Mencapainya
March 10, 2015
Pernahkah Anda memikirkan, "Mengapa saya harus berpikir begitu keras akan suatu masalah? Apa akibatnya jika
saya tidak mau berpikir terlalu mendalam? Jenis pikiran seperti ini apakah baik dan positif bagi kehidupan saya?"
Sebelum membahas ini, mungkin Anda perlu mengetahui bahwa pikiran adalah bentuk dari gagasan dan proses
mental. Dengan berpikir akan membantu Anda mengasah ketajaman otak. Berpikir adalah proses otak melakukan
pengumpulan dan analisa informasi, dimana kumpulan semua informasi ini misalnya dibutuhkan dalam membuat
keputusan, membuat konsep, melakukan penalaran, serta membuat pemecahan suatu masalah.
Cara berpikir seseorang berbeda dengan cara berpikir orang lain, tidak ada cara berpikir yang persis sama. Inilah
yang sering disebut sebagai perbedaan persepsi atau sudut pandang. Cara yang bisa dilakukan untuk mengasah
kemampuan Anda untuk mengingat atau memecahkan suatu masalah adalah dengan cara melakukannya secara
rutin setiap hari. Biasakan untuk berlatih setiap hari, sisihkan beberapa menit atau sedikit waktu Anda untuk
merenung. Berpikir kritis akan membantu Anda semakin baik dalam memecahkan masalah atau mengambil
keputusan. Berpikir kritis adalah proses berpikir dimana informasi menjadi keputusan atau kesimpulan. Hal ini
memang tidak mudah dilakukan, maka dari itu Anda perlu berlatih dan membiasakan diri setiap hari secara rutin
dan berkelanjutan.
Di dalam kehidupan sehari-hari pastinya Anda akan dihadapkan pada suatu permasalahan, pilihan, kesimpulan,
dan lain sebagainya. Di dalam hal tersebut, Anda perlu memikirkan secara matang misalkan tentang keputusan
yang akan Anda ambil. Anda harus berpikir secara kritis agar tidak mengambil keputusan yang salah, keliru
maupun merugikan Anda dan usaha/bisnis Anda.
pemikiran yang negatif. Untuk mempermudahnya, Anda dapat menggabungkannya dalam bentuk kalimat.
Misalnya bunga berwarna merah, taman yang luas, dan lain sebagainya. Ketiga, kemampuan
menggabungkan beberapa hal atau pendapat yang berbeda-beda menjadi sebuah kesimpulan atau suatu
keputusan. Keputusan disini bermacam-macam, misalnya saja keputusan yang bersifat induktif, deduktif, serta
analogis.
Image: (Sam/UCEO)
Masih banyak ahli teori yang berpendapat mengenai pola pemikiran kritis. Salah satu diantaranya adalah Cece
Wijaya. Pada 1996 Cece mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan berpendapat secara
terorganisir. Berpikir kritis mengajarkan untuk menganalisis suatu gagasan atau ide menjadi lebih spesifik dan
berakhir pada suatu kesimpulan. Di dalam proses tersebut, terjadi hal seperti membedakan secara tajam, berpikir
secara cermat, memilih yang terbaik, mengindentifikasi, serta mengevaluasi dan mengembangkan ide atau
gagasan tersebut menjadi lebih baik lagi. Elaine Johnson pada tahun 2002 berpendapat bahwa berpikir kritis
adalah proses murni kegiatan otak atau mentality dimana bertujuan untuk memecahkan masalah, mengambil
keputusan, bertujuan mengajak atau persuasif, menganalisa suatu anggapan, serta melakukan penelitian ilmiah.
Kesimpulannya bahwa Anda perlu untuk berpikir kritis untuk menemukan kesimpulan dan keputusan yang
informatif, bermanfaat, serta dapat dipertanggungjawabkan. Karena keputusan dan kesimpulan tersebut diperoleh
dari analisis berbagai pendapat, asumsi, serta ide yang beragam dan bermacam-macam. Perbedaan ide atau
gagasan tersebut akan membuat Anda berpikir kritis yaitu untuk menemukan kejelasan, persamaan, maupun
perbedaan dari masing-masing kumpulan semua ide tersebut. Kemampuan berpikir kritis membuat Anda
menganalisa kembali, mengidentifikasi, mengevaluasi, mempertimbangkan, mengembangkan kembali semua ide
dan segala asumsi hingga pada akhirnya kemudian akan memunculkan satu keputusan atau sebuah kesimpulan
yang dianggap paling baik serta dapat dilakukan.
situasi kapanpun. Karena Anda tidak akan pernah tahu kapan Anda harus menggunakannya untuk mengambil
keputusan yang harus segera diambil atau mendadak dalam suatu keadaan dan kondisi tertentu.
Berpikir kritis tidak akan merugikan Anda, bahkan Anda akan sangat diuntungkan jika telah terbiasa berpikir
secara kritis untuk setiap situasi dan permasalahan apapun yang dihadapi. Namun sebagian besar pekerjaan yang
lebih memerlukan pemikiran kritis adalah profesi seperti pencari bakat, perawat, dokter, pilot, serta pemilik suatu
usaha atau bisnis. Profesi-profesi tersebut memerlukan pemikiran yang kritis, praktis, serta cepat. Jenis profesi
tersebut sering dihadapkan pada situasi dan kondisi dimana harus segera mengambil keputusan. Dan hal ini tidak
akan dapat dilakukan jika Anda tidak terbiasa berpikir kritis dan cepat. Karena setiap keputusan yang diambil
akan berdampak pada banyak orang lain tidak hanya berdampak pada diri Anda sendiri, baik itu keputusan yang
positif maupun negatif. Jadi keputusan tersebut dapat berdampak sebagai manfaat atau bahkan menolong orang
lain, atau sebaliknya akan berdampak merugikan orang lain.
Sebenarnya profesi lain pun juga memerlukan pola berpikir kritis, jadi tidak hanya profesi-profesi tersebut diatas.
Berpikir kritis juga tidak hanya digunakan dalam pekerjaan, dalam hal terkecil di dalam sebuah keluarga pun
berpikir kritis sangat diperlukan. Misalnya seorang ibu yang harus memutuskan harus berbuat apa jika anaknya
tiba-tiba sakit, atau apa yang harus dilakukan oleh seorang suami ketika istrinya akan melahirkan. Banyak sekali
contoh kejadian tak terduga yang memerlukan Anda untuk berpikir kritis. Jadi akan lebih baik bagi Anda untuk
membiasakan berpikir kritis mulai dini atau sekarang. Setidaknya hal ini akan bermanfaat dan membantu Anda
dalam berlatih dan membiasakan diri membuat keputusan secara tepat, cepat dan bermanfaat.
Image: (Sam/UCEO)
memiliki banyak alternatif jawaban serta ide-ide kreatif. Jika Anda mempunyai suatu masalah, Anda tidak
hanya terpaku pada satu jalan keluar atau penyelesaian, Anda akan memiliki banyak opsi atau pilihan
penyelesaian masalah tersebut. Berpikir kritis akan membuat Anda memiliki banyak ide-ide kreatif dan
inovatif serta out of the box.
4. Lebih Mandiri
Berpikir kritis membuat Anda mampu berpikir lebih mandiri, artinya tidak harus selalu mengandalkan orang
lain. Saat dihadapkan pada situasi yang rumit dan sulit serta harus segera mengambil keputusan, Anda tidak
perlu menunggu seseorang yang Anda anggap mampu menyelesaikan masalah, karena Anda sendiri juga
mampu menyelesaikan masalah tersebut. Dengan memiliki pikiran yang kritis, Anda dapat memunculkan
ide-ide, gagasan, serta saran-saran penyelesaian masalah yang baik. Dengan berpikir kritis, akan melatih
otak Anda untuk berpikir lebih kritis, tajam, kreatif, serta inovatif.
Berpikir kritis membuat Anda dapat berpikir lebih rasional serta beralasan. Anda mengambil keputusan
berdasarkan fakta, atau Anda akan menganalisa suatu anggapan terlebih dahulu kemudian Anda kaitkan
dengan sebuah fakta. Anda tidak mudah percaya dengan perkataan orang lain. Sehingga hal tersebut akan
memudahkan Anda untuk tidak tertipu atau ditipu oleh orang lain. Anda akan memproses suatu informasi
apakah relevan atau sesuatu yang mustahil sehingga Anda dapat simpulkan sebagai sesuatu yang tidak
benar atau mengandung unsur kebohongan. Berpikir kritis menuntun Anda lebih selektif dalam mengolah
informasi, sehingga Anda tidak akan mudah tertipu karena setiap mendapat suatu informasi, Anda tidak
akan langsung mempercayainya begitu saja, namun Anda akan menganalisisnya kembali secara rasional.
2. Tentukan Prioritas
Dalam kehidupan, setiap orang pasti memiliki masalah dan kebutuhan hidup. Akan lebih baik bila Anda
menentukan prioritas dalam hidup Anda. Misalnya apa yang ingin Anda capai dalam kehidupan Anda,
misalkan saja tentang mencapai mimpi, cita-cita, serta berikan deadline untuk target Anda tersebut.
Contohnya adalah Anda ingin menyelesaikan studi S1 dalam waktu 4 tahun, dan lain sebagainya. Intinya
adalah Anda memiliki target dan urutkan target-target Anda tersebut dalam skala prioritas yang jelas.
Pahami betul prioritas yang Anda ambil, urutkan serta sebisa mungkin lakukan sesuai prioritas yang telah
Anda tentukan tersebut.
3. Kumpulkan Informasi
Untuk berpikir kritis, tahap selanjutnya adalah Anda perlu mengumpulkan sebanyak mungkin informasi.
Informasi dalam hal apapun, karena informasi tersebut nantinya pasti akan sangat bermanfaat untuk Anda.
Jangan pernah membatasi pengetahuan Anda terhadap suatu hal. Usahakan untuk memperkaya dan
memperluas pengetahuan Anda tersebut dengan cara memperbanyak informasi. Informasi bisa Anda
diperoleh darimana saja, bisa dari buku-buku, internet, studi lapangan, jurnal, dan lain sebagainya. Semakin
banyak informasi yang Anda punya, Anda akan semakin kaya akan pengetahuan sehingga tidak mudah
tertipu, mampu menganalisa dengan baik, serta bisa mengambil keputusan yang tepat berdasarkan hasil
analisa fakta-fakta yang ada.
5. Analisa Data
Biasakan diri Anda untuk menganalisa data-data yang ada maupun informasi-informasi yang Anda peroleh.
Untuk membiasakan diri berpikir kritis, Anda perlu mengkaitkan segala informasi yang Anda terima dengan
data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya saja dengan opini masyarakat terhadap tingkat
kemiskinan dan kesejahteraan di Indonesia. Opini tersebut memerlukan data-data yang valid. Anda dapat
mengkonfirmasi hal tersebut dengan data-data dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengetahui secara
akurat data-data serta angka prosentase nya dari tahun ke tahun. Dari keterangan atau data tersebut, baru
Anda dapat menganalisa sebuah kasus atau permasalahan mengenai kesejahteraan dan kemiskinan di
Indonesia tersebut.
Berdebat
Metode yang digunakan saat adanya pihak yang memiliki pandangan cukup bertolak belakang. Caranya
adalah masing-masing pihak memberikan argumentasi yang menurutnya benar dengan disertai bukti-bukti
pendukung. Tujuan berdebat adalah menentukan pemikiran mana yang paling benar. Dalam berdebat
biasanya ada pihak penengah yang berperan sebagai moderator dan memastikan setiap pihak tidak
melampaui etika atau peraturan yang ada saat beragumentasi.
Grup Diskusi
Berbeda dengan berdebat , dengan berdiskusi tidak ada pihak yang menang atau kalah. Tujuannya adalah
mencapai solusi untuk kepentingan bersama dan hasilnya disepakati secara mufakat. Metode berpikir yang
dilakukan secara berkelompok sehingga menghasilkan hasil yang lebih cepat dan baik untuk semua orang.
Biasanya ada sesi tanya jawab yang bertujuan untuk menambah informasi dan penanganan yang lebih luas.
Biasanya ada satu pemimpin grup yang memastikan jalannya diskusi tidak melenceng dari tema diskusi.
Persuasi
Metode ketiga yang sering digunakan adalah metode dalam bentuk persuasi. Metode persuasi
menggunakan komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Mempengaruhi perbuatan,
keyakinan, nilai atau prinsip orang lain memang membutuhkan pola pikir kritis. Iklan adalah salah satu
hasil dari metode persuasi.
Propaganda
Metode yang hampir mirip dengan persuasi namun digunakan untuk kepentingan yang lebih luas dengan
menggunakan berbagai media massa hingga para pendengar mau berubah dan bergerak secara massa
mengikuti pemikiran dari si propaganda.
http://www.ciputra-uceo.net/blog/2015/3/9/7-manfaat-berpikir-kritis-dan-metode-mencapainya
E. Halawa*
Pendahuluan
Dalam dunia seni istilah kritik merupakan kosa-kata sehari-hari. Suatu karya sastra atau karya seni lainnya,
begitu ia ditampilkan kepada umum, cepat atau lambat mendapat sorotan dari para peminat atau pemerhati
karya seni yang bersangkutan. Peminat karya seni yang tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang
nilai suatu karya seni akan mendasarkan pilihannya pada kritik yang disampaikan oleh seniman yang
mengkhususkan diri di bidang kritik. Ia akan mencari majalah atau surat kabar yang memuat kritik terhadap
karya seni yang sedang diincarnya. Sebaliknya, si pencipta karya seni dengan hati berdebar-debar menunggu
tanggapan pemerhati (kritik) terhadap karya seninya.
Apa sebenarnya kritik itu ? Kritik dapat diartikan sebagai penilaian yang mengungkapkan baik
keistimewaan, kekhasan maupun kelemahan dari suatu karya cipta semata-mata dari kenyataan apa adanya
yang ditunjukkan oleh karya cipta itu sendiri. Jadi melalui kritik seseorang meneropong aspek-aspek positif
dan negatif dari suatu karya cipta, baik ciptaannya sendiri maupun ciptaan orang lain. Dengan kata lain, ia
melakukan penilaian dan penimbangan seksama dan teliti terhadap karya tersebut.
Menurut Ballard & Clanchy (1984), penilaian atau pertimbangan yang seksama atau teliti itu dicapai melalui
telaah atau analisis dan pertanyaan yang sistematik. Selanjutnya, menelaah (menganalisis) suatu masalah
berarti mencoba memutuskan atau menetapkan: (1) unsur-unsur apa saja yang terkandung dalam masalah
tersebut, (2) apa bukti-bukti keberadaannya atau sifat-sifatnya, (3) bagaimana unsur-unsur itu berhubungan
satu dengan yang lain, dan (4) seberapa penting masing-masing unsur tersebut.
Keliru sebagai fitrah manusia
Kritik merupakan pengakuan bahwa manusia itu tidak sempurna, memiliki kelemahan dan mudah keliru.
Tetapi keliru adalah fitrah manusia. Hal ini harus disadari sehingga keterbatasan atau kelemahan yang
inheren dalam setiap manusia (dalam hal ini peneliti) seharusnya menjadi kekuatan. Kelemahan,
keterbatasan atau kekeliruan bukanlah aib ! Namun, membiarkan kelemahan, keterbatasan dan kekeliruan
menodai hasil karya penelitian kita sebagai peneliti adalah hal yang harus dihindari.
Keliru itu indah adalah sebuah judul tulisan dalam kolom inovasi sebuah mingguan ekonomi (Gede
Prama, 1998). Dalam tulisan singkat itu, penulis mengungkapkan bahwa manusia-manusia besar sepanjang
zaman yang punya peran dalam mengangkat peradaban manusia adalah kumpulan manusia keliru di
zamannya masing-masing. Tetapi hal-hal yang dikemukakan di atas tidak boleh digunakan sebagai alasan
untuk melakukan penelitian secara seadanya, serampangan, atau asal-asalan. Sebagai suatu kegiatan ilmiah,
peneliti wajib mengusahakan ketelitian dalam metode, prosedur, atau pendekatan, relatif terhadap tujuan
yang ingin dicapai. Di sini kata relatif dipakai untuk menunjukkan bahwa tingkat ketelitian atau keakuratan
yang dituntut adalah sejauh ia mampu memberikan gambaran yang cukup spesifik terhadap gejala yang
diamati.
Bentuk-Bentuk Kritik
Kritik terhadap sesuatu ide atau karya dapat muncul kapan saja dan dalam berbagai manifestasi. Misalnya,
keluhan konsumen terhadap suatu barang atau alat produk teknologi tertentu yang kurang atau tidak
memuaskan dapat dianggap sebagai sebuah kritik. Ketika seorang peneliti merujuk dan mengomentari hasilhasil penelitian terdahulu dalam suatu karya ilmiah, dia telah melakukan kritik terhadap ide atau karya itu.
Dalam pertemuan ilmiah (seminar, dsb) kritik dapat langsung disampaikan kepada penyaji makalah dalam
question time, atau dalam perbincangan informal selama jeda, misalnya. Penilai (reviewer) akan
mengajukan kritik terhadap makalah yang diperiksanya dalam lembaran yang disediakan untuk tujuan itu.
Dalam jurnal-jurnal ilmiah biasanya ada ruang (kolom) bagi pembaca untuk menyampaikan pendapatnya
terhadap tulisan yang muncul dalam jurnal itu.
Dalam kenyataannya, kritik pada umumnya menekankan hal-hal negatif berupa kelemahan-kelemahan dari
objek kritik. Hal inilah yang membuat sebagian kalangan tidak menerima kritik sebagai sesuatu yang wajar
saja seseorang tidak mau mengkritik agar (pada gilirannya) iapun tidak dikritik.
Penelitian Sebagai Suatu Kritik
Suatu penelitian adalah bentuk kritik terhadap penelitian (karya) sebelumnya dalam bidang yang sama.
Dalam suatu penelitian ingin ditemukan jawaban (solusi) terhadap pertanyaan atau masalah yang belum
terjawab. Dalam suatu usulan penelitian, misalnya, ditinjau suatu pokok permasalahan dengan menggali
informasi dari berbagai literatur yang membahas masalah yang sama. Dalam bagian pendahuluan atau
latarbelakang dikemukakan berbagai capaian dan kelemahan dari karya (penelitian) terdahulu, lalu beberapa
aspek yang berupa kelemahan atau keterbatasan disorot lebih tajam sebagai alasan untuk melakukan
penelitian lanjutan. Hal ini tidak lain adalah sebentuk kritik. Hasil dari penelitian ini pun kelak menjadi
bahan kritik, sebab kebenaran ilmiah selalu bersifat relatif dan sementara, tidak pernah mutlak dan final.
Oleh karena kritik bisa menelanjangi kelemahan-kelemahan suatu penelitian, maka peneliti harus berusaha
dalam batas-batas kemampuannya untuk meminimumkan kelemahan-kelemahan itu, tetapi bukan
menyembunyikan-nya ! Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang cukup (dalam
bentuk literatur, data, dsb.), menerapkan metode yang baik dan benar, melakukan kritik diri (self-criticism)
terhadap karya itu sendiri sebelum dipublikasikan. Sebaliknya, seorang pengkritik harus pula memahami
secara umum topik yang menjadi sasaran kritiknya. Makin rinci dan tajam kritiknya, seharusnya ini
menunjukkan makin rinci pula dia memahami seluk-beluk topik yang sedang dikritiknya.
Berpikir dan bersikap kritis
Berpikir dan bersikap kritis berarti tidak lekas percaya, selalu menaruh curiga dan keraguan terhadap
sesuatu yang dianggap fakta atau gejala sebelum diketahui secara pasti (atau mendekati pasti) bahwa
memang demikianlah adanya. Dengan kata lain, berpikir dan bersikap kritis berarti tajam dalam menganalisis sesuatu fakta atau gejala.
Seorang yang berpikir kritis tidak mudah dipukau oleh suatu fakta atau gejala, tidak mengambil
kesimpulan sebelum melakukan investigasi dan analisis yang memadai. Seorang yang kritis juga tidak
mudah dipukau oleh paparan, pendapat atau analisis orang lain, meskipun paparan, pendapat atau analisis itu
datang dari seorang pakar di bidangnya. Ia tidak menilai kadar kebenaran dari suatu pernyataan berdasarkan
siapa yang menyampaikannya tetapi berdasarkan apa dan isi dari yang dinyatakan.
Sikap kritis juga berarti menjauhi sikap latah (ikut-ikutan). Dalam beberapa waktu belakangan, misalnya,
banyak bermunculan istilah-istilah atau ungkapan yang dari sisi kebahasaan kacau seperti: suatu masalahmasalah ..*, beberapa hal-hal , dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan rancu itu biasanya menyebar
dengan cepatnya, dan tidak jarang menjangkiti para peneliti yang barangkali mengikutinya karena tidak mau
ketinggalan atau memang sedang mengikuti trend.
Kritik diri (Self-criticism)
Sikap kritis tidak hanya ditujukan pada karya peneliti lain, melainkan dan terutama terhadap diri dan karya
sendiri. Hal ini memang tidak mudah karena ego seseorang sering lebih kuat dan senantiasa berjaga-jaga
untuk menutupi kelemahan diri. Tetapi kritik diri (self-criticism) harus bisa ditumbuh-kembangkan,
mengingat bahwa yang memerlukan perbaikan dan yang berkepentingan memperbaikinya adalah diri
sendiri. Lagi pula, tidak jarang hal-hal yang dirasakan sebagai kelebihan diri justru kebalikannya; demikian
sebaliknya, hal-hal yang kita anggap kelemahan merupakan kelebihan yang belum didayagunakan. Yang
pertama-tama menyadari semua hal itu (mestinya) adalah diri sendiri.
Dengan berlatih kritis terhadap diri atau karya sendiri, seorang peneliti akan dengan mudah menerima kritik
pihak lain sebagai hal yang positif dan konstruktif. Demikian juga apabila ia harus mengkritik karya orang
lain, hal itu dilakukannya karena terpanggil untuk memberikan sumbangan yang positif dan konstruktif
terhadap karya itu.
Pentingnya Budaya dan Sikap Kritis
Mengapa sikap kritis harus ditumbuh-kembangkan ? Dalam masyarakat yang lemah daya kritisnya
merajalela pembodohan, berkembang berbagai macam kemunafikan yang menguntungkan pihak tertentu
dan merugikan pihak lain. Dalam masyarakat yang budaya kritisnya telah berkembang, ruang dan
kesempatan terhadap pembodohan semacam itu dipersempit dan sikap egaliter berkembang.
Sikap dan budaya kritis menjadi semacam penangkal dari kesewenang-wenangan sikap atau tindakan satu
orang (kelompok) terhadap orang (kelompok) lain. Masing-masing (orang / kelompok) lebih berhati-hati
dalam bertindak, bersikap atau mengeluarkan pernyataan karena lingkungannya selalu memasang mata
pengawasan terhadapnya. Setiap individu makin terasah daya nalarnya karena setiap saat pendapat atau
gagasannya dihadapkan pada penilaian objektif dan terbuka sehingga kecil sekali peluang baginya untuk
sekadar mengeluarkan pendapat, pernyataan atau membuat kebijakan yang berimplikasi luas tanpa
memikirkannya dalam-dalam, tanpa pertimbangan matang. Apabila dilakukannya juga, dia akan dihadapkan
pada kecaman yang sangat tidak bersahabat.
Dalam lingkungan penelitian sikap kritis harus ditumbuhkan, dipelihara dan dikembangkan. Dalam
penelitian, kritik ibarat angin yang menggoyang-goyang pohon (dalam hal ini penelitian) dari kecil hingga
menjadi pohon yang rimbun. Goncangan-goncangan angin itu bermanfaat untuk memperkuat akar-akar, dan
cabang-cabang pohon hingga ia tumbuh dan berdiri kokoh.
Ilmu dan teknologi tanpa kritik menjadi mandul, sulit berkembang. Demikian juga penelitian sebagai suatu
aktivitas ilmiah sangat memerlukan kritik. Kritik akan selalu mengingatkan, menuding, memelototi,
sehingga kehadirannya hampir selalu dianggap sebagai pembuat onar. Akan tetapi justru hal-hal inilah
yang merupakan manfaat dari kritik. Dengan hal-hal itu seorang peneliti diharapkan selalu berusaha
menghasilkan karya ilmiah yang terbaik dalam batas-batas kemampuannya. Jadi tidaklah pada tempatnya
seorang peneliti alergi terhadap kritik.
Sayangnya, lingkungan penelitian sering menjadi hambatan utama untuk mempertajam daya kritis. Peneliti
sering dipaksa menerima sesuatu tanpa diberi kesempatan (bahkan dilarang secara terang-terngan atau
secara samar-samar) untuk mengungkapkan pendapat tentang sesuatu itu. Seringkali kalangan peneliti
disodorkan paket-paket program atau kebijakan yang sudah dikemas dari atas, dan kalangan peneliti
(diasumsikan) otomatis mampu mengunyahnya. Seringkali sikap kritis diartikan sebagai pembangkangan
yang harus cepat-cepat diredam agar virus itu tidak menyebar ke mana-mana.
Bagaimana sikap kritis ditumbuh-embangkan ? Dalam lingkungan yang sangat terbatas, kegiatan-kegiatan
ilmiah yang bersifat intern seperti seminar dan sebagainya dapat menjadi ajang latihan untuk bersikap kritis.
Adalah jauh lebih baik dan bermanfaat mendapat / mengajukan kecaman dari / kepada teman-teman di
kalangan sendiri untuk mempoles suatu karya penelitian sehingga layak publikasi ketimbang mendapat
cercaan dari kelompok peneliti lain.
http://niasonline.net/2007/01/17/kritik-berpikir-dan-bersikap-kritis/