Anda di halaman 1dari 4

LANGKAH MUHAMMADIYAH

Majalah Tabligh pada tujuh edisi sebelumnya sudah membahas secara berurutan 7 dari Langkah
Muhammadiyah (1938-1940) yang pernah digagas oleh KH. Mas Mansur saat beliau menjadi Ketua
PB Muhammadiyah periode 1937-1942. Berikut penulis rangkumkan 7 langkah yang diambil dari
bagian kedua buku ‘Tafsir Langkah Muhammadiyah’ (halaman 78-80), dengan sedikit penyesuaian
bahasa agar lebih mudah untuk dipahami, yaitu:

Pertama, Memperdalam Masuknya Iman. Hendaklah iman itu ditablighkan (didakwahkan) dan


disyiarkan dengan seluas-luasnya, juga diberi riwayat dan dalil bukti pendukungnya. Selanjutnya
dipengaruhkan dan digembirakan hingga iman itu mendarah daging, masuk di tulang sumsum dan
mendalam di hati sanubari pada semua anggota Muhammadiyah.

Kedua, Memperluas Paham Agama. Hendaklah paham agama Islam yang sesungguhnya (murni) itu
dibentangkan dengan seluas-luasnya. Bisa diujikan dan diperbandingkan, termasuk didiskusikan dan
diperluas cara memahaminya. Sehingga para anggota Muhammadiyah mengerti dan meyakini bahwa
agama Islam itulah yang paling benar, ringan dan berguna, hingga merasa nikmat mendahulukan
amalan keagamaan itu.

Ketiga, Memperbuahkan Budi Pekerti. Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlak yang
terpuji (mahmudah) dan akhlak yang tercela (madzmumah) serta dibahasnya tentang bagaimana
mengamalkan akhlak mahmudah dan menjauhkan dari akhlak madzmumah itu. Sehingga budi pekerti
yang baik ini menjadi amalan setiap anggota Muhammadiyah.

Keempat, Menuntun Amalan Intiqad. Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri sendiri (self
correction) dalam segala usaha dan pekerjaan kita (di persyarikatan). Selain memperbesar (kuantitas)
amalan, juga selalu diperbaiki (kualitasnya). Selanjutnya usulan-usulan perbaikan itu harus
dimusyawarahkan bersama agar mendatangkan maslahat dan menjauhkan madharat.

Kelima, Menguatkan Persatuan. Hendaklah menjadi tujuan kita menguatkan persatuan organisasi,


mengokohkan pergaulan persaudaraan, serta mempersamakan hak dan memerdekakan lahirnya
pikiran-pikiran kita.

Keenam, Menegakkan Keadilan. Hendaklah keadilan itu dijalankan sebagaimana mestinya, walaupun


terhadap diri sendiri. Dan ketetapan yang adil itu harus selalu dibela dan dipertahankan di manapun
dan kapanpun.

Ketujuh, Melakukan Kebijaksanaan. Hendaklah dalam gerak kita, tidaklah melupakan hikmah dan
kebijaksanaan yang disendikan kepada Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah (Al-Hadis).
Meskipun dianggap hikmah dan kebijaksanaan, jika menyalahi kedua pegangan itu haruslah dibuang,
karena itu bukanlah kebijaksanaan yang sesungguhnya.

Doktrin ideologi resmi persyarikatan yang biasa disebut Langkah 12 Muhammadiyah ini terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu: (1) Langkah Ilmi, adalah langkah-langkah yang masih memerlukan
penjelasan dan keterangan lebih lanjut untuk melaksanakannya. Langkah ilmi ini terdapat pada
langkah nomor 1 hingga langkah nomor 7. Sedangkan (2) Langkah Amali, adalah langkah-langkah
yang tidak memerlukan lagi penjelasan, tinggal dilaksanakan dan dipraktikkan, karena dianggap
sudah jelas, terang dan nyata. Langkah amali ini terdapat pada langkah nomor 8 sampai dengan
langkah nomor 12. KH. Mas Mansur dalam Buku Tafsir Langkah Muhammadiyah halaman 71
menyebutnya sebagai langkah mati.

LANGKAH AMALI

Setelah sebelumnya sudah dibahas tentang ‘7 Langkah Ilmi’ dalam Langkah 12 Muhammadiyah, pada
edisi kali ini Majalah Tabligh akan akan  mengupas ‘5 Langkah Amali’. Penulis sengaja
membahasnya secara singkat, mengingat sebetulnya 5 langkah terakhir dalam 12 Langkah
Muhammadiyah ini memang disebut dengan langkah ilmi, langkah-langkah yang tidak memerlukan
penjelasan lebih lanjut karena dirasa sudah cukup jelas dan tinggal melaksanakan saja.

Kedelapan, Menguatkan Majelis Tanwir. Sebab Majelis Tanwir ini nyata-nyata mempunyai pengaruh
besar dalam organisasi Muhammadiyah dan menjadi tangan kanan yang bertenaga di sisi PP
Muhammadiyah. Karenanya Tanwir wajib diperteguh dan diatur sebaik-baiknya.

Tanwir yang berasal dari kata bahasa Arab ini diartikan oleh KBBI sebagai: pemberian nasihat.
Berbeda dengan asal katanya nawwara-yunawwiru-tanwiran, yang dimaknai sebagai: pencerahan,
penyinaran, penerangan. Tanwir dekat dengan makna kata munir yang diambil dari anara-yuniru-
inaratan.

Dalam Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah pasal 24 disebutkan bahwa Tanwir ialah
permusyawaratan dalam Muhammadiyah di bawah Muktamar, diselenggarakan oleh dan atas
tanggung jawab Pimpinan Pusat. Anggota Tanwir terdiri atas anggota Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, perwakilan Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah, dan Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat pusat. Tanwir diadakan sekurang-
kurangnya tiga kali selama masa jabatan Pimpinan.

Dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Muhammadiyah pasal 23 disebutkan bahwa di antara agenda
yang dibahas dalam Tanwir adalah: Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, masalah yang oleh
Muktamar atau menurut AD dan ART diserahkan kepada Tanwir, masalah yang akan dibahas dalam
Muktamar sebagai pembicaraan pendahuluan, juga masalah-masalah mendesak lainnya yang tidak
dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya Muktamar, serta usul-usul.

Kesembilan, Mengadakan Konferensi Bagian. Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-
langkah bagian (majelis/lembaga) kita di Muhammadiyah, maka hendaklah kita berihtiar mengadakan
konferensi bagian (musyawarah majelis/lembaga).

Sebelumnya, unsur pembantu pimpinan dalam Persyarikatan Muhammadiyah disebut dengan bagian.
Sekarang disebut dengan majelis dan lembaga. Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang
menjalankan sebagian tugas pokok Muhammadiyah. Sedangkan lembaga adalah unsur pembantu
pimpinan yang menjalankan tugas pendukung Muhammadiyah. Majelis bertugas menyelenggarakan
amal usaha, program, dan kegiatan pokok dalam bidang tertentu. Sedangkan Lembaga bertugas
melaksanakan program dan kegiatan pendukung yang bersifat khusus.

Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, tentu majelis dan lembaga tersebut perlu untuk
merumuskan langkah-langkah kerjanya. Hal ini bisa dilakukan dalam Rapat Kerja atau musyawarah.
Dalam ART Muhammadiyah pasal 33 misalnya, disebutkan tentang rapat kerja unsur pembantu
pimpinan (majelis/lembaga), yaitu rapat yang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta
dipimpin oleh pimpinan unsur pembantu pimpinan pada setiap tingkatan untuk membahas
penyelenggaraan program sesuai pembagian tugas yang ditetapkan oleh Pimpinan Muhammadiyah.

Kesepuluh, Mempermusyawaratkan Putusan. Agar dapat meringankan dan memudahkan pekerjaan,


maka hendaklah setiap keputusan majelis (bagian) dimusyawarahkan dengan pihak yang
bersangkutan terlebih dahulu. Sehingga dapatlah mentanfidzkan untuk mendapatkan hasil dengan
segera.

Semua keputusan dalam persyarikatan lahir dengan jalan musyawarah, tidak ada keputusan
persyarikatan yang lahir karena semata-mata pandangan pribadi. Setelah dimusyawarahkan dan
diputuskan, maka akan terbit tanfidz. Dalam AD Muhammadiyah pasal 34 disebutkan bahwa Tanfidz
adalah pernyataan berlakunya keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan Rapat yang dilakukan
oleh Pimpinan Muhammadiyah masing-masing tingkat. Keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah,
dan Rapat berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Muhammadiyah masing-masing tingkat.

Kesebelas, Mengawaskan gerakan jalan. Pandangan kita hendaklah kita tajamkan, akan mengawasi
gerak kita yang ada dalam Muhammadiyah. Baik mengenai hal-hal yang sudah lalu, yang masih
berlangsung, maupun yang akan dihadapi kemudian.
Sebagai warga Muhammadiyah, baik sebagai warga biasa, apalagi jika kedudukannya sebagai
pimpinan di setiap tingkatnya, wajib hukumnya untuk selalu mengawasi keberlangsungan gerakan
Muhammadiyah. Juga memberikan masukan dan sumbangsih pikirannya untuk kemajuan gerakan
Muhammadiyah sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Keduabelas, Mempersambungkan gerakan luar. Kita (Persyarikatan Muhammadiyah) berdaya upaya


menghubungkan diri dengan pihak luar (ekstern), baik itu persyarikatan maupun pergerakan lain di
Indonesia. Hal ini dilakukan dengan dasar silaturahmi, tolong menolong dengan segala kebaikan,
dengan tidak mengubah asas masing-masing. Terutama perhubungan dengan persyarikatan dan
pemimpin Islam.

Hal ini sesuai dengan pasal 3 ART Muhammadiyah bahwa di antara usaha Muhammadiyah yang
diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan meliputi, “Mengembangkan
komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar
negeri”.

PENUTUP

Bagi warga Muhammadiyah yang ingin membaca kembali teks ideologi resmi Muhammadiyah ini,
bisa merujuk kepada buku “Tafsir Langkah Muhammadiyah” karya KH. Mas Mansur yang
diterbitkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah. Sebelumnya, buku tersebut pernah diterbitkan
pertama kali oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Tabligh pada masa Drs. Abuseri Dimyati
dan Drs. M. Sukriyanto.

Di antara latar belakang diterbitkannya buku tersebut oleh Majelis Tabligh adalah karena dirasa
adanya kelesuan dalam semangat berjihad dan ber-Muhammadiyah. Semoga dengan diangkatnya
kembali pembahasan Tafsir Langkah Muhammadiyah ini di Majalah Tabligh, juga dapat
menumbuhkan kembali semangat berjihad dalam arti seluas-luasnya, juga semangat dalam ber-
Muhammadiyah.

Majelis Tabligh dalam surat pengantarnya juga berharap agar pemikiran-pemikiran yang pernah
berkembang di Muhammadiyah, sejak dari para pendirinya sampai sekarang tidak terputus. Jika para
pimpinan, mubaligh dan da’i Muhammadiyah khususnya, termasuk warga Muhammadiyah secara
umum menekuni kembali pemikiran para pendahulunya, termasuk Tafsir Langkah Muhammadiyah ini
diharapkan juga dapat mewarisi pula semangat perjuangan dan jihad para pendahulunya. Wallahul
Musta’an

Anda mungkin juga menyukai