Anda di halaman 1dari 7

PEDOMAN PENGADERAN

KERUKUNAN MAHASISWA PINRANG


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
PERIODE 2019-2020

A. PENDAHULUAN
Sebagai elan vital peradabaan ke-negara-an, perguruan tinggi harus menciptakan iklim
akademik yang sehat sekaligus membuka ruang bagi eksistensi organisasi kemahasiswaan yang
dialektis. Ruang akademik memberikan bekal keilmuan yang spesifik, sementara organisasi
kemahasiswaan menjadi ruang pembentukan jati diri dan pembelajaran manajerial dalam dimensi
sosial yang lebih besar (masyarakat).
Dikotomisasi antara ruang akademik dan organisasi sebagaimana galibnya terjadi hingga
kini hanya berefek pada lahirnya individu-individu prematur. Karenanya, perlu reinterpretasi
konsepsional untuk menempatkan keduanya pada posisi yang saling melengkapi. Baik ruang
akademik maupun organisasi harus dipandang sebagai dua mata rantai yang saling terkait dan
integral demi pembentukan individu handal serta berdaya saing.
Iklim akademik yang kondusif, berkeadilan, dan menyenangkan adalah tugas utama
perguruan tinggi, sementara penguatan mahasiswa secara personal dan kolektif ditempa dalam
organisasi kemahasiswaan. Secara umum, organisasi kemahasiswaan tidak hanya terkonsentrasi di
internal kampus, tetapi juga di luar kampus yang salah satunya organisasi kedaerahan.
Kerukunan Mahasiswa Pinrang Universitas Negeri Makassar (KMP UNM) merupakan
salah satu organisasi kedaerahan yang memiliki proyeksi bagi pengembangan jati diri anggota-
anggotanya. Sebagai organisasi kedaerahan, KMP UNM tentu mengemban tanggung jawab untuk
menata kualitas sumber daya manusia anggotanya. Untuk itu, agenda-agenda keorganisasian KMP
UNM sudah semestinya juga diarahkan pada kaderisasi anggota.
Pengaderan boleh dikatakan agenda wajib di setiap organisasi ~tidak terkecuali KMP
UNM. Pada konteks ini, kaderisasi yang dimaksud merujuk pada konteks formal. Untuk itu,
melalui momentum ini dirasa perlu untuk membuat panduan pengaderan yang dapat menjadi
rujukan pelaksanaan kaderisasi pada sektor lokal organisasi.

B. PARADIGMA PENGADERAN
Secara konsepsional, terdapat dua terminologi utama yang harus disubtitusi pada segmen
ini. Terminologi pertama adalah paradigma dan yang kedua pengaderan. Pertama-tama, paradigma
dan pengaderan akan disubtitusi secara terpisah. Subtitusi terminologi tersebut lantas dibentuk
menjadi satu kesatuan menjadi “Paradigma Pengaderan”.
Terminologi pertama adalah paradigma. Konsepsi paradigma dapat dipandang sebagai apa
yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dipelajari, serta seperangkat aturan tafsir
sosial dalam menjawab persoalan-persoalan tersebut. Rumusan sederhana untuk membangun
konsepsi paradigma adalah bagaimana cara memandang dunia atau kaca mata untuk melihat,
memaknai, menafsirkan masyarakat atau realitas sosial. Secara sederhana, paradigma adalah tafsir
pengetahuan yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial.

18
Mengapabukan ideologi?
Apa perbedaan mendasar antara ideologi sebagai cara pandang dan paradigma sebagai
cara pandang?
Ideologi lebih bersifat tertutup dan dogmatis, sehingga memilikikecenderungan untuk
membangun bineritas opposition (oposisi biner) dengan sesuatu di luar dari ideologi yang dianut,
sementara pandangan paradigma merupakan kebalikan dari ideologi.
Cara pandang paradigma lebih terbuka, sehingga memungkinkan untuk melakukan
transformasi ke paradigma yang lain dan lebih kontekstual. Paradigma tidak bersifat anti kritik,
tetapi meliputi abstraksi konsepsi yang tetap membuka ruang interpretasi bagi lahirnya konsepsi
baru. Cara pandang paradigma bersifat partisipatif dan dialogis. Karenanya, konteks terma
paradigma lebih cocok bagi kebutuhan tafsir pengetahuan KMP UNM yang dinamis.
Terminologi kedua adalah pengaderan. Pengaderan terbentuk dari kata dasar kader. Pada
bagian ini akan diklasifikasi beberapa terminologi dasar dari kader dan pengaderan, serta kader
KMP UNM dan Pengaderan KMP UNM. Penjabaran tiap defenisi disubtitusi pada bagian berikut:
1. Kader adalah individu yang terbentuk dari proses internalisasi kesadaran atau nilai
kelembagaan tertentu, memiliki kesetiaan, dan disiplin demi mencapai visi organisasi.
2. Pengaderan adalah upaya sistematis untuk membentuk kader organisasi. Proses pengaderan
adalah upaya tersistematisasi yang dijalankan atas dasar kebutuhan, kesadaran, dan komitmen
bersama untuk menyiapkan individu-individu yang akan menjadi motor penggerak organisasi.
Pengaderan organisasi menginternalisasikan perangkat kesadaran dengan orientasi pencapaian
visi bersama yang disusun secara kolektif serta mepertimbangkan kebutuhan-kebutuhan
kontekstual kelembagaan.
3. Kader KMP UNM adalah individu yang terbentuk atau membentuk diri dalam proses dialektis
untuk menginternalisasikan orientasi dan visi kelembagaan. Kader merupakan figur yang
memiliki loyalitas dan disiplin diri demi pengembangan organisasi.
4. Pengaderan KMP UNM adalah upaya sadar, sistematis, dan metodologis untuk membentuk
kader KMP UNM untuk mencapai orientasi dan visi organisasi.
Secara sederhana, dapat dibangun sebuah defenisi integral antara paradigma dan
pengaderan. Paradigma pengaderan adalah sistem dan cara pandang dalam sebuah proses
pengaderan. Di dalam oraganisasi KMP UNM, sistem paradigma yang dianut diarahkan pada
pendekatan partisipatif dan komunikatif.
Sistem belajar partisipatif memandang peserta belajar sebagai subjek yang setara dengan
mitra belajarnya (fasilitator). Dalam ruang belajar, baik fasilitator maupun peserta belajar memiliki
posisi yang sama dan mengedepankan rasa penghargaan antara satu dan yang lainnya. Paradigma
partisipatif sebagai sistem berfikir sekaligus metode integrasi pengetahuan di KMP UNM memiliki
orientasi pendidikan dan pelatihan yang emansipatoris.
Belajar secara partisipatif tidak meniscayakan metode pembelajaran yang deterministik.
Setiap peserta belajar memiliki hak yang sama dalam menentukan metode dan gaya pembelajaran.
Orientasi utama dalam sistem pembelajaran partisipatif adalah maksimalisasi hasil belajar. Proses
belajar didesain secara kreatif dan menyenangkan bagi semua peserta belajar.
Pengaderan di KMP UNM dilaksanakan dalam dua proses, yakni: pertama Latihan Kader
Intelektual (LKI) dan kedua follow up pengaderan. Latihan Kader Intelektual adalah proses awal
internalisasi nilai keilmuan dan keorganisasian. Follow up pengaderan merupakan pelatihan

19
lanjutan yang orientasinya diarahkan pada analisa wacana hingga kritik diskursus keilmuan dan
dilaksanakan secara berkesinambungan. Kedua proses tersebut merupakan bagian penguatan
wacana keilmuan kader KMP UNM.

C. JALUR PENGADERAN
Jenjang pengaderan di KMP UNM dilaksanakan melalui dua jalur, yakni pelatihan formal
dan follow up. Jalur formal dilaksanakan melalui pelatihan tersistematis dan dengan orientasi
tematik tertentu serta dilaksanakan pada satu waktu. Yang termasuk dalam jalur formal ini adalah
Latihan Kader Intelektual. Sementara, jalur non-formal dilaksanakan melalui follow up pelatihan
dengan tujuan menguatkan materi-materi yang telah didapatkan pada pelatihan formal. Selain itu,
jalur ini juga dapat mengeksplorasi materi lain berdasarkan kesepakatan peserta belajar.

1. LATIHAN KADER INTELEKTUAL (LKI)


a. Kerangka Umum
Latihan Kader Intelektual merupakan jenjang perkaderan awal anggota baru KMP
UNM. Ada dua domain utama yang menjadi konten pelatihan, yakni penguatan wacana
keilmuan dan keorganisasian. Wacana keilmuan dibutuhkan untuk mereproduksi kader yang
memiliki kecakapan kognitif, sementara wawasan keorganisasian dibutuhkan sebagai bekal
strategis dalam menjalankan organisasi.
LKI mengintegrasikan berbagai wacana keilmuan tanpa terikat pada satu pandangan
pengetahuan tertentu. Pada segmen pertama, peserta belajar akan diperkenalkan dengan
berbagai diskursus dasar. Hal tersebut dilakukan guna mensubtitusi pemahaman paradigmatik
yang sistematis kepada peserta belajar. Pada segmen kedua, peserta belajar akan diberikan
wacana keorganisasian baik yang sifatnya konseptual maupun yang taktis.
Kedua segmen yang akan diintegrasikan dalam proses pelatihan menjadi dasar
pembentukan kader KMP UNM yang berkepribadian. Kader KMP UNM diharapkan akan
memiliki kecakapan kognisi dan pemahaman keorganisasian yang baik. Untuk mencapai
tujuan pelatihan maka pelaksanaan LKI harus memuat beberapa proses penting, yakni: 1)
eksplorasi masalah dan identifikasi kebutuhan pelatihan (analisa kebutuhan organisasi dan
analisa kebutuhan fasilitator). 2) sosialisasi, rekruitmen, dan analisa kebutuhan peserta
belajar. 3) pelaksanaan pelatihan.
Ketiga langkah tersebut dijalankan secara integral demi tercapainya tujuan pelatihan.
Adapun tujuan pelatihan yang dimaksud senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan dasar
organisasi. LKI menekankan pada aspek penyadaran personal dan penguatan dua segmen
wacana dalam pelatihan (keilmuan dan keorganisasian). Oleh karena itu proses pelatihan
dijalankan semanusiawi mungkin demi tercapai target pelatihan.
b. Tujuan Pelatihan
Tujuan pelaksanaan Pelatihan Kader Inteletual adalah:

20
1) Untuk membentuk karakter kader (character building: tajam pikirannya, teguh
pendiriannya, dan militan sikapnya) KMP UNM.
2) Untuk memberikan pemahaman berbagai diskursus keilmuan.
3) Untuk mengintegrasikan wawasan keorganisasian dan kecakapan manajerial yang
tangguh.
c. Kualifikasi Materi
Materi-materi pada Latihan Kader Intelektual diberikan berdasarkan analisa
kebutuhan organisasi, fasilitator, dan peserta belajar. Adapun materi-materi tersebut
diabstraksikan dalam bagian-bagian berikut:
1) Materi Pokok: terdiri dari materi-materi inti tentang landasan berpikir ilmiah dan
keorganisasian.
2) Materi Suplemen: terdiri dari materi yang sifatnya melengkapi dengan kompetensi
wawasan teknis.
d. Kualifikasi Peserta
Peserta LKI adalah anggota KMP UNM yang masih berstatus sebagai mahasiswa
aktif. Sasaran utama yang dijadikan peserta adalah anggota dari kalangan mahasiswa baru
baik yang telah direkrut maupun belum.
e. Kualifikasi Fasilitator
Fasilitator LKI adalah pengurus atau mantan pengurus KMP UNM yang memiliki
kemampuan untuk mengelola pelatihan dan kecakapan keilmuan yang matang. Fasilitator
pelatihan ditetapkan oleh pengurus harian yang dibuktikan dengan surat keputusan.
f. Tahap Pelaksanaan Pelatihan
Pelaksanaan LKI meliputi berbagai tahapan, yaitu:
1) Tahap Sosialisasi dan Rekrutmen
Proses sosialisasi dan rekrutmen calon peserta belajar dilaksanakan oleh panitia
pelaksana yang telah ditetapkan pengurus harian KMP UNM. Rekrutmen calonpeserta
belajar disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Artinya, fasilitator dapat memberlakukan
persyaratan-persyaratan untuk mengikuti pelatihan bilamana situasi memungkinkan.
2) Tahap Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pelatihan harus selalu didasarkan pada tiga analisa kebutuhan
(organisasi, fasilitator, dan peserta belajar). Pelaksanaan pelatihan dapat dikemas dengan
berbagai metodologi sesuai kebutuhan atas dasar pembacaan situasi oleh fasilitator
pelatihan.
3) Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menentukan kelulusan peserta belajar pada LKI. Pada
bagian ini, fasilitator dapat menentukan variabel kelulusan peserta yang dibuat secara
komunikatif dan partisipatif bersama peserta belajar. Fasilitator dapat menggunakan alat
bantu untuk mengukur varibel kelulusan yang telah ditetapkan secara bersama-sama.

21
g. Proses, Metode, dan Media Pelatihan
1) Proses Belajar
Proses belajar dalam pelatihan ini menggunakan azas pendidikan orang dewasa
(androgogy) dan pedagogy serta mengikuti pendekatan partisipatori. Latihan yang
menggunakan metode andragogi dengan pendekatan partisipatori ini menempatkan peserta
sebagai orang yang telah memiliki bekal pengetahuan, pengalaman, keterampilan serta
bertindak berdasarkan kesadaran sendiri dan kesadaran kelompoknya. Pengalaman dan
potensi yang ada pada peserta adalah sumber yang perlu digali dalam proses pelatihan
tersebut.
Pelatih dalam hal ini adalah sebagai fasilitator yang memiliki kemampuan untuk
menggali gagasan, mengkodifikasi masalah, dan mensistematisasi masalah peserta
berdasarkan metodologi pelatihan serta menciptakan kondisi bagaimana peserta
menyelesaikan masalahnya sendiri. Di samping itu fasilitator harus mampu menciptakan
suasana belajar di antara sesama peserta dan mampu memotivasi peserta agar berperan
aktif dalam atau selama proses belajar untuk meningkatkan pegalaman dan penghayatan
terhadap suatu materi yang dibahas.
2) Metode dan Teknik Belajar
Metode belajar yang digunakan dalam pelatihan ini diantaranya:
a) Pemanasan
Metode ini berfungsi untuk membina suasana forum yang hangat dan menyenangkan
untuk menarik perhatian peserta terhadap topik yang dibahas.
b) Ceramah dan Tanya jawab
Merupakan metode yang memberikan penjelasan atau deskripsi lisan secara sepihak
(fasilitator/pemateri) tentang suatu materi pembelajaran tertentu.
Fungsinya, agar peserta mengetahui dan memahami materi pelatihan tertentu dengan
jalan mendengarkan. Sedang tanya jawab merupakan suatu cara untuk mengetahui
apakah penjelasan sudah jelas atau belum.
c) Diskusi kelompok:
Berfungsi sebagai arena saling bertukar informasi dan memecahkan masalah serta
arena cipta dan daya analisa dalam musyawarah untuk mencapai mufakat.
d) Bermain peran (role play):
Berfungsi sebagai penumbuh spontanitas dan ekspresi serta mengembangkan daya
analisa dan pengamatan peserta
e) Simulasi (Simulation) :
Berfungsi untuk meningkatkan keterampilan tertentu melalui pengalaman berbuat
dengan jalan “melakukan sesuatu” dalam kondisi tidak nyata.
f) Diskusi Pleno :
Berfungsi sebagai arena saling pemantapan pengalaman, saling tukar pengalaman dan
analisa hasil karya pribadi atau kelompok serta terwujudnya kesimpulan bersama.

22
g) Studi kasus :
Berfungsi sebagai arena saling tukar informasi dan memecahkan masalah bersama
h) Curah pendapat / sharing :
Berfungsi membangkitkan keberanian peserta untuk mengungkapkan pendapat dan
perasaannya.
i) Ice Breaker
Berfungsi untuk memecahkan kejenuhan pada saat pelatihan berlangsung.
j) Praktek Lapangan
Berfungsi untuk menguji dan mengolah kemampuan forum peserta dengan praktek di
lapangan.
3) Media Belajar
Media belajar yang dipergunakan untuk kelancaran Latihan Kader Intelektual
dengan pendidikan partisipatori adalah:
a) Bahan/materi yang berhubungan dengan pokok bahasan
b) Poster/gambar
c) Flip Chart
d) Alat permainan/game
e) Alat untuk simulasi
f) Lembar tugas, pengamatan
g) Buku pegangan
h) Alat tulis menulis, dll.
h. Kurikulum Materi
Kurikulum Pelatihan dalam panduan ini tidak bersifat mutlak. Dalam pelaksanaannya
penyelenggara menyusun sesuai analisis kebutuhan (need analysis):
1) Dimensi Filsafat
2) Dimensi Analisis Wacana Sosial
3) Dimensi Pendidikan dan Kemahasiswaan

D. EVALUASI PENGADERAN
Evaluasi meliputi setiap tahap penyelenggaraan pengaderan, yakni Latihan Kader
Intelektual dan Follow Up Pengaderan KMP UNM dengan urgensi:
1. Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan pengaderan dan follow up
pengaderan.

23
2. Evaluasi dilakukan terhadap peserta, pemateri, panitia pelaksana, panitia pengarah,
dan pelaksanaan semua jenjang pengaderan
3. Pelaksanaan evaluasi meliputi:
a. Evaluasi Peserta dilihat dari daya serap terhadap materi, sikap selama pelaksanaan, tingkat
perkembangan, kemampuan berbicara dan mengemukakan pendapat, kemampuan
berinteraksi dalam kelas dan tingkat kerjasama dalam tim.
b. Evaluasi Pemateri dilihat dari penguasaan materi, bobot dan ketepatan materi, serta cara
penyajian.
c. Evaluasi fasilitator dilihat dari penampilan, penguasaan bahan, kepemimpinan, dan
kemampuan komunikasi.
d. Evaluasi Panitia Pelaksana dilihat dari ketepatan jadwal, penyediaan fasilitas, penyediaan
akomodasi serta penyediaan konsumsi (terkhusus pelatihan formal).
e. Instrumen evaluasi yang digunakan adalah kuesioner tes awal (pretest), kuesioner tes akhir
(postest), kuesioner evaluasi pemateri, kuesioner fasilitator, kuesioner panitia pelaksana,
kuesioner pelaksanaan dan daftar hadir peserta (terkhusus pada tahapan pelatihan formal).
f. Evaluasi dapat dilakukan per sesi materi, per hari dan per kegiatan.
E. PENUTUP
Pedoman pengaderan KMP UNM ini berlaku secara tentatif dan dapat diubah sesuai
kebutuhan organisasi. Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Pedoman Pengaderan ini bersifat
fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Pedoman Pengaderan ini berlaku
sejak tanggal ditetapkannya dan akan dievaluasi setahun sekali.

24

Anda mungkin juga menyukai