Ketika kita sedang berada dalam suatu forum dan ingin menyampaikan
pendapat atau persetujuan pendapat, ada tata cara atau hal-hal yang perlu
diperhatikan. Begitupula apabila kita ingin menyanggah atau menolak
pendapat orang lain.
a. Menyetujui Pendapat
Cara menyampaikan persetujuan pendapat adalah sebagai berikut:
“Saya setuju dengan pendapat Bapak Parto, bahwa kita seharusnya memulai
menjaga kebersihan dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Menjaga
kebersihan memang sangat penting bagi kesehatan sehingga apabila kita
ingin mengubah lingkungan kita menjadi bersih, maka bias kita lakukan dari
dir kita sendiri.”
b. Menolak Pendapat
Cara menolak pendapat adalah sebagai berikut:
c. Menyanggah Pendapat
Menyanggah pendapat artinya menyangkal pendapat, atau dengan kata lain
memiliki pendapat yang berbeda dan bersebrangan. Cara menyanggah
pendapat adalah sebagai berikut:
“Maaf saudara Parto, saya tidak sependapat dengan pendapat saudara untuk
menggunakan transportasi pesawat dalam acara study tour siswa. Saya pikir
menggunakan jalur darat akan lebih menghemat dana dan akan lebih terasa
kebersamaannya.”
Berargumentasi atau berdebat dalam keseharian terutama dalam dunia kerja tidak
mungkin dihindari. Terlebih ketika Anda harus mempertahankan pendapat yang
Anda anggap benar atau sebaliknya mematahkan pendapat orang lain jika Anda
yakin bahwa pendapat orang lain itu keliru.
Bagaimana agar argumentasi Anda bisa diterima lawan bicara? Berikut tips yang
diberikan Drake Baer kolumnis pada Business Insider: Pertama, menyadari ketika
argumentasi dimulai, faktor emosional akan ikut berperan seperti kecenderungan
untuk menang sendiri, menekan orang lain untuk menerima pendapat.
Baca Juga:
Tiga Bank BUMN Terima Pinjaman USD3 Miliar
Harus Konsisten
Anda harus mengakui dan menerima setiap pendapat atau argumentasi yang
dikemukakan, dengan mengatakan: ”pendapatbapak/ibusangatbaik, namun izinkan
saya untuk menyampaikan dari sudut pandang lain” sehingga lawan bicara Anda
tidak merasa diserang langsung. Ketiga, jangan bertanya ”mengapa?” akan tetapi
bertanya ”bagaimana caranya?” sebuah argumentasi harus diarahkan menjadi
”action-oriented” bukan sekadar ”knowledge-oriented”.
Anda tidak perlu menjelaskan panjang lebar jika foto atau gambar yang ada
perlihatkan telah berbicara dengan sendirinya. Kedelapan, rileks. Jangan terlalu
tegang karena itu juga dapat membuat pikiran Anda buntu. Dengan bersikap rileks,
bahkan jika mungkin diselipi humor yang sopan, akan membuat peserta lain juga
rileks dan suasana menjadi bersahabat, itu akan lebih memudahkan Anda
menyampaikan argumentasi dan buah pikiran Anda.
bigthink.com
Terima kasih atas ide segar yang kamu ajukan. Namun, sepertinya ada
beberapa poin yang aku kurang setuju, berikut alasanku...
Menggunakan bahasa yang sopan merupakan awal yang baik dalam
memulai debat. Perlu diingat ya, debat itu bukan berarti mencari musuh,
kamu dan lawanmu sama-sama sedang berusaha mencari satu jawaban.
Dengan menggunakan tutur kata yang sopan, kamu tidak hanya membuat
orang lain lebih memahami maksud perkataanmu tapi kamu juga akan
lebih dihargai. Setiap orang pasti tidak menyukai mereka yang gemar
menghujat dan bernada merendahkan bukan? Kalau semuanya
menggunakan bahasa yang halus dan sopan, berdebat akan terasa lebih
bersahabat tentunya.
Kenapa aku harus setuju dengan pendapatmu? Kamu bahkan belum punya
gelar apapun, kerja saja belum.
practicallystrategic.com
Alah, dari tadi kalian cuma ngomong aja. Mana action-nya nih?
LANJUTKAN MEMBACA ARTIKEL DI BAWAH
Editors’ Picks
Duh, kok gak ada yang setuju sama pendapatku ya? Apa jangan-jangan
mereka gak suka sama aku?
Aku akuin deh kamu memang lebih tahu dalam hal ini. Mungkin aku harus
lebih banyak belajar lagi.
Di dalam debat sesungguhnya tidak ada yang menang dan yang kalah.
Apabila argumenmu berhasil terbantahkan jangan dianggap sebagai suatu
kekalahan. Anggaplah sebagai sebuah pelajaran baru bagimu. Jangan
terlalu berbesar hati juga ketika argumenmu ternyata dibenarkan, karena
belum tentu kamu akan benar di lain kesempatan.
cmsmasters.net
Kalau dari delapan cara di atas, sudah menjadi orang pandai belum kamu
dalam berargumen?
Cara Memenangkan Perdebatan:
10 Hal yang Harus Anda
Lakukan dan Tinggalkan
Oleh
Mufakir Ahmad
Google+
Telegram
Materi yang bagus saja tidak cukup untuk memenangkan perdebatan dengan
seseorang. Anda juga harus bisa membuatnya terbujuk dengan ajakan Anda.
Tapi Anda juga butuh beberapa skill seputar komunikasi, seperti bahasa
tubuh, intonasi cara penyampaian, pemilihan bahasa, pemasangan pemikiran,
dan lain-lain.
Nah, berikut ini adalah 10 taktik yang harus Anda lakukan, dan jangan Anda
lakukan, yang bisa membuat lawan debat Anda tak berkutik lagi untuk
melawan Anda.
“Kayaknya..”
“Mungkin..”
“Sepertinya..”
Hal ini berkaitan erat dengan cara pertama di atas. Anda bisanya panik kalau
tidak memiliki data dan argumen yang dasarnya kuat.
Sebaliknya, buatlah agar lawan bicara Anda yang malah menjadi panik, dan
mulai kehilangan ketenangannya. Karena kalau dia sudah panik, tak tahu mau
bicara apa, maka dia akan cenderung bicara yang ngawur. Sebab, dia tidak
akan membiarkan dirinya diem saja. Otomatis langsung kelihatan deh
kelemahannya. Kalau sudah begitu, bahkan tanpa kita berbicara apapun,
audiens sudah bisa menilai bahwa ia telah gagal.
3. Gunakan Logika
Logika adalah sesuatu yang benar menurut semua manusia yang memilki akal
sehat. Tidak bisa tidak, untuk mengiyakan si lawan debat, Anda harus
memuaskan akalnya. Jangan buat pengaruh melalui perasaannya.
4. Lemparkan Pertanyaan
Pertanyaan bisa menjaga sebuah perdebatan agar sifatnya tetap fair. Jangan
sampai Anda terpengaruhi oleh lawan debat Anda. Kadang, Anda bisa terkena
pengaruh dari si lawan debat, ketika dia melemparkan sebuah pernyataan
yang kelihatannya bener banget. Nah, untuk menangkalnya, tanyakanlah
sesuatu padanya. Ntah pertanyaan itu berupa “kenapa”, “bagaimana”, dan
lain-lainnya. Karena kerapnya, sebuah pertanyaan itu lebih sulit disangkal,
daripada sebuah pernyataan. Misalnya, begini.
Lagipula, ini adalah peluang Anda. Ketika dia berusaha mengalihkan Anda ke
persoalan yang lain, berarti dia tidak memiliki argumen kuat di persoalan
yang sebelumnya.
Sebaliknya, Anda juga bisa menjatuhkan si lawan, dengan cara meminta agar
si lawan memberitahuan detail argumennya. Seperti halnya bertanya
“Contohnya gimana?”
“Apa indikasinya?”
“Memangnya defenisi ‘anu’ itu apa?”
“Bagaimana prosesnya?”
“Sudah ada belum faktanya?”
Dan sebagainya.
9. Kategorikan Kekuatan Argumen yang Kuat
dan Rendah
Pastinya Anda sudah menyiapkan beberapa argumen sebeleum diskusi
dimulai kan? Nah, cobalah kategorikan, mana argumen yang kuat, dan mana
yang tidak begitu kuat. Mana data yang lebih dipercaya, mana data yang
masih dipertanya-tanyakan. Lalu, agar nanti ketika Anda tengah mulai
berdiskusi, Anda bisa memilih menggunakan argumen-argumen yang kuat
dulu.