Anda di halaman 1dari 5

AIK V:

TAFSIR 12 LANGKAH MUHAMMADIYAH


Langkah 12 Muhammadiyah ini lahir pada periode kepemimpinan Kiai Haji Mas
Mansur (1936 – 1942). Kiai Haji Mas Mansur adalah ulama muda Muhammadiyah
yang pernah belajar ke Kiai Haji Khalil Bangkalan selama dua tahun, lalu empat tahun
belajar di Mekah, dua tahun belajar di Al-Azhar, Mesir dan setahun sebelum pulang
ke tanah air sempat mukim kembali di Mekah. Beliau adalah anak dari Kiai Haji Mas
Achmad Marzoeqi, seorang pionir Islam, ahli agama yang terkenal di Jawa Timur pada
masanya. Ibunya bernama Raudhah, seorang wanita kaya yang berasal dari keluarga
Pesantren Sidoresmo Wonokromo Surabaya.
Sebagai ketua besar Muhammadiayah, Kiai Haji Mas Mansur menanamkan
sikap disiplin dalam berorganisasi sehingga lahirnya terobosan baru yang menjadi
landasan perjuangan Muhammadiyah yang dikenal dengan 12 langkah
Muhammadiyah.
Doktrin ideologi resmi persyarikatan yang biasa disebut Langkah 12
Muhammadiyah ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: (1) Langkah Ilmi, adalah langkah-
langkah yang masih memerlukan penjelasan dan keterangan lebih lanjut untuk
melaksanakannya. Langkah ilmi ini terdapat pada langkah nomor 1 hingga langkah
nomor 7. Sedangkan (2) Langkah Amali, adalah langkah-langkah yang tidak
memerlukan lagi penjelasan, tinggal dilaksanakan dan dipraktikkan, karena dianggap
sudah jelas, terang dan nyata. Langkah amali ini terdapat pada langkah nomor 8
sampai dengan langkah nomor 12. Berikut penjelasannya dengan sedikit penyesuaian
bahasa agar lebih mudah untuk dipahami, yaitu:

A. LANGKAH ILMI
Pertama, Memperdalam Masuknya Iman. Hendaklah iman itu ditablighkan
(didakwahkan) dan disyiarkan dengan seluas-luasnya, juga diberi riwayat dan dalil
bukti pendukungnya. Selanjutnya dipengaruhkan dan digembirakan (disosialisasikan)
hingga iman itu mendarah daging, masuk di tulang sumsum dan mendalam di hati
sanubari pada semua anggota Muhammadiyah.
Kedua, Memperluas Paham Agama. Hendaklah paham agama Islam yang
sesungguhnya (murni) itu dibentangkan dengan seluas-luasnya. Bisa diujikan dan
diperbandingkan, termasuk didiskusikan dan diperluas cara memahaminya. Sehingga

1
para anggota Muhammadiyah mengerti dan meyakini bahwa agama Islam itulah yang
paling benar, ringan dan berguna, hingga merasa nikmat mendahulukan amalan
keagamaan itu.
Ketiga, Memperbuahkan Budi Pekerti. Hendaklah diterangkan dengan jelas
tentang akhlak yang terpuji (mahmudah) dan akhlak yang tercela (madzmumah) serta
dibahasnya tentang bagaimana mengamalkan akhlak mahmudah dan menjauhkan
dari akhlak madzmumah itu. Sehingga budi pekerti yang baik ini menjadi amalan
setiap anggota Muhammadiyah.
Keempat, Menuntun Amalan Intiqad. Hendaklah senantiasa melakukan
perbaikan diri sendiri (self correction) dalam segala usaha dan pekerjaan kita (di
persyarikatan). Selain memperbesar (kuantitas) amalan, juga selalu diperbaiki
(kualitasnya). Selanjutnya usulan-usulan perbaikan itu harus dimusyawarahkan
bersama agar mendatangkan maslahat dan menjauhkan madharat.
Kelima, Menguatkan Persatuan. Hendaklah menjadi tujuan kita menguatkan
persatuan organisasi, mengokohkan pergaulan persaudaraan, serta
mempersamakan hak dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita.
Keenam, Menegakkan Keadilan. Hendaklah keadilan itu dijalankan
sebagaimana mestinya, walaupun terhadap diri sendiri. Dan ketetapan yang adil itu
harus selalu dibela dan dipertahankan di manapun dan kapanpun.
Ketujuh, Melakukan Kebijaksanaan. Hendaklah dalam gerak kita, tidaklah
melupakan hikmah dan kebijaksanaan yang disendikan kepada Kitabullah (Al-Qur’an)
dan Sunnah Rasulullah (Al-Hadis). Meskipun dianggap hikmah dan kebijaksanaan,
jika menyalahi kedua pegangan itu haruslah dibuang, karena itu bukanlah
kebijaksanaan yang sesungguhnya.

B. LANGKAH AMALI
Setelah sebelumnya sudah dibahas tentang ‘7 Langkah Ilmi’ dalam Langkah
12 Muhammadiyah, selanjutnya akan akan dibahas ‘5 Langkah Amali’.
Kedelapan, Menguatkan Majelis Tanwir. Sebab Majelis Tanwir ini nyata-nyata
mempunyai pengaruh besar dalam organisasi Muhammadiyah dan menjadi tangan
kanan yang bertenaga di sisi PP Muhammadiyah. Karenanya Tanwir wajib diperteguh
dan diatur sebaik-baiknya.
Tanwir yang berasal dari kata bahasa Arab ini diartikan oleh KBBI sebagai:
pemberian nasihat. Dalam Anggaran Dasar (AD) Muhammadiyah pasal 24 disebutkan
2
bahwa Tanwir ialah permusyawaratan dalam Muhammadiyah di bawah Muktamar,
diselenggarakan oleh dan atas tanggung jawab Pimpinan Pusat. Anggota Tanwir
terdiri atas anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah, perwakilan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, dan Wakil Pimpinan
Organisasi Otonom tingkat pusat. Tanwir diadakan sekurang-kurangnya tiga kali
selama masa jabatan Pimpinan.
Dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Muhammadiyah pasal 23 disebutkan
bahwa di antara agenda yang dibahas dalam Tanwir adalah: Laporan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, masalah yang oleh Muktamar atau menurut AD dan ART diserahkan
kepada Tanwir, masalah yang akan dibahas dalam Muktamar sebagai pembicaraan
pendahuluan, juga masalah-masalah mendesak lainnya yang tidak dapat
ditangguhkan sampai berlangsungnya Muktamar, serta usul-usul.
Kesembilan, Mengadakan Konferensi Bagian. Untuk mengadakan garis yang
tentu dalam langkah-langkah bagian (majelis/lembaga) kita di Muhammadiyah, maka
hendaklah kita berihtiar mengadakan konferensi bagian (musyawarah
majelis/lembaga).
Sebelumnya, unsur pembantu pimpinan dalam Persyarikatan Muhammadiyah
disebut dengan bagian. Sekarang disebut dengan majelis dan lembaga. Majelis
adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan sebagian tugas pokok
Muhammadiyah. Sedangkan lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang
menjalankan tugas pendukung Muhammadiyah. Majelis bertugas menyelenggarakan
amal usaha, program, dan kegiatan pokok dalam bidang tertentu. Sedangkan
Lembaga bertugas melaksanakan program dan kegiatan pendukung yang bersifat
khusus.
Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, tentu majelis dan lembaga
tersebut perlu untuk merumuskan langkah-langkah kerjanya. Hal ini bisa dilakukan
dalam Rapat Kerja atau musyawarah. Dalam ART Muhammadiyah pasal 33 misalnya,
disebutkan tentang rapat kerja unsur pembantu pimpinan (majelis/lembaga), yaitu
rapat yang diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh
pimpinan unsur pembantu pimpinan pada setiap tingkatan untuk membahas
penyelenggaraan program sesuai pembagian tugas yang ditetapkan oleh Pimpinan
Muhammadiyah.
Kesepuluh, Mempermusyawaratkan Putusan. Agar dapat meringankan dan
memudahkan pekerjaan, maka hendaklah setiap keputusan majelis (bagian)
3
dimusyawarahkan dengan pihak yang bersangkutan terlebih dahulu. Sehingga
dapatlah mentanfidzkan untuk mendapatkan hasil dengan segera.
Semua keputusan dalam persyarikatan lahir dengan jalan musyawarah, tidak
ada keputusan persyarikatan yang lahir karena semata-mata pandangan pribadi.
Setelah dimusyawarahkan dan diputuskan, maka akan terbit tanfidz. Dalam AD
Muhammadiyah pasal 34 disebutkan bahwa Tanfidz adalah pernyataan berlakunya
keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan Rapat yang dilakukan oleh Pimpinan
Muhammadiyah masing-masing tingkat. Keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah,
dan Rapat berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Muhammadiyah masing-masing
tingkat.
Kesebelas, Mengawaskan gerakan ke dalam. Pandangan kita hendaklah kita
tajamkan, akan mengawasi gerak kita yang ada dalam Muhammadiyah. Baik
mengenai hal-hal yang sudah lalu, yang masih berlangsung, maupun yang akan
dihadapi kemudian.
Sebagai warga Muhammadiyah, baik sebagai warga biasa, apalagi jika
kedudukannya sebagai pimpinan di setiap tingkatnya, wajib hukumnya untuk selalu
mengawasi keberlangsungan gerakan Muhammadiyah. Juga memberikan masukan
dan sumbangsih pikirannya untuk kemajuan gerakan Muhammadiyah sesuai dengan
kapasitas masing-masing.
Keduabelas, Mempersambungkan gerakan luar. Kita (Persyarikatan
Muhammadiyah) berdaya upaya menghubungkan diri dengan pihak luar (ekstern),
baik itu persyarikatan maupun pergerakan lain di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan
dasar silaturahmi, tolong menolong dengan segala kebaikan, dengan tidak mengubah
asas masing-masing. Terutama perhubungan dengan persyarikatan dan pemimpin
Islam.
Hal ini sesuai dengan pasal 3 ART Muhammadiyah bahwa di antara usaha
Muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan
meliputi, “Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai
bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri”.

PENUTUP
Bagi warga Muhammadiyah yang ingin membaca kembali teks ideologi resmi
Muhammadiyah ini, bisa merujuk kepada buku “Tafsir Langkah Muhammadiyah”
karya KH. Mas Mansur yang diterbitkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah.
4
Sebelumnya, buku tersebut pernah diterbitkan pertama kali oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah Majelis Tabligh pada masa Drs. Abuseri Dimyati dan Drs. M.
Sukriyanto.
Tafsir Langkah Muhammadiyah ini diharapkan juga dapat mewarisi pula
semangat perjuangan dan jihad para pendahulunya.

Wallahul Musta’an.

Anda mungkin juga menyukai