Anda di halaman 1dari 13

SISTEM PERKADERAN MUHAMMADIYAH

PC IMM TAPANULI SELATAN PADANGSIDIMPUAN

Diajukan Sebagai Prasyarat Mengikuti Latihan Instruktur Dasar


PC Imm Tapanuli Selatan Padangsidimpuan

Disusun Oleh :
NURKHOLIJA HARAHAP

UNIVERSITAS MUHAMMADDIYAH
TAPANULI SELATAN
2023
SISTEM PERKADERAN MUHAMMADIYAH

A. Pendahuluan
Muhammadiyah saat ini telah berkembang dengan pesat, secara kualitatif maupun
kuantitatf. Tantangan yang dihadapi serta permasalahan yang muncul pun sedemikian
kompleks bahkan dinamika dalam organisasi selalu muncul. Tarik menarik antara tuntutan ke
arah perubahan yang berorientasi ke arah kemajuan (reformasi) dengan usaha memelihara
komitmen gerakan dalam berbagai dimensinya mewarnai dinamika Muhammadiyah.1
Gerakan Muhammadiyah adalah salah satu gerakan Islam yang tertua dan terbesar di
Indonesia. Muhammadiyah telah berusia lebih dari satu abaddan memiliki ribuan amal usaha
di berbagai bidang.2 Amal usaha yang paling banyak adalah di bidang pendidikan, kesehatan
dan sosial.3 Ini menunjukkan kontribusi Muhammadiyah amat besar bagi perkembangan
kehidupan masyarakat Indonesia.  Oleh karena itu, banyaknya upaya amal diperlukan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk mendukung pengelolaan dan pemeliharaan serta
meningkatkan ke arah yang lebih baik. Pada konteks kekinian dan masa mendatang
nampaknya Muhammadiyah yang begitu besarnya terkadang agak mengabaikan atau
menyepelekan persoalan pengkaderan. Hal ini juga indikasi bahwa ada masalah serius dalam
diri Muhammadiyah, khususnya yang terkait dengan sumberdaya manusia, yang di dalam
Muhammadiyah sering disebut dengan kader. Sementara sumberdaya manusia adalah hal
terpenting dalam kesuksesan sebuah organisasi.4
Untuk mengembangkan kualitas kader Muhammadiyah diperlukan dukungan dan
suplai sumberdaya manusia dari keluarga-keluarga Muhammadiyah sendiri. 5 Kaderisasi
adalah program dan kegiatan Muhammadiyah yang tidak akan pernah berhenti dalam setiap
masanya.6 Disamping itu pelaksanaan misi program kerja persyarikatan Muhammadiyah
membutuhkan peran kader yang kompeten, militan, amanah, dan istiqomah. Tidak dapat kita
pungkiri lagi bahwa eksistensi kader sebagai regenerasi muda di Muhammadiyah sangatlah
urgen oleh karena itu maka menjadi sangatlah penting untuk terus melakukan proses-proses
1
Haedar Nashir, Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah, (Bigraf Publising Yogyakarkat: 2000), hal. 124
2
Tim Penyusun, Kemuhammadiyahan; jilid 1, (Yogyakarta: Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah
Yogyakarta, 2008), hal. 17
3
LPI PP Muhammadiyah, Profil 1 Abad Muhammadiyah, (Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 2010), hal. xii
4
Marihot Tua Efendi Hariandja, Manajemen Sumber Daya Manusia; Pengadaan, Pengembangan,
Pengkompensasian, dan peningkatan produktifitas pegawai, (Jakarta: Grasindo, 2007), hal. xi
5
Haedar Nashir, Op.Cit., hal.. 122
6
Sistem Perkaderan Muhammadiyah, Tim Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah, (Yogyakarta,: PP
Muhammadiyah, 2015). hal.. 43

1
pengkaderan yang berjenjang dari pengkaderan dasar sampai dengan perkaderan paripurna
sebagai pengkaderan akhir di Persyarikatan. Hal ini menjadi penting agar kader sustainble
“kaffah” dalam mengikuti pengkaderan di Muhammadiyah.7
Jika Muhammadiyah hanya dijadikan kendaraan oleh segelintir orang atau kader yang
menyimpang untuk keperluan dirinya sendiri dan hal ini terus didiamkan saja, maka yang
terjadi kemudian lambat laun Muhammadiyah hanya tinggal jasadnya saja. Memang diakui
bahwa tantangan saat ini lebih besar dan beragam. Terkadang kita tidak mengenal mana lawan
dan mana kawan. Untuk itu, Muhammadiyah melalui gerakan sosial, agama dan
pendidikannya mengharapkan kader-kader muda Islami Muhammadiyah terus bermunculan
dengan tingkat kualitas yang dicita-citakan sehingga kiprah Muhammadiyah tetap ada di mata
bangsa Indonesia bahkan dunia.

B. Definisi Pengkaderan
Kader menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perwira atau bintara dalam
ketentaraan. Arti yang lainnya masih menurut KBBI adalah orang yang diharapkan akan
memegang peran yang penting dalam pemerintahan, partai, dan sebagainya.8
Dengan demikian kader dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang terbaik
karena terpilih, yaitu merupakan tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang lebih besar
dan terorganisasi secara permanen. Kader merupakan orang-orang yang terpilih dan
berpengalaman dalam berorganisasi, taat asas dan berinisiatif, sebagai tulang punggung
penggerak organisasi.9
Adapun perkaderan berasal dari kata kader yang mendapat awal per- dan akhiran -an
yang mengandung makna perihal, yang berhubungan dengan, antara lain, kader. 10 Perkaderan
Muhammadiyah berarti berbagai hal yang terkait dengan kader dan kaderisasi di
Muhammadiyah. Penulis memandang berbagai hal yang terkait dengan kader dan kaderisasi
ini termasuk rekrutmen, pendidikan, penempatan, distribusi dan pemerataan ke sektor-sektor
yang menjadi sasaran dakwah Muhammadiyah.

7
Tim Bidang Pendidikan dan Kaderisasi PWPM Jatim, Pedoman Perkaderan Pemuda Muhammadiyah, hal.
4
8
Departemen Pendidikan & Kebuudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989),
hal. 860
9
MPK PP Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah; Ideologi Khiththah dan Langkah,
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2009). Hal. 31
10
Ibid., hal. 33

2
Sedangkan sistem perkaderan Muhammadiyah terdiri dari kata sistem, perkaderan dan
Muhammadiyah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sistem berarti: perangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sistem diartikan juga
sebagai susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya11
Dengan demikian sistem perkaderan Muhammadiyah dapat diartikan sebagai
seperangkat unsur yang bekerja bersama-sama, saling berkaitan sehingga membentuk suatu
totalitas untuk mencapai suatu tujuan atau maksud. Dalam konteks ini adalah bekerja untuk
mencapai tujuan perkaderan Muhammadiyah, yaitu terpenuhinya kebutuhan penggerak yang
memimpinkan Muhammadiyah di semua sektor yang menjadi sasaran dakwah
muhammadiyah.

C. Tujuan Pengkaderan Muhammadiyah


Tujuan Pengkaderan Muhammadiyah adalah Terbentuknya kader Muhammadiyah yang
memiliki ruh (spirit) serta mempunyai integritas dan kompetensi untuk berperan di
Persyarikatan, dalam kehidupan umat dan dinamika bangsa serta konteks global.
Pengkaderan pada hakekatnya merupakan pembinaan personel anggota dan pimpinan
secara terprogram dengan tujuan tertentu bagi Persyarikatan. Dalam Muhammadiyah
pengkaderan dititikberatkan pada pembinaan idiologi, pembinaan kepemimpinan,
membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan, idiologi gerakan dan mengoptimalkan
sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan.12
Dengan demikian, pengkaderan Muhammadiyah menjadi upaya penanaman nilai, sikap
dan cara berpikir, serta peningkatan kompetensi dan integritas terutama dalam aspek idiologi,
kualitas kepemimpinan, ilmu pengetahuan dan wawasan bagi segenap pimpinan, kader dan
anggota/warga Muhammadiyah. Dengan kata lain, dalam pengkaderan harus terjadi
penyadaran, peneguhan dan mengayaan.
Upaya ini bisa dipahami dalam rincian berikut.
1. Pembinaan Keislaman
a. Penanaman nilai-nilai Islam sesuai dengan pandangan Muhammadiyah.
b. Pembinaan aqidah.
c. Pembinaan ibadah.

11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit, hal. 950
12
MPK PP Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Muhammadiyah, (Yogyakarta, MPK PP Muhammadiyah,
2016). hal. 37

3
d. Pembinaan akhlaq.
e. Pembinaan mu’amalah duniawiyah.
2. Pembinaan Jiwa Persyarikatan
a. Pemahaman sejarah dan dinamika gerakan pembaharuan dan pemikiran Islam dalam
konteks memahami Muhammadiyah sebagai gerakan Islam.
b. Meneguhkan ideologi gerakan Muhammadiyah.
c. Penguatan etika dan kultur bermuhammadiyah.
d. Penguasaan strategi perjuangan Muhammadiyah.
3. Pembinaan Keilmuan dan Wawasan
a. Pengembangan penguasaan metodologi keilmuan dan berpikir ilmiah.
b. Penguasaan disiplin ilmu dan aplikasi teknologi sesuai bidang keahlian masing-masing.
c. Pengembangan wawasan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
d. Pemahaman dinamika dan peta perjuangan umat Islam.
4. Pembinaan Kepemimpinan dan Menajemen
a. Kemampuan leadership.
b. Pemahaman kemampuan manajeman organisasi.
c. Penguasaan manajeman gerakan, manajemen ide, kemampuan advokasi dan
kemampuan pengambilan keputusan/kebijakan.
d. Kemampuan manajemen pengembangan masyarakat.
e. Pemahaman program Muhammadiyah.
5. Pembinaan Penguasaan Keterampilan, Informasi dan Keilmuan
a. Pengembangan potensi diri kader sesuai minat dan bakatnya.
b. Pengembangan kecakapan/keahlian dan profesi tertentu seperti kemampuan analisis
kebijakan publik, tehnik rekayasa sosial, tehnik-tehnik advokasi dan strategi dakwah.
c. Pengembangan kemampuan penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi, jaringan
media, internet dan komputer dalam kajian dari situasi agama serta analisis data untuk
keperluan dakwah Islam.

D. Jenis dan Bentuk Pengkaderan Muhammadiyah


Pengkaderan Muhammadiyah dilaksanakan dengan menggunakan berbagai jenis
kegiatan kaderisasi yang terarah, terencana dan berkesinambungan. Jenis-jenis kegiatan
kaderisasi yang dapat dilaksanakan secara umum terdiri dari dua kategori:

4
1. Pengkaderan Utama
Merupakan kegiatan kaderisasi pokok yang dilaksanakan dalam bentuk
pendidikan atau pelatihan untuk menyatukan visi dan pemahaman nilai ideologis serta
sitem dan aksi gerakan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Persyarikatan atau Majelis
Pendidikan Kader (Pusat sampai Cabang) dan Amal Usaha Muhammadiyah.
Kaderisasi yang termasuk kategori pengkaderan utama adalah Darul Arqam dan
Baitul Arqam.
a. Darul Arqam
Darul Arqam merupakan bentuk kegiatan kaderisasi yang utama dan khas dalam
Sistem Pengkaderan Muhammadiyah yang bertujuan untuk membentuk sistem cara
berpikir dan sikap kader dan pemimpin yang kritis, terbuka dan penuh komitmen
terhadap Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar,
dan tajdid. Adapun materi dalam darul arqam terdiri dari lima kelompok materi dan
terbagi menjadi dua jenjang yaitu wilayah dan pusat. empat kelompok materi
merupakan materi wajib dan di tingkat wilayah diberi peluang untuk menambah dengan
muatan lokal.
b. Baitul Arqam
Baitul Arqam merupakan modifikasi dan penyederhanaan dari Darul Arqam yang
diselenggarakan untuk tingkat pimpinan ranting, serta Amal Usaha Muhammadiyah
(AUM). Sasarannya simpatisan, anggota, pimpinan Muhammadiyah, dan pimpinan
(middle manager ke bawah) serta karyawan Amal Usaha Muhammadiyah.13
2. Pengkaderan Fungsional
Merupakan kegiatan kaderisasi yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan,
pelatihan, kursus atau kajian intensif yang terstruktur namun tidak ditetapkan standar
kurikulumnya secara baku untuk memenuhi kebutuhan dan fungsi tertentu dari suatu
majelis atau lembaga. Pengkaderan fungsional merupakan pendukung dari pengkaderan
utama dan berfungsi untuk pengembangan sumberdaya kader. Pengkaderan ini lebih
fleksibel mengingat prinsip penyelenggaraannya yang desentralistik-otonomis-sistemik.
Contohnya:
a. Sekolah Kader Sekolah Kader merupakan suatu lembaga pendidikan formal di
lingkungan Muhammadiyah yang memiliki kriteria dan tujuan khusus serta program
13
MPK PP Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Muhammadiyah, (Yogyakarta, MPK PP Muhammadiyah,
2016). hlm. 57-58

5
secara resmi sebagai tempat pendidikan kader (pelajar dan mahasiswa). Ketentuan
untuk penetapan dan pendirian sekolah kader hanya bisa dilakukan atas dasar
rekomendasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah14
b. Pelatihan Instruktur
Merupakan salah satu bentuk kegiatan kaderisasi pendukung yang dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan kader Muhammadiyah sebagai pelatih (instruktur)
dalam mengelola dan melaksanakan berbagai bentuk kegiatan kaderisasi di
persyarikatan Muhammadiyah.
c. Dialog Indeopolitor
Dialog Indeopolitor (ideologi, politik dan organisasi) merupakan kederisasi bagi
pemimpin persyarikatan dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang didesain dalam
bentuk dialog dengan panelis dan diskusi dengan sesama peserta dalam bentuk
dinamika kelompok untuk memberikan pemahaman bagi kader dan pemimpin
organisasi Muhammadiyah tentang peta mutakhir idiologi politik-ekonomi dan gerakan
keagamaan yang berkembang di Indonesia, baik skala dalam maupun regional dan
nasional.15
d. Pelatihan yang diselenggarakan oleh Majelis dan Lembaga Pelatihan-pelatihan di
lingkungan Unsur Pembantu Pimpinan Muhammadiyah ini antara lain: pelatihan
pembantu kader hisab dan falak (Majelis Tarjih dan Tajdid), pelatihan kader Mubaligh
(Majelis Tablig), dan berbagai bentuk pelatihan lainnya yang diselenggarakan oleh
majelis dan lembaga.
e. Pengajian Pimpinan
Merupakan pengajian terbatas bagi pengembangan wawasan dan pendalaman
nilai-nilai ideologi gerakan Muhammadiyah yang diikuti oleh pimpinan persyarikatan,
pimpinan ortom dan pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) serta ditambah
kalangan tertentu yang dipandang perlu warga atau tokoh Muhammadiyah.
f. Pengajian Khusus
Bentuk pengajian ini dirancang dan diselenggarakan secara khusus sebagai media
internalisasi dan peneguhan paham agama dan ideologi gerakan Muhammadiyah bagi
setiap warga persyarikatan di lingkungan masing-masing.16

14
Ibid., hal. 59
15
Ibid., hal. 60
16
Ibid., hal. 61

6
g. Pelatihan Tata Kelola Organisasi/Upgrading
Pelatihan ini dilaksanakan untuk memberikan bekal kemampuan manajerial dan
administratif bagi pimpinan persyarikatan serta pengelola Amal Usaha Muhammadiyah
agar dapat menjalankan amanah kepemimpinan dan pengelola secara professional dan
dinamis dengan tetap berpijak pada visi dan misi Muhammadiyah.
h. Diklat Khusus
Pendidikan dan pelatihan ini berorientasi pada pengembangan sumberdaya kader
dan pemekaran potensinya sehingga bisa mendukung peran kader di luar persyarikatan
dan menjadi pintu masuk bagi simpatisan dan calon kader Muhammadiyah. Seperti,
diktat Jurnalistik, pelatihan pengembangan kapasitas kecerdasan emosional dan
spiritual, diklat kepemimpinan, dan Out Bound Training

E. Jenjang Pengkaderan Muhammadiyah


Adapun jenjang pengkaderan ini dilaksanakan sesuai dengan jenjang struktur pimpinan
Muhammadiyah dengan penanggungjawab kegiatan adalah Majelis Pendidikan Kader
ditingkatnya masing-masing.
1. Latihan Kader Muballigh (LKM)
Menitik beratkan pada pembinaan segi penguasaan materi, metode dan wawasan
dakwah serta penguatan komitmen Mubaligh, sehingga mampu menggerakkan umat
mewujudkan tujuan Muhammadiyah. Latihan Kader Muballigh dilaksanakan dengan
Jenjang :
a. LKM Tingkat Cabang, dilaksanakan oleh MTDK PCM untuk ranting – ranting, (bisa
dilaksanakan oleh gabungan beberapa PCM).
b. LKM Tingkat Daerah, dilaksanakan oleh MTDK PDM untuk cabang – cabang, (bisa
dilaksanakan oleh gabungan beberapa PDM).
c. LKM Tingkat Wilayah, dilaksanakan oleh MTDK PWM untuk daerah – daerah, (bisa
dilaksanakan oleh gabungan beberapa PWM). 17
2. Pelatihan Instruktur Mubaligh (LIM)
Menitikberatkan pada pembinaan segi kepemimpinan dan ketrampilan melaksanakan
pelatihan kader Mubaligh sesuai dengan tingkatan kepempinan. Latihan Instruktur
Muballigh dilaksanakan dengan jenjang:

Aan, Makalah Pengkaderan Muhammadiyah, https://aanborneo.blogspot.com/2012/07/pengkaderan-


17

muhammadiyah.html. diakses pada tanggal 28 Januari 2023

7
a. LIM Tingkat Daerah, dilaksanakan oleh MTDK PDM untuk cabang-cabang, (bisa
dilaksanakan oleh gabungan beberapa PDM).
b. LIM Tingkat Wilayah, dilaksanakan oleh MTDK PWM untuk daerah-daerah, (bisa
dilaksanakan oleh gabungan beberapa PWM). 3) LIM Tingkat Nasional, dilaksanakan
oleh MTDK PPM untuk wilayah-wilayah dan Ortom Tingkat Pusat.18
3. Refreshing Mubaligh
Menitikberatkan pada pemberian bahan-bahan mutakhir dan bahan khusus yang
diperlukan oleh pada Muballigh dan da’i Muhammadiyah, sesuai dengan tingkatan masing-
masing, seperti kajian kristologi dan kristenisasi, kajian tentang ghazwul fikri dan
sebagainya, sesuai dengan tingkat kepemimpinan masing-masing.19
4. Pelatihan Khusus
Menitikberatkan pada penambahan dan pendalaman materi, strategi dan metode
dakwah yang bersifat khusus, seperti pelatihan bagi da’i Khusus yang ditugaskan di
daerah-daerah terpencil dan tertinggal.20
5. Pengajian Pimpinan
Kegiatan ini sebagai pembinaan rutin pimpinan dan mubaligh Muhammadiyah
sekaligus pengayaan wawasan dan forum berbagi pengalaman, problem solving dan
kajian isu-isu penting yang bersifat cepat dan perlu menjadi perhatian para Mubaligh dan
Pimpinan Persyarikatan di masing-masing tingkat.21
6. Sekolah Kader Muballigh
Seperti menyelenggarakan Madrasah Muballighin, Pesantren Kader Tabligh, Sekolah
Tinggi Ilmu Dakwah atau menyusun kurikukulum pendidikan Muballigh untuk
dimasukkan ke dalam Madrasah, Pesantren, Sekolah, Perguruan Tinggi (khususnya
Fakultas Agama Islam) dan Ma’had Bahasa Arab dan Studi Islam yang ada di lingkungan
Muhammadiyah, dan Pesantren Peguruan Tinggi.22

F. Pengorganisasian Kader Muhammadiyah


Ada 2 cara strategi Pengorganisasian Kader Muhammadiyah yaitu secara internal dan
eksternal, antara lain sebagai berikut:

18
Loc.Cit
19
Loc.Cit
20
Loc.Cit
21
Loc.Cit
22
Loc.Cit

8
1. Rekrutmen internal yaitu melakukan pemantapan pemahaman ideologi Muhammadiyah di
kalangan temanteman, saudara, dan anggota keluarga sendiri.
2. Rekrutmen eksternal yaitu melakukan perluasan-perluasan akses ke wilayah-wilayah yang
dianggap memiliki potensi sumber daya manusia. Khusus rekrutmen ini, rekrutmen
dilakukan dengan keterbukaan, transparansi dan selektif.
G. Kompetensi Dasar Kader Muhammadiyah
Kader Muhammadiyah yang ideal minimal memiliki 4 kompetensi yaitu kompetensi
keberagamaan; cendekiawan dan istelektual; sosial kemanusiaan dan kepeloporan serta
keorganisasian dan kepemimpinan. .
1. Kompetensi keberagamaan
Kader Muhammadiyah membekali diri dengan pemahaman keagamaan yang lebih
baik dengan ciri – ciri sebagai berikut :
a. Shiddiq (jujur dan dapat dipercaya) dalam hati, kata, dan tindakan;
b. Amanah (komitmen dan tanggung jawab moral yang tinggi) dalam mengemban tugas
organisasi;
c. Berjiwa gerakan (semangat untuk aktif dalam Muhammadiyah sebagai panggilan jihad
di jalan Allah);
d. Keiklasan (melakukan sesuatu semata-mata karena Allah SWT) dalam hidup dan
memperjuangkan ajaran Islam melalui Muhammadiyah;
e. Kemurnian aqidah (keyakinan berbasis tauhid yang bersumber pada ajaran Al-Qur'an
dan Sunnah Nabi yang shahih dan maqbullah) yang membentuk keshalehan dalam
kehidupan;
f. Ketaatan beribadah (senantiasa menjalankan ibadah mahdhah, baik yang wajib maupun
yang sunnat tathawwu' sesuai tuntunan Rasulullah) yang tahsinah (kemanfaatan dan
fungsi) dari ibadah itu terpantul dalam kehidupan sehari – hari.
2. Kompetensi intelektual
Kader Muhammadiyah yang ideal adalah kader yang memiliki intelektualitas yang
dicirikan dengan nilai – nilai :
a. Istiqamah (konsisten) dalam lisan, pikiran, dan tindakan;
b. Moderat (arif dan mengambil posisi di tengah) dalam membelenggu,berpikiran dan
bertindak;
c. Fathonah (kecerdasan pikiran sebagai Ulul Albab) dalam berpikir, berwawasan, dan
menghasilkan karya pemikiran;

9
d. Tajdid (pembaruan dan pesan maju) dalam mengembangkan kehidupan dan
menggerakkan Persyarikatan jiwa sesuai ajaran Islam;
e. Etos belajar (semangat dan kemauan keras) untuk selalu mengembangkan diri, mencari
dan memperkaya ilmu, serta mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan;
3. Kompetensi sosial kemanusiaan dan kepeloporan
Kader Muhammadiyah yang ideal peka terhadap permasalahan sosial umat, yang
dapat dicirikan dengan nilai – nilai sebagai berikut :
a. Suka beramal (gemar melaksanakan amal shaleh untuk kemaslahatan hidup);
b. Kepedulian sosial (ketepanggilan dalam meringankan beban hidup orang lain);
c. Inovatif (menemukan hal-hal baru) dalam mengembangkan kemajuan organisasi;
d. Keteladanan (menjadi uswah hasanah [teladan yang baik] dalam seluruh hidup dan
tindakan);
e. Keshalehan (perilaku yang baik) dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat
luas;
f. Tabligh (menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif, dan terampil
membangun jaringan);
g. Pemikiran maju dan membawa Muhammadiyah pada kemajuan di berbagai bidang yang
menjadi misi dan usaha gerakan.
4. Kompetensi keorganisasian dan kepemimpinan
Kader Muhammadiyah yang ideal memiliki semangat berorganisasi dan memiliki
jiwa kepemimpinan yang dapat dicirikan dengan nilai – nilai yaitu :
a. Pengkhidmatan dan partisipasi aktif dalam peran keumatan, kebangsaan, dan
kemanusiaan universal;
b. Mengutamakan misi dan kepentingan Muhammadiyah di atas lainnya dengan niat iklas
dan berkhidmat;
c. Menempati posisi apapun dengan semangat iklas,berdedikasi,berprestasi, dan
menghasilkan hal-hal terbaik;
d. Menjadi bagian yang menyatu dengan denyut nadi kehidupan Persyarikatan, umat, dan
bangsa sebagai wujud menjalankan misi organisasi;
e. Berkomitmen dan menjunjung tinggi ideologi Muhammadiyah dan mampu
memenangkan tegas tetapi arif dalam membela serta menegakkan prinsip dan
kepentingan Persyarikatan.

10
H. Kesimpulan
Muhammadiyah sangat menyadari bahwa perkaderan adalah salah satu hal
terpenting bagi persyarikatan, dan karenanya Muhammadiyah berupaya menciptakan
perkaderan yang handal dan mampu menyelesaikan problem kebutuhan kader. Namun
demikian, sistem perkaderan yang tersedia saat ini belum cukup efektif dan efisien
melaksanakan tugas kaderisasi. Oleh karena itu sitem perkaderan Muhammadiyah perlu
diperbaiki dengan:
Pertama, mengubah persepsi bahwa perkaderan tidak hanya proses mendidik,
melainkan menyiapkan kebutuhan kader secara luas. Dengan demikian agenda
perkaderan tidak hanya pada usaha mendidik, melainkan juga melakukan analisis
kebutuhan, pendidikan dan pemerataan kader ke banyak sektor.
Kedua, mengubah persepsi kembali bahwa pendidikan kader tidak selalu identik
dengan kegiatan pelatihan saja. Kegiatan pendidikan kader dapat berupa banyak kegiatan
yang bertujuan pada ideologisasi, pewarisan nilai dan peningkatan kapasitas kader.
Perekrutan kader Muhammadiyah yang baru berdasarkan pada kemampuan seorang
kader tersebut mengetahui lebih dalam tentang kemuhammadiyahan, sehingga nantinya
akan terpilihlah suatu kader Muhammadiyah yang Islami serta dapat berguna bagi nusa
dan bangsa.

11
DAFTAR PUSTAKA
Aan, Makalah Pengkaderan Muhammadiyah,
https://aanborneo.blogspot.com/2012/07/pengkaderan-muhammadiyah.html.

Departemen Pendidikan & Kebuudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 1989

Hariandja, Marihot Tua Efendi, Manajemen Sumber Daya Manusia; Pengadaan,


Pengembangan, Pengkompensasian, dan peningkatan produktifitas pegawai, (Jakarta:
Grasindo, 2007), hal. xi

LPI PP Muhammadiyah, Profil 1 Abad Muhammadiyah, Yogyakarta: PP Muhammadiyah, 2010

MPK PP Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah; Ideologi Khiththah dan Langkah,


Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2009

MPK PP Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Muhammadiyah, Yogyakarta, MPK PP


Muhammadiyah, 2016

Nashir, Haedar Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah, Bigraf Publising Yogyakarkat: 2000

Sistem Perkaderan Muhammadiyah, Tim Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah,


Yogyakarta,: PP Muhammadiyah, 2015

Tim Bidang Pendidikan dan Kaderisasi PWPM Jatim, Pedoman Perkaderan Pemuda
Muhammadiyah,

Tim Penyusun, Kemuhammadiyahan; jilid 1, Yogyakarta: Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah


Yogyakarta, 2008

12

Anda mungkin juga menyukai