Anda di halaman 1dari 6

Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan merupakan proses kognitif dasar yang

kita gunakan sehari-hari dalam kehidupan. Strategi-strategi tertentu mengarah pada solusi dan
pilihan yang lebih baik dibandingkan yang lain, dan beberapa individu dapat melakukan latihan
kognitif ini dengan sangat baik.

A. Berpikir Kritis
Yaitu berpikir secara mendalam dan produktif serta mengevaluasi bukti-bukti yang ada.
Pada Pertemuan 1 – 2, disampaikan bahwa sebagai ilmuwan dan professional kita harus
berpikir kritis. Pemikir kritis meraih arti terdalam dari banyak ide, mempertanyakan banyak
asumsi, dan menentukan bagi diri mereka sendiri hal yang harus mereka yakini atau
lakukan. Berpikir kritis memerlukan usaha untuk mempertahankan perasaan rendah hati
mengenai hal yang kita ketahui (dan hal yang tidak kita ketahui) sehingga termotivasi untuk
melihat di luar yang tak terlihat. Berpikir kritis penting untuk pemecahan masalah yang
efektif, namun tidak semua sekolah mengajarkan cara berpikir ini dan mengembangkan
pemahaman yang mendalam mengenai konsep kepada siswanya (McCombs, 2013).
Karena adanya tekanan untuk memaksimalkan nilai siswa pada ujian terstandarisasi, para
guru pun akhirnya berkonsentrasi untuk membuat siswa memberikan satu jawaban yang
benar secara imitative (sama persis) dan tidak mendorong munculnya banyak ide baru.
Dampaknya, banyak individu yang memilih untuk tetap berada pada permukaan masalah
daripada mengembangkan pikiran mereka. Pengembangan kedua kebiasaan mental ini
merupakan hal penting (mendasar) dalam berpikir kritis:

 Kesadaran-penuh (mindfulness)
Merupakan keadaan waspada (memberikan perhatian penuh) dan secara mental siap
untuk aktivitas harian. Individu yang mindful akan tetap mempertahankan kesadaran
yang aktif terhadap kondisi kehidupannya dengan terlibat secara mental dengan hal
yang terjadi pada kita. Menurut Ellen Langer (2005), kesadaran penuh adalah kunci bagi
berpikir kritis dan membedakan perilaku mindful (waspada) dengan perilaku mindless
(tanpa pertimbangan) yang merupakan aktivitas otomatis yang dilakukan tanpa berpikir.
Bahkan justifikasi sama sekali tidak berarti (meaningless) dan tidak berpikir hati-hati.
Sedangkan mereka yang mindful akan terlibat langsung dengan lingkungan dan
merespons semua pengalaman dengan hati-hati. Contoh: Ada ibu-ibu yang menyela
antrian ketika kita sedang antri ke toilet. Dia mengatakan, “Maaf Kak, saya boleh
duluan? Mau ke toilet.”, padahal kita juga sedang mengantri di toilet, yang berarti tujuan
kita juga “mau ke toilet”. Tapi tanpa sadar kita seringkali meng”iya”kan permintaan ibu
tersebut karena menganggap alasan tersebut cukup membuat mereka harus
mendahulukan Ibu tersebut dibandingkan dengan yang hanya berkata “Maaf Kak, saya
boleh duluan?”.

 Keterbukaan-pikiran (open-mindedness)
Yaitu menerima cara-cara lain untuk melihat sesuatu, karena seringkali individu tidak
mengetahui bahwa terdapat sisi lain dari masalah atau bukti yang berlawanan dengan
hal yang mereka yakini. Seperti kata Socrates, mengetahui hal yang tidak Anda ketahui
adalah langkah pertama menuju kebijaksanaan yang sebenarnya. Proses berpikir ini
merujuk pada arah berpikir yang fleksibel dan terbuka atas pertanyaan-pertanyaan,
kemudian tidak bepikir secara dogmatis ataupun mutlak. Proses berpikir ini juga dapat
menghindari bias dalam penarikan kesimpulan yang tiba-tiba.

Berpikir kritis membantu kita membuat prediksi yang lebih baik mengenai masa depan,
mengevaluasi situasi-situasi secara objektif, dan memberikan perubahan yang diharapkan.
Proses berpikir ini juga memerlukan keberanian untuk membuka diri terhadap berbagai
perspektif dimana kita berpotensi untuk menemukan bahwa asumsi kita mungkin salah.
Ketika menggunakan pikiran kritis, mungkin kita akan menemukan masalah namun juga
memiliki banyak kesempatan untuk membuat perubahan yang positif.

B. Berpikir Kreatif
Faktor apa yang mendasari kreativitas? Dimana kreativitas merupakan kemampuan
untuk membangun ide-ide orisinil atau mengatasi masalah dengan cara-cara baru. Hal ini
dapat menjelaskan mengapa beberapa orang datang dengan solusi yang lebih baik
dibandingkan orang lain. Apa yang menentukan penyebab dari kreativitas tersebut? Tidak
jelas bahwa jenis kreativitas yang diperlihatkan oleh seseorang yang sangat kreatif dalam
bidang seni seperti Pablo Picasso, merupakan jenis kreativitas yang sama dengan
seseorang yang kreatif dalam ilmu pengetahuan seperti Albert Einstein.
Kata kreatif dapat diterapkan pada individu maupun aktivitas, dimana kreativitas
merupakan proses yang mungkin terbuka bahkan untuk orang-orang yang tidak berpikir
mereka kreatif. Kreativitas sebagai karakter individu, merujuk pada kemampuan untuk
berpikir mengenai sesuatu dengan cara baru atau tidak biasa, dan memanfaatkan solusi
yang tidak biasa untuk mengatasi masalah. Terdapat dua pemikiran individu yang kreatif,
yaitu:
a) Berpikir divergen
Memberikan banyak solusi untuk masalah yang sama. Cara berpikir yang melibatkan
kemampuan untuk mengembangkan respon yang tidak biasa, namun sesuai terhadap
masalah atau pertanyaan.
b) Berpikir Konvergen
Memberikan solusi tunggal terbaik atas masalah. Cara berpikir yang menghasilkan
respons yang terutama berdasarkan pada pengalaman dan logika.
Contoh:
o Pertanyaan mengenai, “Apa yang dapat Anda lakukan dengan sebuah surat
kabar?”, mungkin cara Berpikir Konvergen akan menjawab, “Saya dapat
membacanya”. Sebaliknya, cara Berpikir Divergen dan kreatif akan menjawab, “Saya
bisa menggunakannya sebagai pembungkus barang”.
o Dua pemikiran ini dapat bekerjasama misalnya ketika brainstorming atau diskusi
dengan kelompok. Berpikir divergen terjadi ketika kita menyampaikan banyak ide
dan kemungkinan solusi untuk suatu permasalahan. Dengan berbagai alternatif
tersebut, kita tetap perlu memilih satu solusi terbaik untuk dilaksanakan dimana ini
merupakan berpikir konvergen. Berpikir konvergen berarti mengambil semua
kemungkinan yang ada dan menemukan satu yang paling tepat atas masalah.
Berpikir konvergen sangat baik ketika permasalahan hanya memiliki satu jawaban
yang benar.

Beberapa karakteristik individu kreatif, meliputi:


a. Fleksibilitas dan playful thinking
Orang kreatif bersifat fleksibel dan bermain-main dengan masalah, sehingga muncul
paradoks meskipun kreatifitas memerlukan kerja keras. Tetapi akan terasa lebih mudah
jika dilakukan secara ringan salah satunya dengan humor. Ketika kita berkelakar
(bercanda), kita cenderung mempertimbangkan setiap kemungkinan dan mengabaikan
sensor dalam diri yang dapat mencegah ide-ide kita berkembang.
b. Motivasi internal
Orang kreatif cenderung termotivasi oleh kesenangan dalam berkreasi dan tidak
termotivasi oleh nilai, uang, ataupun umpan balik yang menyenangkan orang lain.
Mereka lebih terinspirasi secara internal daripada eksternal.
c. Kesediaan untuk menghadapi resiko
Pemikir kreatif cenderung membuat lebih banyak kesalahan karena mereka
memunculkan lebih banyak ide dan kemungkinan. Kadang mereka berhasil, kadang
mereka juga gagal. Mereka sadar bahwa membuat kesalahan bukan merupakan suatu
kegagalan, hal itu berarti satu kemungkinan solusi tidak bisa diterapkan untuk suatu
permasalahan.
d. Evaluasi objektif terhadap pekerjaan
Pemikir kreatif menggunakan kriteria yang telah terbangun untuk membuat penilaian
atau mendasarkan pada penilaian dari orang lain yang lebih dihormati dan terpercaya.
Mereka dapat menentukan apakah pemikiran kreatif yang kontinu akan memperbaiki
pekerjaan mereka.

Aspek lain dari kreativitas adalah kompleksitas kognitif, atau pilihan terhadap stimulus
dan pola berpikir yang rumit. Misalnya, orang kreatif sering kali lebih mandiri serta memiliki
rentang ketertarikan yang lebih luas seperti filsafat atau masalah abstrak. Penelitian
menunjukkan pemikir kritis dan kreatif itu dilatih bukan dilahirkan. Seseorang dapat
mempelajari aturan abstrak dari logika dan bahwa pengetahuan seperti ini dapat
meningkatkan pemahaman kita tentang penyebab yang mendasari kejadian sehari-hari
dalam kehidupan kita.

Berikut beberapa cara meningkatkan proses berpikir kritis dan kreatif:


 Mendefinisikan kembali suatu masalah
Memodifikasi batasan dan asumsi dengan mendefinisikan ulang suatu masalah pada
tingkat yang lebih abstrak ataupun lebih konkret
 Menggunakan subtujuan
Memecah suatu masalah menjadi langkah-langkah perantara yang disebut dengan
fraksinasi. Proses ini membuat kita dapat melihat setiap bagian tersebut untuk mencari
kemungkinan dan pendekatan baru yang mengarah pada suatu solusi baru untuk
masalah tersebut secara keseluruhan
 Mengadopsi suatu sudut pandang kritis
Menerima asumsi atau argumentasi secara aktif, mengevaluasi materi secara kritis,
mempertimbangkan implikasinya, dan memikirkan pengecualian serta kontradiksi yang
mungkin muncul
 Mempertimbangkan kebalikannya
Dengan mempertimbangkan kebalikan dari suatu konsep yang sedang berusaha kita
mengerti, terkadang kita dapat membuat kemajuan. Contoh: ketika mempertimbangkan
“Kesehatan mental yang baik” mungkin akan lebih membantu jika kita memperhatikan
apa arti dari “Kesehatan mental yang buruk”
 Menggunakan analogi
Analogi memberikan kerangka berpikir alternatif bagi interpretasi fakta-fakta dan
membantu kita menyingkap pemahaman baru
 Berpikir divergen
Selain penggunaan yang paling logis dan umum dari sutau benda, perhatikan
bagaimana jika kita menggunakan benda tersebut tetapi dilarang untuk menggunakan
dengan cara yang biasa
 Menggunakan heuristik
Jika masalah tersebut memiliki suatu jawaban benar tunggal dan kita dapat
menggunakan atau membentuk suatu heuristik, maka seringkali kita dapat menemukan
solusi tersebut dengan lebih cepat dan efektif
 Eksperimen dengan berbagai solusi
Jangan takut untuk menggunakan jalur yang berbeda untuk menemukan solusi bagi
masalah (verbal, matematis, grafis, bahkan dramatis). Misal dengan berusaha muncul
dengan setiap ide yang dapat dibayangkan, kemudian membuat daftar solusi, mengulas
masing-masing solusi dan cobalah memikirkan cara untuk membuat apa yang awalnya
terlihat tidak praktis menjadi lebih praktis

Salah satu faktor yang tidak terkait dengan kreativitas adalah intelegensi. Uji intelegensi
tradisional, diminta untuk memfokuskan pertanyaan yang hanya memiliki satu jawaban yang
dapat diterima menggunakan proses berpikir konvergen. Sedangkan, orang kreatif merasa
tes tersebut menghambat pola berpikir divergen mereka. Hal ini menjelaskan mengapa para
peneliti secara konsisten menemukan bahwa kreativitas hanya sedikit terkait dengan nilai di
sekolah dan intelegensi ketika diukur dengan uji intelegensi tradisional.

Daftar Pustaka
Feldman, R. S. (2012). Pengantar Psikologi: Edisi 10, Buku 1. Jakarta Selatan: Penerbit
Salemba.
King, L. A. (2016). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif, Edisi 3, Buku 1. Jakarta
Selatan: Penerbit Salemba.

Anda mungkin juga menyukai