Anda di halaman 1dari 6

ABSTRAK

Model dan formulasi kaderisasi PMII yang dilaksanakan pada proses internalisasi nilai dan pembentukan
karakter pada level basis kader memiliki karakteristik dan kultur yang berbeda-beda menyesuaikan
dengan kondisi lingkungan dan tipologi karakter mahasiswa pada tingkatan lembaga serta fakultatif
tertentu.

Tahapan mengurai dan menganalisa lebih dalam ini pada akhirnya nanti akan membantu pengurus pada
tiap level lembaga dalam menentukan metode, saluran dan arahan output yang ingin dicapai melalui
proses kaderisasi tersebut.

Berangkat dari kompleksitas kondisi tersebut, metode kaderisasi yang dijalankan sahabat-sahabat
pengurus rayon maupun komisariat memiliki kultur karakteristik dan tantangan yang lebih kompleks.Hal
ini menjadi tantangan tersendiri bagi sahabat-sahabat pengurus untuk lebih inovatif dan progresif dalam
menjalankan agenda kaderisasi pada setiap lembaganya.

Kekayaan bidang kajian keilmuan yang terdapat dikampus umum, dengan hadirnya bermacam fakultatif
keilmuan yang beragam dan secara khusus mempelajari disiplin ilmu tertentu sebaiknya dapat dijadikan
modal dasar pengurus untuk dapat memaksimalkan potensi fakultatif tersebut melalui pemetaan dan
program pengembangan potensi akademik kader agar dapat dimaksimalkan pada ruang-ruang
implementasi keilmuan yang terdapat ditiap jenjang lembaga.

Pengembangan potensi-potensi tersebut diatas akan mampu dijadikan salah satu ruang implementasi
nilai yang didapat pada proses pengkaderan di PMII melalui lembaga-lembaga akademik maupun minat
bakat kemahasiswaan yang berada di kampus (baca:ormawa).Selain dari pada itu, penanaman nilai-nilai
keIslaman dan pemahaman akan kePMIIan harus mampu disesuaikan dengan porsinya melalui ruang
kaderisasi non formal dan ruang-ruang kultural yang ada.

Sehingga pemahaman akan nilai-nilai tersebut dapat tersampaikan secara kontekstual maupun tekstual
dan akan lebih lunak penyampaian juga pemahamannya serambi mengatur ritme pengkaderan pada
tingkatan yang selanjutnya.Berawal dari bangunan tersebut, PMII pada akhirnya akan mampu menjawab
tantangan yang hadir dalam konteks kekinian dengan pergeseran pola pikir dan tingkah laku mahasiswa
terhadap pemahaman pentingnya berorganisasi, dengan memberikan jawaban atas kebutuhan
mahasiswa.
A. Pendahuluan

PMII adalah organisasi yang bertujuan pada terbentuknya pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah
SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya
serta komitmen atas perwujudan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Senafas dengan tujuannya tersebut
PMII dituntut untuk membuktikan bahwa arah gerakannya memanifestasikan cita-cita yang dituju.
Sebagai organisasi yang etos pergerakannya bersandar kepada aspek kemahasiswaan, keislaman dan
keindonesiaan, maka pengejawantahan gerakan PMII juga mencirikan ketiga aspek diatas. Aspek
kemahasiswaan harus diselaraskan dengan tipologi mahasiswa sebagaiagent of social change. Dimana
mahasiswa mempunyai kekuatan intelektual untuk mendobrak bentuk-bentuk kemapaman yang
menghalangi kemajuan dan secara intens menembus kebekuan realitas menuju dinamika yang
mengarah pada pemecahan masalah-masalah sosial.

Pada aspek keislman, PMII meyakini bahwa kehadiran atau eksistensinya adalah untuk mewujudkan
peran khalifatullah fi al-ardl, meneruskan risalah kenabian untuk merahmati alam. Islam seharusnya
selalu menjadi cahaya (nur) bagi ummatnya di setiap waktu dan di setiap zaman. Oleh karena itu wacana
keislaman yang dipahami oleh PMII harus mampu melakukan tafsir terhadap dirinya agar relevansi dan
kontekstualisasinya aktual dengan perkembangan zaman. Sementara aspek kebangsaan PMII harus
dibuktikan dengan antusiasme aktif terhadap nilai kebangsaan yang ditunjukkan oleh sikap penghargaan
atas pluralitas dan inklusivitas serta menghindari ekslusivitas dan sektarian.

Ketiga aspek di atas harus terintegrasi dalam satu perspektif yang saling menopang satu dengan lainnya.
Oleh karena itu dialektika aktif di dalam kehidupan masyarakat harus ditunjukkan dengan sikap
penghargaan, solidaritas, persamaan, kesetaraan, dan anti diskriminasi yang dilandasi suatu kesadaran
yang utuh, bukan sebaliknya. Dialektika ini juga hatus mengatasi problema yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat baik menyangkut aspek politik, budaya, ekonomi, hukum, pendidikan dan
agama.

B. Pembahasan

Strategi Kaderisasi PMII

“Mahasiswa saat ini dapat dimengerti hanya apabila kita mampu menyelami cara berpikir mahasiswa,
bukannya mahasiswa yang dipaksa untuk mengikuti cara berpikir PMII. Ini boleh jadi merupakan jalan
primer untuk ditempuh sehingga PMII dapat diterima oleh mahasiswa. Dengan kalimat lain, bukan
mahasiswa yang pertama – tama harus mengikuti jalan pikiran PMII melainkan PMII-lah yang pertama –
tama mesti mengikuti jalan pikiran mahasiswa, ” (dalam Pendidikan Kritis Transformatif, PB PMII; 2002)
strategi ini dinamai “ masuk dari pintu mereka keluar dari pintu kita”.

Pertama, strategi rekruitmen. Kata sun tzu, jika anda ingin menguasai peperangan, kuasailah medannya.
“Medan Perang” kita adalah kampus, bagaimana antropologi kampus kita ? Tentu kita yang lebih paham
terkait kondisi kampus masing-masing.

Tetapi, secara umum kampus terbagi dalam beberapa “spot. Koridor/taman, Masjid/Mushalla,
Perpustakaan, Kantin, dll. Target kita adalah mahasiswa baru dengan beragam minat dan hobby, tempat
yang nyaman bagi mereka untuk berlama-lama menghabiskan waktu menentukan minat dan hobby
mereka,, tentu semuanya memilki potensi. Untuk memaksimalkan rekruitmen, pastikan semua
“pengkader” tersebar di setiap spot yang ada di kampus sesuai dengan “jiwanya”.

Kedua, pelaksanaan MAPABA.Selama ini MAPABA yang dilaksana di kampus yang tidak dominan PMII,
dilaksanakan layaknya kegiatan yang terjadwal dan kaku. “Berdasarkan hasil rapat panitia”. Hal itu tidak
salah, tetapi strateginya harus dibuat fleksibel. Tidak berorientasi pada waktu pelaksanaan, tetapi
berorientasi pada “Bahan” kaderisasi/calon anggota baru.

Perencanaan waktu bisa dibuat, tetapi dengan melihat hasil rekruitmen sementara. Misal, pengkader
disatu komisariat ada 20 orang, target masing-masing adalah 5 orang dari berbagai fakultas dan jurusan,
maka rapat panitia untuk menentukan kapan pelaksanaan MAPABA, dengan melihat beberapa calon
anggota baru yang sudah direkruit dalam rapat persiapan, by name, by fakultas atau jurusan. Jika
maksimal 20 x 5 = 100. 100 orang jangan sampai semua merasa berhasil merekruitmen ternyata hasilnya
20 x 5 = 5, karena 20 pengkader merekruit orang yang sama

Pendampingan Kader

Penerimaan menjadi anggota PMII dimulai dari tingkat rayon yang notabene merupakan struktur
organisasi yang paling bawah dan bersentuhan langsung dengan kader. Rayon secara langsung
bertanggungjawab terhadap rekrutmen massa serta pelaksanaan pengaderan awal PMII.
Secara normatif, dalam Anggaran Rumah Tangga PMII bab III bagian II pasal 4 disebutkan bahwa
penerimaan anggota didahului dengan mengajukan permintaan secara tertulis atau mengisi formulir
untuk menjadi calon anggota PMII kepada Pengurus Cabang. Dan telah sah menjadi anggota PMII
setelah mengikuti Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) dan mengucapkan baiat persetujuan
dalam suatu upacara pelantikan yang diadakan oleh Pengurus cabang.

Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) merupakan sistem pengkaderan formal tahap awal yang
dilaksanakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dimana didalamnya terdapat proses
kaderisasi yang sangat vital salah satunya adalah pendampingan MAPABA. Pendampingan sendiri adalah
proses handling yang didalamnya tercakup perencanaaan, controling, dan evaluasi untuk tercapainya
suatu target.

Namun demi tercapainya ekspektasi dari pendampingan itu sendiri diperlukan pengetahuan agar
pendampingan yang dilakukan sesuai dengan upaya kita dalam mewujudkan misi, peran, dan fungsi baik
dalam kehidupan organisasi, bermasyarakat, maupun bernegara.Seperti yang kita ketahui mahasiswa
yang mengikuti MAPABA merupakan calon anggota dan kader PMII.

Kader sendiri merupakan orang yang mampu menjalankan amanat, memiliki kapasitas pengetahuan dan
keahlian, pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan organisasi.
Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi.

Sedangkan pengkaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi,
dan kebutuhan tertentu, yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal,
kemampuan fisik, moral, dan sosialnya. Sehingga kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri
untuk memperbaiki keadaan sekarang demi mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan cita
– cita yang diidealkan, nilai – nilai yang diyakini serta misi perjuangan yang diemban.

Sistem pengkaderan PMII sendiri adalah totalitas pembelajaran yang dilakukan secara terarah,
terencana, sistematik, terpadu, berjenjang, dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi,
mengasahkepakaan, melatih sikap, memperkuat karakter, mempertinggi harkat dan martabat,
memperluas wawasan, dan meningkatkan kecakapan insan – insan pergerakan agar menjadi manusia
yang muttaqin, beradap, berani,santun, cendik – cendikia, berkarakter, terampil, loyal, peka, dan gigih
menjalankan roda organisasi dalam upaya pencapaian cita – cita dan perjuangannya (Multi Level Strategi
Gerakan PMII, PB PMII; 2006).
Meskipun setiap orang memiliki model pendampingan yang berbeda – beda namun harus tetap terarah
pada upaya pengkaderan PMII yang bersumber pada nilai – nilai dan prinsip – prinsip yang digali serta
dikembangkan dari tiga pilar pengkaderan PMII yakni:

Pertama semangat gerakan ketrampilan dan daya intelektualitasnya sebagai mahasiswa; keyakinan,
pemahaman, pelaksanaan, dan penghayatannya atas ajaran islam; serta pengetahuan, wawasan,
komitmen dan pembelaannya atas kelangsungan negara-bangsa Indonesia. Wacana, nilai – nilai dan
model gerakan apapun yang diperjuangkan oleh PMII selalu merujuk sekaligus bermuara pada
penegasan tiga pilar, yakni Kemahasiswaan, Keislaman, dan Keindonesiaan.

Oleh karena itu dalam pendampingan MAPABA baiknya diarahkan sesuai dengan kapasitas dan karakter
calon anggota tanpa menafikkan tiga pilar pengkaderan PMII tersebut diatas.

Ketiga, out put MAPABA. Terkait dengan hal ini, contoh yang baik mungkin kampus agama. Di kampus
agama, PMII rata-rata dominan, Tetapi setelah MAPABA, yang aktif hanya puluhan orang. Pasti ada yang
salah di MAPABA nya. Kenapa ? Karena orientasinya hanya melaksanakan “Agenda Seremonial”. Banyak
hal yang perlu dievaluasi, tetapi dalam konteks ini, harus dipastikan bahwa yang berhak dinyatakan lulus
dan dibait sebagai anggota PMII adalah yang hafal Mars PMII. Tentu hal ini sangat wajar dan tidak
berlebihan. Bagaimana caranya ? Pastikan disetiap sesi (awal dan akhir serta jeda dalam proses
MAPABA) peserta menyanyikan Mars.

Dan diakhir sebelum pembaitan dites, yang tidak hafal, diperbolehkan menjadi partisipan PMII dan tidak
mengikuti prosesi pembaitan. Sehingga menjadi anggota PMII disetiap kampus (tidk hanya di kampus
agama), adalah prestige, tidak mudah. Gagal, mengulang MAPABA selanjutnya. Lulus, dijamin bisa
menjadi “panitia ospek” tahun depan.

Keempat, strategi Follow Up. Untuk pelatihan non formal paska MAPABA yang pasti harus dibangun
sistem monitoring anggota baru perjurusan, perfakultas dan perjenis kelamin. Kenapa ? Agar anggota
baru dapat terfasilitasi urusan perkuliahannya, kalau ada tugas kuliah bisa bertanya dan dibantu oleh
mentor. Kalau perlu menginap di rumahnya pun bisa diterima oleh orang tuanya. Semangat
kekeluargaan dalam proses mentoring harus terjalin. Jika diperlukan, buat kegiatan bersama anggot
baru. Futsal, Renang, dst. Sesuai dengan minat hobby mereka.
C. Penutup

Pengkaderan PMII merupakan upaya untuk membentuk kesadaran mahasiswa sebagai Agent of
change,Agent of control, dan agent of social, serta terbentuknya pribadi muslim yang bertaqwa kepada
Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu
pengetahuannya serta komitmen atas perwujudan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Melalui proses pengkaderan tersebut kesadaran mahasiswa sebagai generasi pembawa tongkat estafet
akan tumbuh. Sehingga kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki
keadaan sekarang demi mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan cita – cita yang
diidealkan, nilai – nilai yang diyakini serta misi perjuangan yang diemban

Anda mungkin juga menyukai