Anda di halaman 1dari 4

PARADIGMA KADERISASI PMII CABANG CIPUTAT Oleh: Ahmad Farhan Subhi1 Paradigma adalah model utama, pola atau

metode (untuk meraih beberapa jenis tujuan). Seringkali paradigma merupakan sifat yang paling khas atau dasar dari sebuah teori atau cabang ilmu.2 Sedangkan kaderisasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mendukung dan menjalankan roda organisasi.3 Dengan demikian paradigma kaderisasi adalah suatu pola atau metode untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mendukung dan menjalankan suatu roda organisasi. Paradigma kaderisasi menjadi sesuatu yang penting bagi pergerakan organisasi, karena merupakan titik pijak dalam membangun konstruksi pemikiran dan cara memandang sebuah persoalan yang akan terealisasikan dalam sikap dan prilaku sosial. Sebelum berbicara mengenai paradigma kaderisasi PMII, khususnya PMII Cabang Ciputat, terlebih dahulu kita berbicara mengenai paradigma kaderisasi dalam ruang lingkup umum. Giroux dan Aronowiz sebagaimana dikutip oleh Mansur Fakih (2001) mengelompokkan paradigma kaderisasi ke dalam tiga aliran besar, yakni: konservatif, liberal, dan kritis.4 Mengenai ketiga aliran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Paradigma Konservatif Paradigma konservatif klasik dibangun berdasarkan keyakinan bahwa masyarakat tidak bisa merencanakan perubahan atau mempengaruhi perubahan sosial, hanya Tuhanlah yang merencanakan keadaan masyarakat dan hanya dia yang tahu makna dibalik itu semua. Dengan pandangan seperti itu, kaum konservatif klasik tidak menganggap rakyat memiliki kekuasaan atau kekuasaan untuk merubah kondisi mereka. Namun dalam perkembangannya, paradigma konservatif cenderung menyalahkan subyek. Bagi kaum konservatif, mereka yang menderita menjadi demikian karena salah
1 2

Anggota PMII Komfaksyahum. http://id.wikipedia.org. Ukkmi Ubhara Surabaya, dalam artikelnya yang berjudul Kaderisasi Dalam Menyokong Proses Manajemen, ditulis pada hari Minggu, 14 Agustus 2011. Sahabat. Atho At tubany, dalam artikelnya yang berjudul Paradigma Versi Pengkaderan PMII, ditulis pada hari Kamis, 24 November 2011.

3
4

mereka sendiri. Karena, dalam kenyataannya, banyak orang lain bekerja keras dan berhasil meraih sesuatu. Banyak orang yang bersekolah dan belajar atau kursus, dan karenanya dapat hidup dengan layak, dan tidak menjadi kriminal. Kaum konservatif sangat melihat pentingnya harmoni dalam masyarakat dan menghindarkan dari konflik dan kontradiksi sosial. 2. Paradigma Liberal Kaum liberal berangkat dari keyakinan bahwa memang ada masalah di masyarakat. Namun bagi mereka, kaderisasi tidak memiliki kaitan apapun dengan persoalan sosial, politik dan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Dengan asumsi seperti itu, maka tugas kaderisasi pun tidak memiliki keterkaitan dengan persoalan sosial masyarakat. Namun demikian, kaum liberal selalu berusaha untuk menyesuaikan kaderisasi dengan keadaan sosial, politik dan ekonomi di luar dunia kaderisasi. Kaum liberal berpendapat bahwa persoalan kaderisasi dan persoalan sosial merupakan dua persoalan yang berbeda. Mereka tidak melihat kaitan kaderisasi dalam struktur sosial dan dominasi politik serta budaya dan deskriminasi gender dalam masyarakat. Pendekatan liberal inilah yang kini mendominasi hampir seluruh pemikiran kaderisasi modern baik formal maupun informal. Jika dilacak dalam sejarah pemikiran, akar filosofi dari aliran ini adalah liberalisme. Yaitu suatu pandangan yang menekankan pengembangan kemampuan, melindungi hak dan kebebasan, serta mengindetifikasi problem dan upaya perubahan sosial secara inkrimental demi menjaga stabilitas jangka panjang. Konsep pengkaderan liberal berakar dari cita-cita barat tentang individualisme. Gagasan liberalisme dalam sejarahnya berkait erat dengan bangkitnya kelas menengah yang diuntungkan oleh kapitalisme. 3. Paradigma Kritis Kaderisasi dalam paradigma kritis dimaknai sebagai bagian dari medan perjuangan. Bila bagi kaum konservatif, kaderisasi mengabdi pada statusquo, kaum liberal untuk perubahan moderat, maka bagi kaum kritis paradigma dirancang untuk melakukan perubahan fundamental dan transformasional bagi konstruksi sosial masyarakat. Bagi mereka, konstruksi sosial merefleksikan dalam dunia kaderisasi. Ini yang membedakan dengan liberal dan konservatif. Dalam perspektif kritis, urusan kaderisasi adalah melakukan refleksi kritis, terhadap the dominant ideology, menuju transformasi sosial. Tugas kaderisasi adalah membangun 2

kesadaran kritis dan menciptakan ruang kritis terhadap struktur dan sistem ketidakadilan, mentransformasikan konstruksi sosial menuju tatanan berkeadilan. Berdasarkan ketiga aliran paradigma kaderisasi diatas, maka dapat disimpulkan sebuah paradigma kaderisasi yang diharapkan dapat terbentuk pada kader PMII Cabang Ciputat. Sebagai sebuah kader organisasi gerakan, Kader PMII Cabang Ciputat harus tetap menujukkan sifat kohesinya terhadap segala bentuk ketidakadilan atas kebijakan dan peraturan pemerintah yang berwenang. Untuk itu diperlukan adanya cara pandang organisasi terhadap segala bentuk ketidakadilan dan segala bentuk perubahan perilaku individu, masyarakat, negara dan dunia. Membangun paradigma kaderisasi memang sesulit membaca kenyataan yang semestinya menjadai pijakan paradigma itu sendiri. Paradigma yang baik adalah paradigma yang mampu menjadikan sejarah sebagai bahan penyusun yang dipadukan dengan kenyataan fenomena sosial pada masa kini. Fenomena sosial yang terjadi akan berkaitan dengan terwujudnya hubungan sosial. Dalam kaitannya dengan terwujudnya hubungan sosial, yang harus difahami adalah hubungan sosial itu harus dilihat sebagai pertukaran makna dan nilai-nilai dari individu atau kelompok yang saling berhubungan. Ketika hubungan dilakukan, pertukaran makna dan nilainilai itu akan menghasilkan kesatuan makna baru yang dibagi bersama.5 Beberapa hal mengenai paradigma kaderisasi yang diharapkan dapat terbentuk pada kader PMII Cabang Ciputat saat ini antara lain: 1. Kader PMII Cabang Ciputat tidak bersikap resisten terhadap segala bentuk gejala dan perubahan siklus dan perilaku individu, masyarakat, negara dan dunia, jika kader PMII Cabang Ciputat tidak ingin tergilas oleh roda gila yang sedang berjalan, yaitu globalisasai. 2. 3. Kader PMII Cabang Ciputat harus memiliki contingency plan yang dapat menyelamatkan organisasi dalam situasi apapun. Kader PMII Cabang Ciputat harus mempunyai semangat pergerakan yang didukung oleh startegi yang matang, sehingga pergerakan yang tercipta dapat terwujud dengan baik dan maksimal. Dengan demikian, Kader PMII Cabang Ciputat memiliki paradigma kritis dalam menganalisa segala sesuatu, lebih khususnya pada kebijakan kebijakan yang tidak memihak

Soyomukti, Nurani, Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan Menuju Analisis MasalahMasalah Sosial, Perubahan Sosial& Kajian Strategis, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 267-268.

kepada rakyat seperti yang telah disinggung diatas, Sehingga dengan demikian pula kader PMII Cabang Ciputat akan sesuai dengan cita cita kader PMII pada umumnya, yaitu: 1. Membentuk pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT. 2. Berbudi luhur. 3. Berilmu dan berkarakter. 4. Cakap. 5. Bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan citacita kemerdekaan. Sumber: 1. Sahabat. Atho At tubany, dalam artikelnya yang berjudul Paradigma Versi Pengkaderan PMII, ditulis pada hari Kamis, 24 November 2011. 2. Soyomukti, Nurani, Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial& Kajian Strategis, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010). 3. Ukkmi Ubhara Surabaya, dalam artikelnya yang berjudul Kaderisasi Dalam Menyokong Proses Manajemen, ditulis pada hari Minggu, 14 Agustus 2011. 4. http://id.wikipedia.org.

Anda mungkin juga menyukai