Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK

TERAPI BERMAIN PLAYDOUGH

ROLA ADITHYA PUTRI

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. KRISCILLIA MOLLY MORITA, S. Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2016/2017


K ATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan kasih -Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan PROPOSAL
TERAPI BERMAIN ANAK BERMAIN PLAYDOUGH ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Proposal terapi bemain ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen
mata kuliah Keperawatan Anak.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan
Proposal Terapi Bernain ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari kategori sempurna,
baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karen itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Proposal Terapi Bernain ini.

BUKITTINGGI, 12 April 2017

PENULIS
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................... ......................

DAFTAR ISI ......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................

1.2 Tujuan............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian......................................................................................................................

2.2 Fungsi...................................................................................................... ......................

2.3 Tujuan............................................................................................................................

2.4 Prinsip-prinsip bermain..................................................................................................

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Bermain............................................................................

2.6 Alat Permainan Edukatif...............................................................................................

2.7 Klasifikasi bermain........................................................................................................

2.8 Bermain dirumah sakit...................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan.........................................................................................................................

3.2 Saran...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua
yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas
pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan lingkungan yang dapat
memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak sebagai
orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang berbeda dengan
orang dewasa dengan segala keterbatasan.

Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,


kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak
sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak
baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.

Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar.
Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus
menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar
pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan,
seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik
pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai pengalaman dan kemampuan
kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang cemerlang. Bermain adalah
pekerjaan anak. Dalam bermain anak mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit
dan penuh stress,komunikasi, dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
Di situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka, misalnya bagaimana
menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang, struktur, dan dan orang di dalamnya. Stressor
pada anak usia awal ( toddler & pra sekolah) pada reaksi emosional ditunjukan dengan
menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena
hospitalisasi. Seorang anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku
buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar
mereka. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias
bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka
harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi. Reaksi anak tentang hukuman
yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative, membantu atau anak mencoba
menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.

Dengan ini, untuk mengurangi dampak hospitalisasi terhadap anak kita bermaksud
untuk melaksanakan terapi bermain yang bertujuan untuk membantu anak terhindar dari
stress, stressor dan dampak hospitalisasi yang mengancam pertumbuhan dan perkembangan
anak.

1.2 TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.

2. TUJUAN KHUSUS

1. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.


2. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena
penyakit dan dirawat
3. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
4. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan.
5. Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
6. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan (Foster, 1989).

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan
stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell
dan Glaser, 2005).

B. Fungsi

1. Perkembangan Sensori

a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi


b. Meningkatkan perkembangan semua indra
c. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d. Memberikan pelampiasan kelebihan energi

2. Perkembangan yang intelektual

a. Memberikan sumber sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran


b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna
c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
d. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
e. Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya
kedalam persepsi dan hubungan baru
f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara
fantasi dan realita

3. Perkembangan sosialisasi dan moral

a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks


b. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
c. Mengembangkan keterampilan sosial
d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain
e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral

4. Kreativitas

a. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif


b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi
c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus

5. Kesadaran diri

a. Memudahkan perkembangan identitas diri


b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
d. Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang lain
e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat
mempengaruhi orang lain

6. Nilai Teraupetik

a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan


b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima dalam
bentuk yang secara sosial dapat diterima
c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara yang
aman
d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan,
rasa takut, dan keinginan

C. Tujuan

1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.

Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai


perasaan yang tidak menyenangkan.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.

Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan
sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.

4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
D. Prinsip prinsip Bermain

Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktifitas
bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :

1. Perlu ekstra energi


Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang
memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak yang
sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun
bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun
karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi penyakitnya
.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang
diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup
untuk mengenal alat-alat permainannya.

3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat
permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur
edukatif bagi anak.

4. Ruang untuk bermain


Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di
ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila
memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk
menyimpan permainannya.

5. Pengetahuan cara bermain


Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau
diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak
lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan
tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan
yang diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi
kurang hangat.

6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang
tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan
kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan
mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua
untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan
untuk mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami
perbedaan.

E. Faktor yang Mempengaruhi Bermain

1. Tahap perkembangan anak

Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis
permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Status kesehatan anak

Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak
pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai
dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.

3. Jenis kelamin

Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis kelamin
laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah
salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya
tuntutan perilaku yang berbeda antara laki laki dan perempuan dan hal ini dipelajari
melalui media permainan.

4. Lingkungan yang mendukung

Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup
ruang untuk bermain.

5. Alat dan jenis permainan yg cocok

Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan
harus aman bagi anak.

F. Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan
anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.

Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :

1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar

Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
2. Motorik halus

Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.

3. Kecerdasan/ kognitif

Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.

4. Bahasa

Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.

5. Menolong diri sendiri

Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.

6. Tingkah laku sosial

Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak pasir,
bola, tali, dll.

G. Klasifikasi Bermain

1. Menurut isi permainan

a. Sosial affective play

Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dengan
orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).

b. Sense of pleasure play

Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air dan pasir).

c. Skiil play

Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya motorik kasar
dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda)

d. Dramatik Role play

Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainanny. (misal:
dokter dan perawat).

e. Games

Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor (Contoh :
ular tangga, congklak).

f. Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada
disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-
bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).

2. Menurut karakter sosial

a. Onlooker play

Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut
berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).

b. Solitary play

Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat
permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
temannya dan tidak ada kerja sama.

c. Parallel play

Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain
tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada
sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia toddler.

d. Associative play

Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak
terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (Contoh: bermain
boneka, masak-masak).

e. Cooperative play

Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, dan punya
tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).

3. Menurut Usia

a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play)

1) Visual : dapat melihat dgn jarak dekat

2) Audio : berbicara dgn bayi

3) Taktil : memeluk, menggendong

4) Kinetik : naik kereta, jalan-jalan

b. Umur 2-3 bulan

1) Visual : memberi objek terang, membawa bayi keruang yang berbeda

2) Audio : berbicara dengan bayi,memyanyi


3) Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut

c. Umur 4-6 bulan

1) Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton TV

2) Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas

3) Kinetik : bantu bayi tengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya

4) Taktil : memberikan bayi bermain air

d. Umur 7-9 bulan

1) Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri

2) Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan seperti mama,
papa

3) Taktil : membiarkan main pada air mengalir

4) Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat

e. Umur 10-12 bln

1) Visual : memperlihatkan gambar terang dalam buku

2) Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan menyebutnya

3) Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak


merasakan angin

4) Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau didorong, seperti
sepeda atau kereta

f. Umur 2-3 tahun

1) Paralel play dan sollatary play

2) Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering
merusak mainan)

3) Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar

g. Preschool 3-5 thn

1) Associative play , dramatik play dan skill play

2) Sudah dapat bermain kelompok

3) Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran


h. Usia sekolah

1) Cooperative play

2) Kumpul prangko, orang lain

3) Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin

4) Dapat belajar dengan aturan kelompok

5) Laki-laki : Mechanical

6) Perempuan : Mother Role

i. Mainan untuk Usia Sekolah :

1) 6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,
sepeda

2) 8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah
raga bersama, sepeda, sepatu roda

j. Masa remaja

1) Anak lebih dekat dengan kelompok

2) Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama

H. Bermain di Rumah Sakit

Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik
bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat
mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama degan petugas kesehatan
selama dalam masa perawatan.

Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memberikan keuntungan
sebagai berikut :

1. Meningkatkan hubungan klien dan perawat.

2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.

3. Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.

4. Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.

Prinsip prinsip bermain di rumah sakit :

1. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.


2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.

3. Sesuai dengan kelompok usia.

4. Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.

5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.

Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :

1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan umur
perkembangannya.

2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi.

3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak.

4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan kondisi
anak.
TERAPI BERMAIN PLAYDOUGH/MALAM EDUKATIF UNTUK ANAK USIA 3-5
TAHUN

A. Deskripsi

Pada usia 3-5 tahun anak sudah mampu mengembangkan kreatifitasnya dan sosialisasi
sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan
menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan,
menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dan
mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu
pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong. Sehingga jenis
permainan yang dapat digunakan pada usia ini seperti benda-benda di sekitar rumah, buku
gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting dan air.

Playdough/malam adalah salah satu alat permainan edukatif dalam pembelajaran yang
termasuk kriteria alat permainan murah dan memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang
pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi.

B. Jenis Permainan

Jenis permainan yang digunakan yaitu playdough/malam. Playdough/malam


merupakan permainan yang yang terbuat dari plastisin dengan berbagai macam warna yang
ada. Permainan ini dilakukan dengan membentuk malam menjadi berbagai jenis hewan,
tumbuhan, buah, tempat, dan benda lainnya. Sebelumnya akan diberikan satu contoh
membuat sebuah kreasi benda dari malam dan selanjutnya anak akan membuat kreasi malam
sesuai keinginan dan kreatifitasnya sendiri.

C. Tujuan

1. Umum

Anak mampu membentuk malam tersebut dengan kreatifitas dan imajinasinya sendiri.

2. Khusus

a. Tujuan untuk anak

1) Mengenal benda.

2) Penggunaan playdough dapat membantu anak melatih keterampilan fisik dengan tangan
ketika mereka memanipulasi playdough dengan jari mereka. Anak dapat berlatih seperti
mencubit, meremas, atau menyodok saat mereka bermain dengan playdough.

3) Membantu anak dalam melatih imajinasi dan kemampuan kognitif lainnya seperti imitasi,
simbolisme dan pemecahan masalah. Hal ini membantu anak belajar lebih banyak tentang
lingkungan saat ia meniru bentuk benda sehari-hari dengan playdough.
4) Membantu anak untuk tenang disaat frustasi atau marah. Memegang dan meremas adonan
bermain dapat menghasilkan efek menenangkan pada si anak dan berguna untuk mengajarkan
keterampilan manajemen kemarahan, dan lebih nyaman untuk mengekspresikan.

5) Mengembangkan keterampilan sosial saat ia bermain bersama dengan anak-anak lain dan
dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk latihan bekerja sama dan berbagi.

6) Anak mampu mengembangkan kemampuan gerak halus.

7) Dapat mengenal warna-warna.

b. Tujuan untuk perawat

1) Agar perawat mengetahui permainan anak sesuai dengan tahap perkembangan.

2) Membangun trust antara pasien anak dan perawat.

3) Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 3-5 tahun.

4) Agar perawat mengetahui perkembangan anak usia 3-5 tahun.

5) Melatih kreativitas perawat dalam menentukan jenis permainan yang tepat bagi anak
sesuai tahap perkembangan.

c. Tujuan untuk orangtua

1) Untuk menambah wawasan tentang cara mendidik anak sesuai dengan usia anak.

2) Untuk menambah wawasan orang tua tentang cara memberikan pendidikan pada anak
dengan cara yang menyenangkan.

D. Sasaran

Kriteria Pasien

1. Anak usia pra-sekolah (3-5 tahun)

2. Anak kooperatif

3. Anak dengan komunikasi verbal baik

4. Anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain

E. Setting Ruangan

fasilitator 1 leader

fasilitator 2 anak 1

fasilitator 3 anak 2

observer anak 3
F. Uraian Tugas Kelompok

1. Leader :

Tugas dari leader dalam terapi bermain ini antara lain:

a. Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain.

b. Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai.

c. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok.

d. Mampu Memimpin acara dari awal sampai akhir.

2. Fasilitator :

Tugas dari fasilitator dapt berupa:

a. Memfasilitasi anak yang kurang aktif.

b. Berperan sebagai role model bagi anak selama kegiatan berlangsung.

c. Membantu anak bila anak mengalami kesulitan.

d. Mempersiapkan alat dan tempat permainan.

3. Observer :

Tugas dari seorang observer adalah:

a. Mengobservasi jalannya / proses kegiatan.

b. Mencatat perilaku verbal dan nonverbal anak selama kegiatan berlangsung.

c. Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta karakteristik anak.

G. Perilaku Anak yang diharapkan

1. Anak mampu mengekspresikan kreatifitasnya dan imajinasi.

2. Anak mengikuti permainan dengan baik sampai selesai dan tidak rewel.

3. Anak bersifat kooperatif.

4. Anak bisa menikmati dan merasa senang.

5. Anak dapat mengenal benda.

6. Anak mampu mengembangkan kemampuan gerak halus.


7. Anak dapat mengenal warna-warna.

8. Anak dapat mengekspresikan perasaan.

9. Anak dapat meningkatkan sosialisasi dan kerjasama.

H. Analisa Kondisi Anak

1. Nama : An. X

Usia : 3-5th

Jenis Kelamin :

Karakteristik :

2. Nama : An. Y

Usia : 3-5tahun

Jenis Kelamin :

Karakteristik :

3. Nama : An. Z

Usia : 3-5 tahun

Jenis Kelamin :

Karakteristik :

I. Analisa situasi

Terapi bermain ini dilaksanakan di :

1. Tanggal : 12 april 2017

2. Jam : 08.30-selesai

3. Tempat : Ruang bermain atau playland

4. Jumlah peserta : 3 orang

5. Jumlah perawat : 5 orang

6. Alat yang digunakan : malam/plastisin dan papan alas


J. Rencana Pelaksanaan

1. Pembukaan

a. Persiapan (10 menit)

1) Mempersiapkan alat untuk terapi bermain

2) Mempersiapkan tempat bermain

3) Mempersiapkan anak

b. Perkenalan (5 menit)

1) Leader memperkenalkan anggota kelompok pada anak-anak

2) Leader dan fasilitator membantu anak untuk memperkenalkan diri pada teman-teman

c. Penjelasan (5 menit)

Menjelaskan kepada anak untuk menuangkan pikirannya dalam plastisinnya tersebut.

2. Pelaksanaan (30 menit)

a. Fasilitator mengenalkan plastisin dengan berbagai macam warna yang ada

b. Fasilitator memberikan contoh bagaimana cara mempergunakan alat tersebut

c. Fasilitator dan anak bersama-sama membentuk plastisin ke dalam sebuah kretifitas


dengan imajinasi yang ada pada anak

d. Anak diberi kesempatan untuk berkreatifitas sendiri

e. Memberikan reward kepada anak

3. Evaluasi (5 menit)

a. Evaluasi pelaksanaan oleh leader

b. Evaluasi akhir oleh observer.

c. Evaluasi umum :

1) Keaktifan anak

2) Respon anak

3) Proses bermain

4) Situasi saat pelaksanaan


K. Antisipasi Masalah

1. Anak berselisihan

a. Antara anak yang berselisih dilerai.

b. Tanyakan penyebab perselisihan yang terjadi.

c. Jika tidak berhasil libatkan pendamping atau orangtua.

2. Anak menangis

a. Mendekati anak dan menghibur anak.

b. Berusaha menenangkana anak dan memberi mainan.

c. Libatkan pendamping atau orangtua.

3. Anak marah

a. Meredam emosi dengan mengajak anak bercanda.

b. Menanyakan penyebab marah.

4. Anak pasif

Perawat memotivasi anak untuk ikut bermain dengan memberikan pujian.

5. Anak bermain sendiri

a. Anak dibimbing untuk mengikuti permainan.

b. Membujuk anak untuk mau bergabung dengan teman yang lain.

6. Anak ingin BAK / BAB

Membantu anak untuk BAB / BAK dengan mengajaknya ke kamar mandi.


BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).

Playdough/malam adalah salah satu alat permainan edukatif dalam pembelajaran yang
termasuk kriteria alat permainan murah dan memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang
pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi

Playdough/malam merupakan permainan yang yang terbuat dari plastisin dengan


berbagai macam warna yang ada. Permainan ini dilakukan dengan membentuk malam
menjadi berbagai jenis hewan, tumbuhan, buah, tempat, dan benda lainnya. Sebelumnya akan
diberikan satu contoh membuat sebuah kreasi benda dari malam dan selanjutnya anak akan
membuat kreasi malam sesuai keinginan dan kreatifitasnya sendiri.

B.Saran

1.Diharapkan para perawat dapat mengembangkan dan menerapakan cara ini dirumah sakit
untuk membantu penyembuhan anak dirumah sakit

2.Semoga proposal ini berguna bagi mahasiswa/i keperawatan


DAFTAR PUSTAKA

L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC : Jakarta
www.Pediatrik.com Selasa 21 Agustus 2015

Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan

Bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta

Whaley and Wong, 2009, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition. Mosby Year
Book.

Anda mungkin juga menyukai