Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN REPORDUKSI

PADA KASUS KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE

Sebagai Penugasan Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi

Dosen Pengampu:

Ns. Diane Juliana, S. Kep., M. Kes


NIDN. 1113077902

DISUSUN OLEH:

Kelompok IX

1. Adius Noni Umbo


2. Beri Prapaska
3. Etri Septia Nuria
4. Firmanus Bonar
5. Nasut

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Mahas Esa karena atas
berkat dan Rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Kritis Pada Kasus Klimaterium dan Menopause”
yang bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Ns. Diena Juliana,
S.Kep., M.Kes. Selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Reproduksi.
Dengan segala kerendahan hari penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dalam penulisan makalah ini, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritis
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini

Pontianak, Oktober 2023

Kelompok IX

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................................1

B. Tujuan Penulisan................................................................................................................1

C. Metode Penulisan................................................................................................................1

D. Ruang Lingkup...................................................................................................................1

E. Sistematika Penulisan.........................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................3

A. Konsep Dasar Penyakit......................................................................................................3

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis.............................................................................9

BAB III.........................................................................................................................................18

PEMBAHASAN...........................................................................................................................18

A. Hasil Penelitian.................................................................................................................18

B. Keterbatasan.....................................................................................................................29

C. Implikasi............................................................................................................................29

BAB IV..........................................................................................................................................31

PENUTUP....................................................................................................................................31

ii
A. Kesimpulan........................................................................................................................31

B. Saran..................................................................................................................................31

REFERENSI................................................................................................................................32

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa klimakterium yaitu masa peralihan dalam kehidupan normal
seorang wanita sebelum senium (masa lanjut usia), yang mulai dan aktif
masa reproduktif dan kehidupan sampai masa non-reproduktif. Masa
klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan
pascamenopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun.
Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita
umur kurang dari 40 tahun.Pramenopause adalah masa 4-5 tahun
sebelum menopause, keluhan klimakterik sudah mulai timbul, hormon
estrogen masih dibentuk. Bila kadar estrogen menurun maka akan
terjadi perdarahan tak teratur.
Menopause adalah henti darah haid yang terakhir yang terjadi
dalam masa klimakterium dan hormon estrogen tidak dibentuk lagi jadi
merupakan satu titik waktu dalam masa tersebut. Umumnya terjadi pada
umur 45-55 tahun. Pasca menopause adalah masa 3-5 tahun setelah
menopause, dijumpai hiper-gonadotropin (FSH dan LH) dan kadang-
kadang hipertiroid.Sindrom klimaterik klinis adalah keluhan-keluhan
yang timbul pada masa pramenopause, menopause, dan pasca
menopause. Sindrom klimaterik endokrinologis adalah penurunan kadar
estrogen, peningkatan kadar gonadotropin (FSH dan LH).
Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara
menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, sosial, dan bukan hanya
bebas dari penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan
fungsinya. Kesehatan reproduksi bukan hanya membahas masalah
kehamilan atau persalinan, tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan
wanita yang salah satunya adalah masa menopause, yaitu suatu masa
yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada masa
senium (lanjut usia), yaitu pada usia 40-65 tahun (Pakasi, 2000).

1
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO)
menunjukan pertambahan jumlah wanita yang memasuki fase
klimakterium yang diperkirakan meningkat hingga lebih satu miliar di
tahun 2030. Proporsi di Asia diperkirakan akan mengalami peningkatan
dari 107 juta menjadi 373 juta di tahun 2025. Sedangkan menurut
Badan Sensus Penduduk, di Indonesia jumlah setiap tahunnya mencapai
5,3 juta orang dari jumlah total pendudukperempuan Indonesia yang
berjumlah 118.010.413 juta jiwa (Pusat data dan Informasi Kesehatan
RI, 2013). Penelitian menunjukan sebagian besar wanita tidak terpenuhi
pada aspek kebutuhan seksualnya, meliputi aspek gairah/minat seksual
(82,43%), perangsangan arousal (66,21%), orgasme (75,67%) serta
56,75% mengalami disparenia. Data lainnya menunjukan bahwa
sebagian besar para wanita usia 50- 60 tahun dalam penanganan gejala
perimenopause dalam kategori kurang baik, meliputi pengaturan nutrisi
(58,14%), pengaturan aktivitas olahraga (65,69%), pengaturan aktivitas
seksual (52,32%), pengaturan stress dan emosi (65,69%), pengaturan
istirahat (50,58%), pengaturan pencarian informasi dan pelayanan
kesehatan (58,72%). ( Mira Trisyani Koeryaman, Ermiati 2018).
Berdasarakan pernyataan diatas maka penulis akan menjabarkan
konsep klimaktorium dan menopause, serta konsep asuhan
keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus klimaktorium
dan menopause.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep klimaktorium
b. Untuk mengetahui konsep dasar menepouse
c. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kasus
klimaktorium dan menepouse.

2
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi
kepustakaan dari literatur yang ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.

D. Ruang Lingkup
Penulis membatasi ruang lingkup dengan asuhan keperawatan kritis pada
kasus acute pancreatitis.

E. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini agar dalam pembahasan terfokus pada
pokok permasalahan dan tidak melebar kemasalah yang lain, maka penulis
membuat sistematis penulisan karya tulis ilmia sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini penuis membahas tentang latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan. Ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini penulisa membahas tentang konsep dasar manajemen nyeri
dan konsep asuhan teoritis manajemen nyeri.
3. Bab III Pembahasan
Dalam bab ini penulis membahas hasil penelitian, keterbatasan dan
implikasi manajemen nyeri .
4. Bab IV Penutup
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Klimakterium
a. Defenisi
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa
reproduksi sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur
40-65 tahun. Fase klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui
seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non reproduktif.
Periode ini dapat berlangsung antara sebelum dan sesudah
menopause. Pada fase ini fungsi reproduksi wanita menurun.
Fase klimakterium menurut Varney dalam buku saku kebidanan
mendefinisikan sebagai proses penuaan wanita dari tahap reproduktif
ke nonreproduktif, melalui tahapan fase awal pramenopause,
menopause dan post menopause. Pendapat lainnya dari Dennerstein,
mengatakan bahwa awal periode fase klimakterium diawali dengan
penurunan kadar estrogen dan progesterone yang dapat memicu
berbagai gejala fisik dan psikologis pada wanita. Biasanya gejala
yang muncul dapat mempengaruhi aktivitas harian hingga
berpengaruh terhadap kualitas hidup. ( Mira Trisyani Koeryaman,
Ermiati 2018).
Fase klimakterium menurut Varney dalam buku saku kebidanan
mendefinisikan sebagai proses penuaan wanita dari tahap reproduktif
ke nonreproduktif, melalui tahapan fase awal pramenopause,
menopause dan post menopause. Pendapat lainnya dari Dennerstein,
mengatakan bahwa awal periode fase klimakterium diawali dengan
penurunan kadar estrogen dan progesterone yang dapat memicu
berbagai gejala fisik dan psikologis pada wanita. Biasanya gejala
yang muncul dapat mempengaruhi aktivitas harian hingga

4
berpengaruh terhadap kualitas hidup. ( Mira Trisyani Koeryaman,
Ermiati 2018)
b. Etiologi
Klimakterium merupakan proses alami yang akan terjadi saat
seorang wanita bertambah tua, seiring bertambahnya usia, indung
telur akan semakin sedikitmemproduksi hormon kewanitaan.
Akibatnya, indung telur tidak lagi melepaskan sel telur dan
menstruasi akan berhenti. Namun, klimaterium juga dapat terjadi
lebih dini yang terjadi akibat:
1) Primary ovarian insufficiency, Kondisi ini terjadi akibat kelainan
genetik atau penyakit autoimun, yang membuat indung telur
berhenti berfungsi
2) Operasi pengangkatan rahim (Histerektomi), Setelah histerektomi,
seorang wanita memang tidak akan langsung mengalami
klimakterium, namun akan cenderung mengalami klimakterum
lebih awal, klimakterum dapat langsung terjadi setelah
histerektomi bila indung telur juga ikut diangkat.
3) Pengobatan kanker, Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi
kanker rahim dapat merusak indung telur, sehingga memicu
klimakterum dini. (Dalal, P.Agarwal,M.2015)
c. Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya
kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin,
sehingga terganggunya interaksi antara hipotalamus–hipofisis.
Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum. Kemudian turunnya
fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan
balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan
produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata yang
paling mencolok peningkatannya adalah FSH.
d. Manifesatsi Klinis

5
Menurut Baziad, 2003 lebih kurang 70 % wanita peri dan pasca
menopause mengalami keluhan vasi motoric, depersi, dan keluhan
psikis dan somatic lainnya.
1) Gangguan vasomotor
Hot flush atau perasaan panas dari dada hingga wajah sehingga
wajah dan leher menjadi kemerahan dan berkeringat. Perasaan
panas terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam pembuluh
darah wajah, leher, dada dan punggung. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan pengeluaran hormone adrenalin dan neurotensin oleh
tubuh wanita tersebut. Selain itu terjadi penurunan sekresi
hormone noradrenalin sehingga terjadi vasidilatasi pembuluh
darah kulit menjadikan temperatur kulit meningkat dan timbul
perasaan panas. Beberapa kali semburan panas muncul per
harinya dan intensitasnya berbeda setiap individu. Pada keadaan
berat semburan panas dapat muncul sampai 20 kali per harinya.
Jika semburan panas muncul pada malam hari akan menyebabkan
wanita tersebut terganggu saat beristirahat
2) Dryns vaginal
Dengan meningkatknya usia maka makin sering dijumpai
gangguan seksual. Hal itu dapat terjadi karena adanya perubahan
pada vagina seperti kekeringan, sel epitel vagina menjadi tipis dan
mudah cidera yang akan membuat daerah vagina sakit saat
berhubungan. Libido atau gairah seskaula wanita menurun
dikarenakan perubahan hormonal, kegelisahan, atau citra tubuh
yang tidak baik.
3) Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung
Penururnan kadar estrogen berpengaruh terhadap neurotransmitor
yang ada di otak. Neurotransmiter yang dapat di otak antara lain:
dopamine, serotonin dan endrofin. Neurotransmiter ini berfungsi
dalam menunjang kehidupan. Dopamin mempunyai fungsi untuk

6
mempengaruhi emosi, system kekebalan tubuh dan kadar seksual.
Kadar dopamine dipengaruhi oleh estrogen, selain itu endofrin
dapat merangsang terbentuknya dopamine. Serotonin berfungsi
mempengaruhi suasana hati dan aktifitas istirahat. Sedangkan
endofrin menjalankan fungsi yang berhubungan dengan ingatan
dan perasaan seperti nyeri atau sakit. Produksi endrofin pada
premenopause mengalami penurunan hal ini terjadi kadar estrogen
dalam darah juga mengalami penurunan. Penurunan kadar
endrofin, dopamine dan serotonin mengakibatkan gangguan yang
berupa menurunnya daya ingat dan suasana hati yang sering
berupa menurunnya daya ingat dan suasana hati yang sering
berubah atau mudah tersinggung.
4) Inkontinensia urin
Kadar estrogen yang rendah akan menyebabkan penipisan pada
jaringan kandung kemih dan saluran kemih. Hal ini menyebabkan
terjadinya penurunan control dari kandung kemih sehingga sulit
untuk menahan buang air kecil.
5) Ketidakteraturan siklus haid
Perdarahan yaitu keluarnya darah dari vagina. Gejala ini biasanya
akan terlihat pada awal permulaan masa menopause. Perdarahan
akan terlihat beberapa kali dalam rentang beberapa bulan dan
akhirnyaakan berhenti sama sekali. Gejala ini sering kali disebut
dengan gejala peralihan. Apabila perdarahan bertambah berat
sebaiknya melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada.
6) Perubahan kulit
Sebagian besar perubahan kulit yang diperhatikan wanita pada
masa menopause adalah kerusakan karena terkena sinar matahari.
Perubahan lain meliputi kulit kering, banyak berkeringat,
pengerutan, perubhan fungsi pelindung dan kulit menjadi tipis.
Lemak di bawah kulit juga berkurang sehingga kulit juga menjadi

7
kendur dan mudah terbakar sinar matahari. Kulit yang terbakar
sinar matahri akan berpigmentasi serta menjadi hitam atau timbul
bintik bintik hitam.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gejala Perimonopause
1) Faktor Psikis
Keadaan psikis seorang wanita akan mempengauhi terjadinya
menopause. Keadaan seseorang wanita yang tidak menikah dan
bekerja akan mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita
2) Faktor Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi keadaan fisik, kesehatan
dan pendidikan seseorang. Apabila faktor- faktor tersebut cukup
baik, akan mengurangi beban fisiologis dan psikologis.
3) Faktor Budaya dan Lingkungan
Faktor lingkungan juga memiliki peran terhadap kesehatan, beban,
pola pikir dan pendidikan seseorang. Lingkungan juga
mempengaruhi wanita dalam menyesuaikan diri terhadap dirinya.
4) Usia Menarch
Wanita yang mudah mengalami menarch maka akan semakin tua
atau lama untuk memasuki usia menopause.
5) Usia Melahirkan
Penelitian yang dilakukan oleh Beth Israel Deaconness Medcal
Center in Boston mengungkapakan bahwa wanita yang masih
melahirkan diatas 40 tahun akan mengalami usia menopause yang
lebih tua atau lama. Menopause yang terlambat itu disebabkan
oleh kehamilan dan persalinan akan memperlambat system kerja
organ reproduksi. Bahkan akan memperlambat system penuaan
tubuh.
6) Pemakaian Kontrasepsi
Kontrasepsi yang mempengaruhi menopause seseorang adalah
kontrasepsi hormonal karena cara kerja kontrasepsi hormonal

8
yang menekan kerja ovarium atau indung telur. Wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua
memasuki masa menopause
7) Status Gizi
Faktor yang mempengaruhi menopause lebih awal biasanya
dikarenakan konsumsi yang sembarangan. Jika ingin mencegah
menopause lebih awal dapat dilakukan dengan menerapkan pola
hidup sehat seperti tidak merokok, serta mengkonsumsi makanan
yang baik misalnya sejak masih muda rajin mengkonsumsi
makanan sehat seperti kedelai, kacang merah, bengkoang atau
papaya.
f. Komplikasi
1) Osteroporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan
menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan
akibat ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kandungan
mineral dalam tulang sehingga mudah terjadi patah tulang.
Penyebab osteoporosis adalah gangguan pada metabolism tulang.
Gangguan metabolisme ini disebabkan karena menurunnya kadar
hormone estrogen, kurangnya konsumsi kalsium vitamin D,
kurangnya stimulasi mekanik pada tulang, efek samping dari
konsumsi obat, minum alcohol, merokok dan sebagainya.
Menurut WHO pada tahun 2030 jumlah wanita pada usia 50 tahun
atau lebih diperkirakan mencapai 1,2 milyar. Osteroporosis
meningkat seiring dengan semakin lamanya menopause.
2) Penyakit Jantung
Pada umumya yang paling banyak ditemukan pada wanita yang
menginjak menopause adalah kemungkinan terserang penyakit
jantung. Penyakit jantung ini disebabkan kadar estrogen yang
kurang meningkatkan tenakan darah dan berat badan sehingga

9
darah yang mengalir ke jantung tidak bekerja dengan baik.
Penurunan kadar estrogen juga mengakibatkan meningkatnya
kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan menurunnya
kolesterol HDL (kolesterol baik). Ketidakberadaan hormone
estrogen membuat produksi NO (nitric oxide) menurun. NO
berperan sebagai vasodilatasi arterial dan pencegah adhesi dari
makrofag dan trombosit ke dinding arteri.
3) Obesitas
Tubuh akan membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak.
Wanita gemuk mempunyai kadar hormone estrogen yang lebih
tinggi dibandingkan wanita kurus. Tingginya kadar estrogen
merupakan penyebab meningkatnya risiko kanker rahim pada
wanita menopause dengan obesitas.
4) Kanker leher Rahim
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri.
Kanker serviks disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus.
Setelah terpapar virus HPV, system imun wanita biasanya
mencagah virus yang membahayakan tubuh. Pada beberapa
kelompok wanita, virus ini dapat bertahan selama bertahun- tahun
sampai pada akhirnya mengkonversi beberapa sel pada permukaan
serviks menjadi sel kanker. Setengah dari kejadian kanker serviks
terjadi pada wanita diantara umur 35-55 tahun. Kanker ini
biasanya terjadi pada usia premenopause karena terjadi penurunan
hormone estrogen yang berfungsi mempertahankan fungsi tubuh.,
dan jika hormone ini mengalami penurunan maka akan terjadi
perubahan fungsi tubuh. Sehingga tubuh kurang dapat menghalau
virus maupun mikroba yang menyebabkan penyakit.
5) Kanker Payudara
Kanker payudara cenderung berdampak pada perempuan yang
memasuki usia 50 tahun. Penyebab kanker payudara adalah faktor

10
genetic, lingkungan, kebiasaan gaya hidup sehari- hari. Estrogen
bukan pemicu terjadinya kanker payudara. Akan tetapi estrogen
dapat mengaktifkan sel kanker pada payudara. Pada seseorang
yang menginjak masa menopause beberapa akan mengalami
kenaikan badan. Wanita menopause yang memiliki berat badan
lebih menyimpan cadangan estrogen pada perut pinggang dan area
tubuh yang lain. Estrogen tersebut naik ke atas menuju payudara
sehingga sel kanker yang ada di payudara aktif.

g. Pencegahan Dampak Masa Klimakterium


Pencegahan beberapa dampak masa klimakterium yaitu:
1) Pencegahan kehamilan
Banyak wanita 40-50 tahun menjadi gelisah bila haidnya tiba-tiba
berhenti atau menjadi tidak teratur. Haid yang tidak teratur hanya
menunjukkan bahwa pematangan ovum tidak terjadi lagi secara
siklis, tetapi bukan berarti tidak dapat terjadi pembuahan.
Pencegahan kehamilan harus tetap dilakukan. Kehamilan pada
usia ini mempunyai risiko baik bagi ibu yang hamil maupun bagi
janinnya. Semua jenis kontrasepsi alamiah seperti pantang
berkala, pencatatan suhu basal badan, maupun bentuk lainnya
sebaiknya tidak dipakai. Cara ini hanya dapat digunakan pada
wanita yang siklus haidnya masih teratur.
2) Penggunaan pil sebagai kontrasepsi
Selain dapat mengatur siklus haid juga sekaligus dapat
menghilangkan keluhan klimakterik. Kerugiannya adalah bahwa
dengan siklus haid yang teratur tidak dapat ditentukan saat wanita
tersebut memasuki menopause. Bila sudah tidak haid lagi dua
belas bulan berturut-turut, sudah pasti wanita itu memasuki usia
menopause, sehingga kehamilan sudah tidak mungkin terjadi.
3) Pencegahan osteoporosis

11
Pencegahan osteoporosis pasca menopause bukan hanya
bergantung pada estrogen, karena pengobatan dengan progestogen
juga efektif dalam mencegah kehilangan tulang (bone loss).
Penambahan progestogen ke pengobatan estrogen mungkin
penting dalam mencegah osteoporosis tetapi mungkin penting
dalam mengobati penderita yang telah mengalami osteoporosis.
Pengobatan estrogen-progestogen sesungguhnya meningkatkan
massa tulang dengan memajukan pembentukan tulang baru.
4) Pencegahan penyakit jantung coroner
Beberapa kajian terbaru menyarankan bahwa estrogen dapat
memberikan khasiat protektif terhadap penyakit kardiovaskuler,
terutama bilamana dipakai estrogen alamiah dosis rendah yang
cukup untuk memulihkan gejala menopause. Pada wanita yang
diobati selama 25 tahun yang diawasi selama 25 tahun dan
dibandingkan dengan yang tidak pernah memakai estrogen,
ditemukan penurunan bermakna pada:
a) Penyakit arterikoroner
b) Gagal jantung kongestif
c) Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik
d) Hipertensi.

2. Menepouse
a. Defenisi
Menopause didefinisikan secara klinis sebagai suatu periode
ketika seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi karena
produksi hormonnya berkurang atau berhenti. Menopause merupakan
suatu fase dalam kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan
berhentinya masa subur. Proses berubah ke arah menopause itu
sendiri sudah dimulai sejak wanita berusia 40 tahun. Masa ini dikenal
sebagai masa premenopause/ klimakterium.

12
b. Etiologi
Menurut Baziad (2003) dalam Lubis (2016), oogenesis pada
wanita akan berakhir pada saat fetus berusia 5 bulan dan yang tinggal
hanya tujuh juta oosit. Mulai usia lima bulan sampai saat lahir terjadi
pengurangan jumlah primordial folikel hingga menyisakan 500.000
sampai 1.000.000 dan dalam perjalanan waktu kan terus berkurang
jumlahnya. Jumlah folikel yang masih tersedia pada setiap wanita
berbeda - beda. Sebagian wanita pada usia 35 tahun memiliki
sebanyak 100.000 folikel, sedangkan wanita lainnya pada usia yang
sama hanya memiliki 10.000 folikel. Berkurangnya jumlah folikel
disebabkan oleh folikel itu sendiri yang mana seperti sel tubuh yang
lain oosit yang terkandung dalam folikel primordial juga dipengaruhi
oleh stress biologik, kerusakan DNA yang permanen, dan
bertumpuknya bahan kimia akibat proses metabolisme tubuh.
Husniawati (2010) dalam Suparni & Astutik (2016), menjelaskan
bahwa pada tiap siklus haid, 20 – 30 folikel primordial dalam proses
perkembangan dan sebagian besar diantaranya mengalami atresia atau
kerusakan. Selama masa reproduksi kurang lebih 400 oosit
mengalami proses pematangan dan sebagian lagi hilang spontan
akibat usia yang bertambah. Pada waktu menopause tinggal beberapa
ribu buah. Produksi estrogen pun berkurang. Folikel yang tersisa lebih
resistan terhadap rangsangan gonadotropin. Sehingga siklus ovarium
yang terdiri dari pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan
korpus luteum lama - kelamaan berhenti. Hilangnya folikel secara
terus menerus setelah kelahiran, hanya menyisakan kurang lebih
beberapa ratus folikel pada saat menopause yang menimbulkan gejala
amenore dan ketidakteraturan haid.
c. Tahapan Meneopouse
Empat tahapan menopause yang terdapat dalam Riyadina (2019)
adalah sebagai berikut.

13
1) Pramenopause
Pramenopause adalah masa selama 4 – 5 tahun sebelum terjadi
menopause. Singkatnya, pramenopause adalah seluruh periode
masa subur sebelum menopause yaitu periode dari menarche
sampai menopause. Pada fase ini menstruasi mulai tidak teratur,
namun belum muncul tanda klasik gejala menopause, seperti hot
flashes atau semburan panas, kekeringan vagina, dan lain
sebagainya. Pramenopause biasanya dialami wanita pada usia 40-
an. Wanita pada fase ini masih subur yang artinya masih bisa
hamil
2) Perimenopause
Perimenopause disebut juga fase peralihan. Perimenopause terjadi
sekitar dua tahun sebelum menopause sampai sekitar dua tahun
setelahnya. Pada fase ini terdapat gejala khas yakni penurunan
fungsi ovarium yang ditandai dengan defisiensi progesterom dan
estrogen sehingga tanda klasik gejala menopause mulai muncul.
Perimenopause dialami oleh wanita pada usia 50-an.
3) Menopause
Menopause adalah keadaan di mana wanita sudah tidak lagi haid
yang dihitung dari 12 bulan sejak haid terakhir. Pada awal
menopause terkadang kadar estrogen rendah, namun bisa
sebaliknya pada wanita gemuk. Pada fase ini sudah muncul tanda
klasik gejala masa menopause. Penting untuk mencatat tanggal
terakhir menstruasi karena jika terjadi perdarahan vagina dalam
jangka waktu satu tahun sejak tanggal tersebut, dianggap tidak
normal. Oleh karena itu, harus memeriksakan diri ke dokter.
4) Pascamenopause
Pascamenopause adalah fase setelah menopause sampai senium.
Fase ini merupakan masa lima tahun setelah menopause. Di fase

14
ini tanda klasik gejala menopause sudah mulai menghilang akibat
keseimbangan hormon yang telah dicapai tubuh.
d. Usia Menopause
1) Menopause dini
Menurut Sastrawinata (2008) dalam Lubis (2016), menopause dini
merupakan menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun.
Diagnosis ini dibuat apabila haid berhenti sebelum waktunya
disertai dengan hot flashes serta meningkatknya kadar hormon
gonadotropin. Apabila kedua gejala ini tidak ada, maka perlu
dilakukan penyelidikan terhadap sebab lain dari terganggunya
fungsi ovarium. Faktor yang menyebabkan menopause dini adalah
keturunan, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit menahun,
dan penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium. Menopause
dini tidak membutuhkan terapi, namun diperlukan pemberian
penerangan kepada wanita yang bersangkutan. Faktor lain yang
bisa menyebabkan seorang wanita mengalami menopause dini
adalah merokok.
2) Menopause normal
Suparni & Astutik (2016), mengatakan menopause biasanya
dialami oleh wanita pada rentang usia 45 – 55 tahun. Perubahan
hormonal selama masa menopause menimbulkan munculnya
perubahan fisik dan psikologis yang berakibat pada sensitivitas
sehingga wanita menopause menjadi lebih mudah tersinggung,
mudah marah, kurang percaya diri, dan mengalami keluhan
lainnya.
3) Menopause terlambat
Sastrawinata (2008) dalam Lubis (2016), menjelaskan batas
terjadinya menopause adalah umur 55 tahun. Apabila wanita
masih mengalami menstruasi di atas umur tersebut, maka
diperlukan penyelidikan lebih lanjut. Adapun sebab – sebab yang

15
dapat dihubungkan dengan menopause terlambat adalah
konstitusional, fibromioma uteri, dan tumor ovarium yang
menghasilkan estrogen (Lubis, 2016).
e. Pathway

f. Manifesatsi Klinis
Menurut Kasdu (2004) dalam Nurlina (2021), keluhan fisik pada
masa menopause adalah sebagai berikut.
1) Hot flashes (semburan panas)
Hot flashes merupakan suatu kondisi ketika tubuh mengalami rasa
panas yang menyebar dari wajah hingga ke seluruh tubuh. Hot
flashes dapat berlangsung selama satu sampai dua tahun setelah
menopause atau dalam beberapa kasus dapat berlanjut sampai 10
tahun atau lebih (Riyadina, 2019). Siregar (2014) dalam Zolekhah
& Sholihah (2018), mengatakan hot flases berkaitan dengan
vasodilatasi dan peningkatan suhu tubuh yang menghasilkan
keringat serta peningkatan konduktansi kulit akibat penurunan
kadar hormon estrogen. Kondisi ini tidak berbahaya namun

16
menimbulkan rasa tidak nyaman. Hot flashes yang terjadi selama
tidur disebut night sweat atau keringat malam Kemunculan Hot
flashes berhubungan erat dengan cuaca panas dan lembab, ruang
sempit, kafein, alkohol, makanan pedas, pakaian yang telalu ketat
atau tidak menyerap keringat sehingga hal tersebut perlu dihindari
agar tidak memperparah hot flashes. Keluhan hot flashes akan
berkurang seiring dengan tubuh yang menyesuaikan dengan kadar
estrogen yang rendah (Hekhmawati, 2016)
2) Vagina kering
Penelitian oleh David (2014) dalam Hekhmawati (2016),
mengatakan penurunan hormon estrogen pada masa menopause
mengakibatkan perubahan pada vagina. Vagina akan menjadi
atrofi, kering, gatal, dan panas sehingga nyeri atau tidak nyaman
saat berhubungan seks. Untuk mengatasi hal ini, wanita
menopause dapat menggunakan pelumas vagina atau krim sebagai
pengganti hormon estrogen dengan mengusapkannya pada vagina
atau melakukan foreplay lebih lama.
3) Uretra mengering, menipis, kurang elastis
Uretra adalah saluran yang menyalurkan air seni dari kandung
kemih ke luar tubuh. Pada masa menopause, kadar estrogen
menurun hal ini menyebabkan dinding dan lapisan otot polos
uretra mengering, menipis, elastisitasnya berkurang, serta
mengalami gangguan pada penutupan uretra sehingga terjadi
inkontinensia urine, perubahan pola aliran urine, serta mudah
terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah (Widjayanti,
2016).
4) Hilangnya jaringan penunjang
Kadar estrogen yang rendah juga berpengaruh pada kolagen yang
merupakan bagian dari jaringan penunjang. Hilangnya kolagen
menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut rontok, gigi mudah

17
goyang, gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, dan rasa nyeri pada
persendian.
5) Penambahan berat badan
Sebanyak 29% wanita pada masa menopause mengalami kenaikan
berat badan dan 20% diantaranya memperlihatkan kenaikan yang
mencolok. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan
gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak. Selain itu juga
disebabkan oleh kurangnya aktivitas wanita pada usia menopause.
6) Gangguan pada tulang dan persendian
Hormon estrogen sangat berperan dalam mempertahankan
keseimbangan kerja osteoblast (pembentukan tulang) dan
osteoklast (penyerapan tulang). Estrogen akan berikatan dengan
reseptor estrogen pada osteoblast yang secara langsung
memodulasi aktivitas osteoblastik dan secara tidak langsung
mengatur pembentukan osteoklast yang bertujuan menghambat
resorpsi tulang sehingga apabila kadar estrogen turun maka tidak
ada yang menghambat resorpsi tulang yang mengakibatkan
gangguan pada proses tulang tersebut yang kemudian
menyebabkan pengeroposan tulang sehingga timbul rasa tidak
nyaman pada tulang dan persendian (Widjayanti, 2016).
7) Penyakit
Perubahan hormonal masa menopase akan menyebabkan wanita
menopause lebih rentan terserang kanker dan penyakit degeneratif
seperti diabetes serta penyakit jantung. Faktor genetik dan gaya
hidup juga berpengaruh. Hipertensi atau demensia tipe alzheimer
juga ditemukan pada masa menopause yang mana penurunan
kadar hormon seks steroid menyebabkan perubahan
neuroendokrin sistem susunan saraf pusat maupum biokimiawi
otak. Di kondisi ini, terjadi proses degeneratif sel neuro di hampir
semua bagian otak yang berkaitan dengan fungsi ingatan yang

18
mana hal ini menyebabkan sulit berkonsentrasi dan hilangnya
fungsi memori jangka pendek.
Menurut Kasdu (2004) dalam Nurlina (2021), keluhan psikologia
pada masa menopause adalah sebagai berikut
1) Kecemasan
Penelitian oleh Joyce (2013) dalam Hekhmawati (2016),
mengatakan sebanyak 51% wanita menopause mengalami
kecemasan yang disebabkan oleh perubahan fisik masa
menopause yang menimbulkan perasaan tidak berharga yang
memicu kekhawatiran akan kemungkinan orang yang dicintai
akan berpaling dan meninggalkannya
2) Kelelahan mental
Kelelahan mental berupa lebih mudah marah atau tersinggung dan
perubahan suasana hati yang begitu cepat. Biasanya hal ini tidak
disadari oleh wanita dan tidak jarang orang di sekitarnya dibuat
bingung. Maka dari itu diperlukan pendekatan khusus seperti
mengobrol ringan dengan sahabat atau siapa saja yang pernah
mengalami hal yang sama sehingga dapat menjadi dukungan
emosi.
3) Kurang tidur
Penelitian oleh Tao (2016) dalam Hekhmawati (2016),
menemukan sebanyak 42,2% wanita menopause mengalami
gangguan tidur. Insomnia pada masa menopause biasanya
disebabkan oleh hot flashes yang menimbulkan rasa panas, wajah
memerah, serta keringat di malam hari yang menjadikan tidur
terasa tidak nyaman.
4) Daya ingat menurun
Penelitian oleh Chou (2013) dalam Hekhmawati (2016),
mengatakan sebagian wanita menopause (48%) mengalami
penurunan daya ingat sehingga sesuatu yang harus diingat harus di

19
ulang – ulang terlebih dahulu. Hal ini disebabkan oleh penurunan
kadar estrogen dalam sistem saraf pusat yang mana estrogen
mempengaruhi fungsi kognitif yang artinya berpengaruh terhadap
fungsi otak. Selain itu, kemampuan berpikir juga mengalami
penurunan.
5) Depresi
Pada masa menopause wanita dapat mengalami perasaan tertekan,
terpuruk, dan merasa hidupnya tidak berguna lagi. Di masa
menopause, anak – anaknya sudah tumbuh dewasa dan biasanya
sibuk dengan urusan masing – masing. Di saat inilah wanita benar
– benar kehilangan perannya. Gejala depresi meliputi lelah terus
menerus, murung, sedih, sulit tidur pulas terutama menjelang dini
hari, sulit membuat keputusan, dan dorongan untuk menangis.
g. Penanganan Keluhan Masa Menopause
Berikut adalah beberapa penanganan keluhan masa menopause yang
bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya masalah kesehatan
menurut Mulyani (2013) dalam Nurlina (2021):
1) Terapi sulih hormon/Hormone Replacement Therapy (HRT)
Terapi ini bertujuan untuk mengurangi keluhan menopause dari
masa pramenopause hingga pascamenopause. HRT memiliki
beberapa manfaat yakni mengurangi hot flashes, mengurangi
gejala pada vagina dan uretra, melindungi dari osteoporosis, dan
menurunkan risiko penyakit jantung.
2) Terapi sulih hormon alami
Terapi ini dapat dilakukan dengan menyeimbangkan hormon
dengan fitoestrogren yang berasal dari tumbuhan. Terapi ini bisa
didapatkan dari tumbuhan yang mengandung vitamin C, D, E,
Isoflavon, dan Zink. Pada wanita pramenopause hingga
pascamenopause penggunaan terapi ini bisa didapatkan dari
produk kedelai. Kedelai mengandung isoflavon yang merupakan

20
senyawa fitoestrogen. Fitoestrogen merupakan kumpulan senyawa
alami dari tumbuhan jenis polong – polongan yang memiliki
aktivitas biologis seperti estrogen. Kandungan isoflavon pada biji
kedelai bervariasi antara 128 – 380 mg/100gr bergantung pada
genotipe kedelai, lingkungan, budidaya, dan penanganan
pascapanennya (Handayani et al., 2020). Isovlafon terbukti dapat
berikatan dengan reseptor estrogen. Saat kadar hormon estrogen
menurun akan ada banyak reseptor estrogen yang tidak terikat.
Jika tubuh mengonsumsi kedelai dan olahannya maka akan terjadi
pengikatan isoflavon dengan reseptor estrogen sehingga
mengurangi gelaja menopause seperti hot flashes, gangguan
mood, meningkatkan turgor kulit, dan mengurangi gejala atrofi
pada vagina (Handayani et al., 2020).
3) Terapi komplementer
Terapi ini digunakan untuk meningkatkan kesehatan selama
menopause dengan teknik sederhana dan pengobatan untuk gejala
tertentu dapat dilakukan secara mandiri ataupun bimbingan.
Terapi komplementer yang dapat dilakukan adalah akupresur,
aromaterapi, pijat refleksi, dan teknik relaksasi.
4) Olahraga teratur
Olahraga memiliki banyak manfaat dan mengurangi berbagai
keluhan masa menopause. Olahraga yang teratur akan
meningkatkan harapan hidup dan memperbaiki kesehatan secara
menyeluruh (Widjayanti, 2016). Kegiatan fisik yang teratur akan
mengurangi risiko terhadap kanker, penyakit jantung, dan
osteoporosis. Rasa percaya diri serta energi dapat ditingkatkan
dengan berolahraga. Latihan aerobik secara rutin dapat
mengurangi keluhan hot flashes yang mengganggu. Olahraga juga
dapat mengurangi hilangnya jaringan tulang pada wanita.
Olahraga yang tidak rutin akan mempengaruhi adaptasi fisik

21
maupun psikis wanita sehingga akan mengalami keluhan masa
menopause yang timbul akibat penurunan kadar estrogen
(Widjayanti, 2016). Penelitian oleh Simangunsong & Wahyuni
(2020), menunjukkan terdapat penurunan keluhan menopause
pada kelompok yang diberikan intervensi berupa senam sebanyak
delapan kali selama delapan minggu yakni dari rata – rata keluhan
menopause sebanyak 32,4% menurun menjadi 5,54%.
B. Konsep Asuhan Keperawatan teoritis
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat, no
register, Tanggal MRS, Tanggal Pengkajian, Diagnosa medis
Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
2) Keluhan Utama : alasan kenapa pasien memutuskan untuk datang
ke RS
3) Riwayat penyakit sekarang
a) Provocatif atau paliatif: Apa yang menyebabkan gejala dan
apa yang menguranginya.
b) Quality/quantity: Bagaimana rasanya, tampilannya, atau
suaranya? Bagaimana anda merasakan sekarang?
c) Regio/Radiasi : Di bagian mana gejala dirasakan?Bagian
kepala, bercak diseluruh tubuh, edema pada kelopak mata
Apakah menyebar?
d) Saveruty/Keparahan (scala) Bagaimana intensitasnya
(skala)?Bagaimana pengaruhnya terhadap aktivitas? 5) T i
m e / Waktu Kapan hal itu mulai timbul dan bagaimana
terjadinya?Berapa lama terjadinya?Frekwensi?Durasi

22
4) Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit yang pernah dialami dan
tindakan pengobatan yang dilakukan? Penggunaan obat?Pernah
dirawat/dioperasi? Lamanya dirawat? Alergi? Status imunisasi?
Riwayat kehamilan dan persalinan
5) Riwayat Psikososial Meliputi bahasa yang sering digunakan,
persepsi pasien tentang penyakitnya konsep diri : Body image,
ideal diri, harga diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi,
perhatian terhadap orang lain/lawan bicara, hubungan dengan
saudara, kegemaran/hobby, mekanisme pertahanan diri, danj
interaksi sosial.
6) Pola Kebiasaan sehari-hari meliputi:
a) Pola nutrisi sebelum dan sedah sakit disini yang harus dikaji
adalah frekuensi,jumlah,jenis nafsu makan sebelum dan
setelah sakit harus di kaji apakah ada perubaha
b) Pola eliminasi Sebelum sakit Yang harus dikaji adalah
frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan
pada BAK yang harus di kaji sebelum sakit adalah frekuensi,
warna dan bau. Saat Sakit: yang harus dikaji pada BAB adalah
frekwensi,waktu, konsistensi, warna, BAB terakhir,
penggunaan pencahar, riwayat perdarahan, terdapat ada
tidaknya diare, sedangkan pada BAK yang harus dikaji adalah
frekwensi,warna, bau, jumlahj, nyeri/rasa terbakar, riwayat
penyakit ginjal/kandung kemih,penggunaan
deuretika,penggunaan alat bantu, adanya penyakit saluran
kemih dan lain-lain.
c) Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain Sebelum sakit : Kegiatan
dalam pekerjaan, jenis olahraga dan frekwensinya Saat Sakit:
kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi,
makan minum, mobilisasi, ambulasi, dilakukan secara mandiri

23
di bantu sebagian, perlu bantuan orang lain, menggunakan alat
atau tidak mampu sama sekali.
d) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit: harus dikaji waktu tidur, waktu bangun,
masalah tidur, hal-hal yang mempermudah tidur, hal-hal yang
mempermudah bangun. Saat sakit: harus dikaji waktu tidur,
waktu bangun, masalah tidur, hal-hal yang mempermudah
tidur, masalah tidur.
e) Pola Kebersihan
Sebelum sakit: Mandi (x/hari),keramas (x/minggu), ganti
pakaian (x/hari), sikat gigi (x/hari), memotong kuku(
x/minggu)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Tanda-tanda vital : Tensi, RR, nadi,suhu, BB, TB
3) Pemeriksaan ABC Head to toes
a) Kepala dan rambut
b) Mata
c) Hidung
d) Telinga
e) Mulut, Gigi, Lidah, tonsil, dan Pharing
f) Leher dan tenggorokan
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, payudara dan ketiak, abdomen
h) Ekstremitas/ muskoluskletal
i) Genetalia dan anus
j) Integumen
k) Neurologi
2. Diagnosis Keperawatan
a. Defisti Pengetahuan (D. 0111)

24
Defenisi
 Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan tampak tertentu
Penyebab
 Keretasan kognitif
 Gangguan fungsi kognitif
 Kekeliruan mengikuti anjuran
 Kurang terpapar informasi
 Kurang berminat dalam belajar
 Kurang mampu mengingat
 Ketidaktahuan menemukan sumber infornasi
Kondisi klinis terkait
 Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
 Penyakit akut
 Penyakit kronis
b. Ansietas (D. 0089)
Definisi
 Konsisi emosi dan pengalaman subjektif indivisu terhadap
objek yang tidak jelas da spesifik akibat antispasi bahaya yang
memungkinkan invidividu melakukan tindakan untuk
mneghadapi ancaman
Penyebab
 Krisis situasiona
 Ancaman terhadap konsep diri
 Kurang terpapar informasi
Kondisi klinis terkait
 Penyakit kronis
 Penyakit akut
 Tahap tumbuh kembang

25
c. Disfungsi seksual (D.0069)
Defenisi
 Penyebab fungsi seksual selama fase respon seksual berupa
hasrat, terangsang, orgasme, dan atau relaksasi yang dirasa
tidak memuaskan, tidak bermakna atau tidak adekuat.
Penyebab
 Perubahan fungsi struktur tubuh
 Perubahan biopsikososial seksualitas
 Kurang terpapar informasi
Kondisi klinis terkait
 menopouse
d. Nyeri akut (D. 0077)
Defenisi
 Pengalamn sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jarngan actual fungsional dengan mendadak atau
lambat dan berintesitas rngan hingga berat yag berlangsung
kurang dari 3 bulan.
Penyebab
 Agen pencedera fisioogis
 Agen pencedera kimiawi
 Agen pencedera fisik
Kondisi klinis terkait
 Kondisi pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksisindrome coroner akut galukoma
e. Gangguan rasa nyaman (D. 0074)
Defenisi
 perasaan kurang senang, legam dan sempurna dalam dimensi
fisik psikospritual, lingkungan dan social.

26
Penyebab
 gejala penyakit
 kurang pengendalian situasional/lingkungan
 kurang privasi
 efek terapi
Kondisi klinis terkait
 Penyakit kronis
 Keganasan
 Distres Psikologi
 Kehamilan
3. Perencanaan

SDKI SLKI SIKI


Defisti Pengetahuan Kriteria hasil untuk Edukasi Kesehatan (I.
(D. 0111) mengukur penyelesaian 12383)
dari diagnosis setelah Tindakan
dilakukan asuhan Observasi
keperawatan diharapkan  Identifikasi kesiapa
tingkat pengetahuan pasien dan kemampuan
meningkat dengan kriteria menerima informasi
hasil : Teraupetik
1. Perilaku sesuai anjuran  Sedaiakn materi dan
meningkat media pendidikan
2. Kemampuan kesehaan
menjelaskan  Jadwalkan pendidikan
pengetahuan tentang kesehatan sesuai
suatu topik meningkat kesepakatan
3. Kemampuan  Berikan kesempatan
menggambarkapengala untuk bertanya
man sebelumnya yang Edukasi
sesuai dengan topik  Jelaskan faktor
meningkat risko yang dapat
4. Perilaku sesuia dengan mempengaruhi
pengetahuan meingkat kesehatanajarkan
5. Pertanyaan tentang perilaku hidup
masalah yang dihadapi bersih dan sehat
menurun
6. Presepsi yang keliru
terhadap masalah
menurunn
Ansietas (D. 0089) Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09314)

27
keperawatan diharapkan Tindakan
tingkat ansietas menurun Observasi
(L.09093) dengan kriteria  Identifikasi saat
hasil: tingkat ansietas
1. Verbalisasi berbah
kebingngan  Monitor tanda-
menurn tanda ansietas
2. Perilaku gelisah Teraupetik
menurn  Ciotakan suasana
3. Perlaku tegang teraupetik untuk
menurun menumbuhakan
4. Konsentrasi keperacayaam
membaik  Pahami situasi
5. Pola tidur yang membuat
membaik ansietas
 Denagrkand enga
penuh perhatian
Edukasi
 Jelaskan prosedur
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
 Latihanteknik
relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas
Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan Edukasi seksualitas
(D.0069) keperawatan diharapkan (I.12447)
fungsi seksua membaik Tindakan
(L. 07055) dengan kriteria Observasi
hasil:  Identifikasi
1. Kepuasan kesiapan dan
hubungan seksual kemampuan
meningkat menerima
2. Hasrat seksual informasi
membaik Teraupetik
3. Orientasi seksual  Sediakan materi
membaik dan media
pendidikan
kesehan jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai

28
kesepakatan
 Berikan
kesempatkan
untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan antomi
dan fisiologi
sistem reporduksi
laki-laki dan
pperempuan
 Jelaskan
perkemangan
seksualitas
sepanjang siklus
kehidupan
Nyeri akut (D. 0077) Setalah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.
keperawatan diharapkan 08238)
tigkat nyer (L. 08066) Tindakan
menurun dengan kriteria Observasi
hasil  Indetifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri karakteristik,
menurn durasi, frekuensi,
2. Meringis menurn kualitas, intensitas
3. Gelisah menurun nyeri
4. Frekuensi nadi  Identifikasi skala
membaik nyeri
5. Tekanan darah Teraupetik
membaik  Berikan teknik
nonfarmakologis
 Kontrol
lingkungan yang
memperberat rase
nyeri
Edukasi
 Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik
Gangguan rasa Setlah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.
nyaman (D. 0074) keperawatan diharapakn 08238)
status kenyamanan (L. Tindakan
08064) meningkat dengan Observasi
kriteria hasil:  Indetifikasi lokasi,
1. keluhan tidak karakteristik,
nyaman menurn durasi, frekuensi,

29
2. Gelisah menurun kualitas, intensitas
3. keluhan sulit tidur nyeri
menurun  Identifikasi skala
4. pola hidup nyeri
membaik Teraupetik
5. pola tidur  Berikan teknik
membaik nonfarmakologis
 Kontrol
lingkungan yang
memperberat rase
nyeri
Edukasi
 Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik

7. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Implementasi merupakan tahapan pelaksanaan dari berbagai tindakan
yang telah disusun di tahap intervensi.

8. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan
perkembangan, antara lain sebagai berikut :
a. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi
dan pengkajian ulang.

30
b. Kartu SOAP sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian
diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAP merupakan
komponen utama dalam catatan perkembangan yang terdiri atas:
c. S (Subjektif): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali
pada klien yang afasia.
d. (Objektif): data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat,
misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan
keperawatan, atau akibat pengobatan.
e. A (Analisis/assessment): masalah dan diagnosis keperawatan klien
yang dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena
status klien selalu berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu
pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh
karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
f. P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun
yang akan datang (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan
tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan
kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan

31
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

No. Komponen yang Hasil Penelitian


dikritisi
1 Judul Fungsi seksual wanita menopause yang melakukan
orhiba kombinasi kegel exercise: studi pengukuran
skor FSFI
2 Abstrak Wanita menopause sering mengalami keluhan pada
fungsi seksualnya, untuk mengatasi itu dapat dilakukan
senam orhiba kombinasi dengan kegel. Tujuan
penelitian, untuk mengetahui fungsi seksual wanita
menopause yang melakukan orhiba kombinasi kegel
exercise. Metode penelitian menggunakan post test
kontrol only group design dengan total 54 responden.
Dari hasil analisis data menggunakan independent- t
test, taraf kemaknaan α = 0.05, didapatkan hasil
P=0.000, menunjukan bahwa ada peningkatan fungsi
seksual antara kelompok kontrol dengan kelompok
intervensi (orhiba maupun kombinasi dengan
kegel).Wanita menopause wajib melakukan kombinasi
senam orhiba dan kegel secara rutin dan teratur, untuk
mendapatkan fungsi seksual yang lebih baik saat masa
menopause.

Kata kunci: Fungsi seksual; Menopause; Orhiba


kombinasi kegel

Kekuatan:
Pada intisari sudah terdapat secara singkat dan jelas
unsur latar belakang, tujuan penelitian, metode
penelitian, hasil penelitidan, dan kesimpulan serta kata
kunci.
3 Latar Belakang Wanita menopause adalah wanita yang telah
mengalami penurunan hormon-hormon sex steroid
yaitu estrogen dan progesteron yang berguna untuk
proses maupun siklus reproduksi dan juga seksual,
keadaan tersebut di awali dengan penurunan fungsi
organ ovarium (indung telur) oleh karena proses
penambahan usia atau penuaan. Proses ini terjadi
secara alami dan secara perlahan, yang ditandai dengan
berakhirnya siklus menstruasi dan biasanya terjadi
pada wanita usia 45-59 tahun. Berkurangnya produksi
estrogen saat menopause mengakibatkan perubahan
pada organ genitalia seperti lubrikasi vagina dan
vasokongesti, yang mendorong menurunnya fungsi

32
seksualitas sehingga menimbulkan masalah seksual
(disfungsi seksual). Hal ini terbukti dari banyaknya
pelaporan oleh wanita menopause terkait menurunnya
dorongan seksual ketika memasuki masa menopause
(Mckhann. 2010). Disfungsi seksual tidak hanya
mempengaruhi hubungan keintiman bersama pasangan,
tetapi juga harga diri seseorang. Jika wanita menopause
ini mengalami masalah seksualitas maka dapat
mempengaruhi pasangannya juga. Menurut Pangkahila
(2014), menunjukkan bahwa disfungsi seksual yang
tidak ditangani dengan baik maka akan berpengaruh
pada kehidupan seksual dan keharmonisan hubungan
perkawinannya. Mereka yang mengalami disfungsi
seksual kemungkinan besar tidak akan mencari bantuan
medis dan sering kali menemukan bahwa pengobatan
yang efektif mungkin sulit diperoleh (Henzel et.al.,
2017). Beberapa penyedia layanan kesehatan juga
kurang percaya diri dan memiliki pengalaman dalam
menangani seseorang yang berhubungan dengan
masalah seksual. Apalagi jika hasil pemeriksaan
laboratorium tidak dapat digunakan untuk menentukan
patologi penyakit yang berkaitan dengan fungsi seksual
yang dapat diobati dengan resep dokter (Cabral et.al.,
2014). Fungsi seksual seringkali dapat berasal dari
keadaan fisik, psikologis, faktor sosial budaya, dan
interpersonal. Oleh karena itu, pendekatan
biopsikososial yang melibatkan multidisiplin ilmu
penting dalam memberikan pengobatan yang optimal
bagi individu yang mengalami berbagai jenis disfungsi
seksual (Pérez-Herrezuelo et.al., 2020). Otot dasar
panggul berperan penting dalam fungsi seksual baik
pada pria dan wanita, dengan demikian terapi fisik
digunakan sebagai alternatif utama dalam pengobatan
pada masalah otot dasar panggul bagi wanita
menopause yang mengalami disfungsi seksual. Wanita
menopause mengalami keluhan dan gejala
ketidaknyamanan akibat penurunan hormon-hormon
sex steroid, yaitu berupa efek jangka pendek yang
meliputi gejala vasomotorik seperti; hot flushes,
jantung berdebar, kepala sakit, gejala psikis antara lain;
gelisah, lekas marah, perubahan perilaku, depresi,
gangguan libido. Gejala urogenital yaitu vagina kering,
keputihan, gatal pada vagina, iritasi pada vagina,
inkontinensia urine; gejala pada kulit yaitu kering,
keriput; gejala metabolisme yaitu kolesterol tinggi,
HDL turun, LDL naik, termasuk ketidaknyamanan
dalam aspek seksualitas. Efek jangka panjang meliputi
osteoporosis, penyakit jantung koroner, aterosklerosis,
stroke sampai kanker usus (Utami et.al., 2015).

33
Berkaitan dengan seksualitas merupakan hal yang
sangat penting dan krusial bagi kehidupan wanita
menopause, yang mana berpengaruh terhadap
kesehatan fisik, mental dan kualitas hidup perempuan.
Banyak yang melaporkan bahwa saat memasuki masa
menopause wanita mengalami penurunan dorongan
seksual akibat masalah pada daerah urogenital.
Penelitian Prastiwi et.al., (2017) menunjukkan bahwa
keluhan pada wanita menopause yang berkaitan dengan
atropi genital yaitu dispareunia (40%), gatal genitalia
(40,8%) dan hilangnya libido (51%). Pada tahun
sebelumnya studi yang dilakukan oleh Cabral et.al.,
(2014), ditemukan bahwa dari 370 wanita usia 40-65
tahun didapatkan 67% mengalami disfungsi seksual,
sedangkan penelitian oleh Sobhgol et.al.,(2019)
menemukan wanita usia 40-50 tahun sebanyak 75,7%
mengalami disfungsi seksual yang dinilai
menggunakan kuisioner FSFI. Hasil penelitian
Wahyuni dan Rahayu (2016), didapatkan data sebagian
besar wanita menopause mengalami disfungsi seksual
yaitu sebanyak 28 orang responden (82,4%). Studi oleh
Koeryaman dan Ermiati (2018) menunjukan sebagian
besar wanita tidak terpenuhi pada aspek kebutuhan
seksualnya, meliputi aspek gairah/dorongan seksual
(82,43%), arousal/rangsangan seksual (66,21%),
orgasme (75,67%) dan 56,75% mengalami dispareunia/
nyeri saat berhubugan seksual. Data lainnya
menunjukan bahwa sebagian besar wanita usia 50-60
tahun memiliki kriteria kurang baik dalam konteks
penanganan gejala perimenopause, meliputi pengaturan
nutrisi (58,14%), aktivitas olahraga (65,69%), aktivitas
seksual (52,32%), stres dan emosi (65,69%), istirahat
(50,58%), pencarian informasi dan pelayanan
kesehatan (58,72%). Jadi keadaan tersebut
menyebabkan wanita menopause enggan untuk
melakukan hubungan seksual bersama pasangannya
(Nazarpour et.al., 2017). Berdasarkan hal tersebut
maka masalah yang berkaitan dengan fungsi seksual
saat masa menopause dapat diatasi dengan metode
yang bersifat norfarmakologi yang diketahui efektif
dan memiliki resiko yang rendah. Terapi non
farmakologi untuk mengatasi nyeri saat berhubungan
seksual diantaranya adalah melakukan latihan kegel,
penggunaan vagina dilator, lubrikan (gel), dan
menghindari penggunaan sprai vagina atau tampon
(Howard. 2010). Studi oleh Wahyuni dan Rahayu
(2017), membuktikan bahwa terapi tanpa obat kimia
seperti dengan endorphin massage efektif untuk
meningkatkan fungsi seksual wanita menopause.

34
Bentuk terapi norfarmakologi lain yang lebih mudah
dan sederhana yaitu dengan aktivitas fisik ringan, salah
satunya dengan senam dapat digunakan untuk
mengatasi masalah seksual pada menopause. Senam
adalah jenis olahraga fisik yang melibatkan otot-otot
tubuh dari kepala hingga ujung kaki, senam ada yang
kompleks dan sederhana. Olahraga juga diketahui
dapat mengurangi kejadian osteoporosis yang sering
dialami oleh wanita terutama saat memasuki usia tua
atau ketika memasuki masa menopause. Olahraga sejak
dulu diketahui dapat meningkatan derajat kesehatan
tubuh secara menyeluruh, terlebih jika dilakukan pada
wanita menopause diharapkan dapat mengurangi
keluhan dan mengatasi masalah-masalah yang dialami
ketika memasuki usia tersebut (Pangkahila. 2014).
Olahraga hidup baru atau disingkat dengan Orhiba
yaitu merupakan olahraga untuk kebugaran jasmani
yang paling praktis yang dapat dilakukan pada semua
kelompok usia, dan memiliki gerakan yang sederhana
hanya dengan satu gerakan tangan, serta dapat
dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
Olahraga ini hanya membutuhkan 3-10 menit untuk
satu kali sesi latihan, namun jika dilakukan secara rutin
manfaatnya akan luar biasa besar. Banyak diantara
peserta orhiba yang rutin melakukan olahraga ini,
mendapatkan manfaat bagi peningkatan derajat
kesehatan mereka. Beberapa orang yang awalnya
mengalami penyakit serius seperti stroke dan kanker,
menjadi lebih baik/ survive setelah rutin dan disiplin
melakukan orhiba dengan sungguh-sungguh. Bagi
seseorang yang sehat, mengaku merasa lebih bugar dan
tidak mudah jatuh sakit setelah rutin melakukan orhiba.
Hasil penelitian yang telah dilakukan Arini (2018)
membuktikan bahwa senam orhiba dapat
meningkatkan kualitas hidup wanita menoapuse yang
di ukur menggunakan kuisioner standar WHO. Salah
satu indikator kualitas hidup yang tercantum dalam
kuisioner tersebut adalah terkait dengan seksualitas
bersama pasangan. Dapat disimpulkan bahwa fungsi
seksual wanita menopause mengalami perbaikan
setelah melakukan senam orhiba. Pada domain sosial
dalam penelitian ini yang salah satunya terkait dengan
kehidupan seksual, menunjukan bahwa hubungan
seksual wanita menopause yang melakukan latihan
fisik secara rutin memiliki hasil yang signifikan,
mereka mayoritas mengatakan merasa puas bahkan
sangat puas dengan kehidupan seksualnya bersama
suami. Senam kegel merupakan olahraga ringan dan
singkat yang mana menitikberartkan pada otototot

35
dasar panggul, kegel sering dilakukan oleh ibu-ibu
pasca persalinan untuk mengembalikan kondisi jalan
lahir ke bentuk semula, namun olahraga ini juga dapat
dilakukan oleh wanita menopause untuk memperbaiki
fungsi seksual mereka. Latihan kegel dapat membuat
relaks otot vagina yang membantu vagina menjadi
basah sampai dengan keduanya merasa bergairah,
sehingga dapat mengurangi nyeri saat hubungan
seksual (Utami et.al., 2015). Hasil studi pendahuluan di
Desa Tegallinggah, pada 10 orang wanita menopause
dimana 6 dari mereka mengatakan kesulitan dan nyeri
saat berhubungan seksual, sehingga tidak ada minat
maupun gairah untuk berhubungan seksual dengan
pasangannya. Berdasarkan hal tersebut sehingga
peneliti tertarik untuk mencari tahu keadaan fungsi
seksual wanita menopause secara keseluruhan yang
diukur dengan kuisioner FSFI. Analisis dilakukan pada
wanita menopause yang rutin melakukan aktivitas fisik
ringan dengan kedua jenis senam yaitu orhiba dan
kegel, dimana peneliti mencoba untuk menggabungkan
kedua jenis senam ringan yang dikatakan efektif untuk
mengatasi masalah seksual yaitu berupa kombinasi
senam orhiba dengan kegel, selanjutnya akan
dibandingkan dengan wanita menopause yang hanya
melakukan senam orhiba serta yang tidak sama sekali.
Kekuatan:
Pada latar belakang telah memuat masalah dan isu.
Latar belakang memuat konsep teori yang dgunakan
dan diperkuat dengan hasil penelitian terdahulu

Kelemahan:
-

4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian, untuk mengetahui fungsi seksual


wanita menopause yang melakukan orhiba kombinasi
kegel exercise.

Kekuatan:
Pada penilitian ini telah dijelaskan secara rinci tujuan
penelitian
5 Variabel-variabel Variabel Bebas:
Penelitian Melakukan orhiba kombinasi kegel exercise
Variabel Terikat
Fungsi seksual wanita
Kekuatan
Kedua variable telah dijelaskan secara rinci
6 Defenisi Tidak dijelas kan secara rinci definisi apa yang
Operasional digunakan.

36
7 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen
dan Pengambilan dengan case control post test only control group
Sampel design. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita
menopause yang memiliki pasangan/suami sebanyak
48 responden yang dihitung menggunakan rumus (t –
1) (r – 1) ≥ 15 (Federer. 2008)
Kekuatan:
Pada metode penelitian sudah jelas metode yang
digunakan.

Kelemahan:
Kelamahan yang ditemukan ketidaksamaan hasil
anatara hitung manual dan ujia spss apabila tidak teliti
8 Pengolahan Data Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
menggunakan data primer yang diperoleh secara
langsung dengan cara melakukan observasi fungsi
seksual wanita menopause setelah dilakukan intervensi
satu maupun dua pada masing-masing kelompok
menggunakan kuisioner FSFI (Female Sexual Function
Index) dengan 7 domain (desire, arousal, lubrikasi,
orgasme, satisfaction, psikis dan disperunia/pain) dan
19 pertanyaan, sebagai alat pengumpulan data. Analisis
data yang digunakan adalah analisis univariat bivariat
yang dianalisis secara statistik dengan SPSS
21’.Analisis normalitas menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov dan homogenitas menggunakan Levene’s test.
Data pada masing-masing kelompok sampel
menunjukan berdistribusi normal dan homogen maka
analisis menggunakan uji statistik parametrik
independent- t test dengan taraf kemaknaan (α = 0,05).

Kekuatan:
Pengolahan pada penelitian sangat jelas disampaikan
oleh peneliti.
9 Hasil Berdasarkan tabel 1 Menunjukan bahwa usia yang
terbanyak pada rentangan usia 45-50 yaitu sekitar 25
orang (46.29 %) dari keseluruhan responden. Tingkat
pendidikan yang terbanyak yaitu perguruan tinggi
sebanyak 16 orang (29.62%). Pekerjaan yang
terbanyak adalah IRT sebanyak 25 orang (46.29%) dan
IMT yang terbanyak pada katagori normal yaitu 24
orang (44%).
Berdasarkan Tabel 2. Menunjukan bahwa kelompok
intervensi dua memiliki ratarata skor FSFI untuk
seluruh domain dari 18 responden didapatkan paling
tinggi yaitu 88,22 dibandingkan kelompok lainnya.
Kelompok kontrol sebaliknya, memiliki rata-rata skor
FSFI yang paling kecil yaitu 52,83. Begitupula jika
dilihat dari masing-masing domain dalam FSFI yang

37
menunjukan dari skor yang terbesar berturut-turut ke
skor terkecil yaitu kelompok intervensi dua, intervensi
satu dan kontrol. Dari hasil penelitian ini didapatkan
peningkatan fungsi seksual pada wanita menopause
yang dianalisis dengan uji beda t test antara kelompok
intervensi satu, dua dengan kelompok kontrol dengan
nilai P=0.000.
Kekuatan
Hasil penelitian dijelaskan secara rinci dan sangat jelas
perbedaan diantaranya.
10 Pembahasan Perubahan hormonal sehingga dapat menurunkan
gairah seks. Berdasarkan hasil penelitian ini, secara
garis besar ditemukan telah terjadi peningkatan fungsi
seksual kearah yang positif dan baik, keadaan ini
dicapai oleh karena adanya terapi norfarmakologi yang
dilakukan pada wanita menopause dengan aktivitas
fisik ringan melalui olahraga sederhana seperti orhiba
baik yang dikombinasikan dengan kegel maupun
dengan orhiba saja. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian oleh Pourkhiz et.al., (2017) dan Sobhgol
et.al., (2019) menunjukan bahwa ada pengaruh yang
baik dari latihan otot dasar panggul (kegel) pada ibu
selama hamil dan postpartum yang mana berfungsi
memulihkan organ panggul untuk kembali pada
keadaan sebelumnya. Hal ini juga terjadi pada wanita
menopause yang mana kegel dapat menurunkan
kejadian inkontenesia urine oleh karena lemahnya
kontraksi otot dasar panggul, sehingga hubungan
seksual dan kualitas hidup dapat lebih baik. Penelitian
yang dilakukan oleh Stanton et.al., (2018)
membuktikan bahwa dengan exercise atau olahraga
dapat memberikan pengaruh positif pada fungsi seksual
wanita yang lebih baik. Olahraga meningkatkan
aktivitas saraf simpatik pada nervous system dan faktor
endokrin, yang mana pergerakan dan fleksibilitas
seluruh tubuh menimbulkan keuntungan pada fungsi
kardiovaskuler yang sehatn dan peningkatan mood
terlebih pada wanita diusia paruh baya. Nazarpour
et.al., (2017), mengatakan bahwa kegel exercise dan
sex education meningkatkan fungsi seksual pada
wanita postmenopause dengan mempengaruhi pada
domain arousal, orgasme, dan sexual satisfaction. Oleh
karena itu penting dilakukan suatu cara yang bersifat
nonfarmakologi, seperti berolahraga ringan dengan
efek samping seminimal mungkin dan mudah untuk
dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut. Karena
kita tidak bisa mencegah masalah saat menopause serta
terjadinya penuannya tetapi keluhan yang dirasakan
dapat dikurangi yaitu dengan senam orhiba dan kegel

38
ini. Senam orhiba kombinasi kegel sangat mudah,
murah dan dapat dilakukan sendiri dirumah, walaupun
senam ini snagat sederhana namun telah terbukti
memberikan manfaat yang sangat besar terutama bagi
wanita menopause seperti hasil-hasil penelitian yang
telah dijelaskan sebelumnya. Orhiba sendiri merupakan
salah satu olah raga yang sangat sederhana, mudah dan
praktis serta dapat dilakukan oleh siapa saja. Olahraga
ini disebut juga dengan nama senam tubuh daging
“memandang langit biru”. Salah satu manfaat
melakukan orhiba yaitu terasa segar dan bugar,
menghilangkan stress dan depresi serta menciptakan
perasaan tenang, olahraga ini sangat cocok dilakukan
oleh wanita menopause untuk mengurangi keluhan
menopause, termasuk gangguan fungsi seksual, dan
pada akhirnya dapat menimbulkan berdampak pada
kualitas hidup (Admin.2016 dalam Arini, 2018)
Kekuatan
Peneliti telah menuliskan secara jelas dan rinci
mengenai teori, hasil, dan opini peniliti mengenai
penelitian yang dilakukannya

Kelemahan
Tardapat kata yang sulit dimengerti.
11 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa, adanya perbedaan antara kelompok kontrol
dengan kelompok intervensi dan antara kelompok
intervensi 1 dan 2 dengan signifikansi 0.000.
Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa wanita
menoapuse yang melakukan olahraga ringan secara
rutin dan teratur dengan pola-pola yang sesuai serta
dapat dikombinasikan antara orhiba dan kegel, maka
akan meningkatkan fungsi seksual dan mencegah
terjadinya masalah disfungsi seksual saat masa
menopause. Domain dalam FSFI seperti gairah seksual
(desire), rangsangan seksual (arousal), lubrikasi vagina,
orgasme (puncak kenikmatan), kepuasan terakhir
(satisfaction), emosional (pisikis) dan nyeri senggama
(disparunia) meningkat secara signifikan. Peningkatan
fungsi seksual ini dapat memperbaiki kehidupan
seksual bersama pasangan yang harmonis dan citra diri
akan semakin meningkat, yang pada akhirnya
berpengaruh positif pada kualitas hidup pada wanita
masa menopause. Hal ini sejalan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Arini (2018) yang
menunjukan bahwa latihan fisik meningkatkan kualitas
hidup saat menopause secara signifikan.
Kekuatan
Kesimpulan telah menjawab tujuan penelitian.

39
B. Keterbatasan
Kelemahan dari penilitian ini adalah kegiatan harus di pantau secara
terus menerus agar mendapatkan hasil yang akurat. Selain itu, dibutuhan
kurang lebih tiga hingga enam minggu agar manfaat dari senam muncul
sehingga peniliti harus memastikan bahwa sampel melakukan dengan rutin.
C. Implikasi
Senam kegel adalah senam yang bertujuan untuk memperkuat otot-
otot dasar panggul terutama otot puboccygeal sehingga dapat memperkuat
otot – otot di sekitar uretra dan otototot vagina yang dapat mengembalikan
fungsi seksual. Senam kegel jika di lakukan secara teratur akan mendapatkan
hasil yang maksimal. Latihan ini akan memperlihatkan manfaatnya jika
dilakukan dalam waktu 8 - 12 kali perminggu, senam kegel juga dapat
dirasakan perubahannya setelah 3 atau 4 minggu dengan berlatih beberapa
menit setiap hari. Senam kegel memiliki variasi gerakan dan semua
menggunakan prinsip yang sama yaitu melibatkan kontraksi berulang
(pengetatan) dan merelaksasi (melepaskan) otot dasar panggul. Selain itu
senam kegel dapat meningkatkan tonus dan kekuatan otot lurik uretra dan
periuretra. Manfaat latihan ini untuk meringankan berbagai gejala yang timbul
akibat dari kelemahan otot dasar panggul seperti: stres saluran kencing,
inkontinensia dan prolaps organ panggul, serta untuk meningkatkan respon
seksual.
Hasil penelitian yang telah dilakukan Arini (2018) membuktikan
bahwa senam orhiba dapat meningkatkan kualitas hidup wanita menoapuse
yang di ukur menggunakan kuisioner standar WHO. Salah satu indikator
kualitas hidup yang tercantum dalam kuisioner tersebut adalah terkait dengan
seksualitas bersama pasangan. Dapat disimpulkan bahwa fungsi seksual
wanita menopause mengalami perbaikan setelah melakukan senam orhiba.
Pada domain sosial dalam penelitian ini yang salah satunya terkait dengan
kehidupan seksual, menunjukan bahwa hubungan seksual wanita menopause

40
yang melakukan latihan fisik secara rutin memiliki hasil yang signifikan,
mereka mayoritas mengatakan merasa puas bahkan sangat puas dengan
kehidupan seksualnya bersama suami. Senam kegel merupakan olahraga
ringan dan singkat yang mana menitikberartkan pada otototot dasar panggul,
kegel sering dilakukan oleh ibu-ibu pasca persalinan untuk mengembalikan
kondisi jalan lahir ke bentuk semula, namun olahraga ini juga dapat dilakukan
oleh wanita menopause untuk memperbaiki fungsi seksual mereka. Latihan
kegel dapat membuat relaks otot vagina yang membantu vagina menjadi
basah sampai dengan keduanya merasa bergairah, sehingga dapat mengurangi
nyeri saat hubungan seksual (Utami et.al., 2015).

41
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir masa reproduksi
sampai awal masa senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.
Sedangkan Menopause didefinisikan secara klinis sebagai suatu periode
ketika seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi karena produksi
hormonnya berkurang atau berhenti. Menopause merupakan suatu fase dalam
kehidupan seorang wanita yang ditandai dengan berhentinya masa subur.
Hasil penelitian yang telah dilakukan Arini (2018) membuktikan
bahwa senam orhiba dapat meningkatkan kualitas hidup wanita menoapuse
yang di ukur menggunakan kuisioner standar WHO. senam kegel dapat
meningkatkan tonus dan kekuatan otot lurik uretra dan periuretra. Manfaat
latihan ini untuk meringankan berbagai gejala yang timbul akibat dari
kelemahan otot dasar panggul seperti: stres saluran kencing, inkontinensia dan
prolaps organ panggul, serta untuk meningkatkan respon seksual.
B. Saran
Hasil pembahasan daam penulisan ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan pengetahuan dibidang keperwatan tentang asuhan keperawatan
pada klien klimaktorium dan Menopause.

42
REFERENSI

Arini, L. A. (2020). Fungsi seksual wanita menopause yang melakukan orhiba


kombinasi kegel exercise: Studi pengukuran skor FSFI. Jurnal
Kebidanan Dan Keperawatan’Aisyiyah, 16(2), 240-252.
Asbar, A. (2018). Hidup Berkualitas : ( Studi Kasus Pada Perempuan
Menopouse ). 17(1), 96–107.
Basile, L. M. (2020). Coronavirus and Menopause. Retrieved from Remedy
Health Media website:
https://www.endocrineweb.com/conditions/menopause/coronavirusme
nopause
Febrina, I. (2017). Hubungan Antara Keluhan - Keluhan Menopause Terhadap
Kualitas Hidup Wanita Menopause di Kelurahan Tebing Tinggi Kota
Tebing Tinggi. Universitas Sumatera Utara Medan
Indarwati, I., & Maryatun, M. (2019). Karakteristik Wanita Menopouse Dan
Perubahan Pola Seksualitas Di Desa Kedungan. Gaster, 17(1), 20.
https://doi.org/10.30787/gaster.v17i1.293
Jalilah, N.H. & Prapitasari, R. (2020). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Jawa Barat: Penerbit Adab
Lubis, N. L. (2016). Psikologi Kespro : Wanita dan Perkembangan
Reproduksinya. Jakarta: Kencana.
PNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP
PPNI. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP P

43

Anda mungkin juga menyukai