di
sediakan dan selesai.

3.3. SOP terapi bermain plastisin (playdought)


A. Pengertian
Plastisin atau playdought adalah lilin malam lembut yang mudah
dibentuk sesuai keinginan dengan warna yang bervariasi dikarenakan
tekstturnya yang lembut. Terapi bermain dengn menggunakan plastisin
sangat tepat karena tidak membutuhkan energi yang besar untuk bermain,
permainan ini juga dapat dilakukan diatas tempat tidur anak, sehingga
tidak mengganggu dalam proses pemulihan dan penyembuhan kesehatan
anak (Alini, 2017).
Candlestick atau plastisin adalah salah satu permainan yang sangat
berguna untuk anak-anak prasekolah, permainan ini dapat
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak. Seperti aspek
kognitif, bahasa, gerak fisik, serta kreativitas anak. Tanah liat merupakan
bahan yang paling baik digunakan saat belajar bersama anak karena dapat
digunakan untuk pengajaran dan terapi (Prasetyanti and Siti, 2013).
B. Tujuan
1) Melatih motorik halus
2) Mengenal huruf dan angka
3) Melatih kreatifitas dan imajinasi
C. Sasaran
Anak usia praschool
D. Persiapan alat
Plastisin
E. Prosedur kerja

NO Langkah kerja Ilustrasi gambar

1 Siapkan plastisin huruf

Bentuk plastisin menjadi 2


2
garis panjang dan 1 garis kecil
Gabungkan ujung dari 2 garis
panjang tersebut sehingga
3
membentuk sudut seperti
segitiga

Pasangkan garis kecil ditengah


4 segitiga tersebut sehingga
terbentuk huruf “A”

Dapat dikreasikan sesuai


5
keinginan

3.4. SOP terapi bermain menendang bola


A. Pengertian
Proses pembelajaran dengan bola mini sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Permainan bola
merupakan salah satu metode pembelajaran yang berfungsi sebagai
tumpuan suatu proses yang menekankan pentingnya mengembangkan
kemampuan motorik kasar. Namun peran permainan bola dalam
meningkatkan motorik kasar anak dapat diwujudkan melalui kegiatan
yang dikatakan dapat mengembangkan ketiga aspek motorik.
Penelitiannya mengungkapkan bahwa keterampilan motorik anak dapat
ditingkatkan melalui penerapan metode pembelajaran taktis atau yang
mengarah pada aktivitas fisik aktif (Nur, Mulyana, and Perdana, 2017).
B. Tujuan
1) Melatih kemampuan motorik kasar anak terutama kakinya
2) Membantu melatih otot-otot kaki anak untuk berbagai keterampilan
3) Melatih koodinasi sekaligus melatih otot-otot mata anak
4) Ditraksi dari rasa nyeri
5) Memberikan rasa senang pada anak
C. Sasaran
Anak usia pre school
D. Persiapan alat
1) Bola kecil yang ringan
2) 3 buah kaleng (kosong) atau gelas aqua
E. Prosedur kerja

No Langkah kerja Ilustrasi gambar


1. Menyiapkan alat yang akan
digunakan dalam permainan
tersebut (siapkan bola)

2. Menjelaskan pada anak


peraturan bermain.
3. Berikan contoh bagaimana
permainan

4. Mulai bermain sambil di


dampingi selama terpari
diberikan

5. Hentikan terapi bermain jika


anak kelelahan dan tanyakan
apakah anak senang setelah
bermain kemudian berikan
riwet untuk anak

3.5. SOP terapi bermain montase


A. Pengertian
Montase merupakan sebuah karya yang dibuat dengan cara memotong
obyek-obyek gambar daari berbagai sumber kemudian ditempelkan pada
suatu bidang sehingga menjadi satu kesatuan karya dan tema. Melalui
berkarya anak juga dapat mengeksplorasi kemampuannya, serta dapat
mengembangkan daya imajinasi, daya khayal, sikap cekatan, telaten, dan
kreatif. Bagi anak kegiatan ini cukup menarik karena melalui berkarya
mereka dapat mengungkapkan kegembiraannya dalam suasana bermain
kreatif (Andi and Marwah, 2021).
B. Tujuan
Membantu mengembangkan seluruh potensi seluruh potensi dan
kemampuan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kognitif (daya
fikir, daya cipta), emosional (sikap dan emosi), bahasa dan komunikasi
moral dan agama secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang
kondusif dan demokratif (Andi and Marwah, 2021).
C. Sasaran
Sasaran 5-8 tahun
D. Persiapan alat
1) Gunting
2) Lem perekat
3) Buku gambar atau kertas HVS untuk menempelkan gambar
4) Crayon atau pensil warna
5) Cutter
6) Majalah/tabloid
7) Koran
8) Kalender
E. Prosedur kerja

No Langkah kerja Ilustrasi gambar


1 Bagikan gunting, lem, buku
gambar, pesil warna, cuter,
majalah anak, koran, kalender
dan menjelaskan bagaimana
cara pemakaiannya pada anak

2 Menentukan dan mencari


gambar sesuai tema yang
akan di buat Bersama-sama

3 Menginstruksikan pada anak-


anak untuk memotong
gambar yang ada di majalah

4 Membimbing anak untuk


mengkombinasikan potongan
Gambar pada suatu buku
gambar

5 menjelaskan posisi untuk


menempelkan gambar pada
kertas dengan benar
6 mengajak anak untuk
menceritakn hasil karya
montase

3.6. SOP terapi bermain menyusun balok-balok rumah kayu


A. Pengertian
Block matching merupakan salah satu jenis permainan yang dapat
dilakukan selama terapi bermain untuk klien anak yang menjalani rawat
inap. Terapi bermain dapat digunakan sebagai terapi untuk anak usia 16
bulan. Bermain dengan menyusun balok tidak hanya membantu
mengembangkan keterampilan motorik anak, tetapi juga berperan penting
dalam perkembangan kognitif klien. Kemampuan pelanggan dalam
menyusun balok erat kaitannya dengan kemampuan kognitif pelanggan,
karena bermain dengan metode balok tidak hanya melatih motorik halus
tamu, tetapi lebih dari itu, bermain balok bangunan memerlukan
perencanaan walaupun masih relatif sederhana (Rohmah, 2018) .
B. Tujuan
1) Membantu anak meningkatkan perkembangan koordinasi mata dan
tangan.
2) Melatih kesabaran dan membangun imajinasi.
3) Melatih keterampilan motorik halus.
4) Membantu anak dalam memecahkan masalah.
C. Sasaran
Anak usia pra sekolah 3-6 tahun.
D. Persiapan alat
1) Balok-balok berwarna dan berbentuk.
2) Kertas gambar penyusun bentuk balok-balok.
E. Prosedur kerja

No Langkah kerja Ilustrasi gambar


1 Siapkan alat yang sudah di
sediakan

2 Kenalkan pada anak apa


saja bentuk dan warna
yang ada pada balok-balok
tersebut
Contoh : Segitiga
berwarna merah.
3
Selanjutnya bantu
menginstruksikan anak
mengikuti petunjuk kertas
yang telah di berikan.

4 Lakukanlah sampai
bangunan balok sesuai
dengan contoh. Jangan
lupa untuk selalu
mengajarkan anak jika
anak lupa mengenal
bentuk dan warna balok
kayu tersebut.
5 Jika selesai bermain
rapikan kembali alat-alat
yang telah di gunakan.

3.7. SOP terapi bermain boneka


A. Pengertian
Bermain boneka tangan menurut Aulia, Sefrina, and Pramithasari
(2021), menjelaskan pengaruh terapi bermain boneka tangan dapat
membantu anak untuk menurunkan ketegangan emosional anak. Terapi
permainan boneka tangan yang dilakukan bertahap mampu menunjukan
respon psikis dan fisiologis kecemasan serta ketakutan anak akan
berkurang sehingga kepercayaan diri anak akan lebih meningkat dan
berkembang dengan optimal. Tujuan terapi bermain menggunakan boneka
tangan yaitu mengurangi kecemasan yang dihadapi anak, mengidentifikasi
penyebab ketakutan yang terjadi pada anak, dan membantu meningkatkan
perkembangan dan kemampuan komunikasi anak.
B. Tujuan
1) Melatih kognitif anak
2) Melatih kreatifitas anak
3) Melatih imajinasi anak
C. Sasaran
Anak usia 1-2 tahun
D. Prosedur kerja

No Langkah kerja Ilustrasi gambar


1 Siapkan alat yang
diperlukan

2 Cari perhatian anak

3 Lalu gunakan boneka ke


tangan

4 Ceritakan kisah dongeng


pada anak melalui boneka
tangan tersebut.
5 Rapikan kembali alat yang
telah digunakan.

3.8. SOP terapi bermain puzzle


A. Pengertian
Puzzle merupkan salah satu alat bermain yang dapat membantu
perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa puzzle merupakan suatu pengaruh yang signifikan
untuk menurunkan respon kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi
dimana didapat nilai mean sesudah pemberian terapi bermain puzzle yaitu
28,71. Penelitian menunjukkan adanya pengaruh terapii bermain puzzle
terhadap kecemasan anak usia prasekolah selama hospitalisasi, dimana
nilai rata-rata respon kecemasan sebelum diberikan terapi puzzle 8,25 dan
sesudah diberikan terapi puzzle nilai rata-rata respon kecemasan 5,15.
Terapi bermain dengan puzzle sangat bermakna dalam mengurangi
kecemasan pada anak karena membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak
dalam merangkainya, lambat laun akan membuat mental anak terbiasa
untuk bersikap tenang, tekun dan sabar dalam menghadapi dan
menyelesaikan sesuatu (Kaluas, Ismanto, and Kundre, 2015).
B. Tujuan
Bermain puzzle sebagai media terapi maka dapat disimpulkan bahwa
terapi bermain puzzle efektif untuk perkembangan kognitif anak dan juga
efektif serta bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi pada anak. Pada
penelitian ini terjadinya peningkatan konsentrasi disebabkan karena
pemberian terapi bermain dengan menggunakan puzzle. Puzzle memiliki
berbagai gambar, bentuk dan warna dengan ragam berbeda yang akan
membantu anak dalam meningkatkan kordinasi mata dan tangan mereka.
Anak akan belajar untuk meletakan potongan puzzle dengan membentuk
beberapa bagian yang berbeda-beda dengan benar (Kaluas, Ismanto, and

Kundre, 2015).

C. Sasaran
Anak usia 3-5 tahun
D. Persiapan alat
1) Kardus 2 buah dengan ukuran yang sama
2) gambar/bentuk yang dibutuhkan
3) Gunting
4) Lem
5) Pensil
6) Penggaris
7) Cuter
E. Prosedur kerja

No Langkah Kerja Ilustrasi gambar


1. Menyusun potongan-potongan
gambar dan merangkaianya menjadi
sebuah gambar yang utuh, sehingga
dapat melatih ketekunan anak.

2. Gambar, bentuk, dan warna yang


ada pada puzzle, sehingga dapat
membantu anak dalam
meningkatkan koordinasi gerak
mata dan tangan.

3. Menyusun puzzle dengan


mengambil dan meletakkan
potongan puzzle pada tempatnya
yang akan membantu
perkembangan kemampuan motorik
anak dalam persiapan menggambar
dan menulis.
4. Bermain Puzzle meningkatkan
kemampuan berfikir dan kognitif
anak. Yang terdiri dari bentuk,
warna, dan ukuran akan membantu
anak berfikir dalam mengenal
macam-macam bentuk yang terdiri
dari kepingan-kepingan untuk
disusun menjadi utuh kembali.
5. Anak akan mengamati kepingan-
kepingan gambar atau bentuk yang
akan disusun, sehingga menjadi
sebuah gambar yang sempurna dan
utuh.

6. Sebelum melepas kepingan-


kepingan puzzle, alangkah baiknya
anak kita ajak untuk mengingat
letak mata, letak hidung, mulut,
badan, dan kaki burung sehingga
dengan mengingat letak kepingan-
kepingan puzzle tersebut anak dapat
menyusun kembali puzzle tersebut
dengan benar.
7. Saat bermain puzzle anak akan
dilatih berfikir sesuai logika dimana
letak ban pada gambar kendaraan
bagaimana harus meletakkan
gambar bagian-bagian kendaraan
sesuai dengan posisinya.

8. Orang tua sebaiknya mengetahui


cara mengembalikan potongan-
potongan puzzle itu menjadi bentuk
yang utuh.
3.9. SOP terapi bermain membuat karya seni kolase payung
A. Pengertian
Kolase adalah karya seni yang dapat dibuat dari berbagai bahan,
seperti kertas, kertas koran, foto, pita, atau benda lain yang direkatkan ke
latar belakang, seperti kertas biasa (Lutfiasari, Aminah, and Choiriyah,
2016).
Pada penelitian Hayumah and Muchinin (2019), dengan judul
“Pengaruh Kolase terhadap Kemampuan Motorik Halus pada Anak
Kelompok B di RA Sunan Kalijaga” menyatakan bahwa permainan kolase
ini berpengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak. Terlihat anak
sudah dapat dengan baik mengkoordinasikan gerakan mata dan tangannya,
dan anak sudah dapat dengan baik menggerakkan jari-jemari tangannya
saat menempel dan mengoleskan lem pada saat anak melaksanakan
kegiatan bermain kolase.
B. Tujuan
1) Membantu anak dalam perkembangan sensorik dan motorik
2) Membantu anak dalam perkembangan intelektual
3) Membantu anak melatih kreativitas
4) Membantu anak dalam perkembangan sosial
5) Membantu anak untuk perkembangan moral
C. Sasaran
Anak usia prasekolah 3-6 tahun
D. Persiapan alat
1) Kertas buffalo
2) Kertas kue bolu
3) Tali warna warni
4) Gunting
5) Lem
6) Spidol warna
E. Prosedur kerja

No Langkah kerja Ilustrasi gambar

1. Siapkan alat yang sudah di


sediakan

2. Membuatnya, pertama-tama
ambil cup kertas yang biasa
dipakai untuk membuat bolu
kukus. Pipihkan lalu lipat
menjadi dua (membentuk
setengah lingkaran).

3. Selanjutnya, buat lubang di


tengah lipatan supaya bisa
dimasuki tali warna-warni.
Masukkan tali tersebut
membentuk tangkai payung.

4. Beri warna kertas buffalo terlebih


dahulu supaya terlihat lebih
berwarna bisa di tambai dengan
memberikan tulisan nama atau
dengan torehkan sedikit warna
lain.

5. Setelah itu, tempelkan cup kertas


yang sudah diberi tangkai
tersebut pada kertas. Bentuk
tangkai dari tali tadi agak
melengkung supaya terlihat
seperti payung. Tempelkan
beberapa payung dari kertas
tersebut supaya lebih meriah.
Selesai.
3.10. SOP terapi bermain congklak/dakon
A. Pengertian
Congklak/ dakon merupakan permainan tradisional yang berada pada
nusan taa sejak dulu yang keberadaannya sekarang sudah mulai dilupakan.
Padahal melalui permainan tradisional ini anak dapat meningkatkan
kemampuan berfikir secara simbolik dan berkembang. Kenapa hal tersebut
dapat bermanfaat, karena ketika bermain congklak/dakon biji yang berada
disisi pemain adalah milik masing-masing pemain (Lestari and Prima
2018).
Game/permainan dakon adalah permainan kelompok yang dapat
dimainkan dengan dua orang pemain,permainan ini menggunakan alat
papan permainan yang mempunyai 14 lubang anak dan 2 lubang induk
yang ditandai dengan ukuran lubangnya lebih besar. Papan anak yang
berjumlah 14 tadi berada di antara kedua lubang induk baris menyusun 7-7
lubang disetiap sisi pemain (Rohmah, 2018).
B. Tujuan
1) Anak yang dilakukan terapi bermain congklak dapat merasa senang
2) Anak yang dilakukan terapi bermain congklak dapat mengobrol
dengan teman sepermainnya (Rohmah, 2018).
C. Sasaran
1) Anak yang berusia (6-12 th) usia anak sekolah
2) Jumlah anak yang dapat bermain adalah dengan dua orang
3) Pasien dapat duduk secara normal
D. Persiapan alat
1) Congklak yang siap dimainkan
2) Biji yang dapat digunakan untuk bermain
E. Prosedur kerja
Menurut Rohmah (2018), prosedur kerja congklak adalah :

No Langkah Kerja Ilustrasi gambar


1. Menyiapkan kusen congklak
dan krikil/biji sawo dan isilah
setiap lubang kecil dengan 7
buah biji

sumber : shorturl.at/rtOR9
2. Seorang anak yang bermain
saling berhadapan, salah satu
anak bisa memulai dan
memilih lubang pertama yang
akan diambil.

Sumber : shorturl.at/rBFL3
3. Bila biji pada tangan pemain
sudah habis dan berhenti di
lubang kecil yang berisi biji,
dia dapat mengambil biji-biji
yang berada pada lubangnya
dan melanjutkan mengisi, bila
habis di lubang besar
miliknya maka dia bisa
melanjutkan dengan Sumber : shorturl.at/lzBFG
mengambil lubang kecil pada
disisinya
4. Tetapi bila berenti dilubang
milik lawan yang kosong
ataupun di sisinya maka ia
berhenti dan tidak
mendapatkan apa-apa, setelah
itu ganti pemain.

Sumber : shorturl.at/chnL8
5. Permainan dianggap selesai
bila mana sudah tidak ada biji
lagi yang tersisadi lubang
kecil seluruh biji berada di
lubang besar semua

Sumber : shorturl.at/jqN06
6. Pemenangnya adalah anak
yang memperoleh biji
terbanyak yang berada pada
lubang besar

Sumber : shorturl.at/jqN06

3.11. SOP terapi bermain leggo


A. Pengertian
Usaha mengubah tingkah laku bermasalah dengan menempatkan anak
dalam situasi bermain. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar
karena dengan bermain anak – anak akan berkata – kata (berkomunikasi)
belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan , melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara. Pada anak usia
prasekolah menganggap sakit merupakan suatu kehilangan lingkungan
aman dan penuh kasih sayang serta tidak menyenangkan dan menakutkan.
Bagi anak pengobatan yang dilakukan dirumah sakit merupakan stressor
kuat yang membuat anak mengalami kecemasan. Hospitalisasi bagi anak
adalah pengalaman yang sangat tidak menyenangkan dan traumatis. Anak
yang dirawat di rumah sakit memerlukan lebih banyak bermain rekreasi
karena penyakit dan rawat inap merupakan krisis dalam situasi ini.
Bermain memungkinkan anak belajar perilaku sosial, mengembangkan
kemampuan kognitis serta keterampilan motoric kasar, tetapi bermain
sangat efektif untuk meninjau kembali kenangan traumatis untuk membuat
anak terbiasa dengan ketakutan dan kecemasan. Beberapa tindakan yang
pernah dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan anak yang
mengalami hospitalisasi antara lain: bermain boneka, mewarnai,
storytelling, tayangan favorit berupa gambar-gambar dan bermain lego
kegiatan tersebut merupakan bentuk pengalihan perhatian (Solihat et al.
2020).
Lego merupakan sejenis alat permainan bongkah plastik kecil yang
dapat disusun dan dibongkar pasang menjadi bangunan atau bentuk
lainnya. Lego termasuk permainan konstruktif atau bangun membangun
yang meningkatkan kecerdasan dan kreatifitas anak. Bermain lego dapat
meningkatkan daya ingat dan perasaan serta emosi. Bermain lego juga
dapat membantu perawat dalam melaksanakan prosedur infus dan
pemberian obat, memudahkan perawat dalam mendistraksi agar anak
kooperatif dalam pelaksanaan prosedur terapi, cara yang dilakukan
perawat yaitu dalam memperhatikan anak pada satu hal yang disukainya,
misalnya bermain lego (Andarwati, Munir, and Siam, 2019).
B. Tujuan
Menurut Solihat et al (2020), tujuan terapi bermain lego yaitu:
1) Meminimalisir tindakan perawatan yang traumatis
2) Mengurangi nyeri dan mengalihkan perhatian anak
3) Mengurangi kecemasan membantu mempercepat penyembuhan
4) Sebagai fasilitas komunikasi
5) Persiapan untuk hospitalisasi atau sugery
6) Sarana untuk mengekspresikan
C. Sasaran
Anak pra-sekolah usai 3-6 tahun.
D. Perlengkapan alat
1) Rencanakan program bermain yang lengkap dan sistematis
2) Alat bermain sesuai dengan umur atau jenis kelamin dan tujuan
3) Alat bermain lego
E. Persiapan anak
1) Anka dan keluarga diberitahukan tujuan bermain
2) Melakukan kontrak waktu
3) Tidak mengantuk
4) Tidak rewel
5) Leadaan umum mulai membaik
6) Anak bisa dengan tiduran atau duduk, sesuai kondisi klien
F. Tahap pelaksanaan
a. Tahap pra-interaksi
1. Melakukan kontrak waktu
2. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel, keadaan
umum membaik/kondisi yang memungkinkan)
3. Menyiapkan alat bermain
b. Tahap orientasi
1. Memberikan salam kepada anak dan menyapa nama anak
2. Menjelaskantujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan anak sebelum bermain
c. Tahap kerja
1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain
2. Mempersilahkahkan anak untuk melakukan permainan sendiri atau
di bantu
3. Memotivasi keterlibatan anak dan keluarga
4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
5. Mengobsevasi emosi, hubungan interpersonal, psikomotor anak
saat bermain
6. Meminta anak menceritakanb apa yang dilakukan/dibuatnya
7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan
d. Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
2. Berpamitan dengan anak
3. Membereskan dan kembali alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat jenis permainan dan respon anak serta keluarga kegiatan
dalam lembar catatan keperawatan dan kesimpulan hasil bermain
meliputi emosional, hubungan inrtpersonal,psikomotor dan anjuran
untuk anak dan keluarga.
G. Prosedur kerja
NO Langkah kerja Ilustrasi gambar
1 Pembuatan kepala
kucing, susun 2 lego
panjang dan pendek
lalu atas gabungkan
dengan lego miring
bermata. Seperti
gambar

2. Letakkan lego kubus


disisi kanan kiri atas
letakkan lego ebntuk
persegi panjang
sengan 2 kolom.
Seperti gambar

3. Selanjutnya beri
bentuk lego seperti
gambar

4. Pembuatan badan
kucing
Susun lego persegi
panjang dan sedang
berjarak atas lalu lego
balok 2

5. Pasang kego di bawah


bertujuan sebagai kaki
6. Pasang bentuk lego
seperti gambar lalu
satukan dengan
pembuatan kepala

7. Setelah terpasang
gambar mata dan
selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Al-ihsan, Muhammad, Eka Santi, and Anggi Setyowati. 2018. “Terapi Bermain
Origami Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah.” Dunia Keperawatan
6(1):63–70.

Alini. 2017. “PENGARUH TERAPI BERMAIN PLASTISIN (PLAYDOUGHT)


TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG PERAWATAN
ANAK RSUD BANGKINANG TAHUN 2017.” Jurnal Ners Universitas
Pahlawan Tuanku Tambusai 1(8.5.2017):1–10.

Andarwati, Siska Rahiliyah, Zainal Munir, and Wiwin Nur Siam. 2019.
“PERMAINAN LEGO (PARALLEL PLAY) TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 3–6 TAHUN
Siska.” Journal of Chemical Information and Modeling 53(9):1689–99.

Andi, Agusniatih, and Rahayu Marwah. 2021. “PENGARUH KEGIATAN


MONTASE TERHADAP KREATIVITAS ANAK PADA MASA COVID-
19 DI KELOMPOK B TK MELATI TONDO KECAMATAN
MANTIKULORE KOTA PALU.” 2:2013–15.

Arifin, Rani Fitrani, Ritna Udiyani, and Rini. 2018. “Efektifitas Terapi
Menggambar Dan Mewarnai Gambar Terhadap Kecemasan Hospitalisasi
Usia Pra Sekolah.” Jurnal Darul Azhar 6(1):53–58.

Aryani, Dwi, and Nedra Wati Zaly. 2021. “Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Gambar Terhadap Kecemasan Hospitaslisasi Pada Anak Prasekolah.”
10(1):101–8. doi: 10.36565/jab.v10i1.289.

Asmarawanti, and Siska Lustyawati. 2018. “Penerapan Terapi Bermain Mewarnai


Gambar Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Pra
Sekolah (3-6 Tahun).” Jurnal Tidak Dipublikasikan 83–92.

Aulia, Kurni Zulfiani, Andin Sefrina, and Intan Diah Pramithasari. 2021.
“Penerapan Terapi Boneka Tangan Untuk Menurunkan Ansietas Akibat Efek
Hospitalisasi Pada Anak Kejang Demam.” 1(1):24–29.
Godino-Iáñez, María José, María Begoña Martos-Cabrera, Nora Suleiman-
Martos, José Luis Gómez-Urquiza, Keyla Vargas-Román, María José
Membrive-Jiménez, and Luis Albendín-García. 2020. “Play Therapy as an
Intervention in Hospitalized Children: A Systematic Review.” Healthcare
(Switzerland) 8(3):1–12. doi: 10.3390/healthcare8030239.

Hayumah, and Muchinin. 2019. “PENGARUH KOLASE TERHADAP


KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK B DI RA
SUNAN KALIJAGA.” The 3rd Annual International Conference on Islamic
Education (AICIEd) 36–41.

Idris, Muhamad, and Mathilda Reza. 2018. “Sebesar 3.006 Yang Berarti Tolak
H.” 583–92.

Indarti, Dwi, and Komsiyah. 2019. “H UBUNGAN P ENGEMBANGAN P


OTENSI D AN T ANGGUNG J AWAB D ENGAN K INERJA P ERAWAT
D ALAM T ERAPI B ERMAIN D I R UMAH.” 10(2):377–88.

Kaluas, I., A. Ismanto, and R. Kundre. 2015. “Perbedaan Terapi Bermain Puzzle
Dan Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun)
Selama Hospitalisasi Di Ruang Anak Rs Tk. Iii. R. W. Mongisidi Manado.”
Jurnal Keperawatan UNSRAT 3(2):111559.

Larasaty, Ferra Dita, and Sodikin. 2020. “Jurnal Keperawatan Muhammadiyah


Pengaruh Terapi Bermain Storytelling Dengan Media Hand Puppet Terhadap
Kecemasan Hospitalisasi Anak Usia Pra Sekolah Di RSUD Dr . R . Goeteng
Taroenadibrata Purbaling- Ga.” Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
(September).

Lestari, Putu Indah, and Elizabeth Prima. 2018. “Permainan Congklak Dalam
Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun.” Prosiding,
SINTESA (November):539–46.

Lutfiasari, Dessy, Siti Aminah, and Dinda Nur Choiriyah. 2016. “PENGARUH
PEMBERIAN PERMAINAN TEHNIK KOLASE TERHADAP
PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK PRASEKOLAH
DI TK DEWI SARTIKA KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI
TAHUN 2016 Dessy.” 6:12–14.

Nengsih, Neneng Aria. 2020. “Origami Sebagai Tindakan Adjuvant Atraumatic


Care Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Yang Menjalani Hospitalisasi Di
Rsud 45 Kuningan.” Journal of Nursing Practice and Education 1(1):11–20.
doi: 10.34305/jnpe.v1i1.194.

Nur, Lutfi, Edi Hendri Mulyana, and Muhammad Azhar Perdana. 2017.
“Permainan Bola Kecil Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar
Anak Usia Dini Pada Kelompok B Di TK Pertiwi DWP Kota Tasikmalaya.”
Jurnal Paud Agapedia 1(1):53–65. doi: 10.17509/jpa.v1i1.7161.

Prasetyanti, Dhita Kris, and Aminah Siti. 2013. “ASAH MOTORIK HALUS
MELALUI LILIN PLASTISIN.” A Psicanalise Dos Contos de Fadas.
Tradução Arlene Caetano 466.

Rohmah, Nikmatur. 2018a. Terapi Bermain. 2018th ed. Jember: LPPM


Universitas Muhammadiyah Jember.

Rohmah, Nikmatur. 2018b. Terapi Bermain. Cetakan Pe. Jember: LPPM


Universitas Muhammadiyah Jember.

Sakina, MiftaWahyuRafa, and DwiSarwindah Sukiatni. 2020. “PRASEKOLAH


Sesuai Dengan Tahapan.” Jurnal Psikodidaktika 3297:65–72.

Santoso, Shelfi Dwi Retnani Putri, and Suci Nurjanah. 2021. “The Effect of
Storytelling Using Finger Puppets on Anxiety in Hospitalized Preschool
Children.” Babali Nursing Research 2(3):120–27. doi:
10.37363/bnr.2021.2357.

Saputro, Heri, and Intan Fazrin. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain Di Rumah
Sakit: Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit.

Sari, Ria Setia, and Fina Afriani. 2019. “Terapi Bermain Clay Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun).” Jurnal Kesehatan
8(1):51–63. doi: 10.37048/kesehatan.v8i1.151.

Senko, Kimberly, and Bethany Harper. 2019. “Play Therapy: An Illustrative


Case.” Innovations in Clinical Neuroscience 16(5–6):38–40.

Solihat, Lulu Lutfiyani, Ria Setia Sari, and Febi Ratna Sari. 2020. “Literature
Review : Terapi Bermain Lego Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Anak
Prasekolah Akibat Hospitalisasi.” Jurnal Berita Ilmu Keperawatan
13(2):122–25.

Wijaya, Alfeus Hari, Kili Astarani, and Maria Anita Yusiana. 2019. “Strategi
Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Stres Hospitalisasi Pada Anak
Usia Prasekolah.” Jurnal Penelitian Keperawatan 5(2). doi:
10.32660/jpk.v5i2.411.

Anda mungkin juga menyukai