Anda di halaman 1dari 19

Berpikir kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan

dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan
yang memandu keyakinan dan tindakan.

Sedangkan sikap dan tindakan yang mencerminkan berfikir kritis terhadap ayat-ayat Allah Swt
adalah berusaha memahami, menganalisis, dan merenungi kandungan ayat-ayat Allah Swt
tersebut, kemudian menindak lanjuti dengan sikap dan tindakan.
Baca Juga : 10 Cara Belajar Efektif dan Efisien yang
Wajib Kamu Coba

Cara berpikir kritis menurut


Islam
1. Pengamatan
2. Dzikir
3. Pikir
4. Tasbih dan Doa
5. Simpulan
Pada pembelajaran kali ini erat kaitannya dengan surat al imran ayat 190-191

Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat
tanda tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa
mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka”.
Kandungan dari ayat di atas adalah
Pada surat al imran ayat 190 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi,
dan pergantian malam dan siang, mengandung tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
Dalam ayat yang ke-191, orang-orang yang berakal adalah orang-orang yang senantiasa
mengingat Allah Swt dalam keadaan apapun.
Selain dari ali imran 190-191, pembelajaran ini juga berkaitan dengan QS. Ali Imran ayat 159

Artinya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemmah kembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan merek dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukain orang-orang yang
bertawakkal kepadanya.” (QS Ali Imran : 159)
Kandungan ayat diatas adalah

-Memecahkan masalah dengan cara lemah lembut


-Menyelesaikan masalah dengan musyawarah
-Bertawakkal kepada Allah Swt.

Manfaat Berpikir Kritis :


1. Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.
2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia.
3. Mampu mengembangkan IPTEK dengan mengambil inspirasi dari segala ciptaan Allah Swt.
4. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam melalui penelitian.
5. Mengantisipasi bencana alam melalui gejala dan fenomena alam.
6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas segala anugrah yang diberikan.
7. Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan.
8. Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
9. Semakin bersemangat dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat.
Sikap dan perilaku terpuji dari
berpikir kritis:
1. Senantiasa bersyukur atas anugrah akal sehat.
2. Senantiasa bersyukur atas anugrah alam semesta bagi manusia.
3. Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur’an secara lebih mendalam bersama para
pakar di bidang masing-masing.
4. Menjadikan ayat-ayat al-Qur’an sebagai inpirasi dalam melakukan penelitianpenelitian ilmiah
untuk mengungkap misteri penciptaan alam.
5. Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam mengembangkan
IPTEK.
6. Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia.
7. Membaca dan menganalisis gejala alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya.
8. Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
Baca Juga

Pengertian Berpikir. Berpikir kritis didefinisikan beragam


oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis adalah
“sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan
untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan
pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan
kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.
Definisi tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia
memberikan definisi bahwa berpikir kristis adalah “berpikir
secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
atau dilakukan”. Salah satu contoh kemampuan berpikir
kritis adalah kemampuan “membuat ramalan”, yaitu
membuat prediksi tentang suatu masalah, seperti
memperkirakan apa yang akan terjadi besok berdasarkan
analisis terhadap kondisi yang ada hari ini. Dalam kamus
bersar bahasa Indonesia di jelaskan, bahwa perpikir krtitis
itu artinya tajam dalam penganalisaan. Bersifat tidak lekas
percaya, dan sifat terlalu berusaha menemukan
kelasalahan, kekeliruan atau kekurangan. Orang yang ahli
memberi kritik atau memberikan pertimbangan apakah
sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru, sudah
lengkap atau masih kurang disebut seorang kritikus. Dalam
Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa
depan di dunia, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat.
Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yang
pikirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jika
kita sudah tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan
menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap
perbuatan kita, harus ada pertimbangan akal sehat. Jangan
dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di posisi
yang rendah di akhirat. “Berpikir sebelum bertindak”, itulah
motto yang harus menjadi acuan orang “cerdas”. Pelajari
baik-baik sabda Rasulullah Saw. berikut: Dari Abu Ya’la
yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi Saw. Beliau
bersabda: “Orang yang cerdas ialah orang yang mampu
mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk
kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah
ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan
berharap kepada Allah dengan harapan kosong”. (HR. At-
Tirmizi dan beliau berkata: Hadis Hasan). Dalam hadits ini
Rasulullah Saw menjelaskan bahwa orang yang benar-
benar cerdas adalah orang yang pandangannya jauh ke
depan, menembus dinding duniawi, yaitu hingga kehidupan
abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu
saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang
kepada adanya kehidupan kedua, yaitu akhirat. Orang yang
tidak meyakini adanya hari pembalasan, tentu tidak akan
pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal apa
pun. Jika indikasi “cerdas” dalam pandangan Rasulullah
Saw adalah jauhnya orientasi dan visi ke depan (akhirat),
maka pandangan-pandangan yang hanya terbatas pada
dunia, menjadi pertanda tindakan “bodoh” atau “jahil” (Arab,
kebodohan=jahiliyah). Bangsa Arab pra Islam dikatakan
jahiliyah bukan karena tidak bisa baca tulis, tetapi karena
kelakuannya menyiratkan kebodohan, yaitu menyembah
berhala dan melakukan kejahatan-kejahatan. Orang “bodoh”
tidak pernah takut melakukan korupsi, menipu, dan
kezaliman lainnya, asalkan dapat selamat dari jerat hukum
di pengadilan dunia. Jadi, kemaksiatan adalah tindakan
“bodoh” karena hanya memperhitungkan pengadilan dunia
yang mudah direkayasa, sedangkan pengadilan Allah Swt di
akhirat yang tidak ada tawar-menawar malah ”diabaikan”.
Orang-orang tersebut dalam hadits di atas dikatakan
sebagai orang “lemah”, karena tidak mampu melawan
nafsunya sendiri. Dengan demikian, orang-orang yang suka
bertindak bodoh adalah orang-orang lemah. Orang yang
cerdas juga tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja
tanpa diduga. Oleh karena itu, ia akan selalu bersegera
melakukan kebaikan (amal saleh) tanpa menunda.
Rasulullah Saw. bersabda: Dan dari Abu Hurairah ra. yang
berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Bersegeralah
kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara yaitu: Apa
yang kalian tunggu selain kemiskinan yang melalaikan, atau
kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak
tubuh, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang
cepat, atau Dajjal, maka ia adalah seburuk buruknya
makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari
kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta
yang terpahit dideritanya?” (HR. at-Tirmizi dan beliau
berkata: Hadis hasan) Dalam hadits di atas Rasulullah Saw.
mengingatkan kita supaya bersegera dan tidak menunda-
nunda untuk beramal salih. Rasulullah Saw menyebut tujuh
macam peristiwa yang buruk untuk menyadarkan kita
semua, Pertama, kemiskinan yang membuat kita menjadi
lalai kepada Allah Swt karena sibuk mencari penghidupan
(harta). Kedua, kekayaan yang membuat kita menjadi
sombong karena menganggap semua kekayaan itu karena
kehebatan kita. Ketiga, sakit yang dapat membuat
ketampanan dan kecantikan kita pudar, atau bahkan cacat.
Keempat, masa tua yang membuat kita menjadi lemah atau
tak berdaya. Kelima, kematian yang cepat karena usia/umur
yang dimilikinya tidak memberi manfaat. Keenam,
datangnya dajjal yang dikatakan sebagai makhluk terburuk
karena menjadi fitnah bagi manusia. Ketujuh, hari kiamat,
bencana terdahsyat bagi orang yang mengalaminya. Jadi,
berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah Saw dalam dua
hadits di atas adalah mengumpulkan bekal amal salih
sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca kematian
(akhirat), karena “dunia tempat menanam dan akhirat
memetik hasil (panen)”. Oleh karena itu, jika kita ingin
memetik hasil di akhirat, jangan lupa bercocok tanam di
dunia ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal salih.

Materi Agama tentang Definisi Berpikir Kritis dan Bersikap


Demokratis Menurut Pandangan Islam. Halo sahabat MB dimana
pun anda berada, di bawah ini saya akan memaparkan
tentang Materi Agama yang berisikan dengan pengertian berpikir
kritis dan bersikap demokratis serta ayat-ayat al-qur'an yang
berisikan tentang bagaimana berfikir kritis dan bersikap
demokratis menurut pandangan islam. Semoga bagi kalian yang
sedang membutuhkan artikel ini untuk sebagai syarat melengkapi
tugas sekolah, kuliah bahkan untuk tugas akhir/ skripsi agar dapat
bermanfaat. Berikut ini adalah penjelasannya.

* Pengertian Berfikir
Arti kata dari berfikir memiliki makna fungsi dari akal fikiran yang
berarti, dengan adanya berfikir maka seseorang dapat
memanfaatkan akal fikirnya untuk bisa memahami apa saja
kebenaran (hakikat) tentang segala sesuatunya. Kebenaran
(hakikat) yang sejati yakni Allah Swt.
Baca juga Definisi Iman Kepada Hari Akhir Beserta Fase Hari
Kiamat
Jadi dengan adanya sebuah pola fikir pada otak manusia maka
manusia mengenal Allah dan dapat mendekatkan dirinya kepada
Nya. Oleh karena itu, berfikir yakni sebuah awal dari perjalanan
ibadah umat manusia yang tanpa-Nya maka ibadah tersebut tak
bernilai, sehingga apabila berkaitan dengan ibadah pastinya
sudah terdapat ketentuan-ketentuan yang telah terperinci dari
sang Maha Pencipta Allah Swt.

*Pengertian Musyawarah
Pada kehidupan manusia pastinya banyak masalah-masalah
yang sering dihadapi selain dari pada ibadah. Oleh karena itu
cara lain yang dapat memecahkan dan menyelesaikan sebuah
permasalahan adalah dengan cara ber-musyawarah. Makna dari
musyawarah adalah sebuah kelaziman fitrah pada manusia dan
juga musyawarah ini termasuk dalam tuntutan stabilitas pada
suatu masyarakat. Ber-musyawarah di dalam kehidupan
bermasyarakat merupakan sesuatu yang di syariatkan oleh
agama islam demi terwujud dan terciptanya suatu keadilan yang
ada diantara manusia dengan merata serta dapat pula untuk
memilih perkara apa yang paling terbaik untuk mereka sebagai
bentuk perwujudan dari tujuan-tujuan syariat serta hukum-hukum
nya.

Baca juga Surga Dan Neraka Beserta Nama Tingkatannya


Dengan demikian sebagai warga negara yang baik dan benar
maka di dalam sebuah musyawarah yang sedang dilaksanakan,
kita harus dan wajib untuk mengedepankan kepentingan
seksama dan tidak boleh mengedepankan kepentingan individual
(diri sendiri). Maka berikanlah ide, gagasan gagasan, masukan-
masukan dengan cara berfikir kritis serta menghormati dan
menghargai pendapat-pendapat yang di utarakan orang lain.
A. Makna berpikir kritis
Pengertian berpikir kritis adalah suatu perilaku dan sikap yang
pada dasarnya berdasarkan dengan data serta fakta yang sah
(valid) dan di barengi dengan argumen (pendapat) yang akurat.
Sebagai seorang warga negara yang berprinsip demokrat
harusnya dapat selalu bersikap dengan kritis, baik itu pada
kenyataan empiris dan supraempiris seperti berikut :
- Empiris
a. Realitas
b. Sosial
c. Budaya
d. Politik
- Supraempiris
a. Agama
b. Mitologi
c. Kepercayaan
Bersikap kritis harus juga ditujukan dan ditanamkan dalam diri
sendiri sehingga materi-materi berfikir secara kritis, bersikap
secara demokratis dan sikap secara kritis dalam diri sendiri itu
pasti dibarengi dengan sikap secara kritis terhadap pendapat-
pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di
dalam sikap secara kritis ini tentu nya harus wajib di dukung
dengan sikap tanggung jawab dengan apa yang sedang di kritisi,
oleh karena itu sikap secara kritis yang ada pada suasana
demokrasi wajib perlu untuk di berikan dukungan berdasarkan
kemampuan untuk bisa menyelesaikan suatu masalah dengan
cara penuh kedamaian. Suatu permasalahan yang berasal dari
sebuah perbedaan pendapat bisa berujung dengan konflik dan
untuk itu harus di tekankan suatu penyelesaian masalah yang
dilakukan dengan penuh kedamaian dan bukan kekerasan.
Baca juga Definisi Iman Kepada Rasul Beserta Sifat Dan Tugas-
Tugasnya
B. Makna Bersikap Demokratis
Arti kata dari demokrasi memiliki dua (2) makna yakni secara
dilihat dari :
a. Etimologis (tinjauan)
Maksudnya adalah dengan secara etimologis, demokrasi berasal
dari bahasa Yunani dan terdiri atas kata :
1. Demos yang berarti adalah rakyat
2. Kratos/Cratein yang berarti adalah kekuasaan atau
kedaulatan
Sehingga dapat dikatakan bahwa secara etimologis demokrasi
adalah rakyat yang memiliki kekuasaan tertinggi dengan kalimat
"dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat".
b. Terminologis (istilah)
Maksudnya adalah dengan secara terminologis, demokrasi
adalah sebuah bentuk dari mekanisme sistem pemerintahan pada
negara yang sebagai upaya dalam mewujudkan kedaulatan
rakyat atau kekuasaan warga pada negara atas negara yang
untuk dijalankan dan dilaksanakan pemerintahan negara itu
sendiri.
Sehingga dengan demikian, konsep demokrasi yang ada pada
dasar hidup dalam masyarakat dan negara memiliki makna
bahwa rakyat adalah sosok yang memberikan ketentuan dalam
masalah yang terjadi di dalam kehidupannya, baik itu kebijakan
kebijakan negara karena kebijakan itu yang akan menentukan
bagaimana kehidupan rakyat. Oleh karena itu, suatu negara yang
menganut sistem demokrasi ini adalah negara yang didirikan dan
di selenggarakan atas dasar kemauan dan kehendak serta
keinginan rakyat negara tersebut. Pada sudut pandang organisasi
makna demokrasi yakni peng-organisasian negara yang di
jalankan dan dilakukan rakyat negara itu sendiri berdasarkan
persetujuan oleh rakyat karena kedaulatan tertinggi ada di tangan
rakyat. Di dalam agama khususnya agama Islam, tidak ada istilah
demokrasi. Ini di karenakan orang islam hanya mengenal yang
namanya Al-hurriyah atau kebebasan yang menjadi pilar utama
dari demokrasi yang ada dan di warisi sejak zaman nabi
Muhammad Saw yang termasuk ada di dalamnya yakni:

1. Kebebasan dalam memilih seorang pemimpin

2. Syura atau mengelola negara dengan secara bersama-sama


3. Kebebasan dalam memberikan kritik terhadap penguasa
4. Bebas berpendapat

Baca juga Definisi Nikah Beserta Hukum, Rukun Dan Syarat Dari
Pernikahan
Di dalam basis empiriknya, ada perbedaan yang sangat
mendasar pada demokrasi dan agama. Di tinjau dari asal muasal,
demokrasi itu awalnya dari pemikiran filosofis dari manusia-
manusia dan sedangkan agama itu berasal dari wahyu. Meskipun
di dalam basis empiriknya dikatakan berbeda, akan tetapi di
dalam kaitan yang berbasis dialektis agama bahwa agama dapat
memberikan support atau dukungan yang positif terhadap
demokrasi itu dan demokrasi itu juga sendiri bisa memberikan
sebuah peluang untuk proses pen-dewasaan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dengan adanya dukungan positif
tersebut bukan berarti semua yang menurut demokrasi selalu
benar, Di dalam agama islam juga tercermin adanya demokrasi
akan tetapi tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan
kekuasaan yang besar kepada rakyat untuk menentukan dan
menetapkan segala hal. Pada piagam yang di munculkan oleh
nabi besar Muhammad Saw di Madinah, itulah konsep awal
mengenai demokrasi pada Islam. Konsep demokrasi yakni :
1. Dari rakyat
2. Oleh rakyat
3. Untuk rakyat
Dan kemudian melindungi semua apa yang menjadi kepentingan
dari rakyat. Sehingga dalam islam sebenar nya sudah identik
dengan demokrasi, akan tetapi demokrasi yang terdapat dalam
islam sendiri mempunyai perbedaan dengan demokrasi yang
telah di cetuskan.

C. Ayat-ayat Alquran yang terkait tentang Berpikir Kritis dan


Bersikap Demokratis
1. Qur'an Surah Ali 'Imran Ayat 190-191

Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan


pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka”.
Di dalam ayat Al-Qur'an Surah Ali 'Imran Ayat 190 diatas
menjelaskan sesungguhnya di dalam tatanan bumi dan langit
beserta keindahan atas perkiraan dan keajaiban ciptaan yang
Maha Kuasa juga dalam silih berganti nya antara siang dan
malam dengan secara teratur yang terjadi sepanjang tahun yang
dapat dirasakan pengaruh nya langsung ke tubuh dan bagaimana
cara berfikir kita karena pengaruh dari dinginnya malam hari,
panas matahari serta bagaimana pengaruhnya terhadap dunia
hewan dan tumbuhan adalah sebuah tanda bukti yang
memperlihatkan ke Esaan sang maha kuasa Allah Swt terhadap
ke-sempurnaan pengetahuan-Nya dan kekuasaan-Nya.
2. Qur'an Surah Ali 'Imran Ayat 159

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu


berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap
keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan
ampunan bagi mereka, dan bermusyawarah lah dengan mereka
dalam urusan itu, dan apabila kamu telah membulatkan
tekad maka berdakwahlah kepada Allah swt, sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Di dalam ayat Al-Qur'an Surah Ali 'Imran ayat 159 diatas
menjelaskan tentang tata cara dalam melakukan musyawarah.
Ayat Qur'an Surah Ali 'Imran ini diturunkan yakni sebagai sebuah
teguran pada sikap sahabat-sahabat Rasulullah Saw yang sudah
sepakat atas keputusan musyawarah dengan menerapkan
perang Uhud. Akan tetapi mereka melanggar kesepakatan
tersebut sehingga dari keputusan musyawarah dalam perang
Uhud tersebut, para kaum muslimin menjadi susah untuk
mengalahkan musuh-musuh. Materi Agama tentang Definisi
Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis Menurut Pandangan
Islam

Aspek-Aspek Berpikir Kritis


Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan
melihat penampilan dari beberapa perilaku
selama proses berpikir kritis itu berlangsung.
Berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari
beberapa aspek :
 Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang
dikemukakan.
 Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran
yang dikemukakan.

 Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam
membawa ide-ide atau informasi baru maupun
dalam sikap menerima adanya ide-ide baru
orang lain.
 Outside Material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau
bahan-bahan yang diterimanya dari
perkuliahan (refrence).
 Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut
jika dirasakan ada ketidak jelasan.
 Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, idea tau
pandangan serta mencari data baru dari
informasi yang berhasil dikumpulkan.
 Justification
Member bukti-bukti, contoh, atau justifikasi
terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambilnya. Termasuk di dalalmnya senantiasa
member penjelasan mengenai keuntungan
(kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari
suatu situasi atau solusi.

 Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi/
masukan yang dating dari dalam dirinya
maupun dari orang lain.
 Practical utility
Ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat
pula dari sudut keperaktisan/ kegunaanya
dalam penerapan.
 Width of understanding
Diskusi yang dilaksanakan senantiasa bersifat
muluaskan isi atau materi diskusi.

Secara garis besar, perilaku berpikir kritis


diatas dapat dibedakan dalam beberapa
kegiatan:
1. Berpusat pada pertanyaan (focus on
question)
2. Analisa argument (analysis arguments)
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan
untuk klarifikasi (ask and answer questions
of clarification and/or challenge)
4. Evaluasi kebenaran dari sumber
informasi (evaluating the credibility sources
of information)
Unsur-unsur Dasar Berpikir
Kritis
Menurut Ennis (1996: 364) terdapat 6 unsur
dasar dalam berpikir kritis yang disingkat
menjadi FRISCO :
F (Focus): Untuk membuat sebuah keputusan
tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang
tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai
apa.
R (Reason): Mengetahui alasan-alasan yang
mendukung atau melawan putusan-putusan
yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang
relevan.

I (Inference): Membuat kesimpulan yang


beralasan atau menyungguhkan. Bagian
penting dari langkah penyimpulan ini adalah
mengidentifikasi asumsi dan mencari
pemecahan, pertimbangan dari interpretasi
akan situasi dan bukti.
S (Situation): Memahami situasi dan selalu
menjaga situasi dalam berpikir akan
membantu memperjelas pertanyaan (dalam F)
dan mengetahui arti istilah-istilah kunci,
bagian-bagian yang relevan sebagai
pendukung.
C (Clarity): Menjelaskan arti atau istilah-istilah
yang digunakan.
O (Overview): Melangkah kembali dan meneliti
secara menyeluruh keputusan yang diambil.

Untuk menilai kemampuan berpikir kritis


Watson dan Glaser (1980) melakukan
pengukuran melalui tes yang mencakup lima
buah indikator, yaitu mengenal asumsi,
melakukan inferensi, deduksi, interpretasi, dan
mengevaluasi argumen.

Anda mungkin juga menyukai