Anda di halaman 1dari 13

MOTIVASI DAN WISATAWAN

PSIKOLOGI PARIWISATA

Dosen Pengampu
Anisa Putri Kusumaningrum S.St.Par.,MM

Disusun oleh :

CHIKA NAJWA SALSABILLA

233404416044

Program Studi Pariwisata

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Nasional

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segalalimpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul “MOTIVASI DAN WISATAWAN” ini saya susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah. Tentunya tak lupa saya sampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.

Saya sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang ada relevansinya dengan
penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun
akan saya perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan
manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pemakainya.

31 Oktober 2023

Penulis

Chika Najwa Salsabilla

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I TEORI MOTIVASI KERJA..........................................................................4


A. TEORI HIRERARKI KEBUTUHAN DARI ABRAHAM MASLOW................4
B. TEORI TIGA MOTIF SOSIAL DARI DAVID C. MC CLLELAND..................4
C. TEORI X – Y DOUGLAS MCGREGOR.............................................................5
D. TEORI DUA FAKTOR DARI FREDERICK HERZBERG................................7
E. TEORI ‘Z’ DARI WILLIAM OUCHI..................................................................7
F. Motivasi (Teori ERG Clayton P. Alderfer)............................................................8
G. TEORI “EKSPEKTANSI” DARI VICTOR H. VROOM....................................8

BAB II PRINSIP – PRINSIP DALAM MOTIVASI KERJA KARYAWAN............9


A. Meningkatkan Motivasi Kerja...............................................................................9
B. Prinsip-prinsip dalam motivasi kerja karyawan....................................................9

BAB III WISATAWAN............................................................................................10


A. Jenis Wisatawan....................................................................................................10
B. Prinsip – prinsip dalam memotivasi karyawan......................................................10

BAB IV HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN WISATAWAN..............................12


A. Motivasi Wisata.....................................................................................................12
B. Loyalitas Wisatawan Pada bidang pemasaran.....................................................12
C. Citra Destinasi Pariwisata......................................................................................12

BAB V PENUTUP.................................................................................................................13

3
BAB I
TEORI MOTIVASI KERJA

A. TEORI HIERAKI KEBUTUHAN DARI ABRAHAM MASLOW.


Abraham Maslow seorang psikologis klinis memperkenalkan teori kebutuhan berjenjang
yang dikenal sebagai Teori Maslow atau Hierarki Kebuthan Manusia yang
mengemukakan lima kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingannya. Manusia
berusaha memenuhi kebutuhan dari tingkatan yang paling rendah yakni kebutuhan
fisiologis, kemudian akan naik tingkat setelah kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi,
begitu seterusnya hingga sampai pada kebutuhan paling tinggi yakni aktualisasi diri
(Sumarwan, 2011).
a. Kebutuhan Fisiologis (PHYSIOLOGICAL NEEDS) Merupakan kebutuhan dasar
manusia, yaitu kebutuhan tubuh manusia untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan
tersebut meliputi makanan, air, udara, rumah, pakaian dan seks.
b. Kebutuhan Rasa Aman (SAFETY NEEDS) Merupakan kebutuhan tingkat kedua
setelah kebutuhan dasar. Ini merupakan kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia.
Manusia membutuhkan perlindungan dari gangguan kriminalitas, sehingga ia bisa
hidup dengan aman dan nyaman.
c. Kebutuhan Sosial (SOCIAL NEEDS) Merupakan kebutuhan berdasarkan rasa
memiliki dan dimiliki agar dapat diterima oleh orang - orang sekelilingnya atau
lingkungannya. Kebutuhan tersebut berdasarkan kepada perlunya manusia
berhubungan satu dengan yang lainnya.
d. Kebutuhan Ego (EGOISTIC NEEDS) Merupakan kebutuhan untuk mencapai
derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya. Manusia berusaha mencapai prestis,
reputasi dan status yang lebih baik.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (SELF ACTUALIZATION NEEDS) Merupakan
kebutuhan yang berlandaskan akan keinginan dari seorang individu untuk menjadikan
dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan kemampuan yang
dimilikinya. Seorang individu perlu mengekspresikan dirinya dalam suatu aktivitas
untuk membuktikan dirinya bahwa ia mampu melakukan hal tersebut.

B. TEORI TIGA MOTIF SOSIAL DARI DAVID C.MC CLLELAND.


1. Motif beraffiliasi (affiliation motive) atau n-Aff
Yaitu motif yang akan mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berhubungan dengan
orang lain. Bagi dirinya keakraban dalam berhubungan dengan orang lain adalah tujuan
utamanya dimana terdapat suasana yang penuh keakraban, santai, harmonis. Ia mempunyai
perhatian besar terhadap diri orang lain, persoalan orang lain dihayati sebagaimana ia
menghayati dirinya sendiri. Demikian pula toleransinya cukup besar.
Motif ini ditunjukkan melalui :
 Lebih suka bersama dan bergaul dengan orang lain dari pada sendirian
 Lebih mementingkan aspek-aspek interpersonal (hubungan manusia) dari pada aspek-
aspek yang menyangkut tugas-tugas dalam pekerjaannya
 Berusaha mendapat persetujuan orang lain

4
 Lebih efektif bekerja dalam suasana bersahabat
2. Motif berkuasa (power motive) atau n-Pow
Ialah motif yang menyebabkan seseorang ingin menguasai atau mendominir orang lain
dalam berhubungan dengan lingkungannya. Ia senang apabila ia dapat bertindak dan
berkuasa atas orang lain, dan orang-orang yang ia kuasai itu mau berbuat seperti apa yang
ia katakan.
Motif ini ditunjukkan melalui :
 Aktif dalam organisasi politik
 Peka terhadap struktur unterpersonal (atasan-bawahan dll) dari suatu kelompok
 Mencoba membantu orang lain tanpa diminta dan atau diinginkan orang yang
bersangkutan
 Menunjukkannya melalui tindakan-tindakan, kata-kata, dll.

3. Motif berprestasi (achievement motive) atau n-Ach


Adalah motif yang mengarahkan tingkah lakunya dengan titik berat pada tercapainya suatu
prestasi tertentu. Mencapai atau memperoleh ssuatu yang lebih baik adalah suatu kebutuhan
yang sulit dihilangkan, ia akan berusaha terus sampai pada suatu saat ia memperoleh apa
yang diinginkannya itu. Sesuatu yang ada dalam pikiran orang-orang yang memiliki
motivasi berprestasi ini adalah suatu usaha, perjuangan agar ia bisa memperoleh prestasi.
Ciri-cirinya :
• Rick Taker
Menyukai pekerjaan-pekerjaan/tugas-tugas dengan tingkat kesulitan moderat. Kurang
bersemangat pada pekerjaan/kegiatan yang terlalu mudah dan atau terlalu sulit.
• Task Result Oriented
Aktifitas instrumental yang khas dan energik !
Memiliki motivasi/dorongan yang kuat untuk berhasil menyelesaikan tugasnya, tekun, keras
hati, bekerja keras dan memiliki kemantapan hati untuk melakukannya.
Melihat keberhasilan/kegagalan bukan sebagai faktor yang disebabkan pihak luar dirinya,
tetapi dirinyalah sebagai pengendalinya.
Bagi mereka berkarya tidak hanya sesuai target bahkan kalau bisa lebih baik daripada
target. Dia selalu memiliki naluri senang, bahagia dan puas melakukan yang terbaik, tidak
mengenal setengah-setengah.
• Self Confidence
Individual responsibility (tanggung jawab pribadinya) tinggi, demikian juga apabila bekerja
dalam suatu kelompok, tanggung jawab terhadap kelompok juga tinggi, dimana sasaran
kelompok dirasakannya sebagai sasaran pribadinya.
Mereka mempercayai kemampuannya sendiri, kemampuan bekerja sendiri, dapat bersikap
optimis, dinamis, serta memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
• Originiality
Kemampuan untuk menemukan sesuatu yang asli dari pemikirannya sendiri, mampu
menciptakan hal-hal yang baru yang tidak terikat pada pola yang ada. Kreatif dan cakap
dalam berbagai bidang dan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup banyak.
• People Oriented
Mampu mempergunakan orang lain sebagai feed back atau umpan balik bagi
kepentingannya, fleksibel, mampu menerima kritik atau pendapat yang diberikan orang lain
terhadap dirinya.
Memandang penting “Knowledge of Result” (mengetahui hasil) sebagai feed back untuk
5
perencanaan masa depan
• Future Oriented
Mempunyai antisipasi kemungkinan-kemungkinan di masa datang

C. TEORI X – Y DOUGLAS MCGREGOR.


Teori X dan Y dari Douglas Mc Gregor memberikan penjelasan bahwa pada dasarnya
manusia memiliki dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Pada dasarnya kedua sisi itu
ada dalam setiap individu, hanya ada salah satunya yang paling menonjol, apakah teori X
atau teori Y.

Teori X menganggap atau memberikan pengandaian bahwa individu atau manusia dalam
organisasi tidak menyukai pekerjaan, mereka malas. Mereka bekerja dengan “terpaksa”
karena adanya tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi dan tidak bisa diabaikan. Mereka
bekerja dalam budaya atau adat atau kebiasaan yang sangat kaku, mengandalkan rutinitas
semata. Agar tujuan organisasi tercapai sesuai dengan harapan, mereka harus diiming-
imingi, dipaksa bahkan diancam dengan hukuman. Perlu adanya pengawasan agar
pegawai bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas.
Dari teori X tersebut yang menggagap bahwa orang itu tidak suka bekerja, malas dan
sedapat mungkin menghindarinya, orang itu tidak jujur, tidak mau bertanggung jawab,
dan lebih suka “cari selamat”, orang itu tidak kreatif, ambisinya rendah, tidak
mementingkan pekerjaan tetapi lebih penting apa yang dia peroleh, maka pemimpin perlu
menerapkan teknik motivasi melalui pemaksaan dengan adanya aturan/sanksi, adanya
pengawasan secara ketat, mengarahkan perilaku pekerja dengan insentif dan ancaman
atau hukuman, tugas dibuat dalam operasioperasi yang sederhana dan mudah dipelajari.

Sedangkan teori Y memberikan pemahaman bahwa manusia sebagai bagian dari anggota
organisasi bersedia memberikan yang terbaik untuk organisasi, bersedia atau sanggup
mengorbankan dirinya, waktunya, tenaganya, keahlian dan keterampilannya demi tujuan
organisasi.
Berangkat dari teori Y yang menganggap bahwa orang itu rajin dan suka bekerja keras,
orang itu jujur dan bertanggung jawab, orang itu kreatif, inovatif dan memiliki ambisi
yang tinggi untuk berprestasi, maka pimpinan dapat menggunakan teknik motivasi
dengan memberikan reward, otonomi, tanggungjawab, keterlibatan, pemberdayaan, dan
berikan mereka kesempatan untuk berkembang dan bertumbuh.

Dari teori X dan Y tersebut kita bisa melihat bagaimana pegawai menunjukan kepuasan
dan ketidakpuasannya;
1. Datang tepat waktu, karena mereka sangat menghargai pekerjaannya dan
bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan kepadanya.

6
2. Menunjukkan raut wajah senang, selalu tersenyum karena mereka suka berada
dalam organisasi, organisasi adalah rumah keduanya sehingga mereka merasa
nyaman, dan tenang dalam bekerja.
3. Tidak pernah mengeluh dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan karena
mereka menyadari akan tanggung jawab, mereka dapat menerima pekerjaan
yang baru sebagai suatu tantangan yang menarik.
4. Mempunyai energi yang penuh dalam melaksanakan setiap pekerjaan.
5. Dapat berinteraksi dengan sesama pegawai lain dan atasannya. Mereka
menganggap bahwa hubungan harmonis penting dalam melaksanakan pekerjaan.

D. TEORI DUA FAKTOR DARI FREDERICK HERZBERG.

Teori dua faktor atau model dua faktor adalah teori tentang motivasi yang dicetuskan
oleh Frederick Herzberg. Dalam teori ini, ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya
motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu, yaitu faktor motivasional dan faktor
pemeliharaan. Faktor motivasional berkaitan dengan hal-hal individual yang
mendorong kebutuhan untuk berprestasi. Sedangkan faktor pemeliharaan berkaitan
dengan lingkungan yang turut menentukan perilaku seseorang dalam menjalani
kehidupannya. Herzberg menetapkan bahwa faktor motivasional meliputi pekerjaan,
keberhasilan yang dicapai, kesempatan untuk berkembang, kemajuan dalam karier dan
pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor pemeliharaan meliputi status seseorang,
hubungan individu dengan atasan dan rekan-rekan kerjanya, teknik penyeliaan yang
digunakan oleh para penyelia, kebijakan, sistem administrasi, kondisi kerja dan
sistem imbalan yang berlaku di dalam organisasi.

E. TEORI ‘Z’ DARI WILLIAM OUCHI.


Teori Z dari Ouchi adalah apa yang disebut gaya "Manajemen Jepang" Dr, Willilam
Ouchi yang di populerkan selama ledakan ekonomi pada tahun 1980-an.
Bagi Ouchi, 'Teori Z' berfokus pada peningkatan loyalitas karyawan terhadap perusahaan
dengan menyediakan pekerjaan seumur hidup dengan fokus yang kuat pada kesejahteraan
karyawan, baik di dalam maupun di luar pekerjaan. Menurut Ouchi , manajemen Teori Z
cenderung mendorong pekerjaan yang stabil, produktivitas tinggi, serta semangat dan
kepuasan karyawan yang tinggi.
"Manajemen Jepang" dan Teori Z sendiri didasarkan pada " 14 poin " yang terkenal dari
Dr. W. Edwards Deming. Deming, seorang sarjana Amerika yang teori manajemen dan
motivasinya lebih populer di luar Amerika, membantu meletakkan dasar pengembangan
organisasi Jepang selama ekspansi mereka dalam perekonomian dunia pada tahun
1980an. Teori Deming dirangkum dalam dua bukunya, Out of the Crisis dan The New
Economics , di mana ia menguraikan “Sistem Pengetahuan Mendalam”. Dia sering
menjadi penasihat bagi para pemimpin bisnis dan pemerintahan Jepang, dan akhirnya
menjadi penasihat yang dihormati. Deming dianugerahi Orde kedua Harta karun suci oleh

7
mantan Kaisar Hirohito, dan bisnis Amerika mencoba menggunakan pendekatan
"Jepang" untuk meningkatkan posisi kompetitif mereka.

F. Motivasi (Teori ERG Clayton P. Alderfer).


Teori ini adalah penyempurnaan dari teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow.
Menurut Alderfer dalam Robbins (2001:171), mengemukakan ada tiga hirarki dalam
kebutuhan inti yaitu eksistensi (existence), kekerabatan atau berhubungan (relatedness),
dan pertumbuhan (growth). Adapun ketiga hirarki dalam kebutuhan inti tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Kebutuhan Eksistensi merupakan pemberian persyaratan eksistensi materiil dasar,
mencakup butir-butir yang oleh Maslow dianggap sebagai kebutuhan keamanan
serta keselamatan dan kebutuhan fisiologis seperti gaji, kondisi kerja, peralatan kerja
atau kebutuhan mendasar manusia untuk bertahan hidup dan sebagainya.
2. Kebutuhan Berhubungan merupakan hasrat yang kita miliki untuk
memelihara hubungan antar pribadi yang bermanfaat.
3. Kebutuhan Pertumbuhan adalah suatu hasrat instrinsik untuk perkembangan
pribadi, mencakup komponen instriksi dari kategori penghargaan Maslow dan
karakteristik-karakteristik yang tercakup pada aktualisasi diri.

G. TEORI “EKSPEKTANSI” DARI VICTOR H. VROOM.


Teori pengharapan merupakan salah satu dari teori motivasi, definisi dari teori
pengharapan adalah kekuatan dari kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu
bergantung pada kekuatan pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh output
tertentu dan tergantung pada daya tarik output tersebut bagi individu itu (Robbins dan
Judge, 2017) Salah satu tokoh yang mengemukakan tentang teori ini adalah ahli psikologi
Victor H Vroom.
Ia menyatakan bahwa setiap orang akan termotivasi melakukan hal – hal untuk mencapai
sasaran yang dianggapnya berharga dan ia melihat bahwa apa yang dilakukannya akan
membantu tercapainya sasaran tersebut. Teori Vroom ini secara detail menyatakan bahwa
motivasi orang untuk melakukan sesuatu itu ditentukan oleh nilai yang diberikannya pada
hasil usahanya (baik negatif maupun positif) dikalikan dengan kepercayaannya bahwa
usahanya akan sangat membantu tercapainya sasaran itu.

8
BAB II
PRINSIP – PRINSIP DALAM MOTIVASI KERJA KARYAWAN

A. Meningkatkan Motivasi Kerja.


Beberapa pengertian motivasi kerja dari pakar seperti George R. Terry berpendapat
“Motivasi kerja adalah suatu keinginan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
bertindak sesuatu”. Sedangkan Sondan P. Siagian menyatakan bahwa: “Motivasi kerja
merupakan keseluruhan proses pemberian motiv berkerja para bawahan sedemikian rupa
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan
efisien dan ekonomis.

B. Prinsip-prinsip dalam motivasi kerja karyawan.

 Prinsip partisipatif, karyawan perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi


dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
 Prinsip komunikasi, pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan usaha pencapaian tugas. Dengan informasi yang jelas,
karyawan akan lebih mudah dimotivasi.
 Prinsip mengakui bawahan, pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai)
mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan
tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
 Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin akan memberikan otoritas atau
wewenang kepada karyawan bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil
keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat yang
bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan
oleh pemimpin.
 Prinsip memberi perhatian, pemimpin memberikan perhatian terhadap apa
yang diinginkan pegawai bawahannya, sehingga bawahan akan
termotivasi bekerja sesuai dengan harapan pemimpin.

9
BAB III
WISATAWA
N

Wisatawan adalah setiap pengunjung menurut pengertian di atas, yang tinggal sekurang-
kurangnya 24 jam, tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan, di tempat yang dikunjungi,
dengan maksud berkunjung, antara lain untuk tujuan.

A. Jenis Wisatawan.
Wisatawan terbagi menjadi 6 jenis;
1. Foreign Tourist – wisatawan yang melakukan perjalanan wisata dengan
memasuki kawasan wilayah negara lain. Foreign Tourism memiliki
makna yang sama dengan Wisatawan Asing maupun Wisatawan
Mancanegara.
2. Domestic Foreign Tourist – wisatawan yang melakukan perjalanan wisata ke
suatu destinasi yang masih berada di wilayah suatu negara.Wisatawan
tersebut bukanlah warga negara dimana dia berada tetapi Warga Negara Asing
(WNA) yang karena tugas dan kedudukannya menetap dan tinggal pada suatu
negara.
3. Doemstic Tourist – wisatawan yang melakukan perajalanan wisata ke suatu
destinasi yang masih berada di wilayah administratif negara tempat ia
tinggal. Domestic Tourist di Indonesia lebih akrab disebut sebagai
Wisatawan Lokal atau Wisatawan Nusantara.
4. Indigenous Foreign Tourist – wisatawan suatu negara tertentu yang karena
tugas atau jabatannya berada di luar negeri dan pulang ke negar asalnya untuk
melakukan perjalanan wisata di wilayah negarnya sendiri.
5. Transit Tourist – wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke
suatu negara tertentu yang menumpang kapal udara atau kapal laut ataupun
kereta api yang terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan
atas kemauannya sendiri.
6. Business Tourist – wisatawan yang mengadakan perjalanan untuk tujuan
lain bukan iwsata, tetapi perjalanan wisata itu dilakukan setelah tujuan
utamanya selesai. Jadi perjalanan wisata merupakan perjalanan sekunder
setelah tujuan primernya.
B. Prinsip-prinsip dalam Memotivasi Wisatawan
Berikut adalah beberapa prinsip dalam memotivasi wisatawan:
1. Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata merupakan faktor penting dalam memotivasi wisatawan
untuk berkunjung ke suatu destinasi wisata. Daya tarik wisata dapat berupa
keindahan alam, keunikan budaya, atau atraksi wisata lainnya. Destinasi
wisata yang memiliki daya tarik yang kuat akan lebih menarik minat
wisatawan untuk berkunjung.
10
2. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan merupakan faktor penting dalam memotivasi wisatawan untuk
kembali berkunjung ke suatu destinasi wisata. Pelayanan yang baik dan ramah
akan membuat wisatawan merasa nyaman dan puas selama berkunjung. Selain itu,
kualitas pelayanan yang baik juga dapat meningkatkan citra destinasi wisata di
mata wisatawan.
3. Keamanan dan Kenyamanan
Keamanan dan kenyamanan merupakan faktor penting dalam memotivasi
wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi wisata. Destinasi wisata yang
aman dan nyaman akan membuat wisatawan merasa tenang dan nyaman selama
berkunjung. Hal ini juga dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan terhadap
destinasi wisata tersebut.
4. Promosi
Promosi merupakan faktor penting dalam memotivasi wisatawan untuk
berkunjung ke suatu destinasi wisata. Promosi yang efektif dapat meningkatkan
minat wisatawan untuk berkunjung. Promosi dapat dilakukan melalui media
massa, media sosial, atau melalui kerjasama dengan agen perjalanan.
5. Ketersediaan Fasilitas
Ketersediaan fasilitas yang memadai juga merupakan faktor penting dalam
memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke suatu destinasi wisata. Fasilitas yang
memadai, seperti akomodasi, transportasi, dan tempat wisata yang bersih dan
terawat, akan membuat wisatawan merasa nyaman dan puas selama berkunjung.

11
BAB IV
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN WISATAWAN

A. Motivasi Wisata
Crompton (1979) menyebutkan sembilan faktor yang menjadi motivasi seseorang dalam
melakukan kegiatan wisata yaitu: (1) pelarian dari lingkungan yang biasa dirasakan; (2)
eksplorasi dan evaluasi diri; (3) relaksasi; (4) martabat atau status; (5) regresi atau hal
yang memicu kenangan (6) peningkatan hubungan kekerabatan; (7) sebagai fasilitas
interaksi sosial; (8) kebaruan; dan (9) pendidikan.
B. Loyalitas Wisatawan Pada bidang pemasaran
pembelian ulang (repeat purchases) atau kesediaan merekomendasi (recommendations)
calon pembeli biasanya dipakai untuk menunjukkan loyalitas konsumen (wisatawan).
Tinggi rendahnya derajat loyalitas konsumen merupakan satu indikator digunakan
untuk mengukur keberhasilan sebuah strategi pemasaran (Flavian dkk., 2001). Hal yang
sama juga terjadi pada bidang pariwisata, dimana pariwisata dipandang sebagai
sebuah produk, wisatawan yang loyal mungkin akan datang kembali (revisit) atau
merekomendasi teman-teman dan keluarga sebagai calon wisatawan (recommend
travel destinations).
C. Citra Destinasi Pariwisata Milman dan Pizam (1995)
secara kognitif menawarkan tiga komponen yang membentuk citra destinasi, yakni
atraksi, perilaku tuan rumah, dan lingkungan destinasi seperti iklim, fasilitas dan
sebagainya. Sementara (Ritchie, 1993) mengindentifikasikan bahwa secara kognitif,
citra destinasi terdiri atas komponen psikologis wisatawan, keunikan, dan atribut
destinasi secara holistik. Lebih lanjut Beerli dan Martin, 2004 (dalam Chi, 2005)
mengklasifikasikan sembilan atribut yang mempengaruhi citra destinasi yaitu: (1)
atribut alamiah, (2) kesempatan wisatawan untuk bersenang-senang dan rekreasi, (3)
lingkungan alamiah, (4) fasilitas umum , (5) budaya, sejarah, dan seni, (6) lingkungan
sosial, (7) infrastruktur pariwisata, (8) faktor ekonomi dan politik, dan (9) suasana
destinasi.

12
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan makalh diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep Abraham Maslow tentang
motivasi adalah konsep yang disusun berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi.
Pertama, maslow mengadopsi sebuah pendekatan menyeluruh pada motivasi, yaitu keseluruhan
dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi yang termotivasi. Kedua, motivasi dari
tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah. Ketiga, adalah
bahwa orang-orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan. Ketika sebuah
kebutuhan terpenuhi, maka kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan
digantikan oleh kebutuhan lain. Asumsi lainnya adalah bahwa semua orang dimanapun
termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama. Beberapa pengertian motivasi kerja dari pakar
seperti George R. Terry berpendapat “Motivasi kerja adalah suatu keinginan dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk bertindak sesuatu”. Sedangkan Sondan P. Siagian
menyatakan bahwa: “Motivasi kerja merupakan keseluruhan proses pemberian motiv berkerja
para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis. Wisatawan adalah setiap pengunjung menurut
pengertian di atas, yang tinggal sekurang- kurangnya 24 jam, tetapi tidak lebih dari 12 (dua
belas) bulan, di tempat yang dikunjungi, dengan maksud berkunjung, antara lain untuk tujuan.
Crompton (1979) menyebutkan sembilan faktor yang menjadi motivasi seseorang dalam
melakukan kegiatan wisata.

13

Anda mungkin juga menyukai