ISLAM)
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Filsafat Umum
Dosen Pengampu: Anindiya Aryu Inayati M.P.I
Disusun oleh:
Karella Citra Mulia (1219014)
Reza Amelia Putri (1219018)
Nafilatuz Zahra (1219030)
Maulida Khasanah (1219027)
i
KATA PENGANTAR
Tak lupa kami ucapkan kepada teman-teman dan pihak yang terkait dalam
proses pembuatan makalah ini. Keadaan tidaklah menjadi penghalang untuk kami
agar tetap belajar, berkarya dan berdiskusi seperti perkuliahan sebelumnya walau
harus melalui jaringan internet. Terimakasih kepada rekan-rekan yang telah
meluangkan waktunya untuk mengerjakan tugas kelompok ini.
Semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat untuk penulis maupun
pembaca. Kami selaku mahasiswa, yang ilmunya masih terbilang cukup kurang
yakin bahwa dalam penulisan makalah ini tidaklah sempurna. Untuk itu, kami
memohon maaf yang sebesar besarnya apabila banyak kesalahan dalam penulisan,
maupun materi yang akan disajikan, harap dimaklumi. Kritik dan saran kami
persilakan bagi pembaca. Sekian dari kelompok kami, Terimakasih kami ucapkan.
Penulis
ii
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Simpulan ............................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cabang filsafat yang jumlah pembahasannya hampir
mencakup isi keseluruhan filsafat itu sendiri adalah epistemologi.
Sebab, filsafat adalah refleksi, dan setiap refleksi selalu bersifat kritis,
maka tidak mungkin seorang memiliki suatu metafisika, yang tidak
sekaligus merupakan epistemologi dari metafisika, atau psikologi,
yang tidak sekaligus epistemologi dari psikologi.
Ini dapat dilihat dari cakupan epistemologi yang meliputi
hakikat, keaslian, sumber, struktur, metode, validitas, unsur, macam,
tumpuan, batas, sasaran, dasar, pengandaian, kodrat, pertanggung
jawabannya dan skope pengetahuan. Jadi, hal ini dapat juga dikatakan
bahwa epistemologi adalah teori tentang ilmu yang membahas ilmu
dan bagaimana memperolehnya
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Epistimologi?
2. Apa saja karakteristik dari Filsafat Epistimologi?
3. Apa objek kajian dari Filsafat Epistimologi?
4. Apa yang menjadi pokok pembahasan filsafat Epistimologi?
5. Apa saja aliran-aliran filsafat epistemologi?
6. Bagaimana contoh filsafat epistemologi?
C. Tujuan masalah
1. Mengetahui apa itu Epistimologi.
2. Mengetahui karakteristik dari Filsafat Epistimologi.
3. Mengetahui objek kajian dari Filsafat Epistimologi.
4. Mengetahui pokok pembahasan Filsafat Epistimologi.
5. Mengetahui macam-macam aliran Filsafat Epistemologi.
6. Mengetahui contoh dari Filsafat Epistemologi
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “Episteme” dan “Logos”.
“Episteme” berarti pengetahuan (knowledge), “logos” berarti teori. Dengan
demikian, epistemologi secara etimologis berarti teori pengetahuan.
Epistemologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya ilmu, dari mana
sumber ilmu, serta bagaimana proses terjadinya.
Al-Jabiri yang meneliti secara khusus sistem-sistem pengetahuan yang
dikembangkan dalam Islam, menemukan bahwa ummat Islam selama ini
masih terbelenggu dengan sistem bāyani yang dikontraskan dengan sistem
pengetahuan ‘irfani dan burhani.1
a. Menurut para ahli. Pengertian Epistemologi atau teori pengetahuan
ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki.2
b. Jujun S. Suria Sumantri. Arah berfikir manusia dalam menemukan dan
memperoleh suatu ilmu pengetahuan degan menggunakan kemampuan
rasio.3
c. Epistemologi adalah cara bagaimana mendapatkan pengetahuan,
sumber-sumber pengetahuan, ruang lingkup pengetahuan. Manusia
dengan latar belakang, kebutuhankebutuhan, dan kepentingan-
kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-
1
Suparman Syukur, Studi Islam Transformatif; Pendekatan di Era Kelahiran, Perkembangan,
dan Pemahamn kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal. 126.
2
Rizal Mustansyir, Ilmu Filsafat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), Hal 50.
3
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Filsafat, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), Hal 105.
5
pertanyaan seperti dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinya
proses penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolak ukur kebaikan
dan keburukan bagi manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia?
Mana pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa keadilan itu ialah
baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi
matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain.
Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya
mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut
dan hal-hal yang akan dihadapinya. Pada dasarnya, manusia ingin
menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak
diketahuinya.4
4
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, (Bogor: IPB Press, 2016), hal. 91.
6
g) Berusaha menyusun pengalaman subjektif dan mendorong pencarian
akan pengalaman pengalaman ini, yang dari sini umat muslim
memperoleh komitmen-komtmen nilai dasar mereka.
h) Memadukan konsep-konsep dari tingkat kesadaran, atau tingkat
pengalaman subjektif, sedemikian rupa sehingga konsep-konsep dan
kiasan-kiasan yang sesuai dengan satu tingkat tidak harus sesuai dengan
tingkat lainnya, (hal ini sama dengan perluasan dari jangkauan proses
“kesadaran” yang dikenal dan termasuk dalam bidang imajinasi kreatif
dan pengalaman mistis serta spiritual).
i) Tidak bertentangan dengan pandangan holistik, menyatu dan
manusiawi dari pemahaman dan pengalaman manusia.5
C. Objek Kajian Filsafat Epistemologi
5
Toni Agus, Epistimologi Islam dan Barat, (Madiun: STAINU), hal. 21-22
6
Rohman Arif, Epistemologi dan Logika, (Yogyakarta: ASWAJA PERSINDO, 2014), hal. 17-
18
7
harus puas dengan pendapat-pendapat dari sangkaan-sangkaan? Apakah
kemampuan manusia terbatas dalam mengetahui fakta pengalaman indera,
atau manusia dapat mengetahui yang lebih jauh dari pada apa yang
diungkapkan indera? Istilah untuk nama teori pengetahuan adalah
epistemologi, yang berasal dari kata Yunani episteme (pengetahuan).
Terdapat tiga persoalan pokok dalam bidang ini:
1. Apakah sumber - sumber pengetahuan? Dari mana pengetahuan yang
benar itu datang, dan bagaimana manusia dapat mengetahui? Ini semua
adalah problem “asal “(origins)
2. Apakah watak dari pengetahuan? Apakah ada dunia yang riil di luar
akal, dan kalau ada, dapatkah manusia mengetahui?. Ini semua
merupakan problem penampilan (apperience) terhadap realitas.
3. Apakah pengetahuan manusia itu benar (valid). Bagaimana
membedakan antara kebenaran dan kekeliruan? Ini adalah problema
memcoba pengetahuan (verification) Dalam tradisi filsafat kebanyakan
dari mereka yang telah mengemukakan jawaban terhadap persoalan-
persoalan tersebut dapat dikelompokkan dalam salah satu dari dua
aliran; rasionalisme dan empirisisme.
7
Titus, Smith, Nolan, Persoalan-Persoalan Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), hal. 20-
21.
8
1650), yang membedakan adanya tiga ide, yaitu innate ideas (ide
bawaan), sejak manusia lahir atau juga dikenal adventitinous ideas,
yaitu ide yang berasal dari luar manusia, dan faktitinousideas, atau ide
yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri,
2) Empirisme Aliran ini berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia
diperoleh melalui pengalaman indra. Indra memperoleh pengalaman
(kesan-kesan) dari alam empiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut
terkumpul dalam diri manusia menjadi pengalaman.
3) Realisme Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan
bahwa objek-objek yang kita serap lewat indra adalah nyata dalam diri
objek tersebut. Objek-objek tersebut tidak bergantung pada subjek yang
mengetahui atau dengan kata lain tidak bergantung pada pikiran subjek.
Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, tetapi interaksi tersebut
memengaruhi sifat dasar dunia tersebut.
4) Kritisisme Kritisisme menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan
pengetahuan dari empiri (yang meliputi indra dan pengalaman).
Kemudian akal akan menempatkan, mengatur, dan menertibkan dalam
bentuk-bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu. Pengamatan
merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akal
merupakan pembentukannya.
5) Positivisme Tokoh aliran ini di antaranya August Comte, yang memiliki
pandangan sejarah perkembangan pemikiran umat manusia dapat
dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu:
a. Tahap Theologis, yaitu manusia masih percaya pengetahuan
atau pengenalan yang mutlak. Manusia pada tahap ini masih
dikuasai oleh takhayul-takhayul sehingga subjek dengan objek
tidak dibedakan.
b. Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami
dan memikirkan kenyataan, tetapi belum mampu membuktikan
dengan fakta.
9
c. Tahap Positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk
menemukan hukumhukum dan saling hubungan lewat fakta.
d. Oleh karena itu, pada tahap ini pengetahuan manusia dapat
berkembang dan dibuktikan lewat fakta.
6) Skeptisisme Menyatakan bahwa indra adalah bersifat menipu atau
menyesatkan. Namun, pada zaman modern berkembang menjadi
skeptisisme medotis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti
sebelum suatu pengalaman diakui benar. Tokoh skeptisisme adalah
Rene Descartes (1596-1650).
7) Pragmatisme Aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat
pengetahuan, namun mempertanyakan tentang pengetahuan dengan
manfaat atau guna dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain
kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan
sebagai sarana bagi suatu perbuatan.
8
Toni Agus, Epistimologi Islam dan Barat, (Madiun: STAINU), hal. 23
10
Di Iskandariyah sejak abad ke-3 SM, raja-raja Ptolemaeus dari Mesir
telah membangun Universitas Iskandariyah sebagai pusat studi pelbagai
ilmu pengetahuan alam. Setelah Raja Iskandar Zulkarnain meninggal tahun
323 SM, universitas ini segera berkembang dengan pesat berkat kedatangan
sejumlah Intelektual Athena yang diusir oleh bangsa Yunani. Bangsa ini
sangat benci kepada orang-orang Macedonia yang telah menjajah dan
memperbudak mereka. Di universitas ini para intelektual melanjutkan
tradisi ilmiah sehingga datang bangsa Arab menaklukkan kota tersebut.
Disini juga terdapat perpustakaan besar, teleskop, dan berbagai
laboratorium untuk penelitian. Kegiatan studinya terpusat pada ilmu-ilmu
mate-matika, fisika, sastra, seni, dan falsafah. Di antara intelektual tersebut
adalah Arkhemedis dalam ilmu fisika, Galinus dalam ilmu kedokteran,
Ptolemaeus dalam ilmu falak, dan Plotinus dalam ilmu falsalah.9
Dalam epistemology Islam ilmu falak mejadi pengetahuan yang kerap
dipelajari karena kaitannya dengan bintang-bintang yang menjadi
objeknya.10
9
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam ( Jakarta: Bulan Bintang, 1986),hal 1
10
Ibid, hal. 3
11
BAB III
PENUTUP
Simpulan
12
Daftar Pustaka
13
LAMPIRAN
14