Anda di halaman 1dari 127

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK


JUAL BELI KAIN PERCA ( DODOTAN )
DENGAN SISTEM KARUNGAN
( Studi Kasus di Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus )












SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Ilmu Hukum Islam

Oleh:
ABDUL AZIZ
NIM. 209 032



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
2013

ii

KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hal : Nota Persetujuan Pembimbing

Kepada
Yth. Ketua STAIN Kudus
Cq Ketua Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
di-
Tempat

Assalamualaikum Wr. Wb.
Diberitahukan dengan hormat, bahwa Skripsi Saudara : Abdul Aziz, NIM :
209032 dengan judul : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli
Kain Perca (Dodotan) Dengan Sistem Karungan (Studi Kasus di Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus) pada Jurusan Syariah dan
Ekonomi Islam, setelah dikoreksi dan diteliti sesuai aturan proses pembimbingan,
maka Skripsi dimaksud dapat disetujui untuk dimunaqosahkan.
Oleh karena itu mohon dengan hormat agar naskah skripsi tersebut diterima dan
diajukan dalam program munaqosah sesuai jadwal yang direncanakan.
Demikian kami sampaikan terimakasih.
WassalamualaikumWr. Wb.


Kudus, 10 Juni 2013
Dosen Pembimbing


H. Fuad Riyadi, Lc, M.Ag.
NIP. 197609252006041002


iii

KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KUDUS

PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : Abdul Aziz
NIM : 209 032
Jurusan/Prodi : Syariah & Ekonomi Islam
JudulSkripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kain
Perca (Dodotan) Dengan Sistem Karungan . (Studi Kasus
di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus)
Telah dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Kudus pada tanggal :
20 Desember 2013
Selanjutnya dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Jurusan Syariah & Ekonomi
Islam.

Kudus, 22 Desember 2013
Penguji I Penguji II



Drs. H. Yasin, M.Ag Shofaussamawati, S.Ag, M.S.I
NIP. 195605011988031002 NIP. 197408281999032004
Sekretaris Sidang Pembimbing


Suhadi, M.S.I H. Fuad Riyadi, Lc, M.Ag.
NIP. 19740518200712100 NIP. 197609252006041002
iv


SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Abdul Aziz
NIM : 209 032
Alamat : Jl. Dr. Wahidin 133 RT 003 RW 001 Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini guna memenuhi persyaratan
kelulusan pada Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Kudus dengan judul

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kain Perca ( Dodotan )
Dengan Sistem Karungan
( studi kasus di desa demangan kecamatan kota Kabupaten kudus )

Adalah hasil karya sendiri, bukan Duplikasi dari karya orang lain.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan
dari siapapun.


Kudus, 10 Juni 2013
Penulis



Abdul Aziz
NIM : 209 032
v




MOTTO

.!-. _ls l _1`.l .!-. _ls .
.`-l 1. < | < .,.: ,!1-l

Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
(QS. Al Maidah ayat 2)











vi

P E R S E M B A H A N


Engkaulah yang menuntun cucu-cucu Adam
menuju ke Tauhidan
Dalam ketidak berdayaanku, kupanjatkan doa
tuk sebuah Nur yang senantiasa
menunjukkanku ke jalan-MU.
Dalam ketidak mampuanku,,, ku memohon
akan belas kasih-MU yang selalu membimbingku
dalam keridhaan-MU.


Karya Ilmiah Ini Saya Persembahkan Kepada :

Untuk Almarhum Bapak (H. Masmichan) dan Ibu (Hj.
Sulianah) tercinta semoga apa yang telah diajarkan
kepadaku bisa bermanfaat dan mewujudkan harapan
Bapak, Ibu serta mewujudkan cita-citaku.

Terkhusus untuk (Hj. Emma Sulistiani, S.Pdi) selaku kakak
dan sebagai penganti orang tua kandung, saya terimakasih
banyak atas support serta dukungan moral maupun materi
mulai dari awal kuliyah sampai akhir, dan semoga saya bisa
menjadi pribadi yang lebih baik.

Saudara-saudaraku (Hj. Emma Sulistiani, Farida Ariany,
Muhammad Effendi, Abdurrahman dan Ani Muflichati)
yang selama ini telah memotifasi dan memberikan dorongan
serta memberikan nasehat-nasehat yang akan aku jalankan.

Untuk adindaku tersayang yang selama ini selalu
mendampingiku memberikan motivasi dan menjadi motivasi
serta inspirasi dalam hidupku.

vii

Bapak dan Ibu Dosen yang senantiasa memberikan segenap
ilmu dan pengajaran serta pengalaman yang sangat berarti
dalam pendidikanku.
Seluruh sahabat-sahabatku senasib seperjuangan yang selalu
memberikanku support dan spirit persahabatan untukku.

Teman-temanku Prodi Syariah AS Angkatan 2009 kelas A
dan B yang telah memberikan kenangan baik, pahit dan
manis, akan tetap menjadi memory sendiri guna
menyongsong persahabatan yang berkesinabungan.

Teman-temanku yang tak bisa aku sebutkan satu per satu
dimanapun kalian berada. Akan tetap ada ruang khusus di
hatiku untuk semua kebersamaan kita.

Almamaterku STAIN Kudus Tercinta.

Para pembaca yang budiman, semoga skripsi ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pendidikan.

















viii

KATA PENGANTAR


Bismillahir Rohmanir Rahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kain
Perca (Dodotan) Dengan Sistem Karungan (Studi Kasus di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus) ini disusun guna memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Starata Satu (S1) Pada Prodi Syariah dan
Ekonomi Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terealisasikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hadi, MA, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Kudus yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
2. Bapak Shobirin, S. Ag, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Syariah & Eknomi Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus yang telah memberikan arahan
tentang penulisan skripsi ini.
3. Bapak H. H. Fuad Riyadi, Lc, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan
bimbingan, pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. H. Masdi, M.Ag selaku Kepala Perpustakaan Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Kudus yang telah memberikan izin dan layanan
perpustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak H. Maruf, H. Hariyanto, H. Ali Ridho dan Bapak H. Masmichan serta
segenap karyawan yang yang telah memnerikan izin guna melakukan
penelitian dalam penyelesaian skripsi.
6. Para Dosen atau Staf pengajar di lingkungan Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Kudus yang membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
ix

7. Saudara-saudaraku (Hj. Emma Sulistiani, Farida Ariany, Muhammad Effendi,
Abdurrahman dan Ani Muflichati) yang selama ini telah memotifasi dan
memberikan dorongan serta memberikan nasehat-nasehat guna terselesainya
skripsi ini.
8. Untuk adindaku tersayang yang selama ini selalu mendampingiku
memberikan motivasi dan menjadi motivasi serta inspirasi dalam hidupku
sehingga skripsi ini selesai.
9. Teman-temanku Prodi Syariah AS Angkatan 2009 kelas A dan B yang telah
memberikan kenangan baik, pahit dan manis, akan tetap menjadi memory
sendiri guna menyongsong persahabatan yang berkesinabungan.
Semoga amal baik beliau di atas dan juga semua pihak yang tidak dapat
sebutkan satu per satu mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda di sisi
Allah SWT. Amiiin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa penyususnan skripsi ini masih jauh
mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Karena itu kritik konstruktif dari
siapapun diharapkan menjadi semacam suara yang dapat menyapa tulisan ini
sebagai bahan pertimbangan dalam proses kreatif berikutnya. Namun demikian
sekecil apapun makna yang terjelma dalam tulisan ini pun diharapkan ada
manfaatnya.



Kudus, 20 Desember 2013
Penulis




Abdul Aziz
NIM : 209 032







x

DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul i
Halaman Persetujuan Pembimbing ii
Halaman Pengesahan . iii
Halaman Surat Pernyataan iv
Halaman Motto . v
Halaman Persembahan .. vi
Kata Pengantar .. viii
Daftar Isi x
Abstrak .. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Penegasan Istilah 4
C. Fokus Penelitian 6
D. Rumusan Masalah 6
E. Tujuan Penelitian 7
F. Manfaat Penelitian 7
G. Sistematika Penulisan Skripsi 8

BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Dalam Islam
1. Jual Beli Menurut Fiqih Muamalah 10
2. Jual Beli Menurut KUH Perdata 11
3. Jual Beli Menurut Bahasa 11
4. Jual Beli Menurut Syara 12
B. Dasar Hukum Jual Beli
1. Al-Quran 13
2. As-Sunnah 14
xi

3. Ijma 16
C. Rukun dan Syarat Jual Beli 17
1. Rukun Jual Beli 18
2. Syarat syarat Sah Jual Beli 18
D. Macam Macam Jual Beli 20
1. Jual Beli Yang Dilarang 21
2. Hukum dan Sifat Jual Beli 22
E. Gharar 23
1. Pengertian Gharar 23
2. Hukum Jual Beli Gharar 24
3. Jenis Jenis Gharar 25
F. Manfaat Jual Beli 26
G. Hasil Penelitian Terdahulu 27
H. Hasil Dengan Penelitian Terdahulu 31
I. Kerangka Berfikir 32

BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian 36
1. Jenis Penelitian 36
2. Pendekatan Penelitian 36
3. Sifat Penelitian 37
4. Sumber Data 37.
5. Lokasi Penelitian 38
6. Tehnik Pengumpulan Data 38
7. Metode Pengolahan Data 40
8. Uji Keabsahan Data 40
9. Metode Analisis Data 41




xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus.
1. Letak Geografis 44
2. Iklim 45
3. Jumlah Penduduk 46
4. Pemerintahan 46
5. Keadaan Pendidikan 49
6. Keadaan Ekonomi 51
7. Keadaan Sosial Keagamaan 53
8. Keadaan Sosial Budaya 57
B. Latar Belakang dan Alasan Jual Beli Kain Perca 59
Dengan System Karungan di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
C. Proses Pelaksanaan Praktek Jual Beli Kain Perca 62
Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
D. Deskripsi Data Faktor-faktor Yang Mempengaruhi 69
Jual Beli Kain Perca (dodotan) dengan Sistem
Karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus
1. Faktor Keuntungan 70
2. Faktor Ikut-ikutan 72
3. Faktor Trand Bisnis 74
4. Faktor Keindahan 75
E. Pendapat Ulama Terhadap Jual Beli Kain Perca 76
Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
F. Analisis Penggalian Hukum Islam Terhadap Transaksi 84
Jual Beli Kain Perca (dodotan) Yang Terjadi di Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
xiii

1. Pendekatan Normatif 86
2. Pendekatan Sosiologis 89

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 95
B. Saran saran 97
C. Keterbatasan Penelitian 97
D. Penutup 97

Daftar Pustaka
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran-lampiran



















xiv

ABSTRAK

Kegiatan jual beli termasuk dalam kegiatan perdagangan dan merupakan
perbuatan yang diizinkan oleh ajaran Islam. Jual beli pun mempunyai syarat-syarat
dan ketentuan yang berlaku agar transaksi jual beli itu menjadi sah, terdapat pula
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam transaksi jual beli. Diantara hal-hal yang
harus diperhatikan yaitu mengenai masalah takaran dan ketentuan harga agar tidak
ada pihak-pihak yang diuntungkan secara sepihak
Dalam skripsi ini penelitian dilakukan terhadap praktek jual beli kain perca
dengan sistem karungan yang terjadi di Desa Demangan. Kemudian menurut
pengamatan sementara Praktek Jual Beli Kain Perca di Desa Demangan, ijab
qabul dilakukan ketika jual beli sedang berlangsung serta tanpa alat bukti bisa
dikatakan hampir semua pedagang dan penjual tidak menggunakan dan hanya
mengunakan taksiran harga berdasarkan besar kecilnya kain perca yang berada
dalam karung. Sedangkan pedagang mencampur semua potongan kain dengan
plastik maupun kerdus sisa dari pemotongan kain tersebut. Selain itu, barang yang
tidak cocok atau ada cacat barang maka barang tersebut bisa dikembalikan dan
ada juga diganti dengan barang lain. Sehingga dalam praktek jual beli pakaian
tersebut terdapat satu hal yang meragukan bila ditinjau dari norma Hukum Islam.
Dalam buku-buku kajian fikih, mengenai jual beli telah dibahas aturan-aturannya
secara global seperti larangan menipu, menimbun, menyembunyikan cacat
barang, mengurangi timbangan dan lain sebagainya untuk keselamatan dunia
perdagangan. Akan tetapi pembahasan mengenai laba atau keuntungan yang boleh
diambil dalam jual beli masih sedikit, meskipun hal ini memiliki kedudukan yang
sangat penting.
Jenis penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi ini adalah jenis
penelitian lapangan (Field Research), adapun langkah-langkah yang digunakan
dalam pengumpulan data dengan observasi, interview kepada pihak penjual dan
pembeli. Setelah mendapatkan data penyusun menganalisa data dengan
pendekatan normatif yaitu, berdasarkan teks-teks al-Quran dan as-Sunnah serta
kaedah-kaedah Fiqhiyyah, dengan kerangka berfikir deduktif dan induktif.
Dari penelitian tersebut penyusun simpulkan, pandangan Hukum Islam
terhadap jual beli kain perca dengan sistem karungan yang terjadi di Desa
Demangan berdasarkan pendekatan normatif apabila ditinjau dari syarat dan
rukun jual beli yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus adalah sah karena sudah memenuhi syarat dan
rukun jual beli. dan melihat fenomena yang terjadi di Desa Demangan, yaitu
terjadinya jual beli kain perca dengan sistem karungan maka peneliti meninjau
dari sumber hukum Islam peneliti menyimpulkan bahwa transaksi jual beli kain
perca dengan sistem karungan tersebut adalah mubah (boleh). Karena presentasi
kerugiannya sangat kecil dan lebih banyak untungnya, karena yang namanya jual
beli berpotensi untuk untung dan rugi.

Taksiran = harga berdasarkan besar kecilnya kain perca yang berada dalam
karung.
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan Allah pada dasarnya adalah untuk saling
bermuamalah. Tidaklah mungkin manusia hidup di dunia tanpa saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain, baik dalam jual beli, sewa
menyewa, bercocok tanam, dalam urusan pribadi maupun untuk
kemaslahatan umum. Islam sebagai agama yang rahmat lilalamin tidak
hanya memberikan perhatian kepada masalah ubudiyah, tetapi juga
memberikan perhatian yang tinggi terhadap masalah muamalah. Banyak
ayat al-Quran yang menjelaskan, bahkan memberikan nilai yang sangat
tinggi dan positif secara hukum terhadap bidang tersebut, khususnya yang
berkaitan dengan aktifitas ekonomi. Hal ini dikarenakan hasil aktifitas
ekonomi dipandang dalam ajaran Islam mempunyaikaitan erat dengan
rahmat Allah SWT yang dilimpahkan kepada umat manusia.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna di muka
bumi ini, karena manusia diberi kelebihan akal untuk berfikir dan
menjalankan kehidupannya, sehingga dengan kelebihan itu manusia
dituntut untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang halal
dan yang haram, yang diperintah dan yang dilarang serta segala sesuatu
yang berhubungan dengan kehidupan manusia yang memerlukan
pemilihan untuk dijalani atau ditinggalkan.
1

Selain itu, Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing
saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong menolong,
tukar menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup masing-
masing, baik dalam jual beli, sewa menyewa, atau yang lainnya. Dalam
diri manusia terdapat pula fitrah yang dihiaskan kepada manusia yang

1
Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta : BPFE, 1987),
hlm, 1.
2

merupakan bahan yang melahirkan dorongan bekerja dan bukanhanya
bekerja tetapi bekerja yang serius sehingga melahirkan keletihan.
Ketergantungan manusia terhadap manusia lain membuat mereka
berkumpul dan bersatu tidak terpisah-pisah, bertetangga dekat dan saling
berjauhan agar saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Hal
ini menunjukkan bahwa kerjasama antar manusia itu sangat dianjurkan
dalam Islam. Dengan demikian terjadilah jual beli, jalan yang
menimbulkan keseimbangan hidup saadah antara manusia dan dengan
jalan jual beli pulalah teratur penghidupan mereka masing-masing, mereka
dapat berusaha mencari rezeki dengan aman dan terang.
Dalam pelaksanaan jual beli, hal yang paling penting diperhatikan
ialah mencari barang yang halal dan dengan jalan yang halal pula. Artinya,
carilah barang yang halal untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan
dengan cara yang sejujur-jujurnya. Bersih dari segala sifat yang dapat
merusak jual beli seperti,penipuan, pencurian, perampokan, riba dan lain-
lain.Salah satu segi aturan hukum jual beli yang terdapat dalam Al-Quran
surat Al-Baqarah ayat 275 dan Surat An-Nisa ayat 29:
.. _> < _,,l > ,l

Artinya : ...Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba..... (Surat Al-Baqarah ayat 275).
2


!,!., _ `.., l!. >l. ,., _L.,l!, |
_>. :.> _s _. >.. l.1. >.. | < l >,
!.,> __
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

2
Al-Quran, Surat Surat Al-Baqarah, ayat 275, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan
Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 84
3

membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. (Qs. An-Nisaayat 29)
3


Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan syara di atas maka
dapat dikatakan transaksi jual beli itu pada dasarnya diperbolehkan dengan
alasan bahwa manusia itu tidak dapat mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa
bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain
yang dibutuhkannya harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
Dengan demikian setiap muslim yang melakukan transaksi jual beli
berkewajiban mentaati peraturan tersebut.
Kemudian menurut pengamatan sementara yang saya lakukan
Home Indusry pembuat Konveksi yang berada di Desa Demangan
sekarang ini berjumlah sekitar 18 Home Industri pembuat bahan Tekstil
dari berbagai kelas produksi, dan pedagang kecil sampai menengah
berjumlah 156 pedagang, selanjutnya praktek jual beli kain perca
(dodotan) di Desa Demangan dilakukan ketika jual beli sedang
berlangsung serta tanpa alat bukti timbangan maupun meteran bisa
dikatakan hampir semua pedagang tidak menggunakan. Sedangkan
pedagang mencampur barang sutiran dengan kertas dari sisa kain.
Sehingga dalam praktek jual beli pakaian tersebut terdapat satu hal yang
meragukan bila ditinjau dari norma Hukum Islam karena rukun dan syarat
jual beli belum terpenuhi secara penuh.
Sedangkan dalam buku-buku kajian fikih, mengenai jual beli telah
dibahas aturan-aturannya secara global seperti larangan menipu,
menimbun, menyembunyikan cacat barang, mengurangi timbangan dan
lain sebagainya untuk keselamatan dunia perdagangan. Akan tetapi
pembahasan mengenai laba atau keuntungan yang boleh diambil dalam
jual beli masih sedikit, meskipun hal ini memiliki kedudukan yang sangat
penting. Keuntungan merupakan buah darikegiatan bisnis yang dapat
digunakan untuk menjaga kelangsungan usaha juga sebagai pendorong

3
Al-Quran, Surat Al-Nisa, ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir Al-
Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 47.
4

untuk bekerja lebih efisien. Akan tetapi sering terjadi ketidakstabilan harga
di pasar dan kurangnya pengetahuan tentang bagaimana menentukan
keuntungan, menjadikan kondisi seperti ini sering dimanfaatkan oleh
pihak penjual yang hanya memikirkan keuntungan materi dan
menonjolkan keegoisannya tanpa melihat lingkungan sekitar sehingga
ujung-ujungnya konsumen yang dirugikan.
Masih banyak masyarakat awam yang tidak mengerti faktor apa
saja yang harus diperhatikan dalam menentukan berapa besar keuntungan
yang boleh diambil dalam perdagangan kain perca dan bagaimana menjual
barang yang tidak merugikan pembeli atau konsumen. Sehingga banyak
terjadi harga yang ditentukan sesuai dengan kemauan masing-masing
individu tanpa melihat apakah keuntungan yang diambil dari barang yang
dijual tersebut sesuai atau tidak menurut Islam. Berangkat dari kenyataan
di atas, bahwa penulis tertarik untuk mengkaji tentang bagaimana Tinjauan
Hukum Islam agar memperoleh status Hukum Islam dengan jelas tentang
praktek transaksi jual beli kain perca (dodotan). Hal ini yang
melatarbelakangi penulis untuk meneliti lebih jauh terhadap praktek
transaksi jual beli kain perca tersebut dengan judul:
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kain Perca (dodotan)
Dengan Sistem Karungan
(Studi Kasus di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus).

B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalah penafsiran tentang judul
skripsi ini, maka dibawah ini uraian masing-masing istilah yang dipakai
dalam skripsi ini yaitu :
1. Tinjauan Hukum Islam
Tinjauan adalah pandangan terhadap suatu kasus atau
perkara.
4


4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka,Jakarta, 1991, hlm. 852
5

Hukum Islam adalah suatu norma atau atruran yang
mengatur pada tatanan zakat, wakaf, waris, pernikahan yang sesuai
dengan al-Quran dan al-Hadits.
5

2. Jual Beli
Secara etimologis jual beli bersal dari bahasa arab al-Bai yang
makna dasarnya menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Dalam prakteknya, bahasa ini terkadang digunakan
untuk pengertian lawannya, yakni kata al-Syira (beli). Maka, kata
al-Bai berarti jual, tetapi sekaligus beli.
6

Sedangkan secara therminologis, adalah tukar menukar harta
dengan harta berdasarkan keridhaan. Atau memindahkan kepemilikan
(harta) dengan adanya ganti yang diperbolehkan.Jual beli yang
dimaksud dalam skripsi ini adalah jual beli kain perca ( dodotan )
dengan sistem karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus.
3. Perca
Perca dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kain sisa
dalam pembuatan sesuatu misalkan baju, tirai, dll yang sudah tidak
terpakai dan biasanya dibikin kain lap atau majun dengan menyatukan/
menjahit beberapa kain perca.
7

4. Karungan
Karung (Bal-balan) istilah dalam bahasa jawa yang artinya
barang yang dimasukkan dalam karung.
8

5. Studi Kasus
Istilah studi kasus terdiri dari dua kata, yaitu studi dan kasus.
Study berasal dari bahasa Inggris Study yang berarti mempelajari
sessuatu. Dan kasus dalam bahasa Inggris Case" yang berati hal,

5
Moh. Rifai, Konsep Syariah, Wicaksana Semarang, 2004, hlm. 45
6
Afandi, Muhammad Yazid, 2009. Fiqh Muamalah (Dan Implementasinya Dalam
Lembaga Keuangan Syariah). Yogyakarata: Logung Pustaka. Hlm. 127
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jogjakarta, 2007, hlm. 125
8
Ibid, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm 587
6

perkara, jadi yang dimaksud dalam studi kasus dalam skripsi ini adalah
telaah terhadap praktik jual beli kain perca (dodotan) dengan sistem
karungan dalam pandangan Hukum Islam yang terjadi di Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
Dari beberapa pengertian diatas maka yang dimaksud adalah
tentang pelaksanaan jual beli kain perca (dodotan) dalam pandangan
Hukum Islam yang terjadi di Desa Demangan Kecamtan Kota
Kabupaten Kudus.

C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian penulis dalam pembuatan skripsi kali ini adalah
untuk mentelaah terhadap praktik jual beli kain perca (dodotan) dengan
sistem karungan dalam pandangan Hukum Islam yang terjadi di Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini ada
permasalahan yang menjadi acuan dalam penelitian yang akan penulis
lakukan. Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Praktek Jual Beli Kain Perca (dodotan) dengan Sistem
Karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ?
2. Faktor faktor Apa yang Mendorong Masyarakat Untuk Melakukan
Jual Beli Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan Kecamatan
Kota Kabupaten Kudus ?
3. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli
Dengan Sistem Karungan Yang Berada di Desa Demangan Kecamtan
Kota Kabupaten Kudus ?




7

E. Tujuan Penelitian
Sebagaimana telah dijelaskan secara implisit melalui rumusan
latarbelakang masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui praktek jual beli Kain Perca (dodotan) dengan
sistem karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten
Kudus.
2. Untuk mengetahui dan memahami Hukum Islam dalam praktek jual
beli kain perca di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten kudus.
3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi ulama dan tokoh agama di Desa
Demangan Kecamatan Kota kabupaten Kudus terhadap pelaksanaan
jual beli kain perca (dodotan) dengan sistem karungan.
4. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program
sarjana strata satu dalam bidang ilmu syariah dan ekonomi islam.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dan kegunaan penelitian ini adalah :
a. Sebagai sumbangan dalam khasanah ilmu pengetahuan, terlebih
Hukum Islam dalam bidang muamalah.
b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan bagi peneliti
selanjutnya dalam masalah jual beli.
c. Kajian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi para penjual bahan kain
perca dan bagi para pelaku bisnis pada umumnya.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat minimal dalam
dua hal, yaitu:

a) Secara teoritis
Berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau
menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan dengan proses
jual beli kain perca (dodotan) yang berada di Desa Demangan
8

Kecamatan kota Kabupaten Kudus, dan sekaligus dapat digunakan
sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
b) Secara praktis
Diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pembaca
untuk dapat dijadikan landasan berfikir dalam melakukan proses
jual beli dan sosialisasi sekaligus mempertajam analisis teori dan
praktek terhadap jual beli kain perca (dodotan) yang berada di
Desa Demangan Kecamatan kota Kabupaten Kudus.

G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-
masing bab membahas permasalahan yang diuraikan menjadi beberapa sub
bab. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas serta mempermudah dalam
pembahasan secara global. Sistematika penulisan skripsi ini sebagai
berikut:
1. Bagian awal
Dalam bagian ini terdiri dari bagian judul, Halaman nota
persetujuan pembimbing, Halaman pengesahan skripsi, Halaman
motto, Halaman persembahan, Halaman kata pengantar, abstrak dan
halaman daftar isi.

2. Bagian isi
Bagian isi ini terdiri dari beberapa bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan latarbelakang masalah, penegasan
istilah, fokus penilitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat kegunaan penelitian dan sistematika
penulisan skripisi.
Bab II : Landasan Teori
Dalam bab ini akan diuraiakan teori-teori yang berkaitan
dengan penelitian ini
9

Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian, pendekatan
penelitian, sifat penelitian, sumber data, lokasi penelitian,
teknik pengumpulan data, metode pengolahan data, uji
keabsahan data dan metode analisis data.

Bab IV : Hasil Penelitian
Dalam bab ini berisi tentang deskripsi penelitian, hasil
penelitian dan analisis dari hasil penelitian.

Bab V : Penutup
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan, saran dan
penutup.

3. Bagian akhir
Dalam bab ini berisi tentang daftar pustaka, daftar riwayat
pendidikan penulis dan lampiran lampiran.











10

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Dalam Islam
1. Jual Beli Menurut Fiqih Muamalah
Secara etimologis jual beli bersal dari bahasa arab al-Bai yang
makna dasarnya menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Dalam prakteknya, bahasa ini terkadang digunakan
untuk pengertian lawannya, yakni kata al-Syira (beli). Maka, kata
al-Bai berarti jual, tetapi sekaligus beli.
9

Sedangkan secara therminologis, adalah tukar menukar harta
dengan harta berdasarkan keridhaan. Atau memindahkan kepemilikan
(harta) dengan adanya ganti yang diperbolehkan.
10
Sedangkan Para
Ulama memberikan definisi yang berbeda-beda.
a. Dikalangan Ulama Hanafi terdapat dua pengertian: yang pertama,
saling tukar menukar harta dengan harta melalui cara tertentu.
Yang kedua tukar menukar sesuatu yang diingini dengan sepadan
melalui cara tertentu yang bermanfaat.
b. Ulama Madzhab Maliki, SyafiI, dan Hanbali memberikan
pengertian, jual beli adalah saling menukar harta dengan harta
dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan. Definisi ini
menekankan pada aspek milik pemilikan, untuk membedakan
dengan tukar menukar harta/barang yang tidak mempunyai akibat
milik kepemilikan, seperti sewa menyewa. Demikian juga harta
yang dimaksud adalah harta dalam pengertian luas, bisa barang dan
bisa uang.
11



9
Afandi, Muhammad Yazid, 2009. Fiqh Muamalah (Dan Implementasinya Dalam
Lembaga Keuangan Syariah). Yogyakarata: Logung Pustaka. Hlm. 127
10
Al-Subaili, Yusuf, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar fiqh muamalat dan aplikasinya
dalam ekonomi modern, th, 1986, hlm. 96
11
Khairi, Miftahul, 2009. Ensiklopedi Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4 Madzhab.
Yogyakarta: Maktabah al-Hanif. Hlm. 79
11

2. Jual Beli Menurut KUH Perdata
Dalam pasal 1457 KUH Perdata:
Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
mengikat dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak
yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.
12

Pengertian hampir sama hanya saja di KUH Perdata pasal 1457
tidak disebutkan berdasarkan keridhaan atau kerelaan, akan tetapi pada
pasal 1323 dinyatakan bahwa perjanjian akan batal jika ada unsur
paksaan dengan redaksi sebagai berikut: Paksaan yang dilakukan
terhadap orang yang membuat suatu perjanjian, merupakan alasan
untuk batalnya perjanjian, juga apabila paksaan itu dilakukan oleh
seorang pihak ketiga, untuk kepentingan siapa perjanjian tersebut
tidak telah dibuat. Juga disebutkan dalam pasal 1449 KUH Perdata
yang berbunyi : Perikatan-perikatan yang dibuat dengan paksaan,
kekhilafan atau penipuan, menerbitkan suatu tuntutan untuk
membatalkannya.

3. Menurut Bahasa
Menurut etimolgi ( bahasa ) yang dalam Hukum Islam dikenal
dengan istilah al-bai.Dalam istilah Islam, kata jual beli sebenarnya
mengandung suatu pengertian yang berasal dari bahasa arab yaitu dari
kata baiyang mempunyai arti menjual.
Pengertian jual beli sebagaimana ditegaskan oleh M. Hasbi Ash
Shiddieqi dalam bukunya Hukum-hukum Fiqh Islam, yaitu
mengalihkan hak milik kepada seseorang sesuatu barang dengan
menerima daripadanya harta ( harga) atas dasar keridhaaan kedua
belah pihak ( pihak penjual dan pihak pembeli ).
13

Sebagaiman firman Allah SWT dalam Surat Yusuf ayat 20:

12
Subekti dan Tjitrosudibio, 2008. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk
Wetboek). Jakarta: PT Prasnya Paramita. Hlm. 147
13
M. Hasbi Ash Shiddieqi, Hukum-hukum Fiqh Islam, cet.II, Semarang: Pustaka Rizqi
Putra, 2001, hlm. 32
12

:. __.:, _> >: ::.-. .l , _. _.>l _
Artinya : dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu
beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik
hatinya kepada Yusuf (Qs. Yusuf ayat 20).
14


Dari berbagai pengertian diatas, dapatlah diketahi bahwa
pengertian jual beli secara istilah itu mengandung unsur-unsur sebagai
berikut :
a. Adanya tukar menukar
b. Adanya pengalihan benda atau hak milik
c. Adanya ganti
d. Adanya unsur rela sama rela
e. Adanya cara-cara tertentu yang dibenarkan syara.

4. Menurut syara
Pengertian jual beli () secara syara adalah tukar menukar
harta dengan harta untuk memiliki dan memberi kepemilikan.
Sebagian ulama lain memberi pengertian :
a. Menurut Ulama Hanafiyah : Pertukaran harta (benda) dengan
harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).
15

b. Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu : Pertukaran harta
dengan harta untuk kepemilikan.
16

c. Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni : Pertukaran
harta dengan harta untuk saling menjadikan milik.
d. Tukar menukar harta meskipun ada dalam tanggungan atau
kemanfaatan yang mubah dengan sesuatu yang semisal dengan
keduanya, untuk memberikan secara tetap.

14
Al-Quran, Surat Yusuf, Ayat 20, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir Al-
Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 73
15
Alauddin al-Kasani, Badai ash-ShanaI fi Tartib asy-Syarai, juz 5, Cet. Ke III, th
1998, hal. 133
16
Muhammad asy-Syarbini, Mugni al-Muhtaj, juz 2, Cet, ke II, tahun 1996, hal. 2
13

e. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan
jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas
dasar saling ridha.
f. Saling tukar harta, saling menerima dapat dikelola dengan ijab dan
qabul dengan cara yang sesuai dengan syara.
g. Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan
dan memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara
yang dibolehkan.
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli
ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai secara ridha di antara kedua belah pihak, yang satu
menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan
perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara dan disepakati.

B. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli dibenarkan oleh al-Quran, al-Sunnah dan Ijma umat.
Jual beli merupakan usaha yang baik mencari rizqi dan pada hakikatnya
jual beli dapat berlangsung antara kedua belah pihak (pihak penjual dan
pihak pembeli ) dengan ijab dan qobul yang berdasar pada keadaan jiwa
yang tidak ada paksaan antara keduanaya. Adapun dasar hukum tentang
jual beli sebagai berikut :

1. Al-Quran
Allah SWT. Telah mengajarkan dengan firmanya dalam Surat
al-Baqarah 275
_> < _,,l > ,l _. ___
Artinya : Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS.
Al-Baqarah 275.)
17



17
Al-Quran, Surat al-Baqarah, Ayat 275, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan
Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 69.
14

Dari ayat tersebut diatas telah memberikan pengertian
bahwa Allah telah menghalalkan jual beli kepada hambanya
dengan baik dan dilarang mengadakan jual beli yang mengandung
unsur riba atau merugikan orang lain. Dalam al-Quran telah
disebutkan :

!!,!., _ `.., l!. >l. ,., _L.,l!, | _>.
:.> _s _. >.. l.1. >.. | < l >, !.,> __


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu,
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
(Qs. Surat Al-Nisa, ayat 29)
18


2. As-Sunnah


Artinya : Dari Rifaah r.a (katanya ) sesungguhnya Nabi
Muhammad saw. Pernah ditanyai manakah usaha yang
paling baik ? beliau menjawab : ialah amal usaha
seseorang dengan tangan sendiri dan semua jual beli yang
bersih. (Hadits riwayat Al Bazzar dan di nilai shahih oleh
Al Hakim).
19


Hadits tersebut menjadi dalil yang menunjukkan adannya
penetapan suatu yang disenangi oleh tabiat manusia diantara usaha
pengusaha (orang) Rasulullah saw. Hanya ditanyai usaha yang baik

18
Al-Quran, Surat Al-Nisa, ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir
Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 122.
19
Abubakar Muhammad, Terjemahan Subulussalam, Cetakan ke I, Al-Ikhlas, Surabaya-
Indonesia, 1995, hlm. 14
15

yaitu usaha yang paling halal dan paling banyak berkahnya.
Didahulukan sebutan usaha tanggan itulah yang paling utama
keutamaan usaha tanggan itu ditunjukkan pula oleh hadits yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari.

) (
Artinya : Jual beli hannya dengan saling suka sama suka.
20


Oleh karena kesukaan (kerelaan) itu adalah termasuk perkara
sembunyi tidak dapat diamati, maka wajiblah ketergantungan hukum
dengan cara-cara yang nampak yang menunjukkan suka sama suka
yaitu, ucapan penyerahan dan penerimaan jual beli itu harus dengan
ucapan yang tegas lafadnya agar sempurna dan mantap rasa suka sama
suka. Dikecualikan jual beli yang sedikit dari pernyataan jual beli itu
karena sudah berlaku tradisi orang-orang muslim tentang hal itu tanpa
pernyataan ijab dan qobul. Menurut pendapat jumhur ulama ini,
menurut Imam Syafii harus ada pernyataan ijab dan qobuldari kedua
belah pihak (penjual dan pembeli) sebagaimana pada jual beli lainnya.

) (


Artinya : dari Anas r.a beliau bekata : Rasulullah saw. Melarang
Muhaqalah (jual beli tanaman yang masih di ladang),
Mukhadlaroh (ijon), Mulamasah (jual beli dengan sistem
lempar) dan Muzabanah (jual beli dengan dorongan).
Diriwayatkan oleh : Al-Bukhari.
21





20
Ibid, Abubakar Muhammad, hlm. 12
21
Op.Cit, Abubakar Muhammad, hlm. 18
16

3. Ijma
Para ulama telah sepakat bahwa hukum jual beli itu mubah
(dibolehkan) dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu
mencukupi kebutuhan dirinya tanpa bantuan orang lain. Namun
demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya
itu harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. Hukumnya
berubah menjadi haram kalau meninggalkan kewajiban karena terlalu
sibuk sampai dia tidak menjalankan kewajiban ibadahnya.
Allah SWT berfirman (Q.S. Al-Jumuah 62 : 9-10)

!!., _ `.., :| _:. :l.ll _. ,, -.>l -`.! _|| : <
': _,,l >l: ,> >l | `.. .l-. _ :| ,. :l.l
`:..! _ _ -., _. _. < `: < ,. >l-l >l.

Artinya :Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli
[1475]
. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Q.S. Al-Jumuah
62 : 9-10)
22


Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin
telah azan di hari Jum'at, maka kaum muslimin wajib bersegera
memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalkan semua
pekerjaannya. Hukumnya berubah menjadi haram apabila melakukan
jual beli dengan tujuan untuk membantu kemaksiatan atau melakukan
perbuatan haram.
Menurut Imam asy-Syatibi (ahli fiqih bermadzhab Maliki),
hukumnya bisa berubah menjadi wajib dalam kondisi tertentu seperti

22
Al-Quran, Surat Al-Jumuah, ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir
Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 374.
17

kalau terjadi ihtikar (penimbunan barang) sehingga persediaan barang
hilang dari pasar dan harga melonjak naik.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli
Jual beli merupakan salah satu cara untuk memperoleh milik
sempurna dengan akad (perikatan) pemindahan mulai dari seseorang
kepada orang lain. Sebagai suatu akad jual beli tentunya mempunyai rukun
dan syarat yang harus dipenuhi sehinga jual beli tersebut sah dan
diperbolehkan oleh syara.
Dalam menentukan jual beli ini terdapat perbedaan para ulama
fiqih, Rukun jual beli menurut madzhab Hanafi hanya satu, yaitu Ijab
(ungkapan menjual dari penjual) dan Qobul ( ungkapan membeli atau
menerima dari pembeli.) menurut yang menjadi rukun jual beli itu
hanyalah kerelaan (rida/taradi) kedua belah pihak untuk melakukan jual
beli. Namun karena unsur kerelaan itu merupakan undur hati yang tidak
kelihatan maka diperelukan indikator yang menentukaan kerelaan tersebut
yang bisa tergambar dalam ijab dan qobul, atau melalui cara saling
memberikan barang dan harga barang (taati).
23

Hal itu berbeda dengan pendapat ulama jumhur yang mengatakan
bahwa rukun jual beli itu ada empat yaitu :
1. Orang yang beraqad (penjual dan pembeli)
2. Sighat (lafadz ijab dan qabul)
3. Ada barang yang dibeli
4. Ada nilai tukar penganti barang.
24

Syakh Muhammad Asy-syarbini Al Katib dalam kitabnya Al Iqna
memberikan penjelasan bahwa rukun jual beli itu ada tiga, tetapi pada
hakikatnya ada enam, yaitu :
a. Ada aqid atau penjual dan pembeli
b. Adanya maqudalaih, yaitu harga dan barang

23
Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm.
250
24
Adiwarman Karim, Fiqih Muamalah, Gema Insani Press, Jakarta, 1999, hlm. 61
18

c. Adanya sighat, yaitu ijab dan qobul.
25

Pendapat tersebut diperkuat oleh Abdurrahman Al-Jaziri yang
berpendapat bahwa rukun jual beli itu ada enam macam yaitu :
a) Penjual
b) Harga
c) Pembeli
d) Barang
e) Ijab
f) Qabul.
26


1. Rukun Jual beli
Adapun yang menjadi rukun dalam perbuatan hukum jual beli
terdiri dari :
a. Adanaya pihak penjual dan pihak pembeli
b. Adanya barang yang dibeli
c. Adanya lafadz
d. Adanya nilai tukar penganti barang
Dalam suatu perbuatan jual beli, keempat rukun ini
hendakanya dipenuhi, sebab andai kata salah satu rukun tidak dapat
dipenuhi, maka perbuatan tersebut tidak dapat dikategrikan
perbuatan jual beli.
27


2. Syarat-syarat Sahnya Jual Beli
Agar suatu jual beli yang dilakuakan oleh pihak penjual dan
pihak pembeli sah, maka harus memenuhi syarat-syaratnya yaitu:
1) Tentang subjeknya
Bahwa kedua belah pihak yang melakukan perjanjian jual beli
tersebut haruslah memenuhi beberapa persyaratan antara lain :

25
Syekh Imam Taqyuddin Abi Bakar, Khifayatul Ahyar, .Bandung, th 1999, hlm. 57
26
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Muamalah, Al-Maarif, Bandung, 1999, hlm.153
27
Nasrun Haeron, Fiqih Muamalah, cet, I, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000, hlm.114
19

(a) Hendaknya orang yang melakukan transaksi tersebut sudah
mumayyiz
(b) Hendaknya dilakukan oleh orang yang berakal atau tidak
hilang kesadarannya.
(c) Hendaknya transaksi ini di dasarkan pada prinsip-prinsip
taradli.
(d) Hendaknya keduanya tidak mubazir.
2) Tentang Objeknya
Tentang syarat-syarat yang boleh dan sah diperjualbelikannya
barang yang dijadikan sebagai objek akad atau maqud
alaihnya adalah sebagai berikut :
(a) Barang yang halal dipergunakan
(b) Barang yang bermanfaat
Bersandar pada Firman Allah SWT.

> _ l> >l !. _ _ !-,.> __
Artinya : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada
dibumi. (Qs. Al-baqarah: 29)
28


(c) Barang yang dimiliki
(d) Barang yang dapat diserahterimakan
(e) Barang dan harga yang jelas
(f) Barang yang dipegang

3) Tentang Lafadz ( kalimat ijab qabul)
Ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi
perikatan yang diinginkan, sedang qabul adalah pernyataan
pihak kedua untuk menerimanya. Ijab qabul itu diadakan
dengan maksud untuk menunjukan adanya suka rela timbal

28
Al-Quran, Surat al-Baqarah, Ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir
Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 73.
20

balik terhadap perikatan yang dilakukan oleh kedua pihak yang
bersangkutan.
Adapun syarat yang harus dipenuhi pada syarat ijab
qabul dilangsungkan antara lain :
(1) satu sama lain berhubungan dalam satu tempat tanpa
pemisahan yang rusak.
(2) Ada kesepakatan antara ijab dan qabul pada barang berupa
barang yang dijual dan harga barang, apabila keduanya
tidak sepakat maka jual beli tersebut tidak sah.
(3) Ungkapan harus menunjukkan masa lalu, seperti perkataan
penjual, saya telah membeli dan perkataan pembeli saya
telah terima, atau masa sekarang jika yang diinginkan
pada waktu itu juga seperti, aku sekarang jual dan aku
sekarang beli.

D. Macam-macam Jual Beli
Dalam hukum islam dikenal beberapa macam dan bentuk jual beli.
Menurut Moh. RifaI dalam bukunya Fiqih menurut Madzhab SyafiI
bahwa jual beli itu ada tiga macam, yaitu :
1. Jual beli barang yang bisa dilihat, maka boleh
2. Jual beli barang yang hanya menyembuyikan sifat-sifatnya saja.
3. Jual beli barang yang tidak dapat dilihat, maka tidak boleh.
29

Sedangkan menurut jumhur ulama jual beli itu terbagi menjadi
dua macam, yaitu:
a. Jual beli yang shahih, yaitu apabila jual beli itu disyariatkan,
memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, barang yang
ditentukan, barang yang diperjual belikan bukan milik orang lain
dan tidak terkait dengan hak khiyar lagi.
b. Jual beli yang bathil, yang kebalikan dari yang shahih atau apabila
salah satu atau seluruh rukun dan syaratnya tidak terpenuhi, atau

29
Moh. RifaI, Fiqih Muamalah, Gema Insani Press Jakarta, 2000, hlm. 179
21

jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan. Seperti jual
beli barang-barang yang diharamkan oleh syara dan barang-
barang najis.
30

sedang jual beli dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Jual beli gharar, yaitu jual beli barang dengan cara menipu.
b) Jual beli salam, yaitu jual beli dengan bertempi atau jual beli
dengan berpesan barang terlebih dahulu dengan ditentukan
sifat-sifatnya, jenis barangnya serta ukuranya secara rinci
dengan harga yang telah ditetapkan.
c) Jual beli Mutlaq, yaitu jual beli barang dengan uang
d) Jual beli tauliyyah yaitu, penjualan dengan harga pembelian
barang berikut untung yang diketahui
e) Jual beli murabahah, yaitu penjualan dengan harga pembelian
barang berikut untung yang diketahui
f) Jual beli wadiah, yaitu penjualan dengan harga dibawah
pembelian
g) Jual beli Inah, yaitu seseorang menjual pada orang lainya
dengan harga tempo, lalu sesuatu diserahkan kepada pembeli,
kemudian penjul itu membeli kembali sesuatu tadi sebelum
harganya diterima dengan harga yang lebih rendah dari
penjualanya tadi.
h) Jual beli jizaf, yaitu sesuatu beenda yang belum diketahui
perkiraanya secara terperinci.
31


1. Jual Beli Yang Dilarang
Jual beli ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang,
berikut jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah:
- Barang yang dihukumkan najis oleh agama seperti anjing, babi,
berhala, bangkai dan khamar.

30
Ibid, Moh. RifaI, Fiqih Muamalah,hlm. 180
31
Sayyid Syabiq, Terjemah Fiqih Sunnah Jilid III, Maarif, Bandung, 1994, hlm. 82-83
22

- Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya.
- Jual beli dengan mukhadharah yaitu menjual buah-buahan yang
belum pantas untuk dipanen.
- Jual beli dengan munabadzah yaitu jual beli secara lempar-
melempar.
- Jual beli gharar yaitu jual beli yang samar sehingga kemungkinan
adanya penipuan .
- Larangan menjual makanan sehingga dua kali ditakar, hal ini
menunjukkan kurang saling mempercayainya antara penjual dan
pembeli.
32


2. Hukum dan Sifat Jual Beli
Ditinjau dari hukum dan sifat jual beli, jumhur ulama
membagi jual beli menjadi dua macam, yaitu:
a. Jual beli yang dikategorikan sah (shahih), yaitu jual beli yang
memenuhi ketentuan syara, baik syarat maupun rukunnya.
b. Jual beli yang dikategorikan tidak sah, yaitu jual beli yang tidak
memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli
menjadi rusak (fasid) atau batal. Dengan kata lain, menurut
jumhur ulama, rusak atau batal memiliki arti yang sama.
Adapun Ulama Hanafiyah membagi hukum dan sifat jual
beli menjadi jual beli sah, batal, dan rusak.
a) Jual beli shahih adalah jual beli yang memenuhi ketentuan
syariat. Hukumnya sesuatu yang diperjualbelikan menjadi
milik yang melakukan akad.
b) Jual beli batal adalah jual beli yang tidak memenuhi salah
satu rukun, atau yang tidak sesuai dengan ketentuan syariat,
yakni orang yang akad bukan ahlinya, seperti jual beli yang
dilakukan oleh orang gila dan anak kecil.

32
Ibid, hlm. 192
23

c) Jual beli rusak adalah jual beli yang sesuai dengan ketentuan
syariat pada asalnya, tetapi tidak sesuai dengan syariat pada
sifatnya, seperti jual beli yang dilakukan oleh orang yang
mumayyiz, tetapi bodoh sehingga menimbulkan
pertentangan.
33


E. Gharar
1. Pengertian Gharar
Menurut bahasa Arab, makna al-gharar adalah, al-
khathr (pertaruhan) Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
menyatakan, al-gharara adalah yang tidak jelas hasilnya (majhul al-
aqibah). Sedangkan menurut Syaikh As-Sadi, al-gharar adalah al-
mukhatharah (pertaruhan) dan al-jahalah (ketidak jelasan). Perihal ini
masuk dalam kategori perjudian. Dari penjelasan ini dapat diambil
pengertian, yang dimaksud jual beli gharar adalah, semua jual beli
yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan, atau perjudian.
34

Sedangkan jula-beli gharar menurut keterangan Syaikh As-
Sadi, termasuk dalam kategori perjudian. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah sendiri menyatakan, semua jual beli gharar seperti
menjual burung di udara, onta dan budak yang kabur, buah-buahan
sebelum tampak buahnya, dan jual beli al-hashaah (perjudian),
seluruhnya termasuk perjudian yang diharamkan Allah di dalam Al-
Quran.
Kemudian dijelaskan mengenai hukum gharar berdasarkan
hadits Rasululullah dan Firman Allah adalah sebagai berikut :
Dalam syariat Islam, jual beli gharar ini terlarang. Dengan
dasar sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits
Abu Hurairah yang berbunyi.

33
Ibnu Masud, Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafii, jilid I , Bandung: Pustaka Setia,
2007,hlm. 24
34
Al-Waaji Fi Fiqhu Sunnah wa Kitab Al-Aziz, Abdul Azhim Badawi, Cet. I, Th.1416H,
Dari Ibnu Rajab, Hal. 332
24

Artinya: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang jual beli
al-hashah dan jual beli gharar.
35


!!., _ `.., !..| `.>' .,.l ,!.. `.l _> _. _.s
_.L,:l :,..>! >l-l >l. _

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (Qs. Al-Maidah ayat 90)
36



2. Hukum Jual Beli Gharar
Jual beli gharar dilarang dalam Islam berdasarkan al Quran
dan Hadis Nabi. Larangan jual beli gharar dalam al Quran didasarkan
kepada ayat-ayat yang melarang memakan harta orang lain dengan
cara batil, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
!!., _ `.., !..| `.>' .,.l ,!.. `.l _> _. _.s
_.L,:l :,..>! >l-l >l. _

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (Qs. Al-Maidah ayat 90)
37


Alasan pelarangan jual beli gharar menurut Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah selain karena memakan harta orang lain dengan cara batil, juga
merupakan transaksi yang mengandung unsur judi, seperti menjual burung
di udara, onta dan budak yang kabur, buah- buahan sebelum tampak

35
HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab: Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi
Gharar, 1513
36
Al-Quran, Surat al-Maidah, Ayat 90, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir
Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 12
37
Al-Quran, Surat al-Maidah, Ayat 90, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir
Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 12
25

buahnya, dan jual beli hashah. Sedang judi dalam al Quran sangat jalas
pengharamannya.
38

Adapun larangan jual beli gharar dalam hadis Nabi sesuai dengan
hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa, Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam melarang jual beli alhashahdan jual beli
riwayat lain yang diriwayatkan oleh jamaah tsiqat para sahabat yang
terpercaya, bahwa Rasulullah saw telah melarang seluruh transaksi jual beli
gharar.

3. Jenis-jenis Gharar
Dilihat dari peristiwanya, jual-beli gharar bisa ditinjau dari tiga sisi
sebagai berikut :
a. Pertama: Jual-beli barang yang belum ada (madum), seperti jual
beli habal al habalah (janin dari hewan ternak).
b. Kedua: Jual beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang
muthlak, seperti pernyataan seseorang: Saya menjual barang
dengan harga seribu rupiah, tetapi barangnya tidak diketahui
secara jelas, atau seperti ucapan seseorang: Aku jual mobilku ini
kepadamu dengan harga sepuluh juta, namun jenis dan sifat-
sifatnya tidak jelas. Atau bisa juga karena ukurannya tidak jelas,
seperti ucapan seseorang: Aku jual tanah kepadamu seharga
lima puluh juta, namun ukuran tanahnya tidak diketahui.
c. Ketiga: Jual-beli barang yang tidak mampu diserah terimakan.
Seperti jual beli budak yang kabur, atau jual beli mobil yang
dicuri. Ketidak jelasan ini juga terjadi pada harga, barang dan
pada akad jual belinya.
Ketidak jelasan pada harga dapat terjadi karena
jumlahnya, seperti segenggam dinar. Sedangkan ketidak jelasan
pada barang, yaitu sebagaimana dijelaskan di atas. Adapun

38
Ibn Taimiyyah, Mukhtashar Al-Fatawa Al-Mishriyyah, tahqiq, Abdul Majid Sulaim,
(Kairo: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, tt), hlm. 342
39
Imam Muslim, Shahih Muslim, ter. Mamur Daud, jilid III, Kitabul Buyu, (Jakarta:
Widjaya, 1993), hlm. 139
26

ketidak-jelasan pada akad, seperti menjual dengan harga 10
Dinar bila kontan dan 20 Dinar bila diangsur, tanpa menentukan
salah satu dari keduanya sebagai pembayarannya.
Syaikh As-Sadi menyatakan: Kesimpulan jual-beli
gharar kembali kepada jual-beli madum (belum ada wujudnya),
seperti habal al habalah dan as-sinin, atau kepada jual-beli yang
tidak dapat diserahterimakan, seperti budak yang kabur dan
sejenisnya, atau kepada ketidak-jelasan, baik mutlak pada
barangnya, jenisnya atau sifatnya.
40


F. Manfaat Jual Beli
Terdapat banyak manfaat di dalam jual beli, diantaranya :
1. Dapat menta struktur kehidupan masyarakat yang menghargai hak
milik orang lain.
2. Dapat memenuhi kebutuhan atas dasar kerelaan atau suka sama suka.
3. Masing-masing pihak merasa puas.
4. Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang
haram (batil).
5. Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah.
6. Menumbuhkan ketentraman dan kebagiaan.
7. Melaksanakan Jual Beli yang benar dalam kehidupan.
Jual Beli itu merupakan bagian dari pada taawun (saling
tolong menolong). Bagi pembeli menolong penjual yang
membutuhkan uang, sedangkan bagi penjual juga berarti menolong
pembeli yang sedang membutuhkan barang. Karenanya jual beli itu
adalah perbuatan yang mulia dan pelakunya mendapatkan ridha dari
Allah, bahkan Rasulullah menegaskan bahwa penjual yang jujur dan
benar kelak diakhirat akan ditempatkan bersama para Nabi, syuhada
dan orang-orang shaleh. Akan tetapi lain halnya apabila didalam jual
beli itu terdapat unsur kedzaliman, seperti berdusta, mengurangi

40
http://pemikirkaya.com/kewangan-islam/apa-itu-gharar/, diambil 2/20/2013
27

takaran, dan lainnya. Maka tidak lagi bernilai ibadah, tetapi sebaliknya
yaitu perbuatan dosa. Untuk menjadi pedagang yang jujur itu sangat
berat, tetapi harus disadari bahwa kecurangan dan kebohongan itu
tidak ada gunanya. Jadi usaha yang baik dan jujur itulah yang paling
menyenangkan yang nantinya akan mendatangkan keberuntungan,
kebahagiaan dan sekaligus Ridha Allah.
41


G. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Nama : Khamdan
Nim : 20 20 39
Judul : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pelaksanaan
Jual Beli Kain Kiloan di Toko Monica Tekstil Desa
Dari kesimpulan pembuat skripsi terdahulu antara lain sebagai
berikut :
1. Praktek jual beli kain kilon di toko monica tekstile Desa Ngaluran
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak dalam menentukan
harga tidak memakai meteran pada umumnya, namun mengunakan
patokan timbanagan.
2. Dalam pandangan hukum Islam pelaksanaan jual beli kain kilon di
Toko Monica Tekstil Desa Ngaluran Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Demak dengan memakai timbangan adalah boleh
karena atas pengetahuan dan kerelaan penjual dan pembeli.

2. Nama : Mohammad Toyib
Nim : 20 40 82
Judul : Analisis Terhadap Jual Beli Buah buahan
Dengan Jizaf ( Taksiran ) di Desa Kuwukan
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

41
Op. Cit, Ibnu Masud, bnu Masud, Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafii, jilid I, hlm
79
28

Penulis dalam membahas dan menguraiakan kajian dalam
skripsi yang berjudul Analisis Terhadap Jual Beli Buah buahan
Dengan Jizaf ( Taksiran ) di Desa Kuwukan Kecamatan Dawe
Kabupaten Kudus judul skripsi tersebut menurut penulis relevan
kebanyakan warga masyarakat di Desa Kuwukan Berpenghasilan
dari buah-buahan.
Adapun kesimpulan dalam penelitian skripsi terdahulu sebagai
berikut :
1. Bahwa jual beli dengan jizaf ( taksiran ) merupakan jual beli
yang tidak mengunakan ukuran yang pasti, tidak memakai
timbanagan maupun ukuran ( Taksiran atau Kira-kira saja )
karena jual beli jizaf adalah jual beli yang tidak diketahui
kadarnya secara terperinci. Adapun caranya jual beli dengan
jizaf kedua belah pihak ( pihak penjual dan pihak pembeli )
melakukan akad mengenai perihal barang yang ada, tetapi
tidak diketahui kecuali dengan pikiran oleh para ahli yang
biasanya jarang meleset. Sekirannya nanti terjadi
ketidakpastian, biasanya pula bukan hal yang berat bisa saling
memaafkan karena kecilnya kekeliruan. Proses pelaksaan jual
beli jizaf itu seperti proses jual beli barang lainnya, yaitu harus
ada penjual, pembeli dan barang yang diperjualbelikan.
Adapun pelaksanaan jual beli jizaf itu sendiri dapat
dilaksanakan dimana buah-buahan itu berada baik dalam
keranjang maupun masih pada tangkainya, bahkan di dalam
rumahpun bisa asalkan si pembeli sudah melihat barang yang
dijadikan obyek jual beli.
2. Pengaruh timbulnya jual beli jizaf dikarenakan adanya panen
yang bersamaan ( panen secara serentak ) dengan panen
semacam ini akan sangat mempengaruhi sekali pada
perkembangan ekonomi para petani dan juga karena perawatan
yang cukup lama. Untuk itu agar tidak terjadi kerugian yang
29

lebih banyak lagi maka petani mengunakan jizaf (taksiran)
sebab dengan sistem ini petani tidak mengeluarkan biaya lebih
banyak lagi dalam memanen dan perawatanya, selain itu juga
jual beli dengan sistem jizaf juga merupakan adat kebiasaan
masyarakat yang sejak dulu dilakukan.
3. Transaksi jual beli jizaf yang dilakukan di Desa Kuwukan
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus hukumnya diperbolehkan
karena sudah mengacu pada aspek syarat dan rukun jual beli,
dimana ada penjual ada pembeli dan ada barang yang
diperjualbelikan dan tidak menyimpang dari ketentuan Islam
serta berdasar pada Hukum adat. Syarat dan rukun jual beli
dengan sistem jizaf (taksiran) sudah sesuai dengan syarat
rukun yang telah digariskan dalam fiqih, karena prakteknya
sudah sesuai dengan apa yang ada dalam rukun tersebut.
Sehinga dapat dinyatakan sebagai akad yang sah meskipun
transaksi jual beli dilakukan tanpa menimbang dan menghitung
jumlah barang. Akan tetapi semaksimal mungkin
menghilangkan unsur-unsur gharar.

3. Nama : Yuliana Ria Dewi
Nim : 06380009
Judul : Jual Beli Pakaian Jadi Secara Hutang di Konveksi
Andik Desa Kauman Kalitengah Wedi Klaten.
ABSTRAK Jual beli merupakan salah satu bentuk ibadah
dalam rangka mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang tidak terlepas dari hubungan sosial. Jual beli yang sesuai
dengan syari'at Islam adalah jual beli yang tidak mengandung
unsur penipuan, kekerasan, pemaksaan, kesamaran dan riba, juga
hal lain yang dapat menyebabkan kerugian dan penyesalan dari
pihak lain. Jual beli tidak selamanya dilakukan secara langsung,
tetapi ada juga yang pembayarannya dilakukan secara hutang yaitu
30

menjual sesuatu dengan pembayaran tertunda dengan perjanjian
pihak pembeli akan mengembalikan hutangnya dengan jumlah
yang sama sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Sistem ini
mulai diminati banyak kalangan, karena rata-rata manusia itu
datang dari kalangan menengah ke bawah, yang mana kadang-
kadang mereka terdesak untuk membeli barang tertentu yang tidak
bisa dia beli dengan kontan sehingga hutang adalah pilihan yang
mungkin dirasa tepat. Dalam hal ini penyusun ingin mengamati
dampak sosiologis yang ditimbulkan dari praktik jual beli pakaian
jadi secara hutang di Konveksi ANDIK Desa Kauman Kalitengah
Wedi Klaten dan pandangan sosiologi hukum dalam praktik jual
beli pakaian jadi secara hutang di Konveksi ANDIK halal atau
haram?pembelian secara tunai dengan hutang harganya sama atau
tidak? Dalam penelitian ini penyusun menggunakan metode
penelitian yaitu jenis penelitian lapangan (field research) dan sifat
penelitiannya deskriptif-analitik, pendekatan penelitian yaitu
sosiologi hukum Islam, populasi dan sampel, teknik pengumpulan
data yaitu dengan observasi partisipatif, interview, dokumentasi,
kepustakaan, sumber data yang dipakai adalah data primer dan
sekunder, serta menggunakan analisis data kualitatif. Setelah
penyusun melakukan penelitian hasilnya dapat diketahui bahwa
latar belakang penjual melakukan praktik jual beli pakaian jadi
secara hutang adalah karena penjual tidak mempunyai langganan
tetap untuk memasarkan dagangannya. Dari pihak pembeli
melakukan praktik pembelian secara hutang dilatarbelakangi oleh
kurangnya modal yang cukup, dagangannya kurang lancar, modal
yang terbatas. Dampak sosiologis dari praktik jual beli pakaian jadi
secara hutang di Konveksi ANDIK bagi penjual adalah usahanya
menjadi lancar, mendapatkan pelanggan yang tetap, dagangannya
menjadi laku terus, kalau mendapat pembeli yang sulit maka pihak
penjual akan rugi. Dampak sosiologis dari praktik jual beli pakaian
31

jadi secara hutang di Konveksi ANDIK bagi pembeli adalah
dagangannya menjadi lancar, dagangannya menjadi laku dan
bervariasi modelnya, apabila ingin membeli lagi tetapi belum dapat
melunasi hutangnya maka hutangnya menjadi bertambah, sudah
ada ikatan hutang sehingga mau tidak mau harus membeli lagi.
Praktik jual beli pakaian jadi secara hutang di Konveksi ANDIK
menurut pandangan sosiologi hukum adalah halal. Alasannya
selama kedua belah pihak sudah sepakat dengan persetujuan yang
telah dibuat dan selama kedua belah pihak tidak dirugikan satu
sama lain. Konveksi ANDIK tidak menerapkan penambahan harga
dalam praktik jual beli pakaian jadi secara hutang, sehingga harga
pembelian secara tunai dengan pembelian secara hutang harganya
sama dan pembeli yang melakukan praktik pembelian secara
hutang lebih banyak dari pada pembeli yang membeli secara tunai.

H. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
Dari kesimpulan perbedaan pembuat skripsi terdahulu dengan
skripsi yang saya angkat antara lain sebagai berikut :
a. Praktek jual beli kain kilon di toko monica textile Desa Ngaluran
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak dalam menetukan harga
tidak memakai meteran pada umumnya, namun mengunakan patokan
timbanagan.
Sedangkan dalam penelitian skripsi yang saya angkat ini adalah jual
beli yang tidak mengunakan meteran dan timbangan, namun
mengunakan taksiran dalam karung
b. Dalam pandangan Hukum Islam pelaksanaan jual beli kain kilon di
Toko Monica Tekstil Desa Ngaluran Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Demak dengan memakai timbangan adalah boleh karena
atas pengetahuan dan kerelaan penjual dan pembeli.
c. jual beli dengan jizaf ( taksiran ) merupakan jual beli yang tidak
mengunakan ukuran yang pasti, tidak memakai timbanagan maupun
32

ukuran ( Taksiran atau Kira-kira saja ) karena jual beli jizzaf adalah
jual beli yang tidak diketahui kadarnya secara terperinci.
d. Timbulnya jual beli jizaf dikarenakan adanya panen yang bersamaan (
panen secara serentak ) dengan panen semacam ini akan sangat
mempengaruhi sekali pada perkembangan ekonomi para petani dan
juga karena perawatan yang cukup lama. Untuk itu agar tidak terjadi
kerugian yang lebih banyak lagi maka petani meengunkan jizaf
(taksiran) sebab dengan sistem ini petani tidak mengeluarkan biaya
lebih banyak lagi dalam memanen dan perawatanya, selain itu juga
jual beli dengan sistem jizaf juga merupakan adat kebiasaan
masyarakat yang sejak dulu dilakukan.

I. Kerangka Berfikir
Islam dalam praktek jual beli menganut mekanisme kebebasan
pasar yang diatur bahwa harga itu berdasarkan permintaan dan penawaran.
Hal itu untuk melindungi pihak-pihak yang terkait dalam jual beli agar
tidak ada yang didzalimi, seperti adanya pemaksaan untuk menjual dengan
harga yang tidak diinginkan.
42

Dalam setiap wilayah mempunyai ciri khas dan roda ekonomi
tersendiri, itu terpaut dan terkondisi oleh kebutuhan masyarakat dan roda
perekonomian, terkadang pasar hanya ramai pada hari-hari tertentu
pasaran Di mana pasar itu hanya melakukan aktifitas pada gilirannya,
yaitu umunya terjadi di daerah pedesaan. Tetapi beda halnya dengan
wilayah yang berada di Desa Demangan Kecamatan Kota Kudus itu
terkenal dengan sektor Home Indusri Konveksi karena ada banyak
pembuat pakaian, celana serta aksesoris keperluan rumah tangga dari
jenis-jenis kain, semisal kain yang biasanya digunakan dalam pembuatan
baju, celana serta aksesoris rumah tangga adalah kain Cotton, TC (teteron
cotton), PE (polyester), Wool, Jersy dan kain Drill. Dalam proses

42
Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta : BPFE, 1987)
hlm. 17
33

pembuatan bahan kain tersebut beroperasi setiap hari, tidak tergantung
pada kondisi apapun. Tentunya di Desa Demangan yang terkenal dengan
sektor konveksi terdapat salah satu perbuatan hukum yaitu adanya
transaksi jual beli kain sisa dari pembuatan pakaian maupun celana dll.
Kemudian menurut pengamatan sementara Praktek Jual Beli Kain
Perca (Dodotan) Di Desa Demangan, ijab qabul dilakukan ketika jual beli
sedang berlangsung serta alat bukti bisa dikatakan hampir semua pedagang
dan penjual tidak menggunakan. Sedangkan pedagang mencampur semua
potongan kain dengan plastik maupun kerdus sisa dari pemotongan kain
tersebut. Selain itu, barang yang tidak cocok atau ada cacat barang maka
barang tersebut bisa dikembalikan dan ada juga diganti dengan barang
lain. Sehingga dalam praktek jual beli pakaian tersebut terdapat satu hal
yang meragukan bila ditinjau dari norma Hukum Islam karena rukun dan
sayarat jual beli belum terpenuhi.
Sedangkan dalam buku-buku kajian fikih, mengenai jual beli telah
dibahas aturan-aturannya secara global seperti larangan menipu,
menimbun, menyembunyikan cacat barang, mengurangi timbangan dan
lain sebagainya untuk keselamatan dunia perdagangan. Akan tetapi
pembahasan mengenai laba atau keuntungan yang boleh diambil dalam
jual beli masih sedikit, meskipun hal ini memiliki kedudukan yang sangat
penting. Keuntungan merupakan buah dari kegiatan bisnis yang dapat
digunakan untuk menjaga kelangsungan usaha juga sebagai pendorong
untuk bekerja lebih efisien. Keuntungan yang dicapai merupakan ukuran
standar perbandingan dengan bisnis yang lainnya.
Untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan, ada banyak cara
yang dilakukan penjual sebagai upaya mempengaruhi konsumen agar
membeli barang yang dijualnya dan hal ini sangat wajar dilakukan. Akan
tetapi sering terjadi ketidakstabilan harga dalam penjualannya dan
kurangnya pengetahuan tentang bagaimana menentukan keuntungan,
menjadikan kondisi seperti ini sering dimanfaatkan oleh pihak penjual
yang hanya memikirkan keuntungan materi dan menonjolkan
34

keegoisannya tanpa melihat lingkungan sekitar sehingga ujung-ujungnya
konsumen yang dirugikan.
Masih banyak masyarakat awam yang tidak mengerti faktor apa
saja yang harus diperhatikan dalam menentukan berapa besar keuntungan
yang boleh diambil dalam perdagangan dan bagaimana menjual barang
yang tidak merugikan pembeli atau konsumen. Sehingga banyak terjadi
harga yang ditentukan sesuai dengan kemauan masing-masing individu
tanpa melihat apakah keuntungan yang diambil dari barang yang dijual
tersebut sesuai atau tidak menurut Islam.
Berangkat dari kenyataan di atas, bahwa penulis tertarik untuk
mengkaji tentang bagaimana praktek jual beli kain perca (dodotan) dengan
sistem karungan ditinjau dari Hukum Islam agar memperoleh status
Hukum Islam dengan jelas tentang praktek transaksi jual beli kain perca.
Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti lebih jauh terhadap
praktek transaksi jual beli kain perca tersebut dengan judul:
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kain Perca (dodotan)
Dengan Sistem Karungan
( Studi Kasus di Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ).













35

1. Label kerangka

























Produk Pemikiran
HUkum Islam
Sumber Hukum
1. Fiqih
2. Fatwa
3. Kompilasi
4. Jurisprudensi
5. Undang - Undang
Al - Hadits Al Quran
Jual Beli
Kain Perca
Tidak Boleh
Haram

Boleh
Halal

36

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian merupakan sarana yang digunakan oleh manusia untuk
memperkuat serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Adapun fungsi atau
peran metode penelitian diantaranya adalah memberikan kemungkinan
yang lebih besar untuk meneliti hal-hal yang belum diketahui.
43

Adapun metode yang terarah dan rasional adalah sebuah
keniscayaan dalam melakukan penelitian ilmiah sehingga diharapkan
dapat mencapai hasil yang optimal. Adapun metode penelitian yang
digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menguanakan penelitian ( field
research ) yaitu penelitian yang dilakuakan di lapangan atau di
lingkungan tertentu.
44
Dalam penelitian ini penulis melakukan studi
langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang kongkrit. Adapun
yang menjadi obyek penelitian di sini adalah tentang praktek Jual Beli
Kain Perca (dootan) dengan Sistem Karungan di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Sedang subyek dalam penelitian
skripsi adalah penjual dan pembeli kain perca dengan mengunakan
unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan masalah yang ada,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian .

2. Pendekatan Penelitian
Pedekatatn masalah dalam penelitian ini mengunakan
pendekatan penelitian normatif Hukum Islam, pendekatan ini

43
Soerjono Soekanto, PengantarPenelitian Hukum, Cet. III, Universitas Indonesia (UI),
Jakarta, 1996, hlm. 3
44
Suharmini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
Jakarta, 1998, hlm. 11
37

digunakan bertujuan untuk menemukan jawaban dalam bentuk kaidah-
kaidah Hukum Islam atau norma-norma Hukum Islam tentang jual beli
kain perca (dodotan) dengan sistem karungan di Desa Demangan Kec.
Kota Kab. Kudus.

3. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu penelitian yang
mengambarkan secara objektif permasalahan-permasalahan yang ada
dalam penelitian dan bertujuan untuk mendeskriftipkan pelaksaan jual
beli kain perca dengan sistem karungan menurut Hukum Islam. Dan
selanjutnya diadakan analisis hukum islam ( fiqh ) untuk mendapatkan
penjelasan hukumnya.

4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
subyek penelitian dengan mengunakan alat pengukur atau
pengambilan data langsung pada sumber obyek sebagai sumber
informasi yang dicari.
45
Data ini diperoleh dilapangan dengan cara
wawancara dengan para pihak yang melakukan transaksi jual beli
kain perca (dodotan) dengan sistem karungan di Desa Demangan
Kecamatana Kota Kabupaten Kudus.

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah yang diperoleh dari data lain sebagai
penunjang data primer. Dalam hal ini penulis mengambil data
sekunder dari studi kepustakaan dengan jalan mempelajari buku-
buku yang berkaitan dengan permasalahan dan pengumpulan data
lainya yang bersifat sebagai tambahan.

45
Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hlm. 91
38

Adapun subjek dalam penelitian kali ini adalah orang yang
melakukan transaksi jual beli kain perca (dodotan) dengan sistem
karungan di wilayah atau daerah tersebut. Sedangkan yang menjadi
objeck dalam penelitian kali ini adalah orang yang menjual kain
perca.

5. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian kajian ilmiah ini yang menjadi lokasi
penelitian adalah Central Home Industri Konveksi yang berada di Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data penelitian, penulis mengunakan
beberpapa metode pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data-data yang kongrit. Adapun metode-metode tersebut
adalah :

a. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu tehnik yang
dilaksanakan dengan cara menagadakan pengamatan secara teliti
serta pencatatan secara sistematis. Metode ini digunakan untuk
mengali data dari sumber hidup atau data yang ada kaitanya
dengan obyek penelitian.
46
Kaitannya dengan observasi penelitian
kali ini penulis akan melakuakn observasi di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Tentunya data-data yang
diperlukan selaku penulis yaitu tentang Praktek Jual Beli Kain
Perca (dodotan) Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.


46
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
1989, hlm 63
39

b. Metode Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
digunakan penulis untuk memperoleh data yaitu dengan bercakap-
cakap dan berhadapan muka dengan orang yang memberikan
keterangan tentang praktek jual beli kain perca (dodotan) dengan
sistem karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten
Kudus.
47
Sehubungan salah satu metode penelitian penulis
mengunakan metode wawancara, maka penlis akan mewawancarai
orang-orang yang bisa memberikan keteranagan kaitanya dengan
praktek jual beli kain perca (dodotan) dengan sistem karungan di
Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yaitu dengan
Kepala Desa, Tokoh Agama, Para Pelaku Bisnis dan orang-orang
yang melakukan transaksi jual beli itu sendiri dan masyarakat Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus pada umumnya.

c. Dokumentasi
Dokumen merupakan cacatan yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya cacatan harian, sejarah kehidupan cerita, biografi,
peraturan dan kebibjakan.
48
Data yang penulis peroleh dalam
penelitian ini adalah sejarah, visi misi, letak geografis, luas wilayah
desa, pembagian wilayah dusun dan keadaan penduduk Desa
Demangan.

d. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data triangulasi dapat diartikan
sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan dari
berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

47
Ibid, Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,Hlm. 64
48
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
Alfabeta, Bandung, 2010. Hlm. 239
40

Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang
beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman
peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

7. Metode Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan maka selanjutnya data tersebut diolah
yaitu data yang sudah dikumpulkan melalui observasi dan wawancara
di inventarisir, dikelompokkan setelah itu direduksi (pengsortiran),
mana data yang dipakai dan mana data yang tidak dipakai.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, mengfokusskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.
49
Dengan demikian data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang cukup jelas.

8. Uji Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti akan
melakukan :
a. Teknik Triangulasi
Tehnik triangulasi ini digunakan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai tehnik dan waktu.
1) Triangulasi Sumber
Yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.

2) Triangulasi Teknik
Yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan
cara mengecek data pada sumber yang sama tetapi dengan
tehnik yang berbeda. Yaitu dengan pengumpulan data
diantaranya, observasi, wawancara dan dokumentasi.

49
Ibid, Sugiono, hlm. 92
41

3) Triangulasi Waktu
Yaitu untuk menguji kredibilitas data dalam waktu atau situasi
yang berbeda yaitu pagi, siang, sore, waktu juga mempengaruhi
kredibilitas sebuah data.
50


9. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti mengunakan
penelitian induktif, yaitu dengan mengambil kesimpulan khusus ke
kesimpulan umum. Penulis dalam melakukan proses analisis
mengunakan tiga tahapan yaitu :
Tahap I : Sebelum memasuki lapangan, penulis mempelajari
studi pendahuluan dan data sekunder. Selanjutnya
penulis membuat daftar pertanyaan yang nantinya
akan digunakan sebagai bahan wawancara.

Tahap II : Selama dilapangan yaitu di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus penulis
melakukan wawancara kepada pelaku bisnis jual
beli kain perca (dodotan) dan masyarakat sekitar
pada umumnya. Apabila jawaban yang di
wawancarai belum memuaskan maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu
diperoleh data yang dianggap kredibel.

Tahap III : Setelah selesai dilapangan, penulis memperoleh
data yang factual dan kredibel. Data tersebut penulis
gunakan untuk mengkaji dan menganalisis rumusan
masalah dalam bab IV skripsi ini.


50
Ibid,Sugiono, hlm, 372-374
42

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, cacatan
lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan
temuanya dapat di informasikan kepada orang lain.
51

Dalam menganalisis data penelitian ini penulis mengunakan
analisis deskriftif yaitu dengan cara mendeskripsikan dan
menginterpletasikan apa yang ada, pendapat yang sedang tumbuh,
proses yang sedang berlangsung, atau kecenderungan yang sedang
berkembang. Dan juga data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka.
Adapun analisis yang peneliti lakukan selama dilapangan
adalah:
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu.
52
Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.

b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaikan data, sehingga data dapat terorganisikan dan dapat
semakin mudah dipahami.

c. Kesimpulan
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi,
kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung

51
Op. Cit, Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm.334
52
Ibid, Hlm. 338
43

oleh bukti-bukti yang falid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengmpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
53























53
Ibid, Hlm. 345
44

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten
Kudus
Sebelum peneliti menjawab permasalahan yang terjadi di Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus terlebih dahulu peneliti
diskripsikan wilayah Desa Demangan yang menjadi tempat penelitian,
sehingga para pembaca dapat mengetahui sekilas deskripsi tentang Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabbupaten Kudus. Disini peneliti akan
mendeskripsikan beberapa aspek kehidupan yang terjadi di Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus dan perlu kiranya peneliti
laporkan, adapun hal-hal yang peneliti deskripsikan adalah sebagai
berikut:
1. Letak Geografis
Desa Demangan merupakan bagian dari salah satu Desa di
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang memiliki luas wilayah
17,45 h, Desa Demangan terletak pada ketingian rata rata 31.00
meter diatas permukaan air laut dengan iklim tropis dan bertemperatur
sedang bersuhu 30 derajat 34 Derajat Celcius serta curah hujan
21.00 mm/tahun. Berdasarkan data dari profil Desa tahun 2012 Desa
Demangan mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : berbatasan dengan Desa Langgardalem,
Kelurahan Kerjasan
b. Sebelah Barat : berbatsan dengan Desa Janggalan,
Kelurahan Purwosari.
c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Sunggingan
d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Demaan,
Kelurahan Sunggingan.
54


54
Data Monografi Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm.
5
45

Sedangkan jarak dari pusat pemerintahan ( orbitrasi ) adalah
sebagai berikut :
a. Jarak ke ibu kota Kecamatan : 2,5 Km
b. Jarak ke ibu Kota Kabupaten / Kota : 1,5 Km
c. Jarak ke ibu kota Profinsi : 53 Km
d. Jarak ke ibu kota Negara : 570 Km
Adapun Luas wilayah Desa Demangan menurut pengunaannya
dapat diketahui melalui tabel sebagai berikut :

Tabel A.1
PENGUNAAN LUAS WILAYAH
DESA DEMANGAN KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS
55

Jenis Penggunaan Luas Tanah
Pemukiman 17. 42 ha
Persawahan -
Kuburan -
Pekarangan -
Perkantoran 0.03 ha
Prasarana Umum 17.45 ha
Total Luas 34.90 ha

2. Iklim
Berdasarkan data monografi Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus Tahun 20012, Desa Demangan merupakan daerah
tropis dengan suhu uadara rata-rata 30 derajat 34 Derajat Celcius
serta curah hujan 21.00 mm/tahun. Sedangkan ketingian tanah dari
permukaan laut adalah 31.00 meter.
56



55
Data Monografi Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm.
13
56
Data Profil Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm. 7
46

3. Jumlah Penduduk
Jumlah dan perkembangan penduduk di Desa Demangan pada
masa terkini berdasarkan Data dari Dinas kependudukan tahun 2012
sebanyak 2.043 jiwa, dengan jumlah kepala KK sebanyak 553 KK.
Adapun untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel A.2
JUMLAH PENDUDUK DESA DEMANGAN KECAMATAN KOTA
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012.
57

No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
1 Laki-laki 1.009 orang
2 Perempuan 1.034 orang
Jumlah total 2.043 orang

4. Pemerintahan
Desa Demangan terdiri dari 13 RT dan 4 RW, pada tahun ini
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.009 orang (seribu sembila )
sedangkan perempuan sebanyak 1.034 orang (seribu tiga puluh empat)
sehingga total keseluruhan Penduduk Desa Demangan adalah 2.043
orang.
Desa Demangan dibawah pimpinan seorang Kepala Desa
(Kades) segala bentuk kegiatan pemerintahan dipusatkan di Kantor
Desa Demangan. Adapun kantor Kepala Desa terletak di RT 03 RW
01. Dalam memajukan Desa Demangan kepala desa dibantu oleh
beberapa staf pembantu yang biasa disebut sebagai pamong desa,
meliputi kadus atau kamituwo, sekretaris desa atau carik, kaur kesra
atau modin, kaur pemerintahan, kaur umum, kaur keuangan, anggota
BPD.


57
Data Monografi Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm.
17
47

Tabel A.3
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA DEMANGAN
KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS
58
















Adapun masa jabatan perangkat Desa Demangan itu
disesuaikan dengan peraturan daerah (PERDA) yang disahkan oleh
pejabat yang berwenang dalam hal ini. Adapun masa jabatan kepala
desa sekarang menjadi 5 tahun, dahulu masa jabatan kepala daerah
adalah 8 tahun. Sedangkan masa jabatan perangkat desa sebagai
pembantu tugas seorang Kades disesuaikan dengan usia saat dilantik
menjadi perangkat desa yaitu sampai usia 56 tahun. Kalau melebihi
usia tersebut akan dipurnakan.
Mengenai Visi dan Misi Pemerintahan Desa Demangan adalah
sebagai berikut :


58
Data Monografi Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm.
9
Kaur Pembangunan
IMTISAL
Kaur Keuangan
KHARIRI
Kaur Umum
NOOR SYAHID
Kepala Desa
INDRIYANTO
Pembantu Kasi
LINIAWATI
Kaur Kesra
KHOIRUL
Sekretaris Desa
KHURATUL AIN
BPD
1. ROZIKUN
2. AFIF
3. IRSYAD
4. DAYAT
5. ASAD
48

a. Visi
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang
diinginkan pada akhir periode 2007-2013 adalah sebagai
beriku.
59
:
Mewujudkan masyarakat Desa Demangan yang religious,
demokratis, terkendali, sejahtera, aman, tertib, maju, demi
meningkatkan kehidupan ekonomi, social, dan berdaya
saing yang didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas
b. Misi
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi. Adapun Misi
kami sebagai Kepala Desa Demangan Periode 2007-2013
adalah sebagai berikut :
i. Pewujudan pengalaman Pancasila dan UUD 1945
secara konsisten dalam setiap sendi kehidupan
masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
ii. Peningkatan iman dan taqwa di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara demi pemantapan kerukunan
hidup umat beragama serta terciptanya kehidupan yang
bermoral dan berkepribadian.
iii. Peningkatan kinerja aparatur dalam memberikan
pelayanan berdasarkan hak dan kewajiban massyarakat
secara seimbang dan professional.
iv. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana, prasarana,
disemua lini kehidupan bermasyarakat untuk
mendukung kelancaran pelayanan msayarakat.
v. Mewujudkan sikap partisipasif yang dinamis dari
masyarakat terhadap pengembangan kebudayaan,

59
Buku Laporan Anggaran Pemerintah Desa Demangan tahun 2012, hlm. 21
49

kesenian, dan berbagai keolahragaan demi pemantapan
persatuan dan kesatuan.

5. Keadaan Pendidikan
Salah satu jalan untuk meningkatkan sumber daya manusia
adalah dengan jalur pendidikan, terutama bagi generasi muda, karena
dengan pendidikan masyarakat akan mampu mengatasi masalah-
masalah yang timbul dilingkungannya, terutama faktor kemiskinan dan
keterbelakangan, terlebih lagi zaman sekarang yang semakin komplek
dan pendidikan sendiri membutuhkan sarana dan prasarana yang
memadai.
Di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
terdapat sarana dan prasarana yang bisa dikatakan memadai untuk
perkembangan ilmu masyarakatnya. Dari tahun ke tahun kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin meningkat, itu
ditandai dengan banyaknya masyarakat Desa Demangan yang
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi negeri atau swasta, baik itu di
Kabupaten Kudus maupun di Luar Kota.

Tabel A. 4
JENJANG PENDIDIKAN PENDUDUK DESA DEMNAGAN
KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS
60

No Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan
1 Tidak / Belum Tamat SD 13 10
2 Tamat SD / Sederajat 10 40
3 Tamat SLTP / Sederajat 145 144
4 Tamat SLTA / Sederajat 347 321
5 Tamat Perguruan / Akademik 10 4


60
Data Profil Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm. 16
50

Adapun tabel sarana pendidikan Desa Demangan adalah
sebagai berikut :

Tabel A.5
SARANA PENDIDIKAN DI DESA DEMANGAN KECAMATAN
KOTA KABUPATEN KUDUS
No Sarana Pendidikan Jumlah
1 Play Group / TK 1
2 SD / Sederajat 2
3 SMP / Sederajat -
4 SLTA / Sederajat -

Selain sarana pendidikan yang ada di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus juga memiliki sarana olah raga
yang digunakan untuk meningkatkan kebugaran masyarakat dan dapat
digunakan secara umum oleh masyarakat warga Demangan. Adapun
sarana olah raga yang dimiliki Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut :

Tabel A. 6
SARANA OLAHRAGA DI DESA DEMANGAN
61

No Sarana Olah Raga Jumlah
1 Lapangan Sepakbola -
2 Lapangan Bulu Tangkis 2
3 Meja Pingpong 1
4 Lapangan Voli 1
5 Pusat Kebugaran 1
Total Sarana Olah Raga 5


61
Data Profil Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012, hlm. 39
51

6. Keadaan Ekonomi
Ekonomi menempati peranan yang sangat penting dalam
menjalani kehidupan ini, peran tersebut mengarah pada kesejahteraan
hidup seseorang, banyak orang menilai semakin ekonomi seorang
menempati tingkatan atas maka orang tersebut diangap telah mencapai
kesejahteraan, sehingga banyak orang berusaha mencapai tingkatan
ekonomi teratas dalam kehidupan bermasyarakat. Ini dapat dilihat pada
masyarakat Desa Demangan yang mempunyai mata pencaharian tidak
hanya satu profesi saja, masyarakat desa Demangan mempunyai
angapan bahwa kebutuhan semakin hari semakin meningkat dan satu
pekerjaan tetap dianggap tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, sehingga masyarakat Desa Demangan mencari inovasi usaha
yang mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
62
Salah
satunya melakukan kegiatan ekonomi dari kain sisa jahitan yang
awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi berbagai macam
produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga jual cukup tinggi.
Misalnya saja seperti bed cover, sarung bantal maupun sprei, keset,
serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil, dompet handpone, tas, dan
lain sebagainya.
Masyarakat Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten
Kudus berdasarkan mata pencaharian pokok dapat dilihat bahwa mata
pencaharian pokok yang paling besar adalah sebagai karyawan swasta.
Adapun data-data yang lengkap mengenai mata pencaharian pokok
masyarakat Desa Demangan Kecamatan Kota kabupaten Kudus adalah
sebagai berikut :






62
Hasil Wawancara dengan Bapak Abdurrahman pada tanggl 07 Mei 2013.
52

Tabel A.7
RINCIAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DESA
DEMANGAN KEC. KOTA KAB. KUDUS
No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
1 Petani - -
2 Buruh Tani - -
3 Buruh Migran Perempuan - 1
4 Buruh Migran Laki-laki 1 -
5 Pegawai Negeri Sipil 35 27
6 Pengrajin Home Industri 13 5
7 Pedagang Keliling - -
8 Dokter Swasta 3 -
9 Bidan Swasta - 4
10 Perawat Swasta - 2
11 TNI - -
12 POLRI 1 -
13 Pensiun PNS/TNI/POLRI 9 5
14 Pengusaha Kecil dan Menenggah 126 30
15 Dukun Kampung Terlatih - -
16 Jasa Pengobatan Alternatif - -
17 Karyawan Perusahaan Swasta 175 250
18 Karyawan Perusahaan Pemerintah 25 21
19 Dosen Swasta 1 -
20 Lain-lain 139 199
Jumlah Total Penduduk 1.111 orang

Ditinjau dari mata pencaharian diatas masyarakat Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus adalah bisa
dikategorikan sebagai Desa yang mana penduduknya melakukan
kegiatan usaha Home Industri mengingat memaksimalkan potensi
53

warga karena Desa Demangan berada dalam tengah kota yang mana
peluang untuk berjiwa mandiri. Pengrajin Home Industri tidak hanya
membuat satu bidang saja, akan tetapi banyak produk yang dihasilkan
dari jenis kain, salah satunya adalah pembuatan dari kain sisa jahitan
yang awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi berbagai macam
produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga jual cukup tinggi.
Misalnya saja seperti bed cover, sarung bantal maupun sprei, keset,
serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil, dompet handpone, tas, dan
lain sebagainya. sisa potongan untuk dijadikan sebagai alat kebersihan,
Keset, serta acsesoris boneka yang mana usaha tersebut dilakukan
sebagai penghasilan tambahan keluarga
63


7. Sosial Keagamaan
Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus hampir
98% beragama islam, selebihnya menganut agama Kristen dan
Katholik. Adapun klasifikasi penduduk yang memeluk yang ada di
Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel A. 8
JUMLAH PENDUDUK PEMELUK AGAMA
64

No Agama Laki-laki Perempuan
1 Islam 999 orang 1.024 orang
2 Kristen 6 orang 7 orang
3 Katholik 4 orang 3 orang
Jumlah 1.009 orang 1.034 orang

Di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus sudah ada
sarana untuk beribadah baik untuk orang islam maupun bagi pemeluk

63
Hasil Wawancara dengan Bapak Mila selaku perangkat Desa Demangan pada tanggal
08 Mei 2013.
64
Data Profil Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus, Tahun 2012, hlm 19
54

agama lain. Adapun jumlah tempat peribadatan dapat diketahui
melalui tabel sebagai berikut :

Tabel. A. 10
SARANA PERIBADATAN DI DESA DEMANGAN
No Bangunan Jumlah
1 Masjid 6
2 Langgar / Musholla 3
3 Gereja -
4 Gereja Katholik -
5 Wihara -

Selanjutnya peneliti akan membahas tentang keadaan social
keagamaan umat islam saja, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk
Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus adalah beragama
islam.
Dalam suasana kehidupan social keagamaan masyarakat Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus tidak jauh berbeda
dengan masyarakat di tanah jawa pada umumnya. Mereka tidak bisa
lepas dari adat istiadat setempat yang telah ada sejak nenek moyang
mereka.
65
Adapun kebiasaan masyarakat Desa Demangan melakukan
kegiatan social keagamaan sebagai berikut :
a. Mauludan
Mauludan merupakan salah satu adat budaya yang masih
berlaku di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
yang tujuannya adalah untuk mengenag lahirnya Nabi
Muhammad SAW. Mauludan atau biasa disebut dengan istilah
Berjanjen tersebut dilakukan setiap satu minggu dua kali yaitu
pada yang rutin dilakukan malam jumuah dan ada pula yang

65
Hasil Wawancara dengan Modin Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
pada tanggal 07 Mei 2013.
55

pada malam senin, yang dilakukan di Masjid maupun Musholla
yang ada di Desa Demangan dengan tujuan untuk memperingati
hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, sejarah perjuangan beliau
dalam menyiarkan agama islam serta agar mendapatkan
syafaatnya kelak di yaumul qiyamah nantinya.
Tradisi mauludan ini tidak hanya dilakukan oleh orang tua
saja, tetapi dari mulai anak-anak, remaja, serta usia dewasa.
Namun kebanyakan dari jamaah berjanjen yang hadir adalah
usia remaja, yang mana kegiatan tersebut dilakukan untuk
sekaligus latihan terbangan.
66

b. Manaqiban
Manaqib merupakan salah satu adat budaya masyarakat
Desa Demangan yang dilaksanakan ketika ada Hajat dan
dilaksanakan sebagai rasa syukur atas nikmat yang diberikan
oleh Allah. Dalam acara manaqib ini orang yang punya hajat
mengundang para tetangga atau kerabat untuk membaca manaqib
atau sejarah Syaikh Abdul Qodir Jailani Waliyullah, kemudian
sajian berupa ayam dan makan tersebut dibagikan kepada para
tamu undangan yang meliputi para tetangga dan kerabat terdekat.
Budaya manaqiban ini dilaksanakan dengan harapan memperoleh
limpahan nikmat dari Allah SWT dengan melalui perantara
Syaikh Abdul Qadir Jailani.
67

c. Hajatan
Khajatan merupakan salah satu tradidsi yang dilakukan
ketika akan dilaksanakan khajatan, khajatan ini dalam istilah
masyarakat sekitar nyumbang atau dhuwe gawe seperti contoh
khajatan yang biasa dilakukan di Desa Demangan adalah
Khajatan Nikahan, dan Sunatan sebelum khajatan dimulai
terlebih dahulu melaksanakan tahlilan atau mengirim doa

66
Hasil Wawancara dengan bapak Aziz Afnani pada tanggal 05 Mei 2013.
67
Hasil Wawancara dengan Bpk Abdul Wahab, Tokoh Agama Desa Demangan pada
tanggal 10 Mei 2013.
56

kepada ahli kubur, memohon ampun kepada Allah SWT agar
khajat yang akan dilaksanakan dapat berjalan lancar dan tidak
ada halangan. Budaya khajatan ini merupakan perpaduan antara
tradisi masyarakat jawa dengan agama Islam, budaya ini pertama
kali dikenalkan oleh para Wali Allah di tanah Jawa , dalam
pengenalan budaya ini para wali mempunyai tujuan agar
mendoakan kepada ahli kubur yang sudah meninggal dan
memohon ampunan kepada Allah SWT.
d. Tahlilan
Tahlilan merupakan tradisi yang dulakukan masyarakat
Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang
dilakukan ketika ada orang meninggal dunia, tujuh hari dari
kelahiran anak, sebelum melangsungkan perkawinan, sebelum
melaksanakan khitanan dan lain sebagainya.
Khusus tahlilan bagi orang yang meninggal dunia
dilakukan selama tujuh hari berturut-turut terhitung dari mulai
meninggal duniannya seseorang sampai hari ke tujuh. Dalam
tahlilan surat yang di baca adalah surat al-Ikhlas, surat al-Falaq,
Surat an-Nas, surat al-Baqoroh, dan surat ayat kursi. Tahlilan ini
dilakukan di rumah orang yang meninggal dunia dan biasanya
tahlilan dilaksanakan dengan dibantu oleh tetangga terdekat.
68

e. Yasinan
Yasinan ialah suatu tradisi pertemuan jamaah bapak-
bapak dan ibu-ibu, serta para jamaah yang ada juga usia anak-
anak dengan dewasa. Karena yasinan yang ada di Desa
Demangan bersifat umum pada masyarakat warga Demangan
dalam suatu tempat untuk membaca surat Yasin. Biasanya acara
yasinan dilaksanakan setiap selapan sekali tepatnya pada malam
ahad. Pada intinya tradisi yasinan ini adalah untuk mendoakan

68
Hasil Wawancara dengan Bapak Ainurrofik pada tanggal 10 Mei 2013.
57

orang yang telah meninggal agar mendapatkan ampunan dari
Allah.
f. Istigosah
Istigosah merupakan salah satu tradidsi yang dilakukan
secara rutin pada setiap selapan sekali yaitu pada mala senin.
Istigosah ini dimaksudkan agar warga Desa Demangan selain
bergotong royong untuk melaksanakan kebajikan di jalan Allah
juga Istigosah ini dimaksudkan untuk berdoa secara bersama-
sama agar terhindar dari tolak balak serta memperlancar ekonomi
dengan memohon dan berdoa kepada Allah SWT.

8. Keadaan Sosial Budaya
Dalam suasana kehidupan berbudaya, masyarakat Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus tidak jauh berbeda
dengan masyarakat tanah jawa pada umumnya, mereka tidak lepas dari
adat istiadat setempat yang telah ada sejak nenek moyang mereka.
Kepercayaan akan hal-hal mistis masih melekat dalam suasana
kehidupan sehari-hari pada masyarakat Desa Demangan Kecamatan
Kota Kabupaten Kudus. Adapun adat budaya yang masih berlaku di
Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus adalah :
a. Sambatan
Sambatan ialah salah satu adat kebiasaan yang dilakukan
oleh masyarakat pada waktu salah satu tetangganya ada yang
sedang membangun rumah, masjid maupun musholla, serta
sambatan juga biasanya dilakukan untuk besih-bersih Desa. Dan
masyarakat warga Demangan datang dengan membawa
perlengkapan sendiri dan juga membawa berupa jajanan atau
makan ringan. Hal ini dilakukan karena dalam kehidupan
58

masyarakat pedesaan masih tertanam rasa kegotong royongan
antar warga masyarakat Desa Demangan.
69


b. Mitoni
Ialah suatu adat kebiasaan yang dilakukan atau
dilaksanakan oleh masyarakat pada waktu seorang perempuan
yanag sedang mengandung dalam usia kandungan 7 (tujuh)
bulan. Mitoni ini mempunyai tujuan agar anak yang dikandung
tersebut dapat lahir dengan selamat dan menjadi anak seperti
yang diharapkan oleh setiap orang tua, yaitu anak yang sholeh,
taat pada orang tua, berahlakul karimah serta diharapkan
nantinya menjadikan anak yang berguna bagi masyarakat dan
Negara.
70


c. Luru Dino
Ialah salah satu langkah awal yang dilakukan seseorang
ketika akan menghadapi hajat atau acara yang mengundang
banyak orang. Tradisi luru dino atau mencari hari yang baik
tersebut sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Luru dino atau
mencari hari yang baik hal ini mempunyai tujuan agar pada
waktu hari H (hari pelaksanaan hajat) tersebut dapat berjalan
lancer tanpa ada halangan suatu apapun, sebab menurut adat
masyarakat jawa setiap hari dan hari pasaran mempunyai niali
tersendiri. Apabila nilai hari dan pasaran dijumlahkan dan
hasilnya kurang baik maka hari tersebut di hindari, karena
menurut kepercayaan kalau tidak dihindari maka akan menjadi
sesuatu yang tidak baik.

69
Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Wahab, Kapala RW 03 pada tanggal 12 Mei
2013
70
Hasil Wawancara dengan Bapak Haji Maruf pada tanggal 12 Mei 2013
59

Menghitung hari atau luru dino dihitung dari hari dan
tanggal lahir kedua pasangan yang akan menikah, dan juga pada
waktu khitanan yang dihitung adalah weton atau tanggal lahir
anak yang akan dikhitan. Dan masih banyak lagi contoh-contoh
lain, yang pada intinya tradisi luru dino di Desa Demangan
dilakukan oleh masyarakat jawa pada waktu mereka akan
mempunyai hajat agar terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan.
71


B. Latar Belakang dan Alasan Jual Beli Kain Perca Dengan Sistem
Karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
Manusia diciptakan Allah pada dasarnya adalah untuk saling
bermuamalah. Tidaklah mungkin manusia hidup di dunia tanpa saling
membutuhkan antara satu dengan yang lain, baik dalam jual beli, sewa
menyewa, bercocok tanam, dalam urusan pribadi maupun untuk
kemaslahatan umum. Hubungan antara sesama manusia dalam pergaulan
dunia sementara mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan
kemajuan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, aturan Allah yang
terdapat dalam al-Quran tidak mungkin menjangkau seluruh segi
pergaulan yang berubah itu. Itulah sebabnya ayat-ayat al-Quran yang
berkaitan dengan hal itu hanya bersifat prinsip dalam muamalah dan dalam
bentuk umum yang mengatur secara garis besar. Aturan yang lebih khusus
datang dalam hadits Nabi. Hal tersebut di atas menjadi indikator bahwa
manusia memerlukan orang lain. Salah satu kebutuhan yang memerlukan
interaksi dengan orang lain adalah akad jual beli. Peristiwa ini terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dengan menimbulkan akibat hukum yaitu
akibat suatu tindakan hukum. Jual beli merupakan tindakan atau transaksi
yang telah disyariatkan, dalam arti telah ada hukumnya yang jelas dalam

71
Hasil Wawancara dengan Bapak Abdul Wahab Kepala RW 03 pada tanggal 12 Mei
2013
60

Islam yang berkenaan dengan hukum taklifi. Hukumnya adalah boleh
(jawaz).
Menurut Ijma para Ulama telah bersepakat bahwa jual beli
diperbolehkan dengan alasan manusia tidak akan mampu mencukupi
kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan
atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu harus diganti dengan
barang lainnya yang sesuai.
72

Jual beli adalah menukarkan sesuatu benda dengan benda lainnya
dengan akad yang telah diijinkan oleh syara. Benda yang diperjualbelikan
harus ada di hadapan kedua belah pihak, dapat dilihat dan dapat dikuasai.
Apabila benda yang diperjualbelikan tidak di hadapan keduanya, tetapi
telah menjadi tanggungjawab orang yang menjualnya, penjualan ini sah.
Asalkan bendanya telah ditunjukkan sifat-sifatnya dan telah memenuhi
syarat-syaratnya. Jika benda yang diperjualbelikan tidak ada di hadapan
keduanya, dan belum pernah diketahui oleh calon si pembeli sama sekali,
serta tidak atas tanggung jawab dari si penjual. Atau bendanya ada di
hadapan keduanya tetapi tidak dapat dikuasainya, penjualan tersebut
hukumnya tidak sah karena termasuk penipuan
Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat,
karena dalam setiap pemenuhan kebutuhanya masyarakat tidak bisa
meningalkan makanan dan minuman misalnya, terkadang ia tidak mampu
memenuhi kebutuhan itu dengan sendirinya, tapi membutuhkan dan
berhubungan dengan orang lain, sehingga kemungkinan besar akan
terbentuk akad jual beli. Kajian tentang jual beli yang merupakan bagian
dari muamalah merupakan kajian yang terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman, bentuk dan model dalam sistem jual beli pun
semakin bervariatif, seperti halnya jual beli kain perca dengan sistem
karungan yang ada di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
jual beli ini ada karena perkembangan zaman yang semakin maju, serta

72
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2006, hlm. 75.
61

tuntutan kehidupan yang mana manusia dituntut untuk kreatif dan inovatif
untuk menciptakan sebuah karya usaha.
Untuk memahami lebih jauh tentang latar belakang jual jual beli
kain perca, hal yang paling penting diperhatikan ialah mencari barang
yang halal dan dengan jalan yang halal pula. Artinya, carilah barang yang
halal untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan dengan cara yang
sejujur-jujurnya. Bersih dari segala sifat yang dapat merusak jual beli
seperti, penipuan, pencurian, perampokan, riba dan lain-lain.
Kemudian, menurut pengamatan sementara yang saya lakukan
Home Indusry pembuat Konveksi di Desa Demangan berjumlah yang ada
pada saat ini ada 18 Home Industri pembuat bahan Tekstil dari berbagai
kelas produksi, dan pedagang kecil sampai menengah berjumlah 156
pedagang, selanjutnya praktek jual beli kain perca (dodotan) dengan
sistem karungan di Desa Demangan dilakukan ketika jual beli sedang
berlangsung serta tanpa alat bukti timbangan maupun meteran bisa
dikatakan hampir semua pedagang tidak menggunakan alat tersebut.
Sedangkan pedagang mencampur barang sutiran dengan kertas dari sisa
kain. Sehingga dalam praktek jual beli pakaian tersebut terdapat satu hal
yang meragukan bila ditinjau dari norma Hukum Islam. Sedangkan dalam
buku-buku kajian fikih, mengenai jual beli telah dibahas aturan-aturannya
secara global seperti larangan menipu, menimbun, menyembunyikan cacat
barang, mengurangi timbangan dan lain sebagainya untuk keselamatan
dunia perdagangan. Akan tetapi pembahasan mengenai laba atau
keuntungan yang boleh diambil dalam jual beli masih sedikit, meskipun
hal ini memiliki kedudukan yang sangat penting. Keuntungan merupakan
buah dari kegiatan bisnis yang dapat digunakan untuk menjaga
kelangsungan usaha juga sebagai pendorong untuk bekerja lebih efisien.
Akan tetapi sering terjadi ketidakstabilan harga di dalam penjualanya dan
kurangnya pengetahuan tentang bagaimana menentukan keuntungan,
menjadikan kondisi seperti ini sering dimanfaatkan oleh pihak penjual
yang hanya memikirkan keuntungan materi dan menonjolkan
62

keegoisannya tanpa melihat lingkungan sekitar sehingga ujung-ujungnya
konsumen yang dirugikan.
Masih banyak masyarakat awam yang tidak mengerti faktor apa
saja yang harus diperhatikan dalam menentukan berapa besar keuntungan
yang boleh diambil dalam perdagangan dan bagaimana menjual barang
yang tidak merugikan pembeli atau konsumen. Sehingga banyak terjadi
harga yang ditentukan sesuai dengan kemauan masing-masing individu
tanpa melihat apakah keuntungan yang diambil dari barang yang dijual
tersebut sesuai atau tidak menurut Islam.

C. Proses Pelaksanaan Praktek Jual Beli Kain Perca (dodotan) dengan
Sistem Karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten
Kudus
Semua manusia mempunyai kebutuhan pokok dalam kehidupaanya
dan tidak bisa datang dengan sendirinya tanpa usaha dari manusia itu
sendiri, dalam menjalankan usahanya itu manusia diatur oleh sebuah
aturan yang mengikat, benar dan sah sesuai dengan aturan yang ada dalam
agama islam. Aturan yang ada dalam islam itu disebut syariah yang
bertujuan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia khususnya
umat Islam. Aturan ini telah termuat dalam dalam al-Quran dan al-Hadist
baik yang berhubungan dengan tuhan atau ibadah, dan aturan yang
berhubungan dengan manusia dan lingkungannya atau muamalah. Salah
satu bentuk muamalah adalah jual beli atau dikenal dalam ilmu fiqih
dengan istilah al bai. Dalam jual beli bisa dikatakan jual beli yang shahih
bila terpenuhinya syarat dan rukun yang digariskan al-Quran, hadist serta
ulama para ahli fiqih.
Dalam kehidupan kita terdapat bermacam-macam jenis jual beli,
salah satunya bentuk jual beli Kain Perca (dodotan) dengan sistem
karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Sistem
karungan yaitu transaksaksi yang mana barang itu berada dalam karung,
dan transaksi jual beli dilakukan dua orang atau lebih (salah satu pihak
63

sebagai penjual dan lainya sebagai pembeli) dilakukan setelah terjadinya
akad jual beli biasanya terhadap setelah barang-barang kain sisa potongan
dimasukan dalam karung sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Praktek jual beli kain perca dengan sistem karungan secara umum
dimaksudkan untuk memudahkan penjual atau pemiliknya dalam menjual
kain sisa potongan dan penentuan harga jual oleh pemilik, sedangkan
untuk pembeli dimaksudkan untuk memudahkan dalam mengira-gira biaya
atau harga yang dibeli apakah barang yang akan di beli sesuai dengan
harga atau tidak. Karena dalam transaksi jual beli kain perca tidak
mengunakan meteran maupun timbangan dan hanya mengunakan
perkiraan harga berdasarkan jumlah besar kecilnya kain perca yang ada
dalam besaran karung. Sedangkan praktek jual beli kain perca dengan
sistem karungan yang terjadi di Desa Demangan ini faktor yang paling
dominan sebagai alasan melakukan praktek ini adalah pihak pemilik atau
penjual ingin mendapatkan keuntungan yang maksimal guna mengurangi
pembayaran biaya produksi. Sedangkan bagi pihak pembeli (orang yang
membeli) disamping ingin mendapatkan hasil dari kain sisa potongan juga
dari kain sisa jahitan yang awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi
berbagai macam produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga jual
cukup tinggi. Misalnya saja seperti bed cover, sarung bantal maupun sprei,
keset, serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil, dompet handpone, tas,
dan lain sebagainya guna menciptakan ekonomi mandiri.
Adapun berdasarkan penelitian yang kami lakukan di lapangan
serta dari wawancara dengan pembeli yang mengolah kain perca untuk
produksi kembali guna mendapatkan keuntungan dengan menjual kain
perca sebagai berikut :
1. Salah satu kasus jual beli kain perca di Desa Demangan adalah yanag
dilakukan oleh Bapak H. Hariyantosebagai pemilik Home Industri
Konveksi Jaya yang mana sector produksinya meliputi pembuatan
baju, celana, pakaian anak-anak serta membuat pakain remaja putri
dan Bapak Effendibeserta kawan-kawannya sebagai pembeli atau
64

pemborong yang terjadi tanggal 11 Mei 2013.Setelah kedua belah
pihak mengadakan akad maka terjadi kesepakatan harga antara
keduanya, adapun kesepakatan harganya yaitu 20.000 untuk 1 (satu)
karungnya yang ukuran sedang dengan jumlah 25 sak karung kain
perca dan Bapak effendi jugamemborong 20 sak karung ukuran besar
kain perca dengan harga 35.000.
73

Adapun akad yang digunakan dalam transaksi jual beli barangku kain
perca iki tak dol itungane karungan dene rugi utowo untung iku wis
dadi bagianmu (saya menjual barang ini dengan hitungan karungan
untuk nantinya untung rugi itu bagian kamu) dan pembeli
mengucpkan saya beli barang kamu dan saya setuju untuk untung dan
ruginya dan antara penjual dan pembeli sudah sama ridho.
2. Contoh kasus yang kedua adalah dilakukan oleh Bapak H. Maruf
sesbagai pemilik Taras Bordir dan Abdurrahman beserta kawan-
kawan sebagai pemborong kain perca yang terjadi pada tanggal 15 Mei
2013. Setelah kedua belah pihak mengadakan transaksi jual beli dan
terjadi kesepakatan harga yaitu, satu karung kain perca ukuran kecil
seharga 17.500, ukuran sedang 23.000 dan untuk ukuran karung besar
seharga 32.000.
74

3. Sedangkan contoh kasus yang ketiga terjadi pada tanggal 18 Mei 2013
di Home Industry Aloha Textile H. Masmichan sekaligus sebagai
penjual, Bapak Firman sebagai pembeli atau pemborong. Setelah
terjadi kesepakatan harga yaitu untuk kain perca dalam karung ukuran
kecil 15.000, ukuran kain perca dalam karung sedang 25.000 dan kain
perca dalam karung ukuran besar dengan harga 35.000.
75

Kemudian setelah adanya kesepakatan mengenai harganya dan
berapa banyak barang yang akan dibeli, kemudian pihak pembeli

73
Hasil Wawancara dengan Bapak Effendi Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain Perca
pada tanggal 11 Mei 2013
74
Hasil Wawancara dengan Bapak Abdurrahman Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain
Perca pada tanggal 15 Mei 2013
75
Hasil Wawancara dengan Bapak Firman selaku pembeli dan Pengrajin Kain Perca pada
tanggal 18 Mei 2013
65

mengira-gira sendiri harga berdasarkan besar kecilnya karung, karena
dalam trtansaksi jual beli kain perca ini tidak ada ketentuan harga sama
halnya dengan jual beli lainya seperti beras dan sembako lainya yang
mana barang-barang tersebut ada patokan ketentuan harga. Adapun harga
per setiap 1 (satu) karung kain perca (dodotan) biasanya untuk ukuran
karung kecil Rp. 15.000,- karung sedang 22.000,- dan karung besar
33.000.- Namun berdasarkana hasil penelitian yang kami lakukan harga-
harga tersebut belum bisa dijadikan ukuran kesesuain harga dalam
menjualnya, karena persetiap Home Industri atau pengrajin yang ada di
Desa Demangan dalam menjual kain perca harganya berbeda-beda.
Adapun hasil wawancara dengan penjual yang menjual kain perca
dengan sistem karungan adalah sebagai berikut :
a. Bapak H. Hariyanto sebagai pemilik Home Industri Konveksi Jaya
yang beralamatkan di Desa Demangan Rt 01/03 yang mana sector
produksinya meliputi pembuatan baju, celana dan pakaian anak-anak
remaja putri, serta mempunyai pekerja sebanyak 18 orang, biasanya
dari hasil potongan kain Bapak H. Hariyanto menyuruh anak buahnya
untuk mengumpulkan kembali sisa potongan kain dalam sak karung
yang kemudian di jual kembali untuk ukuran karung kecil Rp. 17.000,-
sedang Rp. 20.000,- dan besar Rp. 35.000,-
dalam kasus ini peneliti mewawancarai Bapak Effendi selaku pembeli
yang mana Bapak Effendi sudah berlanganan dengan Bapak H.
Hariyanto 2.5 tahun terakhir. Dan dalam setiap transaksi yang
dilakukan harganya tidak selalu sama karena tergantung dari
barangnya karena tergantung dari pesanan konsumen Bapak H.
Hariyanto.
76

b. Hasil wawancara yang ke 2 (dua) dengan Bapak H. Maruf dan Bapak
Abdurrahman beserta kawan-kawan adalah sebagai pembeli, adapun
Bapak H. Maruf adalah pemilik Taras Bordir yang beralamatkan di

76
Hasil Wawancara dengan Bapak H. Hariyanto (Konveksi Jaya) selaku penjual pada
tanggal 16 Mei 2013.
66

Desa Demanagan Rt. 03 Rw. 03 dan bergerak dalam produksi
pembuatan kebayak yang mengunakan jenis kain TC, Sifon,
CottonCombed serta Cotton Carded, beliau juga mempunyai pekerja
sebanyak 15 orang dalam proses pembuatannya. Dari hasil wawancara
yang kami lakukan Bapak H. Maruf menjual kain perca ukuran sak
kecil Rp. 17.500,- sak karung sedang Rp. 23.000,- dan sak karung
besar Rp. 32.000,- namun harga beliau juga menjelaskan bahwa harga
tersebut tidak bisa tetap, kadang mengalami kenaikan karena
barangnya susah, namun juga mengalami penurunan yang di sebabkan
harga kain di pasaran umum sedang jatuh.
77

c. Hasil wawancara yang ke 3 (tiga) terjadi pada tanggal 18 Mei 2013 di
Home Industri Ryan Collection, sebagai pemilik tersebut adalah H.
Affandi yang bergerak di produksi pembuatan baju anak-anak serta
kaos-kaos olahraga yang mana dalam pembuatan tersebut mengunakan
bahan kain Cotton Combed serta Cotton Carded. Untuk Cotton
Combed bahannya lebih halus daripada Cotton Carded yang agak
kasar. Memang secara sepintas ketika memegang bahan Cotton
Carded terasa lebih tebal, tapi Cotton Combed ketika di pakai lebih
nyaman dan enteng. Sifat kedua jenis bahan tersebut bisa menyerap
keringat dan tidak panas, karena bahan baku dasarnya adalah serat
kapas dan mempunyai pekerja 25 oranng. Untuk harga jual kain peca
Bapak H. Affandi hanya menjual dengan sak ukuran besar dengan
harga Rp. 35.000,- mahalnya harga tersebut dipengaruhi harga kain
yang memang jenis kain-kain yang di gunakan harganya sudah
mahal.
78

d. Wawancara selanjutnya terjadi di Home Industri Aloha Texstile
sebagai pemilik adalah Bapak H. Masmichan dan sebagai pembeli
adalah Bapak Firman yang kami wawancarai pada tanggal 16 Mei
2013. Bapak H. Masmichan beralamatkan di Jl. Dr. Wahidin 133 Desa

77
Hasil Wawancara dengan Bapak H. Marufselaku penjual pada tanggal 16 Mei 2013.
78
Hasil Wawancara dengan Bapak H. Affandiselaku penjual pada tanggal 18 Mei 2013.
67

Demangan Rt 03 Rw 01 bergerak pada pembuatan konveksi berbagai
macam sesuai kebutuhan konsumen. Bapak H. Masmichan mempunyai
pekerja sebanyak 18 0rang dan setiap harinya membuat pakaian jadi
dari bahan jenis kain Cotton, Spandek, Poliester (PE), Woll dan
Shiffon, dari jenis-jenis kain tersebut nantinya setelah di potong-potong
hasil dari potongan kain tersebut dimasukan dalam karung dan di jual
dengan harga ukuran sak kecil 15.000,- ukuran sak sedang Rp.
25.000,- dan sak ukuran besar Rp. 35.000,- namun demikian beliau
juga memaparkan harga tersebut bisa berubah berdasarkan harga
pembelian kain.
79

Peneliti juga mewawancarai mengenai kelemahan dari jual beli
kain perca ini adalah bahwa si pembeli (pemborong) bisa dirugikan
jika mereka tidak bisa menaksir atau memperkirakan besar kecilnya
kain potongan yang berada dalam karung. Oleh karenanya walaupun
jual beli kain perca dengan sistem karungan ini sudah bejalan cukup
lama 8 (delapan) tahun terakhir di Desa Demangan dan tidak ada
perjanjian secara tertulis untuk menghindari konflik atau kerugian
yang sangat besar dari salah satu pihak maka perlu ada kesepakatan
atau perjanjian lesan yang lebih detail dan lebih terperinci.
Hasil wawancara yang dapat peneliti interview terhadap
penjual dan pembeli yang mengalami kerugian secara materiil dalam
pembelian kain perca dengan sistem karungan dari hasil penelitian di
lapangan adalah sebagai berikut :
a) H. Hariyantosebagai pemilik Home Industri Konveksi Jaya dan Bapak
Sujonobeserta kawan-kawannya sebagai pembeli atau pemborong yang
terjadi tanggal 11 Mei 2013.Setelah kedua belah pihak mengadakan
akad maka terjadi kesepakatan harga antara keduanya, adapun
kesepakatan harganya yaitu 20.000 untuk 1 (satu) karungnya yang
ukuran sedang dengan jumlah 25 sak karung kain perca dan Bapak

79
Hasil Wawancara dengan Bapak H. Masmichanselaku penjual pada tanggal 16 Mei
2013.
68

Sujono jugamemborong 20 sak karung ukuran besar kain perca dengan
harga 35.000. namun ternyata setelah dibeli dan diproses untuk
dijadikan kerajinan bed cover, sarung bantal maupun sprei, keset,
serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil, dompet handpone, dan tas,
barang yang dibeli berupa kain perca tersebut tidak sesuai dengan
taksiranya, karena biasanya dalam 25 (dua puluh lima ) karung sedang
dan 20 (dua puluh) kain perca bisa menghasilkan 1 bed cover, 5 sarung
bantal maupun sprei, 10 keset, 50 serbet, 10 taplak meja, dan 100
dompet handpone. namun setelah diproses barang yang dibeli tidak
sesuai dengan taksiranya. Dengan demikian para pembeli atau
pemborong bisa dirugikan dengan selisih yang besar. Walaupun
demikian pada akhirnya kedua belah pihak saling menerima karena
sama-sama menyadari belum adanya ketentuan harga jual kain perca
secara umum dan sama-sama ridho.
80

b) Contoh kasus yang kedua adalah dilakukan oleh Bapak H. Ali Ridho
sesbagai pemilik Sahabat Busana dan Bapak Yusuf beserta kawan-
kawan sebagai pemborong kain perca yang terjadi pada tanggal 15 Mei
2013. Setelah kedua belah pihak mengadakan transaksi jual beli dan
terjadi kesepakatan harga yaitu, satu karung kain perca ukuran kecil
seharga 17.500, ukuran sedang 23.000 dan untuk ukuran karung besar
seharga 32.000. kemudian setelah dproses untuk dijadikan berbagai
aneka kerajinan Bapak Yusuf tidak puas karena kain perca yang ada
dalam karung tersebut banyak terdapat kelongsongan kain, sehingga
dalam proses pembuatan aneka kerajinan Bapak Yusuf tidak mencapai
target sehingga para pemborong secara materiil dirugikan karena tidak
bisa mendapatkan hasil yang optimal atas pembelian kain perca
tersebut.
81
Namun demikian Bapak Yusuf menyadari karena akad yang
digunakan beliau membeli dengan system karungan dan apabila ada
kerugian produksinya itu bagian dari resiko kerja.

80
Hasil Wawancara dengan Bapak Sujono selaku pembeli pada tanggal 11 Mei 2013
81
Hasil Wawancara dengan Bapak Abdurrahman selaku pembeli pada tanggal 15 Mei
2013
69

c) Contoh kasus yang ketiga terjadi pada tanggal 18 Mei 2013 di Home
Industry Aloha Textile H. Masmichan sekaligus sebagai penjual, Bapak
Firman sebagai pembeli atau pemborong. Setelah terjadi kesepakatan
harga yaitu untuk kain perca dalam karung ukuran kecil 15.000,
ukuran kain perca dalam karung sedang 25.000 dan kain perca dalam
karung ukuran besar dengan harga 35.000. kemudian setelah diproses
untuk dijadikan aksesoris Bapak Firman mengalami kerugian secara
materiil karena kain yang ada dalam karung potongannya kecil-kecil
sehingga untuk dproses menjadi aneka aksesoris tidak bisa optimal.
Dalam hal ini Bapak Firman selaku pemborong sangat dirugikan.
82

d) Sedangkan contoh kasus yang ke empat terjadi pada tanggal 19 Mei
2013 di Home Indusri Ryan Collection, sebagai pembeli atau
pemborong adalah Bapak Imtisal dan kawan-kawan memborong kain
perca dalam karung ukuran besar dengan harga 35.000,- kenudian
Bapak Imtisal dan kawan-kawan memproses kain perca tersebut dan
ternyata setelah diproses hasilnyapun kurang maksimal karena
banyaknya plastic dari kain yang ada di dalam karung. Dengan
demikian pembeli atau penebas dalam masalah ini sangat dirugikan
karena ada banyak plastic dalam karung dan proses yang dijadikan
aksesoris Handphonepun tidak sesuai dengan taksiranya. Walaupun
demikian saling menerima karena sebelumnya sudah ada akad antara
Bapak Imtisal selaku pemborong dan Bapak Irul selaku penjual.
83


D. Deskripsi Data Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jual Beli Kain
Perca (dodotan) Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
Masyarakat Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
yang sebagian besar penduduknya beragama Islam sangat beragam dalam
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, salah satu kegiatan ekonomi yang

82
Hasil Wawancara dengan Bapak Firman selaku pembeli pada tanggal 18 Mei 2013
83
Hasil Wawancara dengan Bapak Imtisal selaku pembeli pada tanggal 19 Mei 2013
70

dijalankan warga Desa Demangan adalah lewat jual beli. Jual beli yang
dilakukan warga sangat beragam dari menjual belikan makanan pokok
seperti beras, lauk pauk, pakaian, tas, sandal, sepatu dan kegiatan ekonomi
lainya guna memenuhi kebutuhan harian serta keperluan bagi keluarga.
Sebagian besar masyarakat Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus yang dalam sehari-harinya bekerja sebagai karyawan
swasta dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak hanya mengandalkan
gaji yang di dapatkan dari perusahaan tersebut., tidak jarang ada sebagian
karyawan yang mencari penghasilan tambahan dengan membeli kain perca
(dodotan) dengan sistem karungan yang nantinya dari hasil kain perca
tersebut bisa diolah atau dibuat menjadi berbagai acsesoris perlengkapan
kebutuhan rumah tangga semisal dengan kain perca tersebut diolah
menjadi keset, lap pel serta dibuat boneka, yangmana dari hasil pembuatan
kain perca tersebut digunakan untuk income tambahan keluarga. Adapun
faktor-faktor yang melatarbelakangi warga Demangan untuk melakukan
kegiatan jual beli kain perca berdasarkan wawancara dengan penjual
maupun pembeli kain perca yang berada di Desa Demangan Kecamatan
Kota kabupaten Kudus adalah sebagai berikut :
1. Faktor Keuntungan
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari ada sebagian
masyarakat Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
yang memiliki usaha sampingan yaitu dengan menjual dan membeli
kain perca (dodotan) khusus untuk penjual kain dari potongan
pembuatan baju, kaos maupun celana dikumpulkan dalam berbagai
karung yang nantinya dijual untuk menekan biaya produksi,
sedangkan khusus para pembeli kain perca mereka untuk menutupi
kebutuhan keluarga dari hasil pengolahan kain perca dan kemudian
di jual dalam bentuk aksesoris. Faktor-faktor keuntungan ini menjadi
alasan yang paling besar seseorang yang berada di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus untuk melakukan transaksi jual
beli kain perca (dodotan) dengan sistem karungan sebagai investasi
71

guna memacu pertumbuhan ekonomi mandiri.
84
Karena dari kain sisa
jahitan yang awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi
berbagai macam produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga
jual cukup tinggi. Misalnya saja seperti bed cover, sarung bantal
maupun sprei, keset, serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil,
dompet handpone, tas, dan lain sebagainya. Adapun hasil wawancara
peneliti sebagai berikut :
a. Salah satu kasus jual beli kain perca di Desa Demangan adalah
yanag dilakukan oleh Bapak H. Hariyantosebagai pemilik Home
Industri Konveksi Jaya yang mana sector produksinya meliputi
pembuatan baju, celana, pakaian anak-anak serta membuat
pakain remaja putri dan Bapak Effendibeserta kawan-kawannya
sebagai pembeli atau pemborong yang terjadi tanggal 11 Mei
2013.Setelah kedua belah pihak mengadakan akad maka terjadi
kesepakatan harga antara keduanya, adapun kesepakatan
harganya yaitu 20.000 untuk 1 (satu) karungnya yang ukuran
sedang dengan jumlah 25 sak karung kain perca dan Bapak
effendi jugamemborong 20 sak karung ukuran besar kain perca
dengan harga 35.000.Namun ternyata kain perca yang di beli
sebanyak 25 karung dan diproses untuk dijadikan kerajinan bed
cover, sarung bantal maupun sprei, keset, serbet, taplak meja,
boneka, kotak pensil, dompet handpone dan tas, bisa
menghasilkan 1 bed cover, 5 sarung bantal maupun sprei, 10
keset, 50 serbet, 10 taplak meja, dan 100 dompet handpone. Dari
penjualan berbagai aksesoris tersebut Bapak Effendi biasanya
bisa mendapatkan keuntungan 30% bersih dari pembelian kain
perca serta dikurangi biaya produksi untuk membayar upah para
pekerja.
85


84
Hasil Wawancara dengan Yusrunada pada tanggal 12 Mei 2013
85
Hasil Wawancara dengan Bapak Effendi Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain Perca
pada tanggal 11 Mei 2013
72

b. Kasus yang kedua adalah dilakukan oleh Bapak H. Maruf
sesbagai pemilik Taras Bordir dan Abdurrahman beserta kawan-
kawan sebagai pemborong kain perca yang terjadi pada tanggal
15 Mei 2013. Setelah kedua belah pihak mengadakan transaksi
jual beli dan terjadi kesepakatan harga yaitu, satu karung kain
perca ukuran kecil seharga 17.500, ukuran sedang 23.000 dan
untuk ukuran karung besar seharga 32.000. kemudian setelah
dproses untuk dijadikan berbagai aneka kerajinan untuk di jual
kembali biasanya Bapak Abdurrahman mendapatkan keuntungan
dengan margin 30% dari modal serta biaya produksi.
86

c. Sedangkan contoh kasus yang ketiga terjadi pada tanggal 18 Mei
2013 di Home Industry Aloha Textile H. Masmichan sekaligus
sebagai penjual, Bapak Firman sebagai pembeli atau pemborong.
Setelah terjadi kesepakatan harga yaitu untuk kain perca dalam
karung ukuran kecil 15.000, ukuran kain perca dalam karung
sedang 25.000 dan kain perca dalam karung ukuran besar dengan
harga 35.000. kemudian setelah diproses untuk dibuat bahan
perlengkapan rumah tangga Bapak Firman menjual kembali
dengan harga eceran, beda dengan sistem penjualan yang
dilakukan oleh Bapak Effendi dan Bapak Abdurrahman yang
mana beliau menjual dengan harga grosir yang mana harga
grosir marginya lebih sedikit apabila dibandingkan dengan harga
eceran yang dilakukan oleh Bapak Firman, sehingga biasanya
Bapak Firman mendapatkan keuntungan lebih dari 50% setelah
dipotong biaya produksi dan pembelian kain perca.
87

2. Faktor Ikut-ikutan
Sebagian besar dari orang-orang yang melakukan transaksi
jual beli kain perca (dodotan) di Desa Demangan Kecamatan Kota

86
Hasil Wawancara dengan Bapak Abdurrahman Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain
Perca pada tanggal 15 Mei 2013
87
Hasil Wawancara dengan Bapak Firman selaku pembeli dan Pengrajin Kain Perca pada
tanggal 18 Mei 2013
73

Kabupaten Kudus awalnya adalah karena ikut-ikutan dari teman-
teman mereka atau dari saudaranya yang melakukan kegiatan
ekonomi tersebut karena tergiurnya dengan hasil pengolahan kain
perca yang dilakukan teman mereka, faktor ini terlihat ketika peneliti
mewawancarai penjual yang melakukan transaksi jual beli kain perca
(dodotan) dengan system karungan yang berada di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
a. Contoh kasus yang peneliti wawancarai mengenai jual beli kain
perca karena faktor ikut-ikutan adalah Nur Diansyah, umur 29
tahun pada tanggal 21 Mei 2013, Dian adalah pegawai swasta
yang mana dian hanya menerima upah bulanan, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan harian Dian masih mencari-cari pekerjaan
sampingan. Dikemudian hari Dian bertemu dengan Jalaludin,
Jalaludin adalah seorang pengrajin pembuat acsesorisHanphone
dan Bonekayang mana dalam pembuatanya mengunakan bahan
perca, sehingga dalam angan-angannya Dian pun mulai tertarik
untuk membeli kain perca dan belajar dengan Jalaludin untuk
ikut-ikutan menekuni kerajinan aksesoris tersebut, dengan
harapan uang yang dihasilkan dari penjualan aksesoris yang
berbahan baku dari kain perca bisa memberikan keuntungan guna
memberikan income tambahan.
88

b. Selanjutnya adalah wawancara dengan Yusrussana pada tanggal
24 Mei 2013, biasa dipanggil Yus adalah seorang pelajar yang
masih belajar di perguruan tinggi IAIN Walisonggo, awalnya
Yus tidak tertarik untuk membeli kain perca, karena diangapnya
tidak ada keuntungan yang diharapkan, namun setelah melihat-
lihat di Home Industri milik Bapak H. Maruf atas ajakan dari
temanya, Yus pun merubah angan-angannya karena menurutnya
dari kain sisa yang tidak terpakai bisa menghasilkan keuntungan
guna membayar uang semesteran dan kebutuhan sehari-hari

88
Hasil Wawancara dengan Nur Diansyah pada tanggal 21 mei 2013
74

karena margin dari pembelian kain perca yang setelah diproses
ulang bisa menghasilkan keuntungan 20-30% dari modal awal
karena bahan baku yang digunakan sangat murah karena berasal
dari sisa kain yang tidak digunakan lagi.
89

3. Faktor Trand Bisnis
Kain perca yang di anggap sebagai limbah produksi bagi
perusahaan konveksi justru memiliki nilai yang cukup tinggi bila
didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat bagi para pelaku
bisnis kreatif daur ulang. Memanfaatkan kain perca sebagai bahan
baku utama pembuatan aneka kerajinan ternyata bisa menjadi salah
satu peluang bisnis yang sangat menguntungkan. Dari kain sisa
jahitan yang awalnya tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi
berbagai macam produk kerajinan yang memiliki fungsi dan harga
jual cukup tinggi, misalnya saja seperti bros kain perca, sarung
bantal maupun sprei, keset, serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil,
dompet handpone, tas, dan lain sebagainya. Konsumen dengan
memproduksi aneka macam produk kerajinan kain perca, tentunya
bisa membidik pangsa pasar yang cukup luas. Sebut saja produk
kebutuhan rumah tangga seperti bed cover, sprei, keset, dan lain-lain
bisa dipasarkan untuk kalangan ibu-ibu. Sedangkan untuk produk
boneka, kotak pensil, tas, dan dompet handpone, bisa ditujukan
untuk konsumen anak-anak maupun kaum remaja
Quilts, Patchwork & Applique merupakan kerajinan tangan
berbahan dasar kain perca yang disusun dan ditata secara kompak,
serta terkombinasi dengan skill modern, sehingga menghasilkan
karya yang mempunyai cakupan nilai artistik dan seni tersendiri dan
sebagai trend bisnis secara terperinci dari arti Quilts, Patchwork &
Applique sbb: Patchwork adalah seni menyusun dan menggabungkan
kain perca aneka warna dan motif mengikuti pola berulang dengan
cara dijahit tangan atau mesin, sedangkan Applique adalah seni

89
Hasil Wawancara dengan Yusrussana pada tanggal 24 mei 2013
75

membentuk gambar dari potongan kain dan ditempel diatas
permukaan kain dengan menggunakan jahitan tangan atau mesin
pula. Kedua seni ini kemudian disempurnakan dengan teknik jahit
tindas (Quilts). Teknik ini dilakukan setelah menyisipkan sejenis
busa yang disebut dakron/ silikon diantara lembaran kain yang
memiliki ukuran yang sama. Hasilnya akan lebih rapi dan memiliki
ketebalan yang memberikan keindahan dan keunikan tersendiri,
pemanfaatan kain perca ini selain dapat mengisi waktu bagi ibu-ibu
dan remaja putri juga dapat memberikan tambahan pemasukan bagi
mereka. Bahan baku yang digunakan sangat murah karena berasal
dari sisa kain yang tidak digunakan lagi. Quilting memiliki peluang
usaha yang cukup baik karena produk yang dihasilkan unik dan
kreatif. Di Indonesia pengrajin quilting masih sedikit, oleh karena itu
masih banyak kesempatan bagi ibu-ibu dan remaja putri untuk
mengembangkan usaha quilting ini.
Salah satu contoh yang membuat kerajianan dari kain perca
adalah Ibu Leny wawancara pada tanggal 15 Mei 2013, beliau adalah
Ibu Rumah tangga, namun sebagai ibu rumah tangga beliau tidak
hanya mengandalkan dari penghasilan suaminya, namun Ibu Leny
dengan peluang bisnis yang ada di Desa Demangan beliau membuat
aksesoris bros dari kain perca. Karena trand bisnis yang ada di usia
remaja sekarang adalah mereka sering menggunakan bros guna
mempercantik diri.
90

4. Faktor keindahan
Ketertarikan seseorang untuk mengembangkan bisnis atau
memenuhi kebutuhanya tidak hanya karena faktor keuntungan
maupun ikut-ikutan saja, ada sebagian kecil dari orang yang
melakukan transaksi jual beli kain perca (dodotan) di Desa
Demangan Kcamatan Kota Kabupaten Kudus menyukai keindahan

90
Hasil Wawancara dengan Ibu Leny selaku pengrajin aksesoris dari kain perca pada
tanggal 15 Mei 2013
76

dari pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan. Dari penelitian
yang di dapat oleh peneliti ternyata bisa dijadikan komoditi
keindahan ruang yang ada di rumah sekaligus memanfaatkan barang
bekas yang diolah kembali untuk dihadikan hiasan perabotan rumah.

E. Pendapat Ulama dan Tokoh Masyarakat Terhadap Jual Beli Kain
Perca Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus
Melihat realitas yang terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus tentang jual beli kain perca dengan sistem karungan,
maka perlu sekali untuk mengali hukum apakah jual beli kain perca
dengan sistem karungan itu diperbolehkan atau tidak, sehingga hukum jual
beli kain perca tersebut dapat diketahui dengan jelas. Dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari proses interaksi dan
bermuamalah, salah satunya yaitu jual beli. Pada dasarnya jual beli
diperbolehkan oleh syara asal memenuhi kriteria, syarat rukunya yang
telah digariskan oleh hukum syara dan berdasarkan al-Quran dan al-
Hadits. Dengan kata lain bahwa jual beli yang tidak memenuhi syarat
rukunya ataupun kurang syarat rukunya maka bisa disebut jual beli yang
tidak sah.
Jual beli kain perca dengan sistem karungan yang terjadi di Desa
Demangan sudah berjalan bertahun-tahun 8 (delapan) tahun terakhir dan
memang belum diketahui secara mendetail dan pasti status hukum
kaitanya dengan apakah jual beli kain perca dengan sistem karungan yang
berlaku di sektor konveksi yang berada di Desa Demangan itu
diperbolehkan atau tidak, dan apakah sistem karungan yang berlaku di
sektor konveksi itu sama dengan kasus-kasus dari jual beli kain dengan
sistem kiloan atau meteran di beberapa kasus sebelumnya.
Dengan demikian adanya penelitian dari penulis ini akan
mengetahui bagaimana pendapat para ulama setempat dan tokoh-tokoh
77

organisasi keagamaan, pengasuh pondok pesantren yang ada di Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang antara lain adalah :

1. K Hanafi (Pengasuh Ponpes Al-Manzur)
Hukun jual beli menurut beliau pada dasarnya jual beli adalah
kegiatan muamalah yang diperbolehkan, karena merupakan sarana
interaksi antar sesama manusia dan selama tidak ada unsur riba.
91


.. _> < _,,l > ,l

Artinya : ...Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba..... (Surat Al-Baqarah ayat 275).
92


Serta tidak diperbolehkan dengan cara yang batil. Firman
Allah SWT (QS. An Nisa ayat 29) :

!,!., _ `.., l!. >l. ,., _L.,l!, |
_>. :.> _s _. >.. l.1. >.. | < l >,
!.,> __

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (QS. An Nisa ayat 29).
93


Namun pada kenyataanya yang terjadi di sektor Home Industri
yang berada di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
jual beli kain perca dengan sistem karungan masih meragukan, karena

91
Kyai Hanafi, Pengasuh Ponpes Al-Mansur Wawancara Pribadi Tanggal 18 Mei 2013
92
Al-Quran, Surat Surat Al-Baqarah, ayat 275, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan
Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 84
93
Al-Quran, Surat Surat Al-Nisaa, ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan
Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 127
78

maqud alaihnya masih samar dan karena maqud (kainya) masih
berada di dalam sak karung, sehingga belum diketahui takaran dan
jumlahnya. Sehingga menurut beliau jual beli kain perca dengan
sistem karungan yang terjadi di Desa Demangan bisa dikategorikan
baiul gharar, dan konsekuensinya akadnya menjadi batal dan jual
beli itu dilarang, beliau memperkuat pendapatnya dengan hadits Nabi
Muhammad SAW :
) (
Artinya : Dari Abi Hurairah r.a Rasulullah mencegah jual beli gharar
(H.R Muslim)

2. K. H Muhammad Syafiq Nashan, L.c
Menurut kyahi H. Muhammad Syafiq Nashan, L.c orang
awam dalam pandangan Hukum Islam tidak mempunyai madzhab,
meskipun di Indonesia mayoritas masyarakat menganut madzhab
Imam SyafiI akan tetapi orang awam tidak secara mutlak mengikuti
madzhab Imam SyafiI ketika terjadi khilafi terhadap prilaku orang
awam seperti kasus jual beli kain perca dengan sistem karungan yang
terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus maka
orang awam tersebut secara otomatis diikutkan oleh madzhab yang
membolehkan jual beli kain perca dengan sistem karungan dalam
berpindah madzhab yang dilakukan oleh orang awam tidak
disyariatkan niat karena pada dasarnya orang awam tidak mempunyai
madzhab dan tidak mengetahui aturan-aturan dalam madzhab
tersebut.
94


3. K Abdul Wahab, S.Pdi ( Nadzhir Masjid Desa Demangan)
Beliau berpendapat bahwa pada dasarnya jual beli itu adalah
boleh, asalkan tidak termasuk riba. Sedang jika mengandung riba

94
Hasil Wawancara dengan K.H Muhammad Syafiq Nashan, pada tangal 17 Mei 2013
79

maka haram. Beliau mendasarkan pendapatnya tersebut pada al-
Quran QS. Al-Baqarah 275 :

.. _> < _,,l > ,l

Artinya : ...Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba..... (Surat Al-Baqarah ayat 275).
95


Beliau berpendapat bahwa semua jual beli itu halal jika
memang memenuhi syarat rukunnya dan tidak ada dalil yang
melarangnya. Jual beli dilakukan dengan saling ridho dan tidak
meerugikan salah satu pihak. Beliau juga mengajukan dasar dari kitab
Kifayatul Ahyar mengenai hal tersebut :


Artinya : dan tidak diperbolehkan jual beli gharar.

Dan hadits Nabi SAW :
) (
Artinya : Rasulullah telah mencegah jual beli gharar (HR. Muslim).
96


Dalam praktek jual beli kain perca dengan sistem karungan
yang terjadi di Desa Demangan jika memang ada salah satu pihak
yang dirugikan, maka jual beli kain perca dengan sistem karungan
tidak diperbolehkan.




95
Al-Quran, Surat Surat Al-Baqarah, ayat 275, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan
Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 84
96
Imam Taqiyudin Abi Bakr ibn Muhammad al-Husaini, hlm 172
80

4. Iin Ainurrofik (Imam Masjid Demangan)
Beliau juga berpendapat bahwa pada mulanya semua jual beli
itu diperbolehkan, asal memenuhi syarat dan rukunya dan tidak ada
dalil yang melarangnya.
97


.. _> < _,,l > ,l

Artinya : ...Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba..... (Surat Al-Baqarah ayat 275).
98


Beliau mengemukakan bahwa jual beli yang dilakukan dalam
jumlah banyak dan tanpa ditakar (system karungan) atau dalam kitab
Fiqih dikenal dengan istilah Jizaf / Jizafan itu hukumnya boleh.
Seperti contoh seorang membeli gandum dalam satu karung, pembeli
cukup melihat permukaan gandum itu diperbolehkan.
Dalam praktek jual beli kain perca dengan sistem karungan
yang terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
menurut beliau adalah boleh karena jual beli tersebut sudah
memenuhi rukun dan syarat jual beli, serta kedua belah pihak sudah
sama-sama rela.
Namun demikian beliau juga menjelaskan jual beli yang ada
unsur ghararnya dan maqud alaihnya dalam hal ini kain perca yang
berada dalam karung masih samar mengenai jumlahnya dan
banyaknya, sehingga bisa memungkinkan kerugian bagi salah satu
pihak terutama para pembeli. Beliau mendasarkan pendapatnya pada
kitab Al Muhadzab :



97
Hasil Wawancara dengan Bapak Yai Ainurrafik, Tokoh Ulama Desa Demangan,
Tanggal 17 Mei 2013.
98
Al-Quran, Surat Surat Al-Baqarah, ayat 275, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan
Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 84
81

Artinya : dan tidak diperbolehkan jual beli sesuatu yang tidak kuasa
untuk menyerahkanya, seperti burung di udara atau ikan di
dalam air, unta yang berlari dan budak yang melarikan diri
dan harta yang dighashab dari tanggan yang ghashab.
99


Dan hadits Nabi yang melarang jual beli gharar


) (

Artinya : dari Abi Hurairah r.a Rasulullah mencegah jual beli
gharar (H.R Muslim).
100


5. Mbah Woto (Tokoh Agama)
Beliau mengatakan bahwa jual beli pada asalnya boleh jika
memang objek jual belinya sudah jelas. Beliau mencontohkan seperti
tebasan padi yang telah menguning / sudah jelas isinya, maka jual beli
itu diperbolehkan dan juga beliau mencontoh dalam kasus jual beli
dengan sistem borongan seperti : jual beli terong, kacang dan bensin
yang dijual di botol. Adapaun menurut beliau hukum jual beli adalah
boleh karena semua unsur sudah terpenuhi dan baik penjual maupun
pembeli sudah sama-sama ridho. Dalam praktek jual beli kain perca
dengan sistem karungan yang terjadi di Desa Demangan Kecamatan
Kota Kabupaten Kudus menurutnya jual beli tersebut sah dan tidak
melangar aturan-aturan yang berdasarkan al-Quran dan hadits, serta
semua unsur sudah terpenuhi dan yang paling penting menurut beliau
antara penjual maupun pembeli sudah sama-sama ridho.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan para tokoh ulama
diatas dapat diambil kesimpulan 3 (tiga) kesimpulan bahwa jual beli
kain perca (dodotan) dengan sistem karungan sebagai berikut :


99
Syaikh Imam Abi Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf al Fairuz Asy Syairozi, Al
Muhadzab, Juz I, Al Hidayah, Surabaya, t.th, hlm. 263
100
Ibid, Syaikh Imam Abi Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf al Fairuz Asy Syairozi, hlm.
79
82

1. Mubah
Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang
muslim mukallaf tidak akan mendapat dosa dan tidak mendapat
pahala. Contoh : makan dan minum, belanja, bercanda, melamun,
dan lain sebagainya. Suatu hal yang mubah dapat menjadi bernilai
pahala di sisi Allah Azza wa Jalla.
Syaikh Nadzim Muhammad Sulthan Rahimahullah
mengetengahkan sebuah sub-judul yang berkaitan dengan tema di
atas. Beliau mengatakan, batasan penting dalam hal yang
berhubungan perpindahan suatu hal yang mubah menjadi hal yang
bernilai ibadah dalam transaksi jual beli kain perca antara lain:
a) Tidaklah diperbolehkan menjadikan suatu hal yang mubah
menjadi bentuk ibadah secara dzatiyah atau semata-mata
melakukan hal mubah tersebut menjadi sebuah bentuk
peribadatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.
b) Hendaklah hal yang mubah tersebut merupakan jalan atau
washilah menuju ibadah.
c) Hendaknya ketika melakukan hal yang mubah meyakini
bahwasanya hal itu merupakan bagian dari syariat.

2. Haram
Suatu istilah dalam ilmu yang berhubungan dengan
ketentuan hukum, yaitu sesuatu atau perkara-perkara yang dilarang
oleh syara. Berdosa jika mengerjakannya dan berpahala jika
meninggalkannya. Terhadap sesuatu barang yang diharamkan
dalam jual beli, baik haramzatnya, hasil dari yang haram, kita
disuruh Allah untuk menjauhi sejauh-jauhnya. Sebab dengan
makanan barang atau sesuatu yang haram berakibat terdindingnya
doa kita, sekaligus dapat menggelapkan hati kita untuk cenderung
kepada hal-hal yang baik, bahkan dapat mencampakkan diri ke
dalam neraka. Allah berfirman :
83

| _ l!, _. _...,l !.lL !..| l!, _ .L, !.
_l`.,. ,-.

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang makan harta anak-
anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan
api neraka sepenuh perut mereka dan mereka akan masuk
kedalam neraka sair.(An-Nisa : 10)

Muamalah-muamalah yang diharamkan dalam jual beli kain
perca dengan sistem karungan apabila meliputi perkara-perkara
sebagai berikut :
i. Riba dengan tiga macamnya, yaitu riba al-fadhl, an-nasiah
dan al-qardhu.
ii. Ketidaktahuan dan penipuan dengan berbagai macam ragam
dan jenisnya karena barang yang di jual disembunyikan
cacatnya.
iii. Membohongi dan memperdayai dengan segala ragam dan
jenisnya dalam menjualnya.

3. Syubhat (meragukan)
Syubhat artinya samar atau kurang jelas. Maksudnya disini
ialah setiap perkara/persoalan yang tidak begitu jelas antara halal
dan haramnya bagi manusia. Adapun yang syubhat yaitu setiap hal
yang dalilnya masih dalam pembicaraan atau perselisihkan, maka
menjauhi perbuatan semacam itu termasuk sifat wara.
Nabi bersabda :

:
.

Artinya :Dari Al-Husain bin Ali r.a ia berkata : Saya selalu ingat
pada sabda Rasulullah Saw, yaitu: Tinggalkanlah sesuatu
84

yang meragukanmu dan kerjakanlah sesuatu yang
tidak meragukanmu. (Riwayat Tirmizy).

Dalam praktenya jual beli kain perca dengan sistem
karungan yang berjalan di Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus hukumnya bisa menjadi syubhat apabila Jual
beli barang yang tidak jelas (majhul), baik yang muthlak, seperti
pernyataan seseorang: Saya menjual barang dengan harga seribu
rupiah, tetapi barangnya tidak diketahui secara jelas, atau seperti
ucapan seseorang: Aku jual mobilku ini kepadamu dengan harga
sepuluh juta, namun jenis dan sifat-sifatnya tidak jelas. Atau bisa
juga karena ukurannya tidak jelas, seperti ucapan seseorang: Aku
jual tanah kepadamu seharga lima puluh juta, namun ukuran
tanahnya tidak diketahui.

F. Analisis Penggalian Hukum Islam Terhadap Transaksi Jual Beli Kain
Perca (dodotan) Yang Terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus.
Jual beli merupakan salah satu bentuk muamalah antar manusia
dengan manusia dalam bidang ekonomi yang disyariatkan oleh Islam.
Dengan adanya jual beli manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan pasti membutuhkan orang
lain. Jual beli bagi kehidupan manusia merupakan pemberian dari Allah
SWT sebab manusia mempunyai kebutuhan yang tidak pernah ada
putusnya, disamping itu jual beli merupakan perwujudan hubungan antar
sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana telah diketahui
bahwa agama islam mensyariatkan jual beli dengan baik tanpa ada unsur
kesamaran, penipuan, riba dan sebagainya.
Disyariatkan jual beli dimaksudkan agar manusia sebagai mahluk
sosial dapat menerima dan memberikan keadilan kepada orang lain, saling
bermuamalah untuk memenuhi hajat hidup dan mencapai kemajuan
85

dalam hidupnya. Oleh karena itu aturan-aturan yang ada dalam jual beli
telah tegas diatur dalam Syariat Islam.
Pada dasarnya Allah SWT menghalalkan yang baik-baik kepada
hambanya dan mengharamkan kepada mereka hal-hal yang jelek-jelek
meskipun ada keuntungan dan hal yang menarik serta menganiurkan
baginya dan seharusnya mereka tidak tergelincir hanya mengejar
keuntungan, sehingga membuat mereka berpaling dari hal yang dihalalkan
oleh Allah SWT dan mengejar yang diharamkan oleh Allah SWT.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 157 yaitu
sebagai berikut :
_ _`-,`., _.l _,.l . _ ...> !,.>. >..s _ `.l
_,> >``.!, .`-.l!, ., _s ..l _> `l .,,Ll `> `,l.
.,>l _., .s >.| _.l. _.l .l `,l. _! `.., ., :'s
:`.. `-,. .l _ _. .-. ,.l` `> _>l.l __


Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang
Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam
Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka
dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-
beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka[574].
Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka
Itulah orang-orang yang beruntung.
101


Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT menghalalkan
segala sesuatu yang baik-baik untuk hambanya yang sesuai dengan
tuntunan dari al-Quran dan al-Hadist dan mengharamkan segalasesuatu

101
Al-Quran, Surat Surat Al-Araf, ayat 157, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan
Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 138
86

yang buruk bagi hambanya. Maka dari itu ummat Islam diharuskan
untuk mengikuti aturan-aturan yang telah Allah SWT turunkan,
sehingga ummat Islam mendapatkan ridho dari Allah SWT dalam
menjalankan kehidupannya. Dalam mengali hukum tentang jual beli
kain perca dengan sistem karungan yang terjadi di Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus maka peneliti mengunakan 2 (dua)
pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif ini peneliti melihat pada akar
permasalahan berdasarkan dalil yang digunakan oleh Hukum Islam
yaitu al-Quran, Hadits dan rukun jual beli serta kaidah ushul fiqih.
adapun syarat dan rukun jual beli adalah sebagai berikut :
a. Rukun jual beli meliputi
i. Penjual
ii. Pembeli
iii. Barang yang dijual
iv. Harga
v. Ucapan ijab qobul.
102

b. Syarat penjual dan Pembeli meliputi :
i. Berakal
ii. Baligh
iii. Adanya pihak penjual dan pembeli
iv. Ada nilai tukar penganti barang.
v. Adanya lafadz
vi. Adanya barang yang dibeli.
103



102
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Muamalah, Al-Maarif, Bandung, 1999, hlm.153
103
Nasrun Haeron, Fiqih Muamalah, cet, I, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000, hlm.114
87

Adapun dalam proses jual beli para pihak harus
memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus dijunjung
tinggi dan dilaksanakan antara lain :

a) Suka Sama Suka
Prinsip ini harus selalu dipegang untuk menghindari
dari keterpaksaan antara pihak-pihak yang melakukan aqad
jual beli. Hadits Nabi Muhammad SAW :

( )

Artinya : jual beli itu atas dasar suka sama suka
(HR. Abi Hiban)

Dari dalil diatas mengisaratkan bahwa jual beli itu
harus suka sama suka antara pihak-pihaknya dalam
prakteknya jual beli di sektor Home Industri Konveksi itu
sudah berdasarakan suka sama suka, saling ada kerelaan
dan kesepakatan antara para pihak.
104


b) Tidak Boleh Mendzalimi
Allah menciptakan manusia dengan suatu sifat
saling membutuhkan antara satu dengan yang lainya tidak
ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh apa yang
diinginkannya. Tetapi manusia hanya dapat mencapai
sebagian yang dihajatkannya itu. Dia mesti memerlukan
apa yang menjadi kebutuhan orang lain. Untuk itu Allah
memberi inspirasi (ilham) kepada mereka untuk
mengadakan kegiatan muamalah yang kirannya bermanfaat
dengan cara jual beli sehingga hidup manusia bisa lurus dan

104
Hasil Wawancara dengan Bapak Wahyu Santoso warga Demangan pada tanggal 07
Mei 2013
88

mekanisme hidup berjalan dengan baik dan produktif.
105

Dalam perilaku jual beli agama islam juga melarang dengan
cara batil dan zalim.
Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 29.
!,!., _ `.., l!. >l. ,., _L.,l!, | _>. :.>
_s _. >.. l.1. >.. | < l >, !.,> __

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An
Nisa ayat 29).
106


Ayat diatas menjelaskan diharamkanya kepada kita
memakan harta sesama dalam hal ini ketika berjual beli
dengan cara bathil, jalan yang tidak dibenarkan oleh syara.

c) Keterbukaan
Dalam berbagai hal keterbukaan dalam jual beli
harus ada untuk menghindari kecurangan, para pihak juga
harus jujur dan menghindari penghianatan. Sabda
Rasulullah SAW :
:
) (
Artinya : dari Ibnu Umar r.a berkata : Rasulullah SAW
bersabda pedagang yang jujur dan dapat

105
M. Ali Hasan, Berbagi Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 116-117
106
Al-Quran, Surat Surat Al-Nisaa, ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan
Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989, hlm 127
89

dipercaya yang muslim bersama para syuhada
di hari kiamat. (HR. Ad Daruquthni).
107


2. Pendekatan Sosiologis
Pada pendekatan sosiologis ini peneliti melihat fenomena
yang menyebabkan munculnya transaksi jual beli kain perca
dengan sistem karungan di Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus. Munculnya transaksi jual beli ini karena melihat
adanya peluang bisnis karena dari kain sisa jahitan yang awalnya
tidak bernilai, bisa dikreasikan menjadi berbagai macam produk
kerajinan yang memiliki fungsi dan harga jual cukup tinggi.
Misalnya saja seperti bed cover, sarung bantal maupun sprei,
keset, serbet, taplak meja, boneka, kotak pensil, dompet handpone,
tas dan lain sebagainya, melihat peluang bisnis baru dengan
keuntungan yang lumayan untuk dijadikan income tambahan maka
sebagian masyarakat yang ada di Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus mulai menekuni jual beli kain perca.
Bisnis kain perca yang dikembangkan oleh sebagian
masyarakat di Desa Demangan dengan mengolah dan
memproduksi ulang kain perca menjadi berbagai aneka aksesoris
yang indah dan mempunyai harga jual kembali dengan
memperoleh keuntungan. Bisnis kain perca ini sudah ada dan
berjalan 4 (empat) sampai 8 (delapan) tahun terakhir ini dan
mendapatkan keuntungan yang lumayan guna memberikan income
tambahan serta menciptakan peluang kerja bagi pemuda Desa
Demangan dan menciptakan ekonomi mandiri Desa Demangan,
sehingga banyak masyarakat Desa Demangan yang mulai tertarik
untuk menekuni bisnis kain perca ini dengan harapan bahwa
dengan menjual kain tersebut dapat memperoleh keuntungan yang
lumayan guna pekerjaan sampingan dan menambah income untuk
meningkatkan perekonomian keluarga mereka.

107
Imam Daruquthni, Sunan Daruquthni, Jilid II, Darul Fikr, Beirut, t.th, hlm 6
90

Perkembangan bisnis jual beli kain perca yang terjadi di
Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus tergolong
sangat cepat, hal ini terlihat dari banyaknya orang (warga
demangan) yang menekuni bisnis tersebut mulai dari Ibu rumah
tangga, pekerja salon, pedagang sampai karyawan di Perusahaan
swasta. Bisnis yang dilakukan oleh masyarakat Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ini bukan sebagai mata
pencaharian pokok akan tetapi sebagai mata pencaharian
sampingan yang digunakan untuk meningkatkan penghasilan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menciptakan ekonomi
mandiri bagi kemakmuran dan kesejahteraan Desa Demangan.
Melihat fenomena tersebut peneliti berusaha mengali
hukum jual beli kain perca dengan sistem karungan ditinjau dari
aspek sosiologis sehingga masyarakat dapat memenuhi hukum
tentang jual beli kain perca dengan sistem karungan yang mereka
lakukan. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan hukum jual
beli kain perca dengan sistem karungan adalah boleh ditinjau dari
berbagai aspek anatara lain :
1. Akad
akad yang digunakan adalah akad jual beli tapi dengan
sistem borongan seperti diibaratkan jual beli kacang panjang
yang mana kacang tersebut dijual dengan ikatan tanpa ada
hitungan berapa jumlahnya dan berapa banyak hitungan dalam
kiloan. Adapun teknis memindah kepemilikan ini dengan cara
orang yang mengiginkan kain perca tersebut mengucapkan
barangku kain perca iki tak dol itungane karungan dene rugi
utowo untung iku wis dadi bagianmu (saya menjual barang ini
dengan hitungan karungan untuk nantinya untung rugi itu
bagian kamu) dan pembeli mengucpkan saya beli barang kamu
dan saya setuju untuk untung dan ruginya dan antara penjual
dan pembeli sudah sama ridho.
91

Dari penjelasan diatas peneliti berpendapat bahwa jual
beli kain perca dengan sistem karungan yang terjadi di Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus hukumnya bisa
menjadi boleh apabila akad yang digunakan jual beli akan
tetapi memindah kepemilikan, kemudian yang kedua sah
dengan menggunakan akad jual beli dengan catatan yang dibeli
bukan barang yang sudah terpakai, tetapi yang di beli kain
perca tersebut dijual dengan sistem karungan atau borongan.

2. Objeknya
Tentang syarat-syarat yang boleh dan sah diperjual
belikannya barang yang dijadikan sebagai objek akad atau
maqud alaihnya adalah sebagai berikut :
(a) Barang yang halal dipergunakan
(b) Barang yang bermanfaat
Bersandar pada Firman Allah SWT.
> _ l> >l !. _ _ !-,.> __
Artinya : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di
bumi. (Qs. Al-baqarah: 29)
108


(c) Barang yang dimiliki
(d) Barang yang dapat diserahterimakan
(e) Barang dan harga yang jelas
(f) Barang yang dipegang

3. Manfaat
Kemudian memanfaatkanya bila ditinjau dari aspek
sosiologis masyarakat melakukan transaksi jual beli kain perca
dengan asumsi bahwa dengan melakukan transaksi jual beli

108
Al-Quran, Surat al-Baqarah, Ayat 29, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan
Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1989, hlm 73.
92

kain perca akan mendapatkan keuntungan yang mana
keuntungan tersebut guna menambah income keluarga guna
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat, selain itu banyaknya keuntungan
yang diperoleh dari bisnis jual beli kain perca maka
menimbulkan ketertarikan kepada masyarakat dari golongan
menengah dan golongan menengah kebawah untuk meraup
keuntungan Terdapat banyak manfaat di dalam jual beli
diantaranya :
a. Dapat menata struktur kehidupan masyarakat yang
menghargai hak milik orang lain.
b. Dapat memenuhi kebutuhan atas dasar kerelaan atau suka
sama suka.
c. Masing-masing pihak merasa puas.
d. Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang
yang haram (batil).
e. Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah.

Dalam kajian Qowaid Fiqhadat kebiasaan dapat
dijadikan hukum kaidah tersebut adalah :


Adat kebiasaan dapat dijadikan hukum
Kaidah fiqih asasi kelima adalah tentang adat atau
kebiasaan, dalam bahasa Arab terdapat dua istilah yang
berkenaan dengan kebiasaan yaitu al-adat dan al-urf. Adat
adalah suatu perbuatan atau perkataan yang terus menerus
dilakukan oleh manusia lantaran dapat diterima akal dan secara
continue manusia mau mengulanginya. Sedangkan Urf ialah
sesuatu perbuatan atau perkataan dimana jiwa merasakan suatu
93

ketenangan dalam mengerjakannya karena sudah sejalan
dengan logika dan dapat diterima oleh watak kemanusiaannya.
Suatu adat atau urf dapat diterima jika memenuhi
syarat-syarat berikut:
1. Tidak bertentangan dengan syari'at.
2. Tidak menyebabkan kemafsadatan dan tidak
menghilangkan kemashlahatan.
3. Telah berlaku pada umumnya orang muslim.
4. Tidak berlaku dalam ibadah mahdlah.
5. Urf tersebut sudah memasyarakat ketika akan ditetapkan
hukumnya.
6. Tidak bertentangan dengan yang diungkapkan dengan
jelas.
109

Adapun dasar hukum firman Allah (QS. Al-Araf:
199) dan Hadits
.> -l `. .``-l!, `_s _s _,l.>' __
Artinya : Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari
pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-Araf:
199).
110



Artinya : Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam
maka baik pula di sisi Allah, dan apa saja yang
dipandang buruk oleh orang Islam maka menurut
Allah pun digolongkan sebagai perkara yang buruk"
(HR. Ahmad, Bazar, Thabrani dalam Kitab Al-
Kabiir dari Ibnu Mas'ud)


109
Burhanudin, Fiqih Ibadah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001, h. 263.
110
Al-Quran, Surat Al-Araf, ayat 199, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir
Al-Quran, Al-Quran dan terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1989, hlm 74.
94

Berdasarkan penggalian hukum dan melihat
fenomena yang terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota
Kabupaten Kudus yaitu terjadinya jual beli kain perca
dengan sistem karungan maka peneliti meninjau dari
sumber hukum Islam peneliti menyimpulkan bahwa
transaksi jual beli kain perca dengan sistem karungan
tersebut adalah mubah (boleh). Karena presentasi
kerugiannya sangat kecil dan lebih banyak untungnya,
karena yang namanya jual beli berpotensi untuk untung dan
rugi.

















95

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah peneliti kemukakan dalam
pembahasan mengeanai Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kain
Perca (dodotan) Dengan Sistem Karungan di Desa Demangan Kecamatan
Kota Kabupaten Kudus maka peneliti selanjutnya dalam bab penutup ini
akan peneliti sampaikan beberapa kesimpulan yang peneliti peroleh yaitu :
1. Dalam praktek jual beli kain perca dengan sistem karungan di Desa
Demangan Kecamtan Kota Kabupaten Kudus belum sepenuhnya
memenuhi rukun dan syarat jual beli yang shahih. Karena dalam kasus ini
maqudalaihnya merupakan benda yang tidak boleh diperjual belikan
dikarenakan masih ada unsur samar (gharar) dan barang kain tersebut
berada dalam karung. Walaupun prinsip suka sama suka, prinsip tidak
boleh mendzalimi dan prinsip keterbukaan sudah dilaksanakan,, namun
antara pembeli dan penjual sudah sama-sama ridho serta saling menyadari
dan membutuhkan maka jual beli adalah boleh asal rukun dan syarat jual
sudah terpenuhi
2. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari lapangan, ada beberapa faktor
yang peneliti temukan sebagai pengaruh yang besar terhadap sebagian
masyarakat Desa Demangan Kecamtan Kota Kabupaten Kudus dalam
melakukan transaksi jual beli kain perca dengan sistem karungan, adapun
faktor-faktor tersebut adalah :
a. Faktor Keuntungan
b. Faktor Ikut-ikutan
c. Faktor Trand Bisnis
d. Faktor Keindahan
Dari keempat faktor itulah yang menyebabkan munculnya tradisi jual
beli kain perca dengan sistem karungan.

96

3. Pandangan Hukum Islam terhadap jual beli kain perca dengan sistem
karungan yang terjadi di Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten
Kudus berdasarkan pendekatan normatif apabila ditinjau dari syarat dan
rukun jual beli yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa Demangan
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus adalah sah karena sudah memenuhi
syarat dan rukun jual beli.
Melihat fenomena tersebut peneliti berusaha mengali hukum jual beli
kain perca dengan sistem karungan ditinjau dari aspek sosiologis
sehingga masyarakat dapat memenuhi hukum tentang jual beli kain perca
dengan sistem karungan yang mereka lakukan. Berdasarkan penelitian
yang kami lakukan hukum jual beli kain perca dengan sistem karungan
adalah boleh karena akad yang digunakan adalah akad jual beli tapi
dengan sistem borongan seperti di ibaratkan jual beli kacang panjang
yangmana kacang tersebut dijual dengan ikatan tanpa tahu berapa
jumlahnya dan berapa banyak hitungan dalam kiloan. Adapun teknis
memindah kepemilikan ini dengan cara orang yang mengiginkan kain
perca tersebut mengucapkan barangku kain perca iki tak dol itungane
karungan dene rugi utowo untung iku wis dadi bagianmu (saya menjual
barang ini dengan hitungan karungan untuk nantinya untung rugi itu
bagian kamu) dan pembeli mengucapkan saya beli barang kamu dan saya
setuju untuk untung dan ruginya dan antara penjual dan pembeli sudah
sama ridho.
Berdasarkan pengalian hukum dan melihat fenomena yang terjadi di Desa
Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yaitu terjadinya jual beli
kain perca dengan sistem karungan maka peneliti meninjau dari sumber
hukum Islam peneliti menyimpulkan bahwa transaksi jual beli kain perca
dengan sistem karungan tersebut adalah mubah (boleh). Karena presentasi
kerugiannya sangat kecil dan lebih banyak untungnya, karena yang
namanya jual beli berpotensi untuk untung dan rugi.


97

B. Saran-saran
Saran-saran kami sebagai peneliti dan berharap untuk kedepan jual
beli kain perca (dodotan) dengan sistem karung sebagai berikut :
1. Bagi para penjual kain perca (dodotan) hendaknya ada ketetapan harga
secara pasti dan tidak mengunakan jual beli tersebut dengan taksiran,
karena apabila sistem taksiran masih dilakukan maka mengakibatkan
kerugian bagi salah satu pihak.
2. Jika jual beli kain perca masih mengunakan sistem karungan hendaknya
kain yang berada dalam karung di timbang dengan mengunakan
timbangan biar besar kecilnya bisa di samaratakan.
3. Kepada para pembeli hendaknya sebelum di bayar barang tersebut di cek
ulang untuk memastikan isinya.

C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam penelitian ini, yang meliputi :
a. Keterbatasan literatur hasil penelitian sebelumnya yang masih kurang
yang peneliti dapatkan.
b. Keterbatasan waktu, biaya dan tenaga sehingga membuat penelitian ini
kurang maksimal.
c. Keterbatasan pengetahuan penelitian dalam membuat dan menyusun
tulisan ini, sehingga perlu diuji kembali kendalanya kedepannya.

D. Penutup
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, shalawat dan
salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW. Dengan karunia Allah SWT., penulis telah dapat menyelesaikan
skripsi ini, dengan diiringi kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa
meskipun usaha maksimal telah ditempuh, namun kekurangan dan kekeliruan
sebagai keterbatasan wawasan penulis sangat disadari. Kritik dan saran yang
bersifat membangun menjadi harapan penulis. Alhamdulillah.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Muamalah, Al-Maarif, Bandung, 1999.
Adiwarman Karim, Fiqih Muamalah, Gema Insani Press, Jakarta, 1999.
Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta : BPFE,
1987)
Al-Quran, Yayasan Penyelengara Penerjemah dan Penafsir Al-Quran, Al-Quran
dan terjemahnya, Depag, Jakarta, 1989.
Al-Waaji Fi Fiqhu Sunnah wa Kitab Al-Aziz, Abdul Azhim Badawi, Cet. I,
Th.1416H, Dar Ibnu Rajab.
Buku Laporan Anggaran Pemerintah Desa Demangan tahun 2012.
Burhanudin, Fiqih Ibadah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001.
Data Monografi Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012.
Data Profil Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus Tahun 2012.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1991
Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995.
HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab: Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi
Gharar, 1513
http://pemikirkaya.com/kewangan-islam/apa-itu-gharar/, diambil 2/20/2013
Ibnu Masud, Zainal Abidin S, Fiqh Madzhab Syafii, jilid 2 Bandung: Pustaka
Setia, 2007.
Imam Daruquthni, Sunan Daruquthni, Jilid II, Darul Fikr, Beirut, t.th. 1987.
Imam Taqiyudin Abi Bakr ibn Muhammad al-Husaini. Th. 2003
M. Ali Hasan, Berbagi Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
M. Hasbi Ash Shiddieqi, Hukum-hukum Fiqh Islam, cet.II, Semarang: Pustaka
Rizqi Putra, 2001.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, PT. Bumi Aksara,
Jakarta, 1989.
Moh. RifaI, Fiqih Muamalah, Gema Insani Press Jakarta, 2000.


Moh. Rifai, Konsep Syariah, Wicaksana Semarang, 2004.
Nasrun Haeron, Fiqih Muamalah, cet, I, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000.
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.
Sayyid Syabiq, Fiqih Sunnah Jilid III, Maarif, Bandung, 1994.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), Alfabeta, Bandung, 2010.
Suharmini Arikunto, Prsedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktik, Rineka
Cipta, Jakarta, 1998.
Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001.
Syaikh Imam Abi Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf al Fairuz Asy Syairozi, Al
Muhadzab, Juz I, Al Hidayah, Surabaya, t.th. 1998
Syekh Imam Taqyuddin Abi Bakar, Khifayatul Ahyar, t.th..
Wawancara dengan Bapak Abdul Wahab Kepala RW 03
Wawancara dengan Bapak Abdurrahman Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain
Perca
Wawancara dengan Bapak Ainurrofik
Wawancara dengan bapak Aziz Afnani
Wawancara dengan Bapak Effendi Selaku Pembeli dan Pengrajin Kain Perca
Wawancara dengan Bapak Firman selaku pembeli dan Pengrajin Kain Perca
Wawancara dengan Bapak H. Affandi selaku penjual
Wawancara dengan Bapak H. Hariyanto (Konveksi Jaya) selaku penjual
Wawancara dengan Bapak H. Maruf selaku penjual pada tanggal 16 Mei 2013.
Wawancara dengan Bapak H. Masmichan selaku penjual
Wawancara dengan Bapak Haji Maruf
Wawancara dengan Bapak Imtisal selaku pembeli
Wawancara dengan Bapak Mila selaku perangkat Desa Demangan
Wawancara dengan Bapak Sujono selaku pembeli
Wawancara dengan Bapak Wahyu Santoso warga Demangan
Wawancara dengan Bapak Yai Ainurrafik, Tokoh Ulama Desa Demangan,
Wawancara dengan Bpk Abdul Wahab, Tokoh Agama Desa Demangan
Wawancara Pribadi Kyai Hanafi, Pengasuh Ponpes Al-Mansur


Wawancara dengan Ibu Leny selaku pengrajin aksesoris dari kain perca
Wawancara dengan K.H Muhammad Syafiq Nashan
Wawancara dengan Modin Desa Demangan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
Wawancara dengan Nur Diansyah
Wawancara dengan Yusrunada

Daftar Riwayat Hidup


Nama : Abdul Aziz
Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 09 Nopember 1988
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dr. Wahidin, SH 133 Demangan.
Telephon : 085 641 927 204

Jenjang Pendidikan :

1994 2000 : MI TBS Kudus
2000 2003 : MTs TBS Kudus
2003 2006 : SMA Muhammadiyah 01 Bangsri, Jepara
2009 2013 : STAIN KUDUS



TRANSKIP WAWANCARA
DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA UNTUK PENJUAL DI
HOME INDUSTRI TARAAS BORDIR

A. Identitas Responden
Nama : H. Maruf
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Kepemilikan : Owner

1. Tanya : Apakah yang menjadi tujuan anda dalam berdagang kain
perca (dodotan ) sebagai profesi usaha ?
Jawab : Untuk mengurangi biaya produksi para pekerja, karena
hasil dari penjualan kain perca lumayan
2. Tanya : faktor apa yang membuat anda berdagang bahan - bahan
kain perca dengan sistem karungan ?
Jawab : Untuk memanfaatkan limbah kain yang sudah tidak
terpakai
3. Tanya : Apakah ada organisasi yang membawahi para penjual kain
perca ?
Jawab : Belum ada, karena masih bersifat Home Industri rumahan
dan pembuatanya masih bersifat inisiatif pribadi.
4. Tanya : Biasanya dalam satu karung berisi jenis kain apa saja ?
Jawab : Macam-macam mas, biasanya kain Woll, PC, Catton TC.
5. Tanya : Dalam satu sak karung berisi berapa Kilo Gram dan di
jual dengan harga berapa ?
Jawab : karung kecil 15-18 Kg dengan harga 17.000,- karung
besar 25-28 Kg dengan harga 32.000,-
6. Tanya : Digunakan untuk apa bahan-bahan kain perca ?
Jawab : Biasanya para pembeli di buat kerajinan aksesoris
perlengkapan rumah tangga, tapi juga tergantung
musimnya.
7. Tanya : Bagaimana gambaran jual beli kain perca yang anda
lakukan ?
Jawab : Saya simple mas, kain potongan saya suruh masukan ke
dalam karung, nanti setelah penuh saya tumpuk di gudang
untuk nantinya saya jual setelah banyak jumlahnya.
8. Tanya : Apakah yang membeli kain perca pelangan tetap atau
tidak ?
Jawab : Kebanyakan pelangan tetap
9. Tanya : Apakah terjadi persaingan harga dalam penjualan kain
perca ?
Jawab : namanya jualan dimanapun pasti ada mas, yang namanya
persaingan harga, namun juga tergantung musimnya kadang
naik, kadang turun
10. Tanya : Permasalahan apa saja yang timbul dalam jual beli kain
perca ?
Jawab : Belum adanya pengorganisasian dari pemerintah daerah
karena mestinya sangat prospektif untuk dijadikan
UMKM karena bisa membantu ekonomi Desa Demangan.
11. Tanya : Bagaimana anda menagapi jika ada konsumen yang
complain ?
Jawab : Apabila banyak yang kurang sesuai ya saya ganti mas.
12. Tanya : Menurut anda dalam transaksi jual beli kain perca dengan
sistem karungan tersebut apakah sudah sesuai dengan
aturan jual beli dalam islam ?
Jawab : Sejauh ini yang saya tahu ya sudah mas, karena antara
saya dan pembeli kan sudah ada akad dan sama-sama
ridhlo.

TRANSKIP WAWANCARA
DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA DENGAN PENJUAL DI
HOME INDUSTRI KONVEKSI JAYA

A. Identitas Responden
Nama : H. Hariyanto
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Kepemilikan : Owner

1. Tanya : Apakah yang menjadi tujuan anda dalam berdagang kain
perca (dodotan ) sebagai profesi usaha ?
Jawab : Sebetulnya hanya sampingan saya menjual kain perca
karena untuk mengurangi biaya produksi para pekerja dan
memanfaatkan limbahnya saja.
2. Tanya : faktor apa yang membuat anda berdagang bahan-bahan
kain perca dengan sistem karungan ?
Jawab : Untuk memanfaatkan limbah kain yang sudah tidak
terpakai.
3. Tanya : Apakah ada organisasi yang membawahi para penjual kain
perca ?
Jawab : Belum ada, masih inisiatif pribaddi.
4. Tanya : Biasanya dalam satu karung berisi jenis kain apa saja ?
Jawab : Macam-macam mas, biasanya biasanya saya tergantung
pesanan konsumen mengunakan kain Woll, PC, Catton
TC dan Polyester.
5. Tanya : Dalam satu sak karung berisi berapa Kilo Gram dan di
jual dengan harga berapa ?
Jawab : karung kecil 15-18 Kg dengan harga 17.000,- karung
sedang 20-23 Kg dengan harga 25.000,- dan karung
besar 28-30 Kg dengan harga 32.000,-
6. Tanya : Digunakan untuk apa bahan-bahan kain perca ?
Jawab : Biasanya para pembeli di buat kerajinan aksesoris
perlengkapan rumah tangga, tapi juga tergantung
musimnya.
7. Tanya : Bagaimana gambaran jual beli kain perca yang anda
lakukan ?
Jawab : saya simple mas, kain potongan saya suruh masukan ke
dalam karung, nanti setelah penuh saya tumpuk di gudang
untuk nantinya saya jual setelah banyak jumlahnya.
8. Tanya : Apakah yang membeli kain perca pelangan tetap atau
tidak ?
Jawab : Kebanyakan pelangan tetap namun kadang ada yang baru
tapi bersifat ikut-ikutan.
9. Tanya : Apakah terjadi persaingan harga dalam penjualan kain
perca ?
Jawab : Ada mas, karungan yang saya jual biasanya saya
sesuaikan dengan jenis kainya, makanya harganya tidak
sama dengan yang lain.
10. Tanya : Permasalahan apa saja yang timbul dalam jual beli kain
perca ?
Jawab : Belum adanya pengorganisasian dari pemerintah daerah
karena mestinya sangat prospektif untuk dijadikan
UMKM karena bisa membantu ekonomi Desa Demangan.
11. Tanya : Bagaimana anda menagapi jika ada konsumen yang
complain ?
Jawab : Apabila banyak yang kurang sesuai ya saya ganti mas.
12. Tanya : Pernahkah ada konsumen yang mengeluh mengenai
masalah karungan?
Jawab : Biasanya soal harganya mas, ya karena saya jualnya
sesuai kain yang ada di dalamnya.
13. Tanya : Menurut anda dalam transaksi jual beli kain perca dengan
sistem karungan tersebut apakah sudah sesuai dengan
aturan jual beli dalam islam ?
Jawab : menurut saya ya sudah sah, karena kan tidak ada unsure
penipuannya.





















TRANSKIP WAWANCARA
DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA DENGAN PENJUAL DI
HOME INDUSTRI SAHABAT BUSANA KUDUS

A. Identitas Responden
Nama : H. Ali Ridho
Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Kepemilikan : Owner

1. Tanya : Apakah yang menjadi tujuan anda dalam berdagang kain
perca (dodotan ) sebagai profesi usaha ?
Jawab : memanfaatkan limbah kain dan memberdayakan
masyarakat agar kreatif dalam wirausaha.
2. Tanya : faktor apa yang membuat anda berdagang bahan-bahan
kain perca dengan sistem karungan ?
Jawab : Untuk mengurangi biaya produksi karyawan.
3. Tanya : Apakah ada organisasi yang membawahi para penjual kain
perca ?
Jawab : yang saya tahu sampai kini belum ada
4. Tanya : Biasanya dalam satu karung berisi jenis kain apa saja ?
Jawab : saya mengunakan kain Woll, Polyester dan Catton.
5. Tanya : Dalam satu sak karung berisi berapa Kilo Gram dan di
jual dengan harga berapa ?
Jawab : karung kecil 15-18 Kg dengan harga 17.000,- karung
sedang 20-23 Kg dengan harga 28.000,- dan karung besar
28-30 Kg dengan harga 35.000,-
6. Tanya : Digunakan untuk apa bahan-bahan kain perca ?
Jawab : Biasanya para pembeli memproduksi kembali untuk
dijadikan lap pell atau keset rumah tangga.
7. Tanya : Bagaimana gambaran jual beli kain perca yang anda
lakukan ?
Jawab : saya simple mas, kain potongan saya suruh masukan ke
dalam karung, nanti setelah penuh saya tumpuk di gudang untuk
nantinya saya jual setelah banyak jumlahnya.
8. Tanya : Apakah yang membeli kain perca pelangan tetap atau
tidak ?
Jawab : Kebanyakan pelangan tetap namun kadang ada yang baru
tapi bersifat ikut-ikutan atau musimnya.
9. Tanya : Apakah terjadi persaingan harga dalam penjualan kain
perca ?
Jawab : Kurang tahu saya mas, karena memang belum ada harga
yang pasti dalam hitungannya
10. Tanya : Permasalahan apa saja yang timbul dalam jual beli kain
perca ?
Jawab : Belum adanya pengorganisasian dari pemerintah daerah
11. Tanya : Bagaimana anda menagapi jika ada konsumen yang
complain ?
Jawab : Apabila banyak yang kurang sesuai ya saya ganti
barangnya.
12. Tanya : Pernahkah ada konsumen yang mengeluh mengenai
masalah karungan?
Jawab : Biasanya soal harganya mas, ya karena saya jualnya
sesuai kain yang ada di dalamnya.
13. Tanya : Menurut anda dalam transaksi jual beli kain perca dengan
sistem karungan tersebut apakah sudah sesuai dengan aturan jual beli
dalam islam ?
Jawab : menurut saya ya sudah sah, karena rukun dan syarat jual
sudah terpenuhi.


TRANSKIP WAWANCARA
DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA DENGAN PENJUAL DI
HOME INDUSTRI ALOHA TEKSTILE KUDUS

A. Identitas Responden
Nama : H. Masmichan
Umur : 64 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Kepemilikan : Owner

1. Tanya : Apakah yang menjadi tujuan anda dalam berdagang kain
perca (dodotan ) sebagai profesi usaha ?
Jawab : Memanfaatkan limbah kain dan memberdayakan
masyarakat agar kreatif dalam wirausaha.
2. Tanya : faktor apa yang membuat anda berdagang bahan-bahan
kain perca dengan sistem karungan ?
Jawab : Untuk mengurangi biaya produksi karyawan.
3. Tanya : Apakah ada organisasi yang membawahi para penjual kain
perca ?
Jawab : Yang saya tahu sampai kini belum ada
4. Tanya : Biasanya dalam satu karung berisi jenis kain apa saja ?
Jawab : saya mengunakan kain Woll, Polyester dan Catton.
5. Tanya : Dalam satu sak karung berisi berapa Kilo Gram dan di
jual dengan harga berapa ?
Jawab : Karung kecil 15-18 Kg dengan harga 17.000,- karung
sedang 20-23 Kg dengan harga 28.000,- dan karung
besar 28-30 Kg dengan harga 35.000,-
6. Tanya : Digunakan untuk apa bahan-bahan kain perca ?
Jawab : Biasanya para pembeli memproduksi kembali untuk
dijadikan lap pell atau keset rumah tangga dan aksesoris
handphone.
7. Tanya : Bagaimana gambaran jual beli kain perca yang anda
lakukan ?
Jawab : saya jual dengan hitungan per setiap karung.
8. Tanya : Apakah yang membeli kain perca pelangan tetap atau
tidak ?
Jawab : Kebanyakan pelangan tetap.
9. Tanya : Apakah terjadi persaingan harga dalam penjualan kain
perca ?
Jawab : Kurang tahu saya mas, karena memang belum ada harga
yang pasti dalam hitungannya
10. Tanya : Permasalahan apa saja yang timbul dalam jual beli kain
perca ?
Jawab : Belum adanya pengorganisasian dari pemerintah daerah
11. Tanya : Bagaimana anda menagapi jika ada konsumen yang
complain ?
Jawab : Apabila banyak yang kurang sesuai ya saya ganti
barangnya.
12. Tanya : Pernahkah ada konsumen yang mengeluh mengenai
masalah karungan?
Jawab : Biasanya soal harganya mas, ya karena saya jualnya
sesuai kain yang ada di dalamnya.
13. Tanya : Menurut anda dalam transaksi jual beli kain perca dengan
sistem karungan tersebut apakah sudah sesuai dengan
aturan jual beli dalam islam ?
Jawab : Menurut saya ya sudah sah, karena ketentuan yang
berkaitan dengan rukun dan syarat jual sudah terpenuhi.




TRANSKIP WAWANCARA
DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA PEMBELI KAIN PERCA
(Dodotan) DENGAN SISTEM KARUNGAN DI DESA DEMANGAN KEC.
KOTA KAB. KUDUS

A. Identitas Responden
Nama : Wahyu Santoso
Umur : 45 Tahun
Profesi : Satpam
Alamat : Desa Demangan


1. Apakah anda sering membeli kain perca (dodotan) dengan system
karungan disini ?
2. Mengapa anda memilih membeli kain perca sebagai sebagai kegiatan
usaha anda ?
3. Bagaimana menurut anda kualitas bahan kain perca disini ?
4. Faktor apa yang mendorong anda untuk membeli kain perca ?
5. Berapa banyak biasanya anda membeli kain perca ?
6. Untuk per satu karung anda membeli dengan harga berapa ?
7. Pernahkah anda complain karena tidak puas dengan ukuran
karungannya ?
8. Bagaimana tanggungjawab penjual terhadap barang yang tidak sesuai
dengan ukuran karungannya ?
9. Apakah anda merasa puas dengan system karungan pada jual beli kain
perca ?
10. Apakah anda pernah merasa dirugikan dalam membeli kain perca
secara karungan ?
11. Menurut anda dalam transaksi jual beli kain perca dengan system
karungan tersebut sudah sesuai dengan syariat islam ?

TRANSKIP WAWANCARA
DRAF PERTANYAAN DALAM WAWANCARA UNTUK PEMBELI KAIN
PERCA (DODOTAN) DENGAN SISTEM KARUNGAN DI DESA
DEMANGAN KEC. KOTA KAB. KUDUS

A. Identitas Responden
Nama : Nordiansyah Wicaksono
Umur : 37 th
Profesi : Karyawan Swasta
Alamat : Getas Serabi


1. Apa pekerjaan bapak sehari-hari ?
2. Apa yang bapak ketahui tentang jual beli ?
3. Factor-faktor apa yang mendorong bapak untuk melakukan jual beli kain
perca dengan system karungan ?
4. Sejak kapan bapak melakukan transaksi jual beli kain perca ?
5. Menurut bapak apakah jual beli kain perca dengan system karungan
diperbolehkan ?

Anda mungkin juga menyukai