Disusun Oleh :
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmah dan hidayah-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam tak lupa pulak kita
haturkan kepada junjungan alam yakni Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa
kita ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya saya ucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu saya yaitu bapak Syafrijon Aripah S.sos, M.si yang telah
membimbing saya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah asas-asas
manajemen.
Dalam kesempatan yang baik ini, saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah mendukung serta membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu diharapkan
saran dan kritik dari pembaca.
Adapun dalam penulisan makalah ini materi yang akan dibahas tentang “Motivasi Kerja
Karyawan”. Motivasi kerja sangat dibutuhkan dalam jiwa seorang karyawan. Jika bekerja
tidak dilandasi motivasi pekerjaan tersebut tidak akan selesai dan tidak akan mencapai hasil
terbaik.
Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun
adanya ketidaksesuaian materi yang saya buat pada makalah ini, saya mohon maaf. Saya
menerima kritik dan saran dari para pembaca agar saya bisa membuat makalah yang lebih
baik kedepannya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
Rumusan masalah................................................................................................................1
Kesimpulan .........................................................................................................................19
Saran....................................................................................................................................19
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kebutuhan ini dipisahkan menjadi kebutuhan tingkat bawah yaitu kebutuhan yang
terpenuhi secara eksternal (kebutuhan fisologi dan keamanan) dan kebutuhan tingkat atas
yaitu kebutuhan yang terpenuhi secara internal (kebutuhan social, penghargaan, dan
aktualisasi diri).
Hierarki kebutuhan Maslow ditelaah ulang oleh Clayton Alderfer dengan nama teori
ERG yang membagi dalam tiga kelompok kebutuhan inti yakni:
a. Kehidupan (kebutuhan fisiologis dan kemanan)
b. Hubungan (kebutuhan social dan status)
c. Pertumbuhan (kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri)
2. Teori X dan Teori Y
Douglas McGregor mencetuskan dua pandangan nyata terhadap manusia yakni teori
X yang pada dasarnya negatif yaitu menganggap bahwa karyawan tidak suka bekerja, malas,
tidak menyukai tanggung jawab, dan harus dipaksa untuk menghasilkan kinerja dan teori Y
yang pada dasarnya positif yaitu menganggap bahwa karyawan suka bekerja, kreatif, mencari
tanggung jawab, dan dapat berlatih mengendalikan diri). Teori X berasumsi bahwa kebutuhan
tingkat yang lebih rendah mendominasi individu, sedangkan teori Y berasumsi bahwa
kebutuhan tingkat tinggi yang lebih mendominasi individu.
3. Teori Dua Faktor
Dikemukakan oleh Frederick Herzberg, dimana ada faktor intrinsik yang berhubungan
dengan kepuasan kerja seperti prestasi, pengakuan kerja, tanggung jawab, kemajuan,
pertumbuhan. Faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan ketidakpuasan kerja seperti
3
pengawasan, imbalan kerja, kebijaksanaan perusahaan dan kondisi kerja. Disebutkan bahwa
ada faktor hygiene seperti imbalan kerja, kebijakan perusahaan, kondisi fisik pekerjaan,
hubungan dengan individu lain dan keamanan pekerjaan.
4
Penentuan tujuan bisa dioperasikan dengan menggunakan program manajemen
berdasarkan tujuan (Management By Objective) yaitu menekankan tujuan – tujuan nyata yang
ditentukan secara partisipatif, bisa diuji dan bisa diukur. MBO bekerja dari ”bawah ke atas”
dan dari ”atas kebawah”. Hasilnya adalah sebuah hirarki yang menghubungkan tujuan di satu
tingkat dengan tingkat selanjutnya. Ada empat unsur yang umum untuk program MBO, yaitu
kekhususan tujuan, partisipasi dalam pembuatan keputusan (penentuan tujuan), periode
waktu yang eksplisit dan umpan balik kinerja.
5. Teori Efektivitas Diri
Teori efektivitas diri disebut juga sebagai ”teori kognitif sosial” atau ”teori
pembelajaran sosial”, merujuk kepada keyakinan individu bahwa ia mampu mengerjakan
suatu tugas. terdapat empat cara untuk meningkatkan efektivitas diri yakni:
a. Penguasaan yang tetap, yaitu perolehan pengalaman yang relevan dengan tugas atau
pekerjaan.
b. Contoh yang dilakukan oleh individu lain, lebih percaya diri karena anda melihat
individu lain melakukan tugas tersebut.
c. Bujukan verbal, lebih percaya diri karena seseorang meyakinkan anda bahwa anda
memiliki kemampuan untuk berhasil.
d. Kemunculan memicu keadaan bersemangat yang mendorong seseorang untuk
menyelesaikan tugas.
6. Teori Penguatan
Teori ini bertentangan dengan teori penentuan tujuan, mengabaikan keadaan internal
dari individu dan memusatkan semata-mata hanya pada apa yang terjadi pada seseorang bila
ia mengambil suatu tindakan. Karena teori ini tidak memperdulikan apa yang mengawali
perilaku, teori ini bukanlah teori motivasi. Tetapi ia memberikan analisis yang ampuh
terhadap apa yang mengendalikan perilaku. Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa
penguatan memiliki pengikut yang luas sebagai piranti motivasional. Bagaimanapun, dalam
bentuknya yang murni, teori ini mengabaikan perasaan, sikap, pengharapan, dan variable
kognitif lainnya yang dikenal berdampak terhadap perilaku. Tidak diragukan bahwa
penguatan mempunyai pengaruh yang penting atas perilaku.
7. Teori Keadilan
Teori yang menyatakan bahwa individu membandingkan masukan dan keluaran
pekerjaan mereka dengan masukan/keluaran orang lain dan kemudian berespons untuk
menghapuskan setiap ketidakadilan. Peran yang dimainkan keadilan dalam motivasi akan
5
memicu individu untuk mengoreksinya. Untuk itu, ada empat pembandingan acuan yang
dapat digunakan karyawan/individu tersebut:
a. Diri-di dalam yaitu pengalaman seorang karyawan dalam posisi yang berbeda didalam
organisasinya dewasa ini.
b. Diri-di luar yaitu pengalaman seorang karyawan dalam posisi/situasi diluar
organisasinya saat ini.
c. Individu lain-di dalam yaitu individu atau kelompok individu lain didalam organisasi
karyawan itu.
d. Individu lain-di luar yaitu individu atau kelompok individu diluar organisasi
karyawan itu.
Awalnya teori keadilan berfokus pada keadilan distributif (distributive justice), yaitu
keadilan tentang jumlah dan pemberian penghargaan di antara individu-individu. Tetapi
semakin lama, keadilan dipikirkan dari sudut keadilan organisasional (organizational justice)
yang didefinisikan sebagai seluruh persepsi tentang apa yang adil di tempat kerja. Tambahan
lain dalam keadilan organisasional yaitu keadilan distributif sangat berkaitan antara kepuasan
dengan hasil-hasil dan komitmen organisasional. Keadilan prosedural (procedural justice)
yaitu keadilan yang dirasakan mengenai proses yang digunakan untuk menentukan distribusi
penghargaan-penghargaan. Keadilan interaksional (interactional justice) yaitu persepsi
individu tentang tingkat sampai mana seorang individu diperlakukan dengan martabat,
perhatian, rasa, dan hormat.
8. Teori Harapan
Teori yang menunjukkan kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam
cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan
diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut.
Kunci untuk teori harapan adalah pemahaman tujuan-tujuan seorang individu dan hubungan
antara usaha dan kinerja, antara kinerja dan penghargaan, dan akhirnya antara penghargaan
dan pemenuhan tujuan individual. Oleh karenanya, teori ini memfokuskan pada tiga
hubungan:
a. Hubungan usaha-kinerja yaitu kemungkinan yang dirasakan oleh individu yang
mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan menghasilkan kinerja.
6
b. Hubungan kinerja-penghargaan yaitu sejauh mana individu itu meyakini bahwa
bekerja pada suatu tingkat tertentu akan mendorong tercapainya suatu keluaran yang
diinginkan.
c. Hubungan penghargaan-tujuan pribadi yaitu sejauh mana penghargaan organisasional
memenuhi tujuan atau kebutuhan pribadi individu dan daya tarik dari penghargaan
potensial bagi individu tersebut.
7
dengan perasaan sebagai komunitas.Orang dengan motif aliansi akan bekerja lebih
baik apabila mereka dilengkapi dengan sikap dan kerjasama yang menyenangkan.
c) Power Motivation
Motivasi akan kekuasaan merupakan suatu dorongan untuk memengaruhi
orang, melakukan pengawasan, dan mengubah situasi. Orang yang termotivasi atas
dasar kekuasaan mengharapkan menciptakan dampak pada organisasi dan bersedia
mengambil resiko dengan melakukannya. Apabila kekuasaan telah diperoleh,
mungkin akan dipergunakan secara konstruktif dan destruktif.
Orang yang termotivasi oleh kekuasaan menjadi manajer cerdas apabila
dorongannya ditunjukan pada kekuasaan institusional daripada personal. Kekuasaan
institusional adalah merupakan kebutuhan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
untuk kebaikan seluruh organisasi. Tetapi apabila dorongan bekerja ditujukan pada
kekuasaan personal, maka orang tersebut cenderung kehilangan kepercayaan dan
penghargaan pekerja dan rekan kerja dan menjadi pemimpin organisasi yang tidak
berhasil.
8
6. Budaya organisasi
b. Faktor dalam pekerjaan
1. Sifat pekerjaan
2. Rancangan tugas/pekerjaan
3. Pemberian pengakuan terhadap prestasi
4. Tingkat/besarnya tanggung jawab yang diberikan
5. Adanya perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan
6. Adanya kepuasan dari pekerjaan.
5. Uang/Materi
Jika kita berbicara di organisasi non komersial, memang sebaiknya uang tidak
menjadi tujuan dalam organisasi. Menjadikan uang sebagai tujuan masuk organisasi
“dikatakan” oleh banyak orang sebagai tujuan yang tidak baik. Kurang etis. Namun tak
mustahil, ada juga percikan materi yang bisa kamu dapatkan jika profesional mengelola
organisasi semacam ini. Misalnya organisasi siswa, organisasi kemahasiswaan, organisasi
massa, lembaga swadaya masyarakat, dll. Buruknya, banyak organisasi yang berlabel
kemanusiaan, nirlaba, dll malah secara terselubung mengeruk keuntungan dari kegiatan
organisasinya. Hal ini terjadi karena penggerak organisasinya tentu menjadikan uang/materi
sebagai tujuan. Meski dalam organisasi nirlaba uang bukanlah tujuan, tapi banyak juga
anggotanya yang menggunakan proyek-proyek organisasi untuk mencari uang. Istilah yang
biasa digunakan yaitu “Ngobyek“.
Cara yang digunakan kebanyakan adalah memanfaatkan selisih harga (mark up).
Misalnya ada proyek pengadaan seragam. Si A dapat tugas untuk memesan seragam tersebut.
Di Konveksi X si A dapat harga 10.000 per pcs, di konveksi Y si A dapat 8.000 per pcs,
jumlah pesanan ada 1000 pcs. Lumayan kan, dengan memesan di konveksi Y, si A dapat
mengantongi paling kecil 400.000 rupiah. Ada yang bilang, mencari uang dalam organisasi
nirlaba sah-sah saja. Ada yang bilang hal tersebut tidak etis. Semua tergantung dari yang
menjalaninya. Baik dan buruk hanya penilaian seseorang. Hati nurani lah yang sebenarnya
dapat mengontrol perbuatan kita.
6. Jabatan-posisi-kekuasaan
Dalam organisasi ada jabatan-jabatan strategis dan bergengsi. Banyak sekali orang-
orang ambisius yang menjadikan jabatan dan kekuasaan ini sebagai tujuannya berorganisasi.
Ada yang mengakuinya secara terang-terangan, ada yang menyembunyikannya dalam lubuk
hati. Dengan sebuah jabatan di organisasi, terutama jabatan yang tinggi. Tentu seseorang
akan punya kekuasaan-kewenangan lebih besar dari lainnya yang hanya anggota biasa.
Biasanya posisi-posisi ketua, pemimpin, direktur, dan posisi teratas lainnya banyak menjadi
incaran orang. Namun ada juga yang secara sengaja tidak mengincar posisi tertinggi. Namun
malah menyasar posisi tertentu sesuai fungsinya. Barangkali orang seperti ini sudah terobsesi,
atau memang murni ingin belajar di posisi tersebut
12
7. Popularitas
Salah satu yang paling menarik minat orang untuk berorganisasi adalah ingin dikenal
orang lain. Dalam bahasa kerennya disebut popuparitas, atau menjadi populer. Banyak
dikenal orang, dimana saja memang menyenangkan. Terasa seperti selebriti barangkali. Ini
sah-sah saja untuk dijadikan motivasi dan penyemangat dalam berorganisasi. Lagipula,
sebenarnya orang yang aktif di organisasi akan menjadi populis dengan sendirinya tanpa
perlu digembar-gemborkan. Bukan diri seseorang saja yang dapat membuatnya populer.
Bagaimana kinerjanya selama di organisasi? Apa saja yang dia lakukan untuk organisasi? ini
menjadi penilaian tersendiri bagi banyak orang
Bersambung dengan jabatan dan kekuasaan, popularitas adalah salah satu buntut dari
jabatan. Semakin tinggi jabatan seseorang dalam dunia organisasi, memungkinkan dia untuk
semakin dikenal lebih banyak orang, dibanding mereka yang berada dalam posisi rendah.
Namun tak semua organisasi menganut sistem semacam ini. Ada juga organisasi yang
ketuanya bahkan tidak dikenal banyak orang. Bahkan terkesan disembunyikan.
8. Latihan-belajar untuk mampu berbicara-menyampaikan pendapat, ide, dan
gagasan pada orang lain
Banyak orang yang punya ide cemerlang, tapi ragu untuk menyampaikan kepada
orang lain. Biasanya terbentur oleh rasa percaya diri yang belum cukup, atau kemampuan
berbicara-menyampaikan pendapat yang dirasa masih kurang. Di organisasi, kamu punya
kesempatan yang luas untuk belajar bicara. Mulai dari forum-forum kecil, sampai forum yang
melibatkan ratusan, bahkan ribuan orang. Mulai dengan tata bahasa yang kacau balau, sampai
akhirnya kamu bisa mengutarakan pendapat, ide, dan gagasan kamu dalam bahasa yang
elegan. Di organisasi lah tempatnya kamu akan ditempa. Pada saat pertama kali berbicara
didepan khalayak ramai, barangkali kamu merasa tidak percaya diri, kaki gemetar, bahkan
sampai berkeringat dingin dengan jantung dag dig dug.
Kamu sanksi pada diri sendiri. Dalam hati timbul pertanyaan, apakah yang saya
sampaikan dimengerti orang lain? apakah bahasa yang saya gunakan sudah tepat sehingga
dapat dimengerti orang lain. Di organisasi, kamu akan dilatih, belajar terus menerus, sampai
akhirnya percaya dirimu menjadi tinggi, sehingga semua keraguan itu sirna dari pikiranmu.
Dan akhirnya kamu pun mampu untuk tampil kedepan, mengutarakan gagasan brilianmu.
9. Latihan dan belajar sendiri cara berdiplomasi, bernegosiasi, melobi, atau
mempengaruhi orang lain secara persuasif
13
Ini adalah soft skill yang langka. Tidak semua orang bisa melakukannya. Pendekatan
persuasif cenderung lebih efektif dalam menyelesaikan masalah. Walaupun prosesnya butuh
kesabaran dan perhitungan yang cermat Tidak melulu masalah dapat diselesaikan dengan
fisik, adu otot, senjata dan sebagainya. Kadang perlu ada pendekatan-pendekatan yang lebih
halus. Ingat, perjuangan bersenjata saja takkan membuat Indonesia merdeka. Untuk masalah-
masalah yang serius dan sensitif, sedikit saja melakukan kesalahan, akan fatal akibatnya
kedepan. Bayangkan, masalah yang seharusnya dapat diselesaikan dengan cara negosiasi tapi
malah di selesaikan secara fisik, mubazir bukan? Tentu saja kerugian materi dan tenaga dapat
diminimalisir dengan cara pendekatan persuasif.
Di Organisasi, teknik bernegosiasi, diplomasi dan lobi dapat dipelajari secara
otodidak. Kamu dapat mempraktekkan langsung suatu konsep/pendekatan yang sudah kamu
rancang. Seiring berjalannya waktu dan seringnya kamu menerapkan cara negosiasi yang
baik, maka kamu akan semakin matang. Terkadang jika terjadi suatu masalah yang
melibatkan lebih dari satu pihak, kesuksesan suatu kegiatan, atau suatu rencana sangat
bergantung pada suksesnya negosiasi. Banyak negosiator yang menjadi penentu kesuksesan
suatu rencana. Namun biasanya mereka bekerja di belakang layar. Tidak muncul di
permukaan
15
yang lebih baik, ataupun yang disepakati oleh sebagian besar anggota lain. Pendapat yang
baik menurut kita, belum tentu baik menurut orang lain.
Di Organisasi lah kita akan dilatih menghadapi banyak ide. Menerima atau menolak
adalah urusan pribadi kita. Tetapi, seburuk apapun sebuah gagasan, kita harus
menghargainya. Jika pendapat itu baik, maka kita terima. Jika pendapat itu buruk, maka kita
tolak dengan dasar-dasar yang benar (logis, rasional, empiris, faktual) dan lebih dapat
diterima orang lain. Banyaknya diskusi dalam sebuah organisasi akan melatih masing-masing
anggotanya untuk menghargai pendapat/gagasan anggota lain. Sebab, meski ada seribu
gagasan, tetap yang terbaiklah yang harus dijadikan keputusan, dan kita harus dapat
menerima jika seandainya pendapat kita tidak disepakati oleh orang lain
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Motivasi merupakan dorongan untuk bertindak terhadap serangkaian proses perilku
manusia dengan mempertimbangkan arah intensitas dan ketekunan pada pencapaian tujuan.
Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan,
mengarahkan, menjaga, menunjukan intensitas, bersifat terus-terusan dan adanya tujuan.
Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga
ia dapat mencapai tujuannya. Dalam suatu penerapan perilaku organisasi, pembahasan
tentang motivasi dalam organisasi memang sangat penting dalam kajian perilaku organisasi.
Karena setiap personil atau pegawai pasti memerlukan suatu motivasi baik dari dalam diri
maupun dari orang lain, untuk itu apabila seseorang sudah terdorong atau termotivasi maka
kinerja seseorang itu akan meningkat sehingga akan mempercepat proses penyelesaian
tugasnya dalam bekerja.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca untuk
memperoleh informasi mengenai Motivasi kerja karyawan dalam suatu organisasi. Namun
kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu
masukan serta saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi tercapainya
kesempurnaan tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21