PSIKOLOGI PARIWISATA
Dosen Pengampu
Anisa Putri Kusumaningrum S.St.Par.,MM
Disusun oleh :
233404416044
Universitas Nasional
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segalalimpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “MOTIVASI DAN WISATAWAN” ini saya susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah. Tentunya tak lupa saya sampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Saya sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang ada relevansinya dengan
penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun
akan saya perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan
manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pemakainya.
31 Oktober 2023
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB V PENUTUP.................................................................................................................13
3
BAB I
TEORI MOTIVASI KERJA
4
Lebih efektif bekerja dalam suasana bersahabat
2. Motif berkuasa (power motive) atau n-Pow
Ialah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominir orang lain
dalam berhubungan dengan lingkungannya. Ia senang apabila ia dapat bertindak dan
berkuasa atas orang lain, dan orang-orang yang ia kuasai itu mau berbuat seperti apa yang
ia katakan.
Motif ini ditunjukkan melalui :
Aktif dalam organisasi politik
Peka terhadap struktur unterpersonal (atasan-bawahan dll) dari suatu kelompok
Mencoba membantu orang lain tanpa diminta dan atau diinginkan orang yang
bersangkutan
Menunjukkannya melalui tindakan-tindakan, kata-kata, dll.
Teori X menganggap atau memberikan pengandaian bahwa individu atau manusia dalam
organisasi tidak menyukai pekerjaan, mereka malas. Mereka bekerja dengan “terpaksa”
karena adanya tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi dan tidak bisa diabaikan. Mereka
bekerja dalam budaya atau adat atau kebiasaan yang sangat kaku, mengandalkan rutinitas
semata. Agar tujuan organisasi tercapai sesuai dengan harapan, mereka harus diiming-
imingi, dipaksa bahkan diancam dengan hukuman. Perlu adanya pengawasan agar
pegawai bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas.
Dari teori X tersebut yang menggagap bahwa orang itu tidak suka bekerja, malas dan
sedapat mungkin menghindarinya, orang itu tidak jujur, tidak mau bertanggung jawab,
dan lebih suka “cari selamat”, orang itu tidak kreatif, ambisinya rendah, tidak
mementingkan pekerjaan tetapi lebih penting apa yang dia peroleh, maka pemimpin perlu
menerapkan teknik motivasi melalui pemaksaan dengan adanya aturan/sanksi, adanya
pengawasan secara ketat, mengarahkan perilaku pekerja dengan insentif dan ancaman
atau hukuman, tugas dibuat dalam operasioperasi yang sederhana dan mudah dipelajari.
Sedangkan teori Y memberikan pemahaman bahwa manusia sebagai bagian dari anggota
organisasi bersedia memberikan yang terbaik untuk organisasi, bersedia atau sanggup
mengorbankan dirinya, waktunya, tenaganya, keahlian dan keterampilannya demi tujuan
organisasi.
Berangkat dari teori Y yang menganggap bahwa orang itu rajin dan suka bekerja keras,
orang itu jujur dan bertanggung jawab, orang itu kreatif, inovatif dan memiliki ambisi
yang tinggi untuk berprestasi, maka pimpinan dapat menggunakan teknik motivasi
dengan memberikan reward, otonomi, tanggungjawab, keterlibatan, pemberdayaan, dan
berikan mereka kesempatan untuk berkembang dan bertumbuh.
Dari teori X dan Y tersebut kita bisa melihat bagaimana pegawai menunjukan kepuasan
dan ketidakpuasannya;
1. Datang tepat waktu, karena mereka sangat menghargai pekerjaannya dan
bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan kepadanya.
6
2. Menunjukkan raut wajah senang, selalu tersenyum karena mereka suka berada
dalam organisasi, organisasi adalah rumah keduanya sehingga mereka merasa
nyaman, dan tenang dalam bekerja.
3. Tidak pernah mengeluh dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan karena
mereka menyadari akan tanggung jawab, mereka dapat menerima pekerjaan
yang baru sebagai suatu tantangan yang menarik.
4. Mempunyai energi yang penuh dalam melaksanakan setiap pekerjaan.
5. Dapat berinteraksi dengan sesama pegawai lain dan atasannya. Mereka
menganggap bahwa hubungan harmonis penting dalam melaksanakan pekerjaan.
Teori dua faktor atau model dua faktor adalah teori tentang motivasi yang dicetuskan
oleh Frederick Herzberg. Dalam teori ini, ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya
motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu, yaitu faktor motivasional dan faktor
pemeliharaan. Faktor motivasional berkaitan dengan hal-hal individual yang
mendorong kebutuhan untuk berprestasi. Sedangkan faktor pemeliharaan berkaitan
dengan lingkungan yang turut menentukan perilaku seseorang dalam menjalani
kehidupannya. Herzberg menetapkan bahwa faktor motivasional meliputi pekerjaan,
keberhasilan yang dicapai, kesempatan untuk berkembang, kemajuan dalam karier dan
pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor pemeliharaan meliputi status seseorang,
hubungan individu dengan atasan dan rekan-rekan kerjanya, teknik penyeliaan yang
digunakan oleh para penyelia, kebijakan, sistem administrasi, kondisi kerja dan
sistem imbalan yang berlaku di dalam organisasi.
7
mantan Kaisar Hirohito, dan bisnis Amerika mencoba menggunakan pendekatan
"Jepang" untuk meningkatkan posisi kompetitif mereka.
8
BAB II
PRINSIP – PRINSIP DALAM MOTIVASI KERJA KARYAWAN
9
BAB III
WISATAWA
N
Wisatawan adalah setiap pengunjung menurut pengertian di atas, yang tinggal sekurang-
kurangnya 24 jam, tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan, di tempat yang dikunjungi,
dengan maksud berkunjung, antara lain untuk tujuan.
A. Jenis Wisatawan.
Wisatawan terbagi menjadi 6 jenis;
1. Foreign Tourist – wisatawan yang melakukan perjalanan wisata dengan
memasuki kawasan wilayah negara lain. Foreign Tourism memiliki
makna yang sama dengan Wisatawan Asing maupun Wisatawan
Mancanegara.
2. Domestic Foreign Tourist – wisatawan yang melakukan perjalanan wisata ke
suatu destinasi yang masih berada di wilayah suatu negara.Wisatawan
tersebut bukanlah warga negara dimana dia berada tetapi Warga Negara Asing
(WNA) yang karena tugas dan kedudukannya menetap dan tinggal pada suatu
negara.
3. Doemstic Tourist – wisatawan yang melakukan perajalanan wisata ke suatu
destinasi yang masih berada di wilayah administratif negara tempat ia
tinggal. Domestic Tourist di Indonesia lebih akrab disebut sebagai
Wisatawan Lokal atau Wisatawan Nusantara.
4. Indigenous Foreign Tourist – wisatawan suatu negara tertentu yang karena
tugas atau jabatannya berada di luar negeri dan pulang ke negar asalnya untuk
melakukan perjalanan wisata di wilayah negarnya sendiri.
5. Transit Tourist – wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke
suatu negara tertentu yang menumpang kapal udara atau kapal laut ataupun
kereta api yang terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan
atas kemauannya sendiri.
6. Business Tourist – wisatawan yang mengadakan perjalanan untuk tujuan
lain bukan iwsata, tetapi perjalanan wisata itu dilakukan setelah tujuan
utamanya selesai. Jadi perjalanan wisata merupakan perjalanan sekunder
setelah tujuan primernya.
B. Prinsip-prinsip dalam Memotivasi Wisatawan
Berikut adalah beberapa prinsip dalam memotivasi wisatawan:
1. Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata merupakan faktor penting dalam memotivasi wisatawan
untuk berkunjung ke suatu destinasi wisata. Daya tarik wisata dapat berupa
keindahan alam, keunikan budaya, atau atraksi wisata lainnya. Destinasi
wisata yang memiliki daya tarik yang kuat akan lebih menarik minat
wisatawan untuk berkunjung.
10
2. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan merupakan faktor penting dalam memotivasi wisatawan untuk
kembali berkunjung ke suatu destinasi wisata. Pelayanan yang baik dan ramah
akan membuat wisatawan merasa nyaman dan puas selama berkunjung. Selain itu,
kualitas pelayanan yang baik juga dapat meningkatkan citra destinasi wisata di
mata wisatawan.
3. Keamanan dan Kenyamanan
Keamanan dan kenyamanan merupakan faktor penting dalam memotivasi
wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi wisata. Destinasi wisata yang
aman dan nyaman akan membuat wisatawan merasa tenang dan nyaman selama
berkunjung. Hal ini juga dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan terhadap
destinasi wisata tersebut.
4. Promosi
Promosi merupakan faktor penting dalam memotivasi wisatawan untuk
berkunjung ke suatu destinasi wisata. Promosi yang efektif dapat meningkatkan
minat wisatawan untuk berkunjung. Promosi dapat dilakukan melalui media
massa, media sosial, atau melalui kerjasama dengan agen perjalanan.
5. Ketersediaan Fasilitas
Ketersediaan fasilitas yang memadai juga merupakan faktor penting dalam
memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi wisata. Fasilitas yang
memadai, seperti akomodasi, transportasi, dan tempat wisata yang bersih dan
terawat, akan membuat wisatawan merasa nyaman dan puas selama berkunjung.
11
BAB IV
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN WISATAWAN
A. Motivasi Wisata
Crompton (1979) menyebutkan sembilan faktor yang menjadi motivasi seseorang dalam
melakukan kegiatan wisata yaitu: (1) pelarian dari lingkungan yang biasa dirasakan; (2)
eksplorasi dan evaluasi diri; (3) relaksasi; (4) martabat atau status; (5) regresi atau hal
yang memicu kenangan (6) peningkatan hubungan kekerabatan; (7) sebagai fasilitas
interaksi sosial; (8) kebaruan; dan (9) pendidikan.
B. Loyalitas Wisatawan Pada bidang pemasaran
pembelian ulang (repeat purchases) atau kesediaan merekomendasi (recommendations)
calon pembeli biasanya dipakai untuk menunjukkan loyalitas konsumen (wisatawan).
Tinggi rendahnya derajat loyalitas konsumen merupakan satu indikator digunakan
untuk mengukur keberhasilan sebuah strategi pemasaran (Flavian dkk., 2001). Hal yang
sama juga terjadi pada bidang pariwisata, dimana pariwisata dipandang sebagai
sebuah produk, wisatawan yang loyal mungkin akan datang kembali (revisit) atau
merekomendasi teman-teman dan keluarga sebagai calon wisatawan (recommend
travel destinations).
C. Citra Destinasi Pariwisata Milman dan Pizam (1995)
secara kognitif menawarkan tiga komponen yang membentuk citra destinasi, yakni
atraksi, perilaku tuan rumah, dan lingkungan destinasi seperti iklim, fasilitas dan
sebagainya. Sementara (Ritchie, 1993) mengindentifikasikan bahwa secara kognitif,
citra destinasi terdiri atas komponen psikologis wisatawan, keunikan, dan atribut
destinasi secara holistik. Lebih lanjut Beerli dan Martin, 2004 (dalam Chi, 2005)
mengklasifikasikan sembilan atribut yang mempengaruhi citra destinasi yaitu: (1)
atribut alamiah, (2) kesempatan wisatawan untuk bersenang-senang dan rekreasi, (3)
lingkungan alamiah, (4) fasilitas umum , (5) budaya, sejarah, dan seni, (6) lingkungan
sosial, (7) infrastruktur pariwisata, (8) faktor ekonomi dan politik, dan (9) suasana
destinasi.
12
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan makalh diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep Abraham Maslow tentang
motivasi adalah konsep yang disusun berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi.
Pertama, maslow mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi, yaitu keseluruhan
dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi yang termotivasi. Kedua, motivasi dari
tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah. Ketiga, adalah
bahwa orang-orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan. Ketika sebuah
kebutuhan terpenuhi, maka kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan
digantikan oleh kebutuhan lain. Asumsi lainnya adalah bahwa semua orang dimanapun
termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama. Beberapa pengertian motivasi kerja dari pakar
seperti George R. Terry berpendapat “Motivasi kerja adalah suatu keinginan dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk bertindak sesuatu”. Sedangkan Sondan P. Siagian
menyatakan bahwa: “Motivasi kerja merupakan keseluruhan proses pemberian motiv berkerja
para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. Wisatawan adalah setiap pengunjung menurut
pengertian di atas, yang tinggal sekurang- kurangnya 24 jam, tetapi tidak lebih dari 12 (dua
belas) bulan, di tempat yang dikunjungi, dengan maksud berkunjung, antara lain untuk tujuan.
Crompton (1979) menyebutkan sembilan faktor yang menjadi motivasi seseorang dalam
melakukan kegiatan wisata.
13