Anda di halaman 1dari 19

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN SAINT MARY

Jl. KH. Hasyim Ashari No. 54 – Jakarta Pusat Tel. 021-633 – 0555 ; 633 0556
Website :www.saintmary.com
Program Studi: Aviasi dan Sekretaris

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
Nama : Wahyu Nudiya

Nim :202103015

Mata Kuliah : Teori dan Perilaku Organisasi Waktu : 08.00-23.59


Tingkat / Smt : I dan III Sifat : Take Home
Hari/Tanggal : Senin, 12 Desember 2022 Dosen : M Mushlih F S.T,M.T

1. Berdasarkan karakteristik dan jenis kepribadian setiap individu, tergolong jenis


kepribadian yang bagaimanakah anda? cocok dengan pekerjaan yg bagaimanakah anda?

Jelaskan menurut pendapat anda!

2. Jelaskan proses kemunculan emosi!

3. Jelaskan menurut anda hubungan presepsi seseorang terhadap pengambilan keputusan


individu!

4. Anda adalah karyawan baru di suatu perusahaan, dalam struktur organisasi di perusahaan
tersebut anda memiliki beberapa atasan yakni supervisor, asisten manajer dan manajer,
suatu ketika ketiga atasan anda memberikan job kepada anda di waktu yang bersamaan,
apa yang akan anda lakukan, jelaskan yang menjadi prioritas anda dari ketiga job tersebut!

5. Jelaskan menurut anda mengapa kreativitas penting dalam pengambilan keputusan!

6. Komponen Model kreativitas adalah Expertise, creativity skill, task motivation, jelaskan
menurut pendapat anda dan bagaimana meraihnya?

7. Di perusahaan, anda termasuk karyawan yang memiliki karakter task motivation dalam
bekerja, anda adalah seorang project leader, lusa adalah rapat koordinasi yang anda pimpin
dalam pelaksanaan project tersebut, tanpa disadari lusa adalah anniversary anda dengan
pasangan anda, berdasarkan histori sebelumnya anda selalu merayakan hari tersebut dan
cuti dari pekerjaan, apa yang akan anda lakukan?
8. Dalam teori gaya kepemipinan managerial grid terdapat empat gaya kepemimpinan, mana
yang terbaik dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif berikan alasan menurut
pendapat anda!

9. Jelaskan cara memperbaiki komunikasi interpersonal!

10. Jelaskan hubungan antara kekuasaan dan politik!

Jawaban

1. Realistik (Doer)

Kepribadian ini terefleksikan dalam diri individu yang senang bekerja


menggunakantangannya, misalnya dengan menciptakan sesuatu atau memperbaiki sesuatu
yang berkaitan dengan peralatan dan pengoperasian alat. Mereka biasanya lebih senang
bekerja di luar ruangan dan bahagia bekerja menggunakan alat manual seperti mesin atau
peralatan menggambar mekanis.2. Investigatif (Thinker)

Tipe ini adalah kepribadian yang paling analitis dari enam tipe berbeda. Individu yang
memiliki tipe kepribadian ini bukan seorang negosiator tapi senang belajar menyelesaikan
sebuah permasalahan yang berkaitan dengan hitungan atau sains. Individu ini melihat diri
mereka intelektual dan senang dikenal karena pencapaian yang mereka raih.

 Artistik (Creator)

Tipe kepribadian ini menghargai orang lain yang ekspresif dan mandiri. Secara alami
mereka mengagumi seni kreatif termasuk musik dan tulisan. Individu tipe ini melihat diri
mereka ekspresif dan orisinil dan lebih suka menghindari aktifitas yang berulang atau
rutin. Mereka senang bekerja dalam kelompok yang mengijinkannya berekspresi dengan
bebas dan didorong untuk membagikan ide atau gagasannya.

 Sosial (Helper)

Tipe kepribadian ini senang mendominasi di lingkungannya. Tipe ini tipe yang paling
banyak ditemui di masyarakat. Biasanya individu tipe ini menghargai pelayanan baik
untuk orang lain dan senang bekerja dekat dengan orang lain. Kondisi kerja ideal bagi
mereka adalah bersama orang-orang yang bisa dipercaya penuh, suka menolong dan
menunjukkan rasa saling menghargai.

 Enterprise (Persuader)

Individu tipe ini senang memimpin dan membujuk orang lain dimana merek amelihat
dirinya sebagai individu yang berjiwa sosial dan ambisius, dan mampu menjadi pemimpin
dalam suatu kelompok. Mereka biasany amenghindari bertemu dengan orang yang terlalu
scientific dan analitis, namun bisa bekerja baik dalam tim.

 Konvensional (Organizer)

Individu tipe ini senang bekerja dengan angka, catatan atau mesin. Mereka senang bekerja
dengan tugas berulang dan teratur dan menghindari aktifitas yang ambigu. Merea termasuk
orang yang rapi, teratur dan bisa diandalkan dalam mengikuti arahan. Mereka menghargai
kesuksesan dalam bisnis dan senang bekerja dengan tim atau grup kecil dimana mereka lebih
tahu dan yakin dengan tanggungjawabnya.

2. Menurut Gross (2007), proses emosi merupakan modalitas yang didasari oleh adanya suatu
transaksi antara individu dengan situasi. Proses emosi meliputi situation-attention-appraisal-
response yang disebut dengan The Modal Model of Emotion.

Proses Emosi

Proses Emosi

Rangkaian ini dimulai dengan adanya situasi eksternal maupun internal yang dialami individu,
kemudian individu akan memberikan perhatian bila situasi tersebut relevan dengan dirinya, lalu
ia memberi penilaian hingga akhirnya muncul respon emosi. Respon emosi disini meliputi tiga
aspek yaitu perilaku nyata, pengalaman subjektif dan perubahan fisiologis.

Siklus ini berjalan dinamis, karena respon dari suatu situasi dapat menjadi situasi baru untuk
proses berikutnya, dan begitu seterusnya. Oleh karena itu proses emosi ini merupakan proses yang
dapat terjadi berulang dan berlangsung dalam waktu yang panjang, tergantung dari situasi yang
dihadapi individu tersebut.
Siklus situasi sampai dengan respon ini dapat terus berulang, dan diharapkan seseorang dapat
adaptif dengan situasi yang ada dengan memanipulasi unsur-unsur dari proses emosi tersebut,
sehingga respon emosi dapat diminimalisir, terutama pada emosi negatif.

Manipulasi terhadap unsur-unsur tersebut selanjutnya disebut regulasi emosi, maka regulasi emosi
dapat terjadi pada berbagai tahap emosi, yaitu pada saat situasi itu muncul (situation), perhatian
(attention), penilaian (appraisal) maupun respon (response), dengan kata lain regulasi emosi dapat
dilakukan pada saat sebelum maupun setelah respon emosi muncul

3. Persepsi diri dan pengambilan keputusan, adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama
lain. Persepsi merupakan sebuah pemahaman individu dalam menentukan, menilai maupun
mengartikan sesuatu berdasar informasi yang diterima, sedangkan keputusan adalah sebuah akhir
dari proses berpikir. Persepsi diri dan pengambilan keputusan, adalah dua hal yang saling
berkaitan satu sama lain. Persepsi merupakan sebuah pemahaman individu dalam menentukan,
menilai maupun mengartikan sesuatu berdasar informasi yang diterima, sedangkan keputusan
adalah sebuah akhir dari proses berpikir. Sesuai peran masing-masing, persepsi diri sebagai satu-
satunya faktor penting dalam penilaian, pemahaman serta penyeleksian untuk membentuk sebuah
konsep pikir positif maupun negatif, guna memperoleh hasil atau efek yang akan berpengaruh
bagi seseorang dalam mempertimbangkan tujuan studi. Sedangkan pengambilan keputusan,
merupakan tahap akhir untuk menentukan apa yang menjadi prioritas penting yang harus
dilakukan, atau tidak boleh dilakukan.

4. Tulis semuanya: Tugas pribadi dan pekerjaan harus dicatat di satu tempat.

Evaluasi tujuan jangka panjang: Pertimbangkan tujuan jangka panjang Anda yang lebih besar, dan
pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Pecah tujuan yang lebih besar menjadi beberapa bagian: Untuk memahami cara mencapai tujuan
jangka panjang, Anda perlu memecahnya menjadi pencapaian tahunan, bulanan, dan mingguan.

Buat tenggat yang jelas: Berikan gambaran tenggat yang lengkap, dan buat tenggat untuk diri
Anda meskipun tidak diperlukan secara formal.
Terapkan metode mendesak versus penting: Prioritaskan tugas mendesak dan penting; tetapkan
waktu tertentu untuk mengerjakan tugas penting yang tidak mendesak; dan delegasikan atau
hilangkan semua tugas lainnya.

Buat daftar MIT setiap hari: Tuliskan tiga tugas penting yang harus diselesaikan pada hari itu.
Tugas-tugas ini harus selalu berkaitan dengan tujuan masa depan yang lebih besar. LAKUKAN
PENGUJIAN

Hindari gangguan: Hindari tugas-tugas yang membingungkan dengan sungguh-sungguh, terutama


karena tingkat kesulitannya meningkat.

Pertimbangkan usahanya: Ketika daftar tugas Anda semakin banyak, prioritaskan berdasarkan
usahanya dan selesaikan tugas-tugas yang lebih mudah dengan lebih cepat.

5. Karena dengan adanya kreatifitas akan semakin banyak alternatif yang tersedia dan
semakin membuat keputusan menjadi semakin efektif. Ketika kekuasaan stabil, individu
dengan kekuasaan yang tinggi menjadi lebih kreatif daripada individu yang memiliki
kekuasaan yang lebih rendah.

6. Creative thinking atau berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang dimiliki individu
dan dapat mengarahkan individu tersebut pada pemikiran yang penuh dengan kreativitas, sehingga
dirinya mampu menciptakan sesuatu yang baru dan karya unik yang berbeda dari karya-karya
sebelumnya. Creative thinking adalah salah satu kemampuan luar biasa yang belum tentu dimiliki
orang lain. Bahkan, berpikir kreatif menurut para ahli dikategorikan sebagai salah satu kunci
menuju kesuksesan hidup.

Keterampilan Analitik (Analytical).

Keterampilan pertama yang perlu kita miliki dalam creative thinking adalah berupaya untuk
memahami suatu hal sebelum kita mengambil keputusan apapun. Kemampuan untuk
memahami ini disebut sebagai keterampilan analitik atau analytical. Kita perlu mengetahui
suatu hal dengan sangat cermat, detail dan memahami apa arti dari suatu permasalahan atau
perihal yang sedang kita hadapi.
Tidak peduli apakah perihal tersebut berkaitan dengan teks (narasi), sekumpulan data
(quantitative data), rencana bisnis, rencana pembelajaran atau apapun itu, cobalah untuk
memahami dan menganalisisnya terlebih dahulu.

Keterampilan dalam Berpikir secara Terbuka (Open-Minded).

Keterampilan kedua yang kita perlukan untuk meningkatkan creative thinking adalah berusaha
untuk berpikir terbuka atau memiliki pola pikir yang open-minded. Kita harus berani untuk
menyingkirkan segala opini (asumsi) buruk atau pikiran bias yang mungkin kita miliki selama
ini. Disadari atau tidak, semua pemikiran negatif seperti itu hanya akan menghalangi kita dari
keterampilan creative thinking.

Logikanya, kita tidak akan berani mengeksplorasi hal-hal baru, jika pola pikir kita masih
sangat sempit. Misalnya, kita tidak berani untuk menjadi seorang pengusaha yang kreatif
karena kita takut jika nanti menjadi orang sukses, orang lain akan berpikir bias pada kita. Ada
banyak hal remeh temeh yang seharusnya tidak perlu kita pikirkan, karena itu hanya
menjauhkan kita dari creative thinking. Jadi, mulai dari sekarang kita harus berani dalam
berpikir secara terbuka.

Keterampilan Penyelesaian Masalah yang Baik (Problem Solving).

Bagaimana dengan keterampilan ketiga? Keterampilan teratas selanjutnya yang tidak kalah
penting adalah keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan dengan baik atau yang biasa
kita sebut sebagai problem solving skills. Dalam hal ini, pemimpin dan perekrut bukan hanya
ingin memiliki karyawan yang selalu memberikan ide-ide kreatif dan cemerlang. Namun,
mereka juga ingin para karyawan dapat menyelesaikan permasalahan mereka dengan cara
yang kreatif, sehingga penyelesaian masalah dapat dilakukan secara baik.

Keterampilan dalam Berorganisasi (Organization).

Meskipun kebanyakan orang yang memiliki kreativitas tinggi tidak suka untuk berorganisasi,
namun sebenarnya organisasi adalah salah satu bagian yang paling penting dari kreativitas.
Dengan berorganisasi, kita akan terdorong untuk terus berpikir maju dan tertantang untuk
menciptakan ide-ide baru yang berkaitan dengan kehidupan banyak orang. Selain itu, kita juga
akan memiliki pola pikir atau mindset yang luas, karena dengan berorganisasi kita tersadar
bahwa kehidupan bukan hanya tentang diri kita seorang.

Keterampilan dalam Berkomunikasi (Communication).

Terakhir, keterampilan yang bisa membantu meningkatkan creative thinking kita adalah
keterampilan dalam berkomunikasi atau communication skills. Logikanya, kita akan merasa
kesulitan untuk menjelaskan ide-ide kreatif kita kepada orang lain, jika kita tidak memiliki
keterampilan yang baik dalam mengkomunikasikannya. Misalnya, kita sudah memiliki ide-
ide cemerlang yang akan kita presentasikan di depan calon klien atau calon vendor. Namun
karena kita terlihat sangat kaku dan terbata-bata dalam menyampaikan presentasi tersebut,
akhirnya calon vendor atau klien kita menjadi sulit percaya terhadap apa yang kita sampaikan.
Jadi untuk memiliki creative thinking yang baik, kita perlu memiliki keterampilan komunikasi
yang baik juga.

Kreativitas yang Artistik (Artistic Creativity).

- Menyusun dialog atau skrip untuk iklan televisi atau radio.


- Membuat kemasan untuk suatu produk
- Merancang logo untuk produk atau layanan jasa dalam suatu perusahaan.
- Menyusun rencana pembelajaran untuk peserta kelas atau kelas online.
- Merancang desain pakaian masa kini.
- Membuat poster atau flyer untuk promosi suatu acara, dan lain sebagainya.

Kreativitas dalam Pemecahan Masalah (Creative Problem-Solving).

- Mengidentifikasi cara untuk memotong biaya selama krisis anggaran.


- Menyarankan cara komunikasi baru untuk menyelesaikan konflik antar karyawan.
- Menyarankan cara-cara baru untuk meningkatkan layanan pelanggan.
- Menyarankan prosedur baru untuk meningkatkan kualitas kerja karyawan.
- Brainstorming cara untuk memotong penggunaan energi yang berlebihan (contoh, listrik).
- Brainstorming untuk menetapkan strategi kerja baru pada tahun berikutnya, dan lain sebagainya.
Kreativitas dalam STEM (Creativity in STEM).

Sebelumnya, kita perlu tahu dulu apa yang dimaksud dengan STEM? Bidang STEM adalah
singkatan dari Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika. Nah, berikut ini adalah beberapa contoh
creative thinking dalam bidang STEM.
- Menyusun program komputer untuk mengotomatiskan proses pembelajaran online.
- Merancang platform media sosial untuk ponsel pintar.
- Menemukan obat baru yang ampuh untuk mengobati kanker.
- Mengidentifikasi cara-cara baru untuk meningkatkan jumlah pendonor darah.
- Merancang penemuan baru yang berguna untuk robot masa depan, dan lain sebagainya.

7. Mengenal Konsep Work Life Balance

Work life balance adalah kondisi saat Anda mampu membagi waktu antara pekerjaan dengan
urusan pribadi, keluarga, serta hal-hal penting lainnya. Saat ini, banyak orang kesulitan
mewujudkan work life balance karena gagal menentukan prioritas dan terlalu fokus pada urusan
pekerjaan. Di sisi lain, banyak pula orang-orang yang sengaja mengutamakan pekerjaan karena
merasa bahwa keharmonisan keluarga sudah berkurang drastis dan menimbulkan rasa tidak
nyaman. Kalau Anda ingin keluarga tetap harmonis dan bahagia, Anda harus berupaya membagi
waktu kerja dan keluarga secara seimbang.

Berbagai Cara Membagi Waktu Kerja dan Keluarga

Tak perlu berkecil hati jika Anda merasa belum mampu mencapai work life balance. Anda dapat
melakukan beberapa hal ini supaya kondisi ideal tersebut lekas terwujud.

Menetapkan Skala Prioritas dalam Bekerja

Hal pertama yang patut Anda lakukan bila ingin membagi waktu kerja dan keluarga secara adil
adalah menentukan skala prioritas. Usahakan untuk menentukan prioritas kerja secara cermat
supaya pekerjaan yang bersifat penting dan mendesak bisa diselesaikan lebih dahulu. Dengan
demikian, Anda masih punya waktu untuk bersantai bersama keluarga karena pekerjaan lainnya
bisa diselesaikan keesokan harinya. Bila merasa kesulitan menentukan prioritas, catatlah
pekerjaan Anda satu per satu supaya lebih mudah menentukan pekerjaan yang paling penting.
Menghentikan Kebiasaan Menunda Pekerjaan

Menunda pekerjaan hanya akan membuat pekerjaan Anda semakin menumpuk dan semakin sulit
diselesaikan. Akibatnya, Anda membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk mengurus pekerjaan-
pekerjaan tersebut. Mulai sekarang, sebaiknya Anda tak lagi menunda pekerjaan. Cobalah
membiasakan diri untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sehingga Anda punya waktu
senggang lebih banyak untuk hal-hal pribadi. Hindari berbagai distraksi yang kerap membuat
Anda menunda pekerjaan, misalnya smartphone, rekan kerja yang mengajak mengobrol, atau
interaksi dengan anggota keluarga (saat WFH).

Memanfaatkan Jatah Cuti Semaksimal Mungkin

Anda tak perlu memaksakan diri untuk bekerja bila kondisi fisik dan mental sedang kurang baik
atau butuh waktu lebih banyak bersama keluarga. Sebaliknya, Anda justru bisa memanfaatkan
jatah cuti semaksimal mungkin untuk beraktivitas bersama keluarga. Anda tak harus
menggunakan cuti untuk berlibur ke luar kota atau luar negeri. Menghabiskan jatah cuti di rumah
juga tak kalah menyenangkan karena Anda bisa melakukan beberapa hal berikut ini:

 Memiliki waktu tidur lebih lama daripada biasanya.


 Mempunyai kesempatan beraktivitas bersama keluarga di rumah.
 Menghemat pengeluaran karena tak perlu bepergian.

Menetapkan Batasan yang Jelas antara Waktu Kerja dan Waktu Pribadi

Anda punya hak penuh untuk menetapkan batasan antara waktu kerja dan waktu pribadi.
Misalnya, Anda memutuskan untuk tidak menjawab chat yang berkaitan dengan pekerjaan di luar
jam kerja. Kebiasaan ini akan membuat orang-orang di lingkungan kerja Anda paham bahwa Anda
adalah sosok profesional yang butuh waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Sehingga nantinya
Anda tidak didesak untuk menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan di luar jam kerja. Namun,
sikap ini juga harus dibarengi dengan profesionalitas pada jam kerja supaya semua pekerjaan bisa
selesai tepat waktu.

Melakukan Digital Detox

Intensitas penggunaan gadget yang tinggi juga bisa membuat Anda kehilangan waktu berharga
bersama keluarga. Jadi, alangkah lebih baik jika Anda melakukan digital detox di luar jam
kerja. Digital detox adalah momen ketika Anda menjauh sejenak dari smartphone, laptop, dan
gadget lainnya. Saat melakukan hal tersebut, Anda juga tak boleh mengakses media
sosial, game, atau aplikasi apapun. Sama seperti detoksifikasi tubuh, digital detox juga
memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Studi kesehatan yang dilakukan para peneliti Swedia
menyatakan bahwa penggunaan teknologi secara berlebihan di kalangan generasi muda rentan
memicu gangguan tidur, gejala depresi, dan stres. Saat melakukan digital detox, Anda akan
memiliki lebih banyak waktu senggang yang dapat dihabiskan bersama keluarga.

Merencanakan Liburan Bersama Keluarga Tercinta

Salah satu upaya membagi waktu kerja dan keluarga yang patut Anda lakukan adalah
merencanakan liburan bersama keluarga tercinta. Berlibur beberapa hari bersama keluarga akan
membuat Anda lebih rileks dan bahagia. Seluruh anggota keluarga pun jadi senang dan bisa
berinteraksi secara lebih maksimal selama momen liburan. Beberapa persiapan yang patut Anda
lakukan jika ingin merealisasikan rencana liburan bersama keluarga, antara lain:

 Menyiapkan bujet yang memadai. Semakin banyak jumlah anggota keluarga Anda,
maka semakin banyak pula bujet yang patut Anda siapkan.
 Menentukan destinasi tujuan liburan. Bila tak ingin repot bepergian jauh, Anda bisa
melakukan staycation di kota tempat tinggal. Namun, Anda juga bisa berlibur ke
luar kota atau luar negeri bila sudah memiliki persiapan memadai.
 Memilih akomodasi liburan yang tepat untuk keluarga, mulai dari transportasi,
penginapan, hingga destinasi wisata. Anda wajib memilih akomodasi yang cocok
untuk mendukung kebutuhan seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak dan
lansia.
 Menjadwalkan staycation atau liburan keluarga secara rutin, misalnya
pergi staycation 2 bulan sekali atau wisata dalam kota 2 minggu sekali. Dengan
demikian, Anda jadi memiliki jadwal tetap untuk beraktivitas bersama keluarga.

Melakukan Berbagai Aktivitas Menyenangkan Bersama Keluarga di Rumah

Momen bersama keluarga di rumah dapat diisi dengan berbagai aktivitas menyenangkan berikut
ini:

 Membersihkan rumah bersama: Aktivitas ini bukan cuma mempererat hubungan


keluarga tetapi juga membuat rumah jadi bersih dan nyaman.
 Makan bersama: Anda bisa mengawali kegiatan makan bersama dengan memasak
makanan favorit. Namun, Anda juga dapat memesan makanan dari luar bila sedang
malas memasak.
 Bermain board games: Ada berbagai pilihan board games yang menarik untuk
dimainkan bersama keluarga. Seperti monopoli, ular tangga, ludo, scrabble, dan
catur.
 Berkebun atau merawat hewan peliharaan: Bila Anda sekeluarga hobi merawat
tanaman atau memiliki hewan peliharaan, gunakan waktu senggang di rumah untuk
berkebun bersama atau merawat hewan peliharaan.
 Menonton film favorit: Satu aktivitas seru lagi yang bisa dilakukan bersama
keluarga di rumah adalah menonton film favorit. Fasilitas internet berkecepatan
tinggi membuat Anda leluasa mengakses tayangan streaming favorit keluarga.

8. Gaya Kepemimpinan Afiliasi

Jantung gaya kepemimpinan ini terletak pada hubungan yang kolaboratif antara pimpinan dan
bawahan. Penganut tipe kepemimpinan ini memang sangat memperhatikan kebutuhan emosional
karyawannya dengan cara mengakomodir kepentingan kedua belah pihak.

kita bisa menerapkan gaya kepemimpinan ini jika terjadi konflik antara atasan dan bawahan.
Situasi lainnya adalah untuk memompa semangat karyawan yang sedang menghadapi masalah
berat.

 Tunjukkan senyuman.
 Jadilah partner yang pengertian dan perhatian.
 Bangun kebersamaan.
 Menjadi penengah dan selesaian perselisihan.
 Mendengarkan sebanyak kamu berbicara.
 Tempatkan dirimu di posisi mereka.
 Jangan banyak mengeluh.

10 Kekuasaan dalam Organisasi dan politik

Kekuasaan adalah kapasitas seseorang, tim, atau organisasi untuk mempengaruhi yang lain.
Kekuasaan tidak dimaksudkan untuk mengubah perilaku seseorang, melainkan potensi untuk
mengubah seseorang (Mc. Shane & Von Glnow, 2010: 300). Lebih jauh lagi, kedua ahli ini
menjelaskan bahwa kekuasaan mensyaratkan kebergantungan. Dengan kata lain, pihak yang
berkuasa memiliki hal yang dianggap penting oleh pihak lainnya sehingga pihak tersebut merasa
berada di bawah kendali pihak yang memiliki kekuasaan.

Seseorang dapat dikatakan memiliki kekuasaan terhadap orang lain jika ia dapat mengontrol
perilaku orang lain. Kekuasaan adalah hubungan nonresiprokal antara dua orang atau lebih.
Nonresiprokal di dalam konteks ini dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan kuasa yang
dimiliki oleh individu yang satu dan individu yang lain. Dengan kata lain, dua pihak yang memiliki
hubungan nonresiprokal mungkin saja tidak memiliki kekuasaan yang sama di dalam wilayah
yang sama (Brown dan Gilman, 2003: 158).

Ada banyak hal yang menjadi dasar terbentuknya faktor kekuasaan, seperti kekuatan, kekayaan,
umur, jender, serta jabatan atau posisi. Brown dan Gilman (ibid) menggunakan contoh kata ganti
tu (T) dan vos (V) untuk menggambarkan faktor kuasa. Kata ganti T dan V yang sebenarnya
berasal dari bahasa Latin banyak diadopsi oleh bahasa-bahasa eropa seperti Perancis, Spanyol,
dan Italia. Kata ganti V pada awalnya merupakan kata ganti jamak yang ditujukan kepada para
kaisar, sedangkan T merupakan kata ganti tunggal yang ditujukan kepada rakyat jelata. Pada
perkembangan selanjutnya V dan T digunakan sebagai kata ganti yang menunjukkan kekuasaan
yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Orang yang memiliki kekuasaan dipanggil dengan V
dan orang yang tidak memiliki kekuasaan dipanggil dengan T. Contoh yang dikemukakan oleh
Brown dan Gilman adalah kata ganti T yang digunakan oleh Paus Gregori I di dalam surat yang
ditujukan pada bawahannya dan kata ganti V yang digunakan oleh bawahan Paus Gregori I untuk
menyapa sang Paus. Pada jaman Eropa pertengahan, kata ganti V dan T digunakan di dalam skala
yang lebih luas, misalnya para pembantu rumah tangga memanggil tuannya dengan V dan tuannya
memanggil pembantunya dengan T, pekerja memanggil pengusaha dengan V dan pengusaha
memanggil pekerja dengan T. Di dalam hubungan keluarga, anak memanggil orang tuanya V dan
orang tuanya memanggil anaknya T.

Ketidakmerataan distribusi kekuasaan sebenarnya dialami oleh setiap individu. Pertama kali
individu mengenal adanya ketidakseimbangan distribusi kekuasaan di dalam keluarga. Seorang
anak harus menyapa orang tuanya dengan sapaan yang dianggap santun. Seperti yang
dikemukakan oleh Brown dan Gilman di atas, anak pertama kali mengenal kata ganti V pada saat
ia berinteraksi dengan orang tuanya. Seiring dengan berkembangnya individu, subordinasi dalam
hal kekuasaan merambah ke hal-hal lain, seperti dalam hubungan kerja.

Thomas (1995: 124-130) dan Mc Shane & Van Glnow (2010: 301 – 304) mengemukakan lima
sumber kekuasaan di dalam organisasi, yaitu legitimate power, reward power, coercive power,
expert power, dan referent power.

Legitimate power merupakan kesepakatan anggota organisasi bahwa individu dalam peran-peran
tertentu dapat menentukan prilaku tertentu dari orang lain. Legitimate power biasanya ditentukan
oleh deskripsi pekerjaan dalam suatu jabatan, misalnya seorang atasan memiliki kekuasaan untuk
meminta bawahannya melaksanakan tugas-tugas organisasi sesuai dengan kapasitasnya.
Reward power adalah kekuasaan untuk mengontrol atau memberikan penghargaan kepada pihak
lain. Seorang manajer dapat mempromosikan bawahannya ke level yang lebih tinggi, member
bonus, atau member hak berlibur sebagai imbalan yang diberikan kepada karyawan yang
mencapai target kerja tertentu. Sebaliknya, seorang bawahan dapat memberikan umpan balik atas
kinerja atasannya.

Coercive power adalah kekuasaan untuk member sanksi atau hukuman. Contoh coercive power
adalah seorang atasan memiliki kekuasaan untuk memberikan sanksi kepada bawahannya yang
terbukti memiliki kesalahan fatal yang merugikan organisasi.

Expert power adalah kekuasaan yang berhubungan dengan kemampuan, keahlian, atau
pengetahuan yang dimiliki oleh individu. Misalnya, tim peneliti yang dimiliki oleh perusahaan
pertambangan memiliki kekuasaan apakah sebuah projek dapat dilanjutkan atau tidak.

Referent power adalah kekuasaan yang diasosiasikan dengan charisma seseorang. Secara ilmiah,
definisi referent power memunculkan perdebatan di kalangan para ahli karena ukuran kharisma
yang sulit untuk distandarkan. Namun, secara factual referent power memang ada di dalam
kehidupan berorganisasi. Di banyak perkampungan di Indonesia ada tokoh-tokoh masyarakat
yang disegani karena memiliki kharisma. Hal itu merupakan contoh yang nyata dari referent
power.

Dalam kenyataannya, kekuasaan memberikan beberapa keleluasaan bagi pihak yang memiliki
posisi superior. Keleluasaan tersebut dapat menentukan optimal atau tidaknya kinerja sebuah
organisasi.
Politik dalam Organisasi

Politik organisasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu dalam organisasi
untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri (Colquitt, J.A., Lepine, J.A., & Wesson, M.J.
2011: 460). Sedangkan menurut Mc Shane & Van Glnow (2010: 315-316) politik organisasi
terkait erat dengan taktik organisasi. Menurut kedua pakar ini, politik organisasi adalah prilaku
yang dianggap oleh orang lain sebagai taktik yang menguntungkan diri sendiri dengan
mengatasnamakan organisasi. Taktik tersebut sering kali bertentangan dengan kepentingan
organisasi.

Politik organisasi tumbuh subur dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya pada saat kurangnya
sumber daya manusia, sangat mungkin ada individu-individu yang mempertahankan satu posisi
atau jabatan di organisasi.

Secara faktual, politik organisasi bukanlah merupakan suatu hal yang tabu bagi orang-orang
tertentu. Hal ini merupakan imbas dari berkumpulnya banyak individu di dalam organisasi.
Semakin banyak individu di dalam organisasi, semakin banyak pula tarik menarik kepentingan di
dalam organisasi tersebut.

Hal tersebut berimplikasi pada maraknya politik organisasi. Setiap pihak akan melakukan apa pun
yang bisa mereka lakukan untuk mendukung kepentingannya serta untuk melakukan hal-hal yang
menguntungkan dirinya. Hal inilah yang pada akhirnya memunculkan politicking atau berpolitik
dalam organisasi.

Dalam jangka panjang, tarik menarik kepentingan ini akan memberikan dampak tidak baik
terhadap eksistensi organisasi. Semakin banyak individu yang mengedepankan kepentingannya,
semakin terabaikan pula tujuan organisasi. Karenanya, seorang pemimpin yang baik harus dapat
meminimalkan politik organisasi atau berupaya semaksimal mungkin agar politik organisasi tidak
memicu timbulnya konflik yang dapat mengancam keberadaan organisasi.

Konflik dalam Organisasi

Semakin banyaknya individu yang melakukan politik organisasi, semakin besar pula potensi
terjadinya konflik. Mc Shane dan Von Glnow (2010: 328) mendefinisikan konflik sebagai suatu
proses di mana salah satu pihak menganggap bahwa kepentingannya bertentangan dengan pihak
lain. Pandangan ini didasari oleh fakta bahwa setiap individu adalah unik. Mereka memiliki
persepsi yang berbeda atas suatu realita. Perbedaan ini berpengaruh kepada heterogenitas individu
dalam berinteraksi di lingkungannya. Di sisi lain, organisasi juga harus menetapkan visi dan misi,
yang tak jarang tidak searah dengan persepsi individu.

Perbedaan-perbedaan atau benturan-benturan yang terjadi di dalam interaksi social telah


menempatkan konflik sebagai hal yang dianggap negatif. Konflik menciptakan ketidak
sepahaman di antara berbagai pihak. Dampaknya, konflik banyak menciptakan ketidak efisienan
dalam berbagai sendi organisasi (conflict is bad perspective). Ketidak sepahaman ini juga sering
memicu timbulnya berbagai politik organisasi yang pada akhirnya berpengaruh negatif kepada
kinerja individu dan organisasi.

Pada era 1970an – 1990an muncul persepsi lain yang memandang konflik dengan kaca mata yang
lebih positif (optimal – conflict – perspective). Pada titik tertentu, ada kemungkinan bahwa pihak-
pihak yang mengalami konflik berbicara satu sama lain. Pada saat seperti inilah konflik dapat
menjadi hal positif. Dalam kondisi ini, keterbukaan antara pihak-pihak yang berkonflik akan
memunculkan alternatif pemecahan masalah.
Selepas tahun 1990an, muncul pandangan yang berbeda mengenai konflik. Di era ini konflik
dibagi menjadi dua, yakni constructive conflict dan relationship conflict. Constructive conflict
dianggap dapat mendorong lahirnya ide-ide dan rekomendasi baru untuk memecahkan masalah.
Di sisi lain, relationship conflict hanya terfokus pada manusia sebagai pihak yang mencetuskan
konflik.

Setiap hal yang terjadi di dunia ini pasti memiliki efek positif dan negatif, begitu pula dengan
konflik. Di dalam konteks organiosasi, konflik dapat menyebabkan beberapa hal positif sebagai
seperti memperkuat hubungan antar individu (jika semua pihak yang berkonflik dapat saling
bicara dengan baik); menumbuhkan kepercayaan terhadap orang lain (konflik yang diselesaikan
dengan baik akan menumbuhkan rasa kepercayaan terhadap pihak lain); Meningkatkan harga diri
(pihak-pihak yang berkonflik akan memiliki harga diri tinggi, dan secara positif mereka akan
memperbaiki argument-argumen untuk ,membela dirinya). Pengaruh positif tersebuat akan
berdampak pula pada organisasi. Salah satu dampaknya yaitu organisasi memiliki atternatif
pemecahan masalah karena adanya keinginan dari pihak-pihak yang berkonflik untuk duduk
bersama. Hal ini akan berpengaruh terhadap produktifitas organisasi yang semakin membaik.

Di samping pengaruh positif, konflik juga memiliki beberapa pengaruh negatif seperti
mengakibatkan ketidaknyamanan antar individu karena adanya perasaan saling curiga dan
hilangnya kepercayaan. Dalam jangka panjang, hal tersebut akan berdampak pada menurunnya
kinerja organisasi.

Manajemen Konflik

Dalam satu organisasi, konflik kadang-kadang merupakan hal yang sangat sulit untuk dihindari.
Karenanya perlu ada strategi yang dapat mengarahkan konflik menjadi hal yang lebih positif. Para
ahli menjelaskan beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik, yaitu avoiding,
collaborating, compromising, avoiding, dan accommodating, dan forcing.

Avoiding adalah menghadapi konflik dengan cara menghindarinya. Cara ini akan menimbulkan
masalah yang lebih besar jika konflik sudah terjadi. Collaborating biasanya digunakan jika pihak-
pihak yang berkonflik memiliki kekuasaan yang relative seimbang. Dalam collaborating
pemecahan masalah diusahakan memenuhi kepentingan semua pihak. Compromising adalah
mengelola konflik melalui konsensus. Dalam compromising, setiap pihak mendapatkan setengah
dari total kepentingannya. Compromising dinilai efektif untuk menyelesaikan masalah secara
cepat. Berbeda dengan tiga cara pengelolaan konflik yang sudah sisebutkan di atas,
accommodating merupakan strategi mengelola konflik dengan mengorbankan kepentingan salah
satu pihak dengan memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk memenuhi kepentingannya.
Selain itu, ada pula strategi mengelola konflik yang dilakukan dengan sistem pemaksaan atau
forcing. Forcing dinilai efektif jika keputusan yang diambil oleh pihak yang memaksa adalah
keputusan yang benar. Sebaliknya, jika keputusan yang diambil oleh pihak yang melakukan
pemaksaan tidak benar, maka akan menimbulkan permusuhan di dalam organisasi.

Mensinergikan Kekuasaan, Politik, dan Konflik di Dalam Organisasi

Kekuasaan memungkinkan seseorang memaksakan kehendaknya untuk mencapai tujuan yang ia


inginkan. Perbedaan tujuan berbagai pihak yang terhimpun di dalam organisasi akan mendorong
pihak-pihak tersebut melakukan politik organisasi. Politik organisasi inilah yang selanjutnya
menimbulkan benturan-benturan atau konflik di dalam organisasi. Namun, konflik tidak selalu
membawa dampak buruk bagi organisasi, tetapi juga dapat membawa dampak positif jika dikelola
dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai