Anda di halaman 1dari 7

BERPIKIR KRITIS

PENDAHULUAN

Kemampuan berpikir kritis adalah kesatuan makna yang terdiri dari tiga kata, yaitu kemampuan,
berpikir dan kritis. Menurut KBBI, (2002 hlm 707), kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,
kekuatan, sanggup melakukan sesuatu. Pengertian berpikir (KBBI, 2002 hlm 872 adalah menggunakan
akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Sedangkan pengertian kritis adalah
bersifat tidak lekas percaya, selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam
penganalisaan.  Menurut Gede Putra Adnyana (2011), berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan
secara terorganisasi dan  mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.

PEMBAHASAN

Berpikir kritis menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka mengetahui
secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan, mencerminkan,
bertanggung jawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada pengambilan keputusan terhadap apa
yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah berpikir mengajukan pertanyaan yang
sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif,
menalar secara logis, hingga sampat pada kesimpulan yang reliable dan terpercaya.
Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan  atau strategi kognitif
dalam   menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan,
dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam
rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan
membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks
dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat
keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus
yang akan dituju.
Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995:6), berpikir  kritis adalah mengaplikasikan rasional,
kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,  mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang ternyata
berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau
penilaian.

Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu proses
intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep,
mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut
berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan
membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1).
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi
karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya,
kesimpulan, dan penilaian.
Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis sangat tertib dan sistematis. Ketertiban berpikir dalam
berpikir kritis diungkapkan MCC General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis ialah sebuah
proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang sementara, memberdayakan logika
yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan
atau pengambilan keputusan.

Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir
reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus
diyakini dan dilakukan.

Cara berpikir kritis menurut Islam


1. Pengamatan
2. Dzikir
3. Pikir
4. Tasbih dan Doa
5. Simpulan
Pada pembelajaran kali ini erat kaitannya dengan surat al imran ayat 190-191

Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat
Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
lindungilah kami dari siksa api neraka”.

Kandungan dari ayat di atas adalah


Pada surat al imran ayat 190 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi,
dan pergantian malam dan siang, mengandung tanda-tanda kebesaran Allah Swt.

Dalam ayat yang ke-191, orang-orang yang berakal adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah
Swt dalam keadaan apapun.
Selain dari ali imran 190-191, pembelajaran ini juga berkaitan dengan QS. Ali Imran ayat 159
 
Artinya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemmah kembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan merek dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukain orang-orang yang bertawakkal kepadanya.” (QS Ali Imran : 159)

Kandungan ayat diatas adalah


-Memecahkan masalah dengan cara lemah lembut
-Menyelesaikan masalah dengan musyawarah
-Bertawakkal kepada Allah Swt.

Manfaat Berpikir Kritis :


1. Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.

2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia.

3. Mampu mengembangkan IPTEK dengan mengambil inspirasi dari segala ciptaan Allah Swt.

4. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam melalui penelitian.

5. Mengantisipasi bencana alam melalui gejala dan fenomena alam.

6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas segala anugrah yang diberikan.

7. Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan.

8. Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.

9. Semakin bersemangat dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat.

Sikap dan perilaku terpuji dari berpikir kritis:


1. Senantiasa bersyukur atas anugrah akal sehat.

2. Senantiasa bersyukur atas anugrah alam semesta bagi manusia.


3. Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur’an secara lebih mendalam bersama para pakar di
bidang masing-masing.

4. Menjadikan ayat-ayat al-Qur’an sebagai inpirasi dalam melakukan penelitianpenelitian ilmiah untuk
mengungkap misteri penciptaan alam.

5. Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam mengembangkan IPTEK.

6. Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia.

7. Membaca dan menganalisis gejala alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya.

8. Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.

Contoh Kasus Berpikir Kritis

Contoh berfikir kritis adalah pada saat kita bermusyawarah. Dalam bermusyawarah kita juga
melakukan hal-hal yang membutuhkan berpikir kritis. Disitu kita harus berusaha mengeluarkan ide-ide
yang ada di pikiran kita untuk dipertimbangkan oleh seluruh peserta musyawarah. Dalam
mempertimbangkan ide tersebut kita juga melakukan berpikir kritis karena dalam mempertimbangkan
ide tersebut kita pasti mempertimbangkan apakah itu baik untuk dilaksanakan atau tidak.

1.8 Berpikir Kritis Menurut Al-Qur’an

Dalam Al-qur’an kita sering membaca atau mendengar kata-kata, afalaa ta’qiluun, afalaa
tatazakkaruun, afalaa tasykuruun, dan sebagainya hingga yang paling tertinggi ialah ulu al-bab. Semua
itu kalau kita artikan ada indikasi atau perintah Allah SWT, supaya kita berpikir. Berpikir yang tidak hanya
satu objek, tapi berbagai objek lainnya.

Bagaimana konsep berpikir secara intelektualitas itu?

Bahwa dalam firman Allah SWT tercatat kata-kata ulul al-bab. Ulul Albab adalah istilah khusus yang
dipakai al-Qur’an untuk menyebut sekelompok manusia pilihan semacam intelektual. Istilah Ulul Albab
16 kali disebut dalam al-Qur’an. Namun, sejauh itu al-Qur’an sendiri tidak menjelaskan secara definitive
konsepnya tentang ulul albab. Ia hanya menyebutkan tanda-tandanya saja. Karena itulah, para mufassir
kemudian memberikan pengertian yang berbeda-beda tentang ulul albab.

Imam Nawawi, misalnya, menyebut bahwa ulul albab adalah mereka yang berpengetahuan suci,
tidak hanyut dalam derasnya arus. Dan yang terpenting, mereka mengerti, menguasai dan mengamalkan
ajaran Islam. Sementara itu, Ibnu Mundzir menafsirkan bahwa ulul albab sebagai orang yang bertaqwa
kepada Allah, berpengetahuan tinggi dan mampu menyesuaikan diri di segala lapisan masyarakat, elit
ataupun marginal.
1.9 Ciri-Ciri Ulul Albab

Ciri-ciri ulul albab yang disebut dalam al-Qur’an adalah

1. Pertama, bersungguh-sungguh menggali ilmu pengetahuan. Menyelidiki dan mengamati semua


rahasia wahyu (al-Qur’an maupun gejala-gejal alam), menangkap hukum-hukum yang tersirat di
dalamnya, kemudian menerapkannya dalam masyarakat demi kebaikan bersama.

2. Kedua, selalu berpegang pada kebaikan dan keadilan. Ulul Albab mampu memisahkan yang baik
dari yang jahat, untuk kemudian memilih yang baik. Selalu berpegang dan mempertahankan
kebaikan tersebut walau sendirian dan walau kejahatan didukung banyak orang. "Tidak sama
yang buruk (jahat) dengan baik (benar), meskipun kuantitas yang jahat mengagumkan dirimu.
Bertaqwalah hai ulul albab, agar kamu beruntung" (QS, Al-Maidah, 100)

3. Ketiga, teliti dan kritis dalam menerima informasi, teori, proporsisi ataupun dalil yang
dikemukakan orang lain. Bagai sosok mujtahid, ulul albab tidak mau taqlid pada orang lain,
sehingga ia tidak mau menelan mentah-mentah apa yang diberikan orang lain, atau gampang
mempercayainya sebelum terlebih dahulu mengecek kebenarannya. "Yang mengikuti perkataan
lalu mengikuti yang paling baik dan benar, mereka itulah yang diberi petunjuk oleh Allah, dan
mereka itulah ulul albab" (QS, Az-Zumar, 18).

4. Keempat, sanggup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu. Sejarah adalah penafsiran
nyata dari suatu bentuk kehidupan. Dengan memahami sejarah kemudian membandingkan
dengan kejadian masa sekarang, ulul albab akan mampu membuat prediksi masa depan,
sehingga mereka mampu membuat persiapan untuk menyambut kemungkinan- kemungkinan
yang bakal terjadi.

5. Yakni, kelima, rajin bangun malam untuk sujud dan rukuk dihadapan Allah swt. Ulul Albab
senansiasa "membakar" singgasana Allah dengan munajadnya ketika malam telah sunyi.
Menggoncang Arasy-Nya dengan segala rintihan, permohonan ampun, dan pengaduan segala
derita serta kebobrokan moral manusia di muka bumi. Ulul Albab sangat "dekat" dengan
Tuhannya.

6. Keenam, tidak takut kepada siapapun, kecuali Allah semata. Sadar bahwa semua perbuatan
manusia akan dimintai pertanggungan jawab, dengan bekal ilmunya, ulul albab tidak mau
berbuat semena-mena. Tidak mau menjual ilmu demi kepentingan pribadi (menuruti ambisi
politik atau materi). Ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat pedang bermata dua. Ia dapat
digunakan untuk tujuan-tujuan baik, tapi bisa juga digunakan dan dimanfaatkan untuk
perbuatan-perbuatan yang tidak benar. Tinggal siapa yang memakainya. Ilmu pengetahuan
sangat berbahaya bila di tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Sebab, ia tidak akan
segan-segan menggunakan hasil teknologinya untuk menghancurkan sesama, hanya demi
menuruti ambisi dan nafsu angkara murkanya.
PENUTUP

  Kesimpulan
1. Berpikir adalah serangkaian, gagasan, idea atau konsepsi-konsepsi yang diarahkan kepada suatu
pemecahan masalah
2.  Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan
keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
3.  Berpikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang
kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan
4.    Ciri-ciri berpikir kritis
- menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh pertimbangan
  -  bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
  -  dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis
5.   Berpikir kritis melibatkan pemikiran logis dan penalaran termasuk keterampilan seperti perbandingan,
klasifikasi, pengurutan, penyebab / efek, pola, Jalinan, analogi, penalaran deduktif dan induktif,
peramalan, perencanaan, hipotesa, dan mengkritisi
6. Berpikir kreatif melibatkan menciptakan sesuatu yang baru atau asli, melibatkan keterampilan
fleksibilitas, orisinalitas, kefasihan, elaborasi, brainstorming, modifikasi, citra, pemikiran asosiatif, daftar
atribut, berpikir metaforis, serta hubungan yang kuat. Tujuan dari berpikir kreatif adalah untuk
merangsang keingintahuan dan mempromosikan perbedaan.
7.   Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan,
dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
8.      Dengan berpikir kreatif kita dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa
depan, sehingga kita juga memiliki alternatif-alternatif cara menghadapi dimasa depannya. 

PENDAPAT

Di dalam menyelesaikan masalah apapun itu, mengambil keputusan atau ingin mencari ide baru,
maka hal  yang harus dilakukan pertama kali adalah berpikir. Dan berpikir itulah yang akan membuat
masalah anda terselesaikan, akan tetapi tidak terbatas pada pikiran sendiri, kita bisa meminta pendapat
orang lain untuk mengembangkannya.

Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan
dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperolah informasi
secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Sambas, Syukriadi, Mantik Kaidah Berpikir Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.

Santrock, John W.  Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Ralingson J.G, 1997, Berfikir Kreatif dan Brain Storming, Jakarta : Erlangga

Izzati, N. (2009),Berpikir Kreatif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana Mengembangkannya Pada Peserta  Didik. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, Bandung 19 Desember 2009, hal. 49-60

Anda mungkin juga menyukai