Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

“Konsep Pengembagan Sumber Daya Manusia”

Dosen Pengampu:

Dr. Iriani Ismail Dra., MM.

Disusun oleh:

Mohammad Iqbal Ghufron Farid 200211100215

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Trunojoyo Madura
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Definisi Konsep Sumber Daya Manusia...........................................................................6
2.2 Konsep Gaya Dan Model Kepemimpinan........................................................................7
2.2.1 Konsep Gaya kepemimpinan.....................................................................................7
2.2.2 Dialektika Gaya Kepemimpinan................................................................................9
2.2.3 Model kepemimpinan..............................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
3.1 Kesumpulan....................................................................................................................11
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmatnya
sehingga makalah dengan judul “KONSEP PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA”
ini yang dapat terselesaikan dengan baik.
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Pengembangan Sumber
Daya Manusia yang dibimbing oleh, dosen, Ibu Dr. Iriani Ismail Dra., di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis pada jurusan Manejemen Universitas Trunojoyo Madura (UTM).
Ucapan terimakasih kami sampaikan khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Sumber Daya Manusia yaitu Ibu Dr. Iriani Ismail Dra., yang telah memberikan
tugas ini sehingga kami dapat mengetahui ilmu yang sebelumnya belum pernah kami pelajari,
yaitu tentang pengaruh soft skill dan hard skill terhadap motivasi kerja.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih pula pada pihak pihak penyedia media sosial yang
telah memberikan ilmu gratis tanpa pamrih sehingga dapat membantu kami menyelesaikan
makalah ini.
Saya selaku penyusun dari makalah yang berjudul Pengaruh soft skill dan hard skill
terhadap motivasi kerja ini dapat berguna bagi pembaca agar bisa menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan pembaca melalui makalah ini.
Saya selaku penulis sangat berharap agar makalah yang sudah tersusun ini dapat memberi
motivasi dan dipraktikkan oleh pembaca sekalian. Saya harap pembaca memberikan kritik dan
saran pada makalah yang telah kami susun ini agar makalah ini lebih terbangun sempurna.
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan yang
ditekuni seseorang tidak serta merta merupakan career. Kata pekerjaan (employment, work, job)
lebih mengacu pada setiap proses atau kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Sedangkan career lebih mengarah pada suatu jabatan atau pekerjaan yang ditekuni seseorang
yang telah diyakini sebagai panggilan hidup. Oleh sebab itu pemilihan career lebih memerlukan
persiapan dan perencanaan yang matang daripada sekedar mendapat pekerjaan yang sifatnya
sementara waktu.
Bekerja merupakan tuntutan setiap manusia yang mulai beranjak dewasa. Pada era yang
semakin modern saat ini, bekerja menjadi kunci utama untuk meningkatkan kehidupan yang
lebih baik. Tidak bisa dipungkiri jika mencari pekerjaan dengan penghasilan lebih dari cukup
menjadi hal yang langka. Untuk mendapatkan itu semua harus melalui proses seleksi yang
panjang dan persaingan yang sangat ketat. Adakalanya pekerjaan yang didapat tidak sesuai
dengan pendidikan yang ditempuh. Ketika polemik sepertj ini terjadi maka yang diperlukan
adalah kemampuan yang lebih dari seseorang individu untuk mampu beradaptasi dan memiliki
produktivitas yang tinggi. Produktivitas dapat mencerminkan efektivitas dan efisiensi yang akan
dilakukan oleh perusahaan.
Prodiktivitas kerja berhubungan erat dengan soft skill dan hard skill. Pengembangan soft skill
dan hard skill sangat berpengaruh dalam mktivasi kerja. Soft skill yang merupakan keterampilan
dan kecakapan hidup, baik untuk mengelola diri sendiri maupun kecakapan dengan orang lain
sedangkan hard skill merupakan kemampuan penguasaan pada aspek teknis dan pengetahuan
yang harus dimiliki sesuai dengan kepakaran ilmunya.
Seseorang yang mempunyai soft skill yang baik maka orang tersebut akan memiliki
kepribadian yang kuat pula dalam menghadapi tantangan profesional dan tantangan hidup
lainnya. Hal ini didukung oleh penelitian Klaus (2010) yang menemukan bahwa 75%
kesuksesan karir jangka panjang ditentukan oleh soft skill, sisanya oleh pengetahuan teknis.
menempatkan keterampilan sosial di tempat yang penting untuk kesuksesan pekerjaan (Wilhelm,
2004).Para profesional HR saat ini mulai meninggalkan pendekatan gaya hard skill, mereka
memiliki prinsip bahwa memiliki hard skill yang baik tidak ada gunanya, tetapi aspek soft skill
seperti kerja tim, komunikasi dan komunikasi, hubungan interpersonal buruk. Hal ini
membuktikan selain hard skill ada juga faktor yang menentukan karir seseorang di dunia kerja
yaitu soft skill (Putri, et al, 2019).
Kesiapan kerja juga perlu memperhatikan motivasi kerja. Pujianto dan Sandy (2017)
mengatakan “Motivasi akan menentukan semangat seseorang untuk memasuki dunia kerja”.
Menurut Fattah (2009) mengemukakan bahwa proses motivasi sebagian besar diarahkan untuk
memenuhi dan mencapai kebutuhan. Sedangkan menurut Uno (2013) Motivasi muncul karena
adanya keinginan untuk melakukan kegiatan, adanya dorongan dan kebutuhan untuk melakukan
kegiatan, harapan dan cita-cita, adanya lingkungan yang baik, adanya kegiatan yang menarik,
dan juga penghargaan terhadap diri sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana yang di maksud dengan konsep pengembangan sumber daya manusia?
2. Apa saja konsep gaya dan model kepemimpinan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari konsep pengembangan sumber daya manusia.
2. Untuk mengetahui apa saja konsep yang ada dalam gaya dan model kepemimpinan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Konsep Sumber Daya Manusia


Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada
kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Istilah konsep berasal dari bahasa
latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti; pengertian, gambaran mental
dari objek, proses, pendapat (paham), rancangan (cita-cita) yang telah dipikirkan. Agar segala
kegiatan berjalan dengan sistematis dan lancar, dibutuhkan suatu perencanaan yang mudah
dipahami dan dimengerti. Perencanaan yang matang menambah kualitas dari kegiatan tersebut.
Di dalam perencanaan kegiatan yang matang tersebut terdapat suatu gagasan atau ide yang akan
dilaksanakan atau dilakukan oleh kelompok maupun individu tertentu, perencanaan tadi bisa
berbentuk ke dalam sebuah peta konsep.
Menururt Woodruff ( Amin, 1987 ) telah mengidentifikasi 3 macam konsep yaitu:
1. konsep proses: tentang kejadian atau perilaku dan konsekuensikonsekuensi yang
dihasilkan bila terjadi, 
2. konsep struktur: tentang objek, hubungan atau struktur dari beberapa macam, dan
3. konsep kualitas: sifat suatu objek atau proses dan tidak mempunyai eksistensi yang
berdiri sendiri.
Menurut Soedjadi, mengartikan konsep ke dalam bentuk atau suatu yang abstrak untuk
melakukan penggolongan yang nantinya akan dinyatakan kedalam suatu istilah tertentu.
Menurut Bahri, konsep adalah suatu perwakilan dari banyak objek yang memiliki ciri-ciri sama
serta memiliki gambaran yang abstrak.
Menurut Singarimbun dan Efendi, konsep adalah suatu generalisasi dari beberapa
kelompok yang memiliki fenomena tertentu sehingga dapat digunakan untuk penggambaran
fenomena lain dalam hal yang sama.
Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan
ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin,
1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut: 
suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna,suatu pengertian tentang suatu objek, 
produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau
benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).

2.2 Konsep Gaya Dan Model Kepemimpinan

2.2.1 Konsep Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi
bawahan (followers) agar mau melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang
dihaapkan agar tercapai tujuan yang telah dltentukan sebelumnya.
Ada beberapa jenis gaya kepemimpinan yang di tawarkan oleh para pakar leardership, mulai dari
yang klasik sampai kepada yang modern yaitu gaya kepemimpinan situasional model Hersey dan
Blancard.
1. Gaya kepemimpinan kontinum
Gaya ini pertama sekali dikembangkan oleh Robert Tannenbaum dan warren Schmidt. Menurut
kedua ahli ini ada dua bidang pengaruh yang ekstrim, yaitu:
a. Bidang pengaruh pimpinan
b. Bidang pengaruh kebebasan bawahan. Pada bidang pertama pemimpin lebih
menggunakan otoritasnya, sedangkan pada bidang ke dua lebih menekankan gaya
demokratis.
2. Gaya managerial brid
Robert R Blake dan Jane S mouton mengidentifikasikan gaya kepemimpinan yang diterapkan di
dalam manajemen yang disebut dengan gaya managerial grid. Sesungguhnya, gaya managerial
grid lebih menekankan kepada pendekatan dua aspek yaitu aspek produksi di satu pihak, dan
orang-orang di pihak lain. Blake dan Mouton menghendaki bagaimana perhatian pemimpin
terhadap produksi dan bawahannya (followers).
Dalam managerial grid, ada empat gaya yang ekstrim dan ada satu gaya yang berada di tengah-
tengah gaya ekstrim tersebut, ada manajer yang sedikit sekali memikirkan produksi yang harus
dicapai. sedangkan juga sedikit perhatian terhadap orang-orang (followers) di dalam
organisasinya. Dalam grid ini manajer hanya berfungsi sebagai perantara menyampaikan
informasi dariatasan kepada bawahannya.
Ada juga manajer yang mempunyai perhatian yang tinggi terhadap produksi yang akan dicapai
juga terhadap orang-orang yang bekerja dengannya. Manajer seperti ini dapat dikatakan sebagai
“manajer tim” yang riel (The real team manajer) karena ia mampu menyatukan antara
kebutuhan-kebutuhan produksi dan kebutuhan orang-orang secara individu.
3. Dimensi gaya model reddin
William J Reddin, seorang Professor dan konsultan dari Kanada mengetengahkan tiga dimensi
gaya kepemimpinan dengan efektivitas dalam modalnya. Selain itu dia juga menekankan pada
dua hal yang mendasar yaitu hubungan pemimpin dengan tugas dan hubungan kerja. Gaya
kepemimpinan dari Reddin ini tidak terpengaruh kepada lingkungan sakitarnya.
a. Eksekutif. Gaya ini mempunyai perhatian yang banyak terhadap tugas-tugas pekerjaan
dan hubungan kerja. Manajer seperti ini berfungsi sebagai motivator yang baik dan mau
menetapkan produktivitas yang tinggi.
b. Pencinta Pengembangan. Pada gaya ini lebih mempunyai perhatian yang penuh terhadap
hubungan kerja, sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas pekerjaan adalah minim.
c. Otokratis yang baik. Gaya kepemimpinan ini menekankan perhatian yang maksimum
terhadap pekerjaan (tugas-tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja yang minimum
sekali, tetapi tetap berusaha agar menjaga perasaan bawahannya.
d. Pencinta Kompromi. G a y a K o m p r o m i i n i menitikberatkan perhatian kepada tugas
dan hubungan kerja berdasarkan situasi yang kompromi.
e. Missionari. Manajer seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan, dalam arti
memberikan perhatian yang besar dan maksimum pada orang-orang dan hubungan kerja
tetapi sedikit perhatian terhadap tugas dan perilaku yang tidak sesuai.
f. Otokrat. Pemimpin tipe seperti ini memberikan perhatian yang banyak terhadap tugas dan
sedikit perhatian terhadap hubungan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai.
g. Lari dari tugas (Deserter). Manajer yang memiliki gaya kepemipinan seperti ini sama
sekali tidak memberikan perhatian, baik kepada tugas maupun hubungan kerja.
2.2.2 Dialektika Gaya Kepemimpinan

3. Gaya Kepemimpinan Demokratis


a. Kepemimpinan demokratis
menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap
kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis diwujudkan dengan dominasi perilaku
sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku yang cenderung memajukan dan
mengembangkan organisasi/ kelompok. Di samping itu diwujudkan juga melalui perilaku
kepemimpinan sebagai pelaksana (eksekutif).
Dengan didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan tersebut, berarti gaya ini diwarnai
dengan usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi (human relationship)
yang efektif, berdasarkan prinsip saling menghormati dan menghargai antara yang satu dengan
yang lain. Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai
subjek, yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan,
kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, minat/perhatian, kreativitas, inisiatif, dan lain-
lain yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain selalu dihargai dan disalurkan secara
wajar.
b. Gaya Kepemimpinan Otorier
Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua dikenal manusia.
Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau
sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seorang yang paling berkuasa.
Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-orang yang dipimpin yang jumlahnya
lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan atau anak buah.
Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak
pimpinan. Pemimpin memandang dirinya lebih, dalam segala hal dibandingkan dengan
bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu
berbuat sesuatu tanpa perintah.
Perintah pemimpin sebagai atasan tidak boleh dibantah, karena dipandang sebagai satu-
satunya yang paling benar. Pemimpin sebagai penguasa merupakan penentu nasib bawahannya.
Oleh karena itu tidak ada pilihan lain, selain harus tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang
pemimpin. Kekuasaan pimpinan digunakan untuk menekan bawahan, dengan mempergunakan
sanksi atau hukuman sebagai alat utama.

2.2.3 Model kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan seni untuk mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok


secara sengaja untuk pencapaian tujuan organisasi (Stoogdill, 1974; Buford & Bedian,1988;
Yukl, 1989; Stoner, Freemen & Gilbert, 1995; Michail & Larson, 1987; Ray, 1999). Dilihat dari
sisi ini bahwa unsur utama dari kepemimpinan yaitu adanya hubungan mempengaruhi antara
pemimpin dengan yang dipimpin; atasan dengan bawahan untuk melaksanakan tugas-tugas
organisasi.
Muara akhir dari tugas kepemimpinan adalah mengotimalkan semua potensi organisasi
agar tercipta kinerja organisasi yang sehat sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efesien.
Secara lebih sederhana dibedakan antara kepemimpinan dan manajemen, yaitu pemimpin
mengerjakan suatu yang benar (people who do think right), sedangkan manajer mengerjakan
suatu dengan benar (people do right think) (Bennis & Nanus, 1985).
Kepemimpinan efektif, berdasarkan beberapa penelitian, yaitu pemimpin harus menyesuaikan
dengan tugas kelompok, orang-orang dalam tugas kelompok dan situasi organisasi. Dengan kata
lain, bahwa kepemimpinan akan menjadi efektif apabila disesuaikan dengan situasi dan kondisi
yang tepat (Newel, 1987: Hoy & Miskel, 1978).
Stooner, Freemen, dan Gilbert (1995) memberikan batasan empat komponen
kepemimpinan, yaitu pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain; kedua, kepemimpinan
mendistribusikan kekuasaan; ketiga, kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan berbagai
bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain atau pengikut; keempat, kepemimpinan
adalah mengenai nilai, karena mencakup semua sistim yang dapat menciptakan prilaku yang
dipimpin
Benis dan Nanus (1985) mengungkapkan bahwa kepemimpinan yang efektif mempunyai
beberapa kompetensi, yaitu;
a. manajemen makna, pemimpin mampu memahami tujuan lembaga dan dapat mengelola
simbol-simbol organisasi untuk tujuan,
b. perhatian, kemampuan pemimpin untuk mengajak para staf mengarahkan perhatian, tenaga
serta bakatnya untuk mencapai tujuan lembaga,
c. manajemen kepercayaan, pemimpin berupaya menumbuhkan kepercayaan orang lain, para
staf, dan menerapkan gaya kepemimpinan kondisional,
d. manajemen diri sendiri, pemimpin memahami dan mengenal dirinya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesumpulan
Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada
kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Istilah konsep berasal dari bahasa
latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami.
Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi bawahan (followers) agar mau melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai
dengan yang dihaapkan agar tercapai tujuan yang telah dltentukan sebelumnya.
Dalam managerial grid, ada empat gaya yang ekstrim dan ada satu gaya yang berada di
tengah-tengah gaya ekstrim tersebut, ada manajer yang sedikit sekali memikirkan produksi yang
harus dicapai. sedangkan juga sedikit perhatian terhadap orang-orang (followers) di dalam
organisasinya. Dalam grid ini manajer hanya berfungsi sebagai perantara menyampaikan
informasi dariatasan kepada bawahannya.
Ada juga manajer yang mempunyai perhatian yang tinggi terhadap produksi yang akan
dicapai juga terhadap orang-orang yang bekerja dengannya. Manajer seperti ini dapat dikatakan
sebagai “manajer tim” yang riel (The real team manajer) karena ia mampu menyatukan antara
kebutuhan-kebutuhan produksi dan kebutuhan orang-orang secara individu.
Kepemimpinan merupakan seni untuk mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok
secara sengaja untuk pencapaian tujuan organisasi (Stoogdill, 1974; Buford & Bedian,1988;
Yukl, 1989; Stoner, Freemen & Gilbert, 1995; Michail & Larson, 1987; Ray, 1999). Dilihat dari
sisi ini bahwa unsur utama dari kepemimpinan yaitu adanya hubungan mempengaruhi antara
pemimpin dengan yang dipimpin; atasan dengan bawahan untuk melaksanakan tugas-tugas
organisasi

Anda mungkin juga menyukai