Bayu Utzman
MENGHIDUPKAN NURANI
DENGAN BERPIKIR KRITIS
Pengertian Berpikir Kritis
Kemampuan dalam berpikir kritis akan memberikan arahan yang lebih tepat
dalam berpikir, bekerja, dan membantu lebih akurat dalam menentukan
keterkaitan sesuatu dengan lainnya. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir
kritis sangat diperlukan dalam pemecahan masalah atau pencarian solusi.
Berpikir kritis diperlukan agar seseorang paham kebenaran hakiki terutama
dalam mengamati hal-hal luar biasa dari ciptaan-ciptaan Allah. Dengan
menggunakan akal untuk berpikir kritis diharapkan seseorang lebih
mengenal Allah dan mampu menjadi pribadi yang unggul dalam segala hal.
Ciri – Ciri Orang Yang Berpikir Kritis
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang
yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan
memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka”.
Arti Perkata Q.S Ali- Imran/3 :190-191
Penerapan Tajwid Q.S Ali- Imran/3 :190-191
Asbabun NuzuL Q.S Ali-Imran ayat 190-191
At-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a.,bahwa
orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya,”Bukti-
buktikebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Dijawab, “Tongkatnya
dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya”.
Kemudian mereka mendatangi kaum Nasrani dan menanyakan,
“Bagaimana halnya dengan Isa?” Dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta
sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.”
Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw. dan berkata, “Mintalah dari
Tuhanmu agar bukit safa itu jadi emas untuk kami.” Maka Nabi berdoa, dan
turunlah ayat ini mengajak mereka memikirkan langit dan bumi tentang
kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang,
bulan,dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon,
buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya.
Tafsir atau Penjelasan Q.S
Ali-Imran ayat 190-191
Dalam ayat 190 Q.S. Ali-Imran menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit
dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya
siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung
pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginya
malam dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda dan bukti
yang menujukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.
Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat tertib. Bukan hanya
semata dijadikan, tetapi setiap saat nampak hidup. Semua bergerak menurut aturan. Silih
bergantinya malam dan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang bernyawa.
Kadang-kadang malam terasa panjang dan sebaliknya. Musim pun silih berganti. Musim dingin,
panas, gugur, dan semi. Demikian juga hujan dan panas. Semua ini menjadi tanda-tanda
kebesaran dan keagungan Allah bagi orang yang berpikir. Bahwa tidaklah semuanya terjadi
dengan sendirinya. Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah Swt.
Pada ayat 191 Q.S Ali-Imran menjelaskan ciri khas orang yang berakal,
yaitu apabila memperhatikan sesuatu selalu memperoleh manfaat dan
terinspirasi oleh tanda-tanda kebesaran Allah di alam ini. Ia selalu ingat
Allah Swt. Dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun
berbaring. Setiap waktu disisinya untuk memikirkan keajaiban-keajaiban
yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarka kesempunaan-Nya.
Jadi, berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut adalah memikirkan
dan melakukan tadabur semua ciptaan Allah Swt. Dengan demikian, kita
sadar betapa Allah Swt. adalah Tuhan Pencipta yang Maha Agung, Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi hamba-
hamba yang bersyukur. Hamba yang bersyukur selalu beribadah dengan
ikhlas.
Isi dan Kandungan Q.S Ali-Imran
ayat 190-191
Ulil albab adalah hamba-hamba Allah Swt. Yang selalu mengisi setiap waktunya untuk
mengingat Allah Swt. Dalam keadaan apapun dan selalu menggunakan akal
pikirannya sehingga menghasilkan maslahat yang banyak untuk orang lain.
Semua ciptaan Allah Swt. Memiliki manfaat, dan tidak ada satu jenis makhluk pun
Akal itu yang diciptakan tanpa makna (sia-sia), meskipun tidak semua manusia dapat
digunakan memahaminya.
untuk Ulil albab juga melakukan pemikiran yang kritis, objektif, dan seimbang terhadap
memikirkan: segala sesuatu atau problematika yang muncul, sehingga hasil pemikirannya tidak
menjadikan pihak lain ragu dan bimbang, sampai pada akhirnya tidak memunculkan
adanya sangkaan buruk kepada segala ciptaan-Nya.
Segala pemikiran yang dilakukan ulil albab, menimbulkan kesadaran diri bahwa
semua ini bersumber dari Allah, dan menimbulkan ajakan terhadap diri sendiri dan
pihak lain agar semakin dekat dalam (taqarrub) kepada Allah Swt. Sehingga jika
pemikiran seperti ini diterapkan akan mengantarkan pada keselamatan dunia akhirat,
sekaligus terhindar dari kesengsaraan hidup (api neraka).
Berusaha memahami Al-Qur’an dan hadits dengan baik dan benar serta kritis
dan objektif dalam menghadapi problematika yang ada melalui berbagai
sumberatau rujukan yang terpercaya.
Mengingat Allah Swt. Dalam segala kondisi, baik dalam keadaan senang maupun
susah, kaya-miskin, maupun suka duka dengan menjalankan segala perintah-Nya
dan meninggalkan larangan-Nya.
Keterkaitan Berpikir Kritis dengan Orang yang Berakal
(Ulil Albab) untuk Menghidupkan Nurani
Bersungguh-sungguh menggali ilmu pengetahuan. Menyelidiki dan mengamati semua rahasia wahyu
(Al-Qur’an) mupun gejala-gejala alam, menangkap hukum-hukum yang terisrat didalamnya, kemudian
menerapkannya dalam masyarakat demi kebaikan bersama.
Selalu berpegang teguh pada kebaikan dan keadilan. Diartikan bahwa ulil albab mampu memisahkan
yang baik dari yang jahat, untuk kemudian dipilihlah yang baik. Selalu berpegang dan
mempertahankan kebaikan tersebut walau sendirian dan walau kejahatan didukung banyak orang.
Teliti dan kritis dalam menerima informasi, teori, proporsisi ataupun dalil yang dikemukakan orang lain.
Bagai sosok mujtahid, ulil albab tidak mau taqlid pada orang lain, sehingga ia tidak mau menelan
mentah-mentah apa yang diberikan orang lain, atau gampang mempercayainya sebelum terlebih
dahulu mengecek kebenarannya.
Mujtahid di atas diartikan sebagai orang yang benar-benar memahami dan mengerti
akan agama serta dapat mengeluarkan fatwa. Sedangkan taqlid sendiri adalah
mengikuti pendapat dari seorang mujtahid tanpa harus mengetahui dari mana
sumbernya dan apa alasannya.
Lanjutan Ciri-Ciri Ulil Albab
Menurut Al-Qur’an
Rajin bangun malam untuk sujud dan rukuk di hadapan Allah Swt. Ulil albab senantiasa
“membakar” singgasana Allah denga mmunajadnya ketika malam telah sunyi. Ulil albab tidak
takut kepada siapapun kecuali Allah Swt, sadar bahwa perbuatan manusia akan dimintai
pertanggungjawaban, dengan bekal ilmunya, ulil albab tidak mau berbuat semena-mena.
Sanggup mengambil pelajaran dari sejarah umat terdahulu. Sejarah adalah penafsiran nyata
dari suatu bentuk kehidupan. Dengan memahami sejarah, kemudian membandingkan dengan
kejadian masa sekarang, ulil albab mampu membuat prediksi masa depan, sehingga mereka
mampu membuat persiapan untuk menyambut kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Keterkaitan Berpikir Kritis dengan Orang yang Berakal untuk
Menghidupkan Nurani
Keterkaitan berpikir kritis dengan orang yang berakal (ulil albab) untuk
menghidupkan hati nurani yaitu orang yang berpikir kritis mampu membuat keputusan
tentang apa yang akan dilakukan kedepannya. Dalam Islam, masa depan yang
dimaksud bukan hanya sekedar masa depan di dunia, melainkan juga masa depan di
akhirat kelak.
Sedangkan orang yang berakal menurut nabi adalah orang yang mampu
mengetahui bahwa kebaikan dan keburukan akan menentukan nasib kehidupan di
akhirat. Maka dalam setiap perbuatan yang dilakukan harus ada pertimbangan terlebih
dahulu oleh akal sehat.
Dengan kedua perilaku tersebut akan secara alami dapat menghidupkan
nurani seseorang untuk melakukan berbagai bentuk amalan baik, yang dilakukan
untuk menentukan masa depannya di akhirat kelak. Seperti yang dijelaskan pada
hadist berikut:
Artinya :
Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Orang yang cerdas
ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya
setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya
dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong”. (HR. At-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis
Hasan).
Dari hadist tersebut Rasulullah saw menjelaskan bahwa orang yang benar-benar cerdas adalah
orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupan
abadi yang ada dibalik kehidupan yang fana di dunia ini.
Penerapan Perilaku Mulia Terkait Dengan Berpikir Kritis
Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt atas segala Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah
anugerah akal sehat. untuk kepentingan umat manusia.
Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) Terus termotivasi dan berpikir kritis dalam
sebagai inspirasi dalam mengembangkan IPTEK. merespon semua gejala dan fenomena alam yang
terjadi.
Manfaat Berpikir Kritis
1. Dapat menangkap makna dan hikmah dibalik semua ciptaan Allah Swt.
2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat
manusia.
3. Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt dalam
mengembangkan IPTEK.
4. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian).
5. Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan
fenomena alam.
6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain,
baik yang berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta.
7. Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan.
8. Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
9. Semakin bersemangat dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan di
akhirat dengan meningkatkan amal saleh dan menekan atau
meninggalkan kemaksiatan.
Hikmah Berpikir Kritis