Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TERAPI BERMAIN PADA HOSPITALISASI ANAK


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri
Dosen pengampu: Dr. Ns. Wahyu Kirana, M.Kep., Sp.Jiwa

Disusun Oleh : Kelompok 6


1. ADIUS NONI UMBO
2. DIAN HANA LESTARI
3. EDUARDUS OKTAVIANDY
4. ERNAWATI
5. ETRI SEPTIA NURLIZA
6. ELFRIDA
7. ISKA YETTY
8. KORNELIA NELI
9. MARSELIN PABIA
10. NURYATI RUSNAWI SANRI
11. POPILIANUS NIKOLAUS
12. REO LESMANA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala sesuatu dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Terapi Bermain Pada Hospitalisasi Anak”
dengan sebaik-baiknya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pskiatri yang di bimbing oleh dosen pengampu ibu Dr. Ns. Wahyu Kirana, M.Kep.,
Sp.Jiwa
Dalam penyusunannya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terima kasih atas segala partisipasi dalam membantu penyusunan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian untuk penulis jadikan sebagai bahan evaluasi.
Demikian apa yang penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.

Pontianak, Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................2
1. Tujuan Umun....................................................................................................2
2. Tujuan Khusus..................................................................................................2
C. Metode Penulisan.......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Hospitalisasi..................................................................................................4
B. Konsep Terapi Bermain.............................................................................................4
1. Definisi Terapi Bermain
2. Tujuan Terapi Bermain......................................................................................4
3. Inidikasi Terapi Bermain....................................................................................5
4. Manfaat Terapi Bermain....................................................................................5
5. Peran Perawat.....................................................................................................5
6. Prinsip-Prinsip Dalam Aktivitas Bermain..........................................................5
7. Fase Terapi Bermain
C. Prosedur Dalam Terapi Bermain...............................................................................6
1. Klasifikasi Permainan.........................................................................................6
2. Langkah-Langkah Melakukan Terapi Bermain.................................................7
BAB III APLIKASI KASUS
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan...............................................................................................................10
2. Saran.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terkait Hospitalisasi………………..
.
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Heri Setiawan, Wahyu Tri
Atmojo,Susi Rutmalem Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Soerojo Magelang tentang efektifitas
pemberian terapi bermain terhadap emosi, perilaku dan sosial pada klien remaja di
Rumah Sakit Jiwa hasil penelitan berdampak pada tanda gejala emotional, conduct
disorder, hyperactivity, peer problem dan prosocial (SDQ) dengan masing masing p value
yaitu < 0,05.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pemahaman terapi bermain pada hospitalisasi Anak.
2. Tujuan Khusus
1. Berdasarkan poin-poin di daftar isi …………

C. Metode Penulisan
Penyusunan makalah ini menggunakan metodi kepustakaan dimana kami
mengumpulkan informasi dari berbagai literatur-literatur kepustakaan. Dan kami
tuangkan kedalam bentuk makalah, yang dijabarkan secara garis besar
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Hospitalisasi…………………

B. Konsep Terapi Bermain


1. Definisi Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang melekat pada dunia anak. Menurut Prasetyono
(2018) bermain yaitu cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial.
Bermain merupakan belajar bagin anak karena dengan bermain, anak akan
berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya dan mengenal waktu, jarak. Hidayat (2020) menjelaskan bahwa anak-anak
sangat identik dengan masa bermain, karena perkembangan anak mulai diasah sesuai
kebutuhannya disaat tumbuh kembang. Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak-
anak dapat melakukan atau mempraktekan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap
pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa.
Singer (2019) mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak
menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreativitas anak. Melalui kegiatan bermain, anak memiliki kemampuan
untuk memahami konsep secara ilmiah tanpa paksaan. Intinya bermain adalah media
anak untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya serta belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan sevara alami tanpa adanya paksaan. Bagi anak-anak, bermain
adalah pekerjaan mereka. Menurut Potter & Perry (2018) Bermain membantu anak
memahami ketegangan dan tekanan, mengembangkan kapasitas mereka, dan menguatkan
pertahanan mereka, sehinggabermain tidak dapat dipisahkan dari kehuidupan anak baik
sehat maupun sakit. Bermain membantu anak menguasai kecemasan dan konflik
sehingga ketegangan mengendur dan anak tersebut dapat menghadapi masalah
kehidupan. Menurut Sanrock (2019) Permainan memungkinkan anak menyalurkan
kelebihan energi fisik dan melepaskan emosi yang tertahan, yang meningkatkan
kemampuan si anak untuk menghadapi masalah.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dunia anak adalah dunia
bermain dan bermain adalah hak anak yang paling hakiki. Melalui kegiatan bermain ini,
anak bisa mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial. Perkembangan
secara fisik dapat dilihat saat bermain, perkembangan intelektual bisa dilihat dari
kemampuannya menggunakan atau memanfaatkan lingkungan, perkembangan emosi
dapat dilihat ketika anak merasa senang, tidak senang, marah, menang dan kalah dan
perkembangan sosial bisa dilihat dari hubungannya dengan teman sebayanya, menolong
dan memperhatikan kepentingan orang lain
Menurut Saputro (2017), terapi bermain sangat penting untuk kesejahteraan
psikologis, emosional dan sosial anak. Terapi bermain ini bisa dilakukan di dalam ruang
dan juga diluar ruangan. Biasanya anak yang berusia 3-12 melakukan terapi terapi
bermain ini. Terapi ini dilakukan dalam bentuk permainan dimana anak akan
berhubungan dengan orang lain, lalu mengenal dan bisa mengungkapkan apa yang
dirasakan saat bermain, anak cenderung akan menunjukan perasaan batin dan emosinya.
Terapis akan melihat dan menganalisa masalah apa yang dialami anak saat bermain.

2. Tujuan Terapi Bermain ( Sumber Referensi ) ………


1. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
2. Dapat mengekspresikankeinginanan,perasaan,dan,fantasi.
3. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat.
4. Agar klien dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena sakit

3. Indikasi Terapi Bermain ( Sumber Referensi )…………….


Beberapa contoh kasus anak yang beermasalah yang memerlukan terapi adalah
1. Anak yang agresif, suka menyerang orang lain, agresif muncul karena gangguan
emosional yang dialami anak. Mungkin anak diperlakukan terlalu keras oleh
orang tuanya sehingga merasa marah, memberontak
2. Anak yang mempunyai kebiasaan mencabut rambutnya sampai botak sebagian
atau seluruhan. Menggigit kuku sampai luka-luka, menahan buang air besar,
mengompol walaupun usianya sudah tiga tahun ke atas, cemas atau phobia
sekolah yang bisa ditandai dengan munculnya gangguan ke tubuh seperti mual,
sakit perut, muntah- muntah menjelang pergi sekolah.
3. Anak yang sulit bergaul kurang percaya diri secara berlebihan sehingga
menghambat perkembangannya. Anak yang tidak mau berbicara dengan orang
lain selain anggota keluarga terdekat.

4. Manfaat Terapi Bermain ( Sumber referansi )…….


1. Membangun kembali rasa hormat dan penerimaan terhadap orang lain dan diri
sendiri.
2. Mengganti pola-pola sebelumnya dalam bereaksi terhadap orang lain dengan pola-pola
yang bersifat saling menguntungkan dan menyenangkan.
3. Mengembangkan cara-cara baru untuk berlatih pengendalian diri

4. Memperoleh pengalaman dan cara-cara baru dalam mengungkapkan emosi


secara tepat dalam berinteraksi.
5. Belajar untuk lebih empati terhadap jalan pikiran dan perasaan orang lain.
6. Mengembangkan pandangan dan perasaan-perasaan baru sebagai individu yang lebih
baik.

5. Peran Perawat
Sebagai acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih
komperhensif pada klien serta masukan bagi bidang ilmu keperawatan anak
(psikologi perkembangan anak) terhadap peningkatan upaya komunikasi, informasi,
dan edukasi, (peran perawat sebagai pendidik) kepada anak-anak khususnya remaja
dalam upaya pemahaman sebuah metode terapi bermain dalam manajemen psikologis
serta memberikan pendampingan kepda klien sampai klien selam pelaksanaan sampai
dengan tujuan klien bisa membaik atau sembuh

6. Prinsip-prinsip Dalam Aktivitas Bermain


1. Perlu energi ekstra
2. Waktu yang cukup
3. Alat permainan
4. Ruang untuk bermain
5. Pengetahuan cara bermain
6. Teman bermain
7. Fase Terapi Bermain
1. Fase Chhild Directed Interaction ( CDI )
Tujuan : memperbaiki dan meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dengan
anak. Fase ini dibentuk sedemikian rupa sehingga anak bebas memilih berbagai mainan,
permainan dan aktivitas yang akan dilakukan bersama orang tua
• Selama fase CDI orang tua dan terapis diinstruksikan tidak memberikan hukuman
dan mengabaikan perilaku negatif anak yang tidak membahayakan orang lain
maupun dirinya.
• Fase ini menekankan pada pembentukan hubungan pengasuhan yang penuh kasih
sayang dan ikatan yang aman
• Pusat perhatian adalah perilaku positif anak yang akan diberikan penguatan-
penguatan positif.
• Orang tua diarahkan dan dibimbing oleh terapis untuk tidak menggunakan kata-
kata negatif (“tidak”, “jangan” dan “tidak boleh”),serta tidak bertanya secara
negatif.
• Kata-kata atau kalimat negatif yang mengandung ancaman hanya akan
memperburuk perilaku anak, apalagi jika disertai dengan hukuman fisik.
• Tindakan-tindakan negatif orang tua akan menjadi model perilaku negatif (fisil
maupun verbal) bagi anak.
• Fase CDI diarahkan untuk memberikan pekerjaan rumah bagi orang tua melatih
setiap keterampilan baru yang diperolehnya selama 5 sampai 10 menit (setiap
hari) bersama anaknya
Keterampilan dalam pelaksanaan CDI yaitu :
• Praise (penghargaan), orang tua menyediakan berbagai hadiah atau ganjaran
baik dalam bentuk pujian maupun sistem token
• Reflection(refleksi), orang tua mengulangi atau merangkai kembali kata-kata yang
telah disampaikan anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua telah
mendengarkan dan memberikan perhatian, sehingga dapat mendorong komunikasi
yang baik dengan anak.
• Description(penjelasan), orang tua menjelaskan aktivitas bermain apa yang
sedang dilakukan anak. Tujuannya untuk menunjukkan perhatian orang tua
terhadap anak dan mengembangkan perbendaharaan kata pada anak.
Entusiasm(ketertarikan), orang tua menunjukkan ketertarikan dan rasa senang
terhadap kegiatan bermain yang sedang dilakukan anak

2. Fase Parent Directed Interaction


Tujuan : memusatkan perhatian orang tua terhadap pembentukan struktur dan
konsistensi penerapan disiplin.
• Orang tua memberikan instruksi secara jelas dan langsung pada anak, serta
memberikan konsekuensinya yang konsisten. Selain pemberian pujian atau
token pada perilaku positif anak, senyuman dan sentuhan di kepala /bahu anak
juga akan memberikan dampak yang lebih baik
• Jika perilaku negatif ditampilkan maka anak diberikan tanda berupa bulatan
hitam/lingkaran, sedangkan jika perilaku positif yang ditampilkan maka anak
diberikan tanda bintang atau token (pada buku hariannya)
• Pada saat anak tidak mematuhi perintah orang tua maka dapat diberlakukan
“setrap” yaitu dengan memindahkan anak untuk duduk pada tempat atau area
hukuman, yang mudah diawasi orang tua

C. Prosedur Dalam Terapi Bermain


Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson & Henderson, 2007 : 435) meliputi 3 tahap
yaitu :
1. Membangun relasi, dimana terapis memusatkan perhatian pada bentuk-bentuk
emosi yang muncul saat anak bermain dan harus memberikan respon yang
tepat dalam hal tersebut.
2. Menentukan bentuk permainan secara spesifik, dimana hubungan semakin
terbentuk dengan baik dan terapis secara asertif mengarahkan permainan bagi
anak
3. Konfrontasi untuk mengatasi masalah dimana terapis secara aktif lebih
mendekatkan diri dalam struktur kegiatan bermain untuk membantu
mendorong dan membesarkan hati anak dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah.

1. Klasifikasi Permainan
1. Dramatic play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain Contoh : anak
memerankan peran sebagai ayah atau ibu
2. Skill Play
Pada permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak,khususnya motorik
kasar dan halus Contoh : Bermain bongkar pasang
3. Assosiative Play
Pada permaina ini sudaa terjad komunkasi antara satu anak dengan yang
lain,tetapi tidak terorganisir ,tidak ada pemimpin yang memimpin permainan dan
tujua yang tidak jelas. Contoh : Anak-anak bernyanyi sesuai selera masing-masing
4. Cooperative Play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas tetapi tujuan dan pimpina
permainan jelas Contoh : Anak-anak yang bernyanyi bersama-sama dengan satu
orang yang memimpin.

2. Langkah – Langkah melakukan terapi bermain


1. Fase Orientasi : 5 Menit
Kegiatan : Memberikan salam, Membuat perjanjian pelaksanaan terapi, dan
menjelaskan proses bermain
2. Fase Kerja : 20 Menit

Kegiatan : Menanyakan kepada anak misal apakah anak pernah mewarnai


gambar dan suka melakukannya,menjelaskan aturan bermain lalu
membagikan kertas bergambar dan pensil warna,membimbing
anak mewarnai gambar.
Adapun tahap kerja pada anak yang lain seperti :
1. Stimulasi Sosial
Anak bermain bersama teman-teman nya tetapi tidak ada tujuan,contoh : bermain
pasir bersama-sama.
2. Stimulasi ketrampilan
Mengetahui kemampuan ketramoilan yang ada pada anak sehingga dapat
mengetahui bakat anak ,contoh : menggambar,mewarnai,bernyanyi,atau menari.
3. Stimulasi Kerja Sama
Anak mampu bekerja sama dalam permainan,contoh: anak bermain menyusun
puzzle,bermain bola
3. Fase Terminasi : 5 Menit
Kegiatan : Evaluasi,memberikan reinforcement positif,meberi salam
penutup
BAB III
APLIKASI KASUS
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi bermain bertujuan untuk memberikan sejumlah stimulasi terhadap sensoris
yang diharapkan akan meningkatkan kerja otak dalam memproses stimulasi yang masuk
melalui organ sensoris tadi. Stimulus ini diharapkan dapat memperbaiki struktur otak yang
selanjutnya dapat memperbaiki gangguan perkembangan komunikasi dan sosial.
Terapi bermain adalah penggunaan model-model teoritis secara sistematis untuk
menjalin sebuah proses interpersonal dimana seorang terapis menggunakan kekuatan-
kekuatan terapetik dari kegiatan bermain, untuk membantu para klien dalam mencegah
atau mengatasi masalah-masalah psikososial dan mencapai taraf pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Saran untuk perawat penerapan terapi bermain berperan penting dalam perawatan
pasien. Disamping efektifitasnya, terapi bermain cukup mudah untuk diterapkan dan
merupakan tindakan mandiri keperawatan yang harus dipertahankan dalam
implementasi keperawatan.
2. Bagi Institusi
Agar penerapan terapi bermain bisa menjadi rujukan untuk dilakukan penyuluhan,
pengabdian masyarakat maupun penelitian-penelitian selanjutnya sehingga memperkaya
literatur di perpustakaan serta pelaksanaan perkuliahan khusunya mata kuliah yang
bersangkutan lebih aplikatif.
DAFTAR PUSTAKA

Hardyanti, Rina, dkk. (2020). Terapi Happygame Untuk Pasien Gangguan Jiwa. Article
kesehatan. Redaksi. https://www.papuabaratoke.com/newa/kesehatan/terapi-
happygame-untuk-pasien-gangguan-jiwa.asp . Diakses pada tanggal 1 Desember
2020

Sabarini, Rini. (2017). 7 Tahapan Terapi Bermain Pada Gangguan Jiwa. Article .
Dosenpsikologi.com. https://dosenpsikologi.com/contoh-terapi-bermain-pada-
gangguan-jiwa. Diakses pada tanggal 1 Desember 2020

Setiawan, Heri, dkk. (2020). Efektivitas Pemberian Terapi Bermain Terhadap Emosi,
Perilaku dan Sosial Pada Klien Remaja Di Rumah Sakit Jiwa. Artikel kesehatan
jiwa. Volume 3 No 3. Hal 349-356.
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/download/601/344
Diakses pada tanggal 1 Desember 2020

Sarifhatul, Aini. (2018). Terapi Bermain Pada Gangguan Jiwa. Artikel Kesehatan. Redaksi
https://www.academia.edu/17450695/terapi_bermain?auto=download . Diakses
pada tanggal 1 Desember 2020

Ati, (2019). Konsep terapi bermain dalam keperawatan.


https://id.scribd.com/document/399283089/Konsep-Terapi-Bermain-Dalam-
Keperawatan-Jiwa Diakses pada tanggal 1 Desember 2020

https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/download/601/344

Anda mungkin juga menyukai