KEPERAWATAN ANAK
DOSEN PEMBIMBING:
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan kasih -Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan PROPOSAL
TERAPI BERMAIN ANAK BERMAIN PLAYDOUGH ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Proposal terapi bemain ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen
mata kuliah Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan
Proposal Terapi Bernain ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari kategori sempurna,
baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karen itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Proposal Terapi Bernain ini.
PENULIS
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian......................................................................................................................
2.3 Tujuan............................................................................................................................
3.1 Simpulan.........................................................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua
yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas
pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan lingkungan yang dapat
memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak sebagai
orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang berbeda dengan
orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar.
Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus
menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar
pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan,
seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik
pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai pengalaman dan kemampuan
kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang cemerlang. Bermain adalah
pekerjaan anak. Dalam bermain anak mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit
dan penuh stress,komunikasi, dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
Di situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka, misalnya bagaimana
menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang, struktur, dan dan orang di dalamnya. Stressor
pada anak usia awal ( toddler & pra sekolah) pada reaksi emosional ditunjukan dengan
menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena
hospitalisasi. Seorang anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku
buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar
mereka. Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias
bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka
harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi. Reaksi anak tentang hukuman
yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative, membantu atau anak mencoba
menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.
Dengan ini, untuk mengurangi dampak hospitalisasi terhadap anak kita bermaksud
untuk melaksanakan terapi bermain yang bertujuan untuk membantu anak terhindar dari
stress, stressor dan dampak hospitalisasi yang mengancam pertumbuhan dan perkembangan
anak.
1.2 TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
2. TUJUAN KHUSUS
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan
stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell
dan Glaser, 2005).
B. Fungsi
1. Perkembangan Sensori
4. Kreativitas
5. Kesadaran diri
6. Nilai Teraupetik
C. Tujuan
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan
sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
D. Prinsip prinsip Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktifitas
bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat
permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur
edukatif bagi anak.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang
tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan
kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan
mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua
untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan
untuk mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami
perbedaan.
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis
permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak
pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai
dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis kelamin
laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah
salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya
tuntutan perilaku yang berbeda antara laki laki dan perempuan dan hal ini dipelajari
melalui media permainan.
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup
ruang untuk bermain.
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan
harus aman bagi anak.
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan
anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
2. Motorik halus
3. Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
4. Bahasa
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak pasir,
bola, tali, dll.
G. Klasifikasi Bermain
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dengan
orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air dan pasir).
c. Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya motorik kasar
dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda)
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainanny. (misal:
dokter dan perawat).
e. Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan / skor (Contoh :
ular tangga, congklak).
f. Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang ada
disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-
bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
a. Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut
berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
b. Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat
permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan
temannya dan tidak ada kerja sama.
c. Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lain
tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada
sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia toddler.
d. Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak
terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak jelas (Contoh: bermain
boneka, masak-masak).
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, dan punya
tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).
3. Menurut Usia
1) Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri
2) Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan seperti mama,
papa
4) Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau didorong, seperti
sepeda atau kereta
2) Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering
merusak mainan)
1) Cooperative play
5) Laki-laki : Mechanical
1) 6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,
sepeda
2) 8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah
raga bersama, sepeda, sepatu roda
j. Masa remaja
Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik
bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat
mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama degan petugas kesehatan
selama dalam masa perawatan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memberikan keuntungan
sebagai berikut :
2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan umur
perkembangannya.
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan kondisi
anak.
TERAPI BERMAIN PLAYDOUGH/MALAM EDUKATIF UNTUK ANAK USIA 3-5
TAHUN
A. Deskripsi
Pada usia 3-5 tahun anak sudah mampu mengembangkan kreatifitasnya dan sosialisasi
sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan
menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan,
menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dan
mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu
pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong. Sehingga jenis
permainan yang dapat digunakan pada usia ini seperti benda-benda di sekitar rumah, buku
gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting dan air.
Playdough/malam adalah salah satu alat permainan edukatif dalam pembelajaran yang
termasuk kriteria alat permainan murah dan memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang
pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi.
B. Jenis Permainan
C. Tujuan
1. Umum
Anak mampu membentuk malam tersebut dengan kreatifitas dan imajinasinya sendiri.
2. Khusus
1) Mengenal benda.
2) Penggunaan playdough dapat membantu anak melatih keterampilan fisik dengan tangan
ketika mereka memanipulasi playdough dengan jari mereka. Anak dapat berlatih seperti
mencubit, meremas, atau menyodok saat mereka bermain dengan playdough.
3) Membantu anak dalam melatih imajinasi dan kemampuan kognitif lainnya seperti imitasi,
simbolisme dan pemecahan masalah. Hal ini membantu anak belajar lebih banyak tentang
lingkungan saat ia meniru bentuk benda sehari-hari dengan playdough.
4) Membantu anak untuk tenang disaat frustasi atau marah. Memegang dan meremas adonan
bermain dapat menghasilkan efek menenangkan pada si anak dan berguna untuk mengajarkan
keterampilan manajemen kemarahan, dan lebih nyaman untuk mengekspresikan.
5) Mengembangkan keterampilan sosial saat ia bermain bersama dengan anak-anak lain dan
dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk latihan bekerja sama dan berbagi.
3) Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 3-5 tahun.
5) Melatih kreativitas perawat dalam menentukan jenis permainan yang tepat bagi anak
sesuai tahap perkembangan.
1) Untuk menambah wawasan tentang cara mendidik anak sesuai dengan usia anak.
2) Untuk menambah wawasan orang tua tentang cara memberikan pendidikan pada anak
dengan cara yang menyenangkan.
D. Sasaran
Kriteria Pasien
2. Anak kooperatif
E. Setting Ruangan
fasilitator 1 leader
fasilitator 2 anak 1
fasilitator 3 anak 2
observer anak 3
F. Uraian Tugas Kelompok
1. Leader :
2. Fasilitator :
3. Observer :
2. Anak mengikuti permainan dengan baik sampai selesai dan tidak rewel.
1. Nama : An. X
Usia : 3-5th
Jenis Kelamin :
Karakteristik :
2. Nama : An. Y
Usia : 3-5tahun
Jenis Kelamin :
Karakteristik :
3. Nama : An. Z
Jenis Kelamin :
Karakteristik :
I. Analisa situasi
2. Jam : 08.30-selesai
1. Pembukaan
3) Mempersiapkan anak
b. Perkenalan (5 menit)
2) Leader dan fasilitator membantu anak untuk memperkenalkan diri pada teman-teman
c. Penjelasan (5 menit)
3. Evaluasi (5 menit)
c. Evaluasi umum :
1) Keaktifan anak
2) Respon anak
3) Proses bermain
1. Anak berselisihan
2. Anak menangis
3. Anak marah
4. Anak pasif
PENUTUP
A.Kesimpulan
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Playdough/malam adalah salah satu alat permainan edukatif dalam pembelajaran yang
termasuk kriteria alat permainan murah dan memiliki nilai fleksibilitas dalam merancang
pola-pola yang hendak dibentuk sesuai dengan rencana dan daya imajinasi
B.Saran
1.Diharapkan para perawat dapat mengembangkan dan menerapakan cara ini dirumah sakit
untuk membantu penyembuhan anak dirumah sakit
L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC : Jakarta
www.Pediatrik.com Selasa 21 Agustus 2015
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan
Whaley and Wong, 2009, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition. Mosby Year
Book.