Anda di halaman 1dari 14

Makalah Kearifan lokal Indonesia

“ Awig-Awig kearifan lokal masyarakat Lombok barat “

Nama : siti nuraeni meida yanti


Kelas : xii ips 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan
rahmat serta karunia-nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “Awig-Awig” kearifan lokal masyarakat Lombok barat sebagai
pengatur sistem perikanan untuk melestarikan ekosistem laut.

Makalah ini berisikan tentang informasi kearifan lokal masyarakat pesisir


atau lebih khususnya membahas awig-awig yang merupakan kearifan
masyarakat Lombok barat, diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang sistem social yang ada di masyarakat
Lombok.

2
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah................................................................. 4
B. Rumusan masalah............................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan prinsip sistem awig-awig.............................. 6
B. Lokasi penerapan sistem awig-awig......................................... 7
C. Latar belakang munculnya awig-awig..................................... 8
D. Peranan awig-awig masyarakat Lombok................................ 9
E. Sanksi bagi pelanggar awig-awig.............................................. 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 12
B. Dokumentasi...................................................................................... 13

3
BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar belakang masalah


Kearifan lokal yang berkembang di Indonesia atau yang lebih di kenal
dengan hak ulayat, didefinisikan sebagai “kewenangan yang menurut
hokum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan
hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam,
termasuk tanah, dalam wilayah tersebut bagi kelangsungan hidupnya dan
kehidupan yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun
temurun dan tidak terputus antara masyarakat hokum adat tersebut
dngan wilayah yang bersangkutan.
Kearifan lokal di berbagai daerah di kenal dengan nama yang
berbeda-beda, misalnya “kelong” kearifan lokal nelayan
batam ,“panglima laot”kearifan lokal nelayan aceh, dan “awig-awig”
kearifan lokal laut masyarakat Lombok barat provinsi nusa tenggara barat.
Kearifan lokal tersebut merupakan hak penguasa yang tertinggi atas tanah
dalam hokum adat yang meliputi semua tanah yang termasuk dalam
lingkungan wilayah suatu masyarakat hukum adat tertentu yang
merupakan tanah kepunyaan bersama para warganya. Hak ulayat
mengandung 2 unsur, yang pertama adalah unsur hukum perdata, yaitu
sebagai hak kepunyaan bersana para warga masyarakat hukum adat yang
bersangkutan atas tanah tanah ulayat,yang di percayai berasal mula mula
sebagai peninggalan nenek moyang mereka dan merupakan karunia
sesuatu kekuatan ghaib. Yang kedua yaitu unsur hukum publik yaitu
sebagai kewenangan untuk mengelola dan mengatur penggunaan, dan
penguasaan tanah ulayat tersebut baik dalam hubungan intern dengan
para warganya sendiri, maupun ekstern dengan orang-orang bukan warga
atau orang luar.
4
B. Rumusan masalah

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan diatas maka adapun rumusan
masalah yang ditemukan, antara lain :
1. Mengapa terjadi tradisi awig-awig di Lombok barat ?

2. Apa penyebab dari munculnya konflik dalam kegiatan pemanfaatan


sumber daya ikan ?

3. Sanksi apa sajakah yang akan di dapatkan oleh pelanggar ?

5
BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian awig-awig
Awig-awig adalah aturan yang di buat berdasarkan kesepakatan
masyarakat untuk mengatur masalah tertentu dengan maksud memelihara
ketertiban dan keamanan dalam kehidupan masyarakat. Awig-awig ini
mengatur perbuatan yang boleh dan yang di larang, sanksi serta orang
atau lembaga yang di beri wewenang oleh masyarakat untuk menjatuhkan
saksi. Munculnya awig-awig yang berlaku di wilayah Lombok semakin kuat
seiring dengan hadirnya UU no.22/1999 tentang pemerintah daerah.
Seperti aturan-aturan lokal lainnya, di era sentralistik banyak sekali praktik-
praktik tradisional pengelolaan perikanan yang mengalami kematian
akibat homogenisasi hukum dan pemonopolian pelaksanaan penegakan
hukum oleh apparat. Akibatnya, keberadaan aturan-aturan lokal (hak
ulayat) yang selama ini berlaku di masyarakat secara turun menurun
menjadi tidak lagi berfungsi dan mengalami degradasi, sehingga
masyarakat yang merasa tidak di hargai oleh pemerintah banyak
melakukan pembangkangan-pembangkangan terhadap hukum formal.
Memudanya kepercayaan masyarakat dan terjadinya pembangkangan
terhadap hukum formal disebabkan oleh pemerintah itu sendiri Yang tidak
menegakkan hukum secara tegas.

6
B. Lokasi penerapan sistem awig-awig

Awig-awig adalah salah satu kearifan lokal di Indonesia yang berasal dari
Lombok barat, provinsi nusa tenggara barat.

7
C. Latar belakang munculnya awig-awig
Sementara itu adanya penguatan awig-awig dalam pengelolaan perikanan
di daerah ini di pengaruhi oleh masalah pokok yaitu konflik. Adapun
munculnya konflik dalam kegiatan pemanfaatan dalam sumber daya ikan
di pengaruhi oleh rusaknya lingkungan (ekologi), pertambahan penduduk
(demografi), lapangan pekerjaan yang semakin sedikit ( mata pencairan ),
lingkungan politik legal, perubahan teknologi dan perubahan tingkat
komersialisasi ( pasar ). Dengan melihat faktor-faktor yang menyebakan
konflik di daerah pesisir, masyarakat Lombok merasa terpanggil dan
menyadari untuk mengadakan perbaikan sistem pengelolaan sumber
daya. Oleh karena itu dibentuklah awig-awig secara tertulis sebagai aturan
main dalam pengelolaan perikanan demi menciptakan pembangunan
pesisir yang berkelanjutan. Kekuatan awig-awig yang mengatur sistem
pengelolaan bersama tersebut merupakan suatu kesadaran kolektif dari
masyarakat. Peran masyarakat nelayan dalam poembentukan awig-awig
sangat besar dibandingkan pemerintah. Semakin menurunnya hasil
tangkapan ikan akibat aktivitas penggunaan alat tangkap yang tidak
ramah lingkungan, maka masyarakat nelayan menghendaki suatu aturan
yang tegas dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, sehingga
dapat menciptakan kelestarian sumber daya dan peningkatan penghasilan
masyarakat nelayan. Permasalahan-permasalahan yang kerap muncul dan
menjadi bahan perbincangan masyarakat nelayan tersebut, langsung di
sikapi oleh sikap pimpinan kelompok untuk ditindaklanjuti di tingkat skala
kecil yaitu dengan cara menyelenggarakan diskusi kelompok nelayan.
Sehingga dalam pembentukan awig-awig berawal dari tahap informal
yaitu berawal daari omongan, kemudian berlanjut pada tahap musyawarah
antar warga hingga terbentuk sebuah kesepakatan untuk membentuk
aturan dan diperkuat dengan campur tangan pemerintah.
8
D.Peranan awig-awig masyarakat Lombok

a. Awig-awig sebagai penyelesai konflik masyarakat Lombok


Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa ternyata aturan-aturan yang di buat
pemerintah tanpa mempertimbangkan konteks sosial di daerah ini mampu
menciptakan instabilitas. Dengan sistem desentralistik saat ini, Lombok
bangkit untuk memperbaiki sumber daya kelautan dan perikanannya
melalui pembuatan awig-awig. Awig-awig adalah aturan yang di buat
berdasarkan kesepakatan bersama demi menciptakan ketertiban. Dimana
diketahui bahwa wilayah ini sering terjadi konflik sebelum awig-awig di
berlakukan. Menurut sudut pandang sosiologi hukum, hukum yang di buat
harus melihat segala bentuk aturan yang berkembang di masyarakat itu
sendiri, haru adil dan tidak memihak. Sebelum awig-awig di
buat ,masyarakat Lombok masih menggunakan aturan dari pemerintah
yang di sarankan sangat memberatkan dan memihak pada pemerintah
dan penguasa sehingga terjadilah banyak konflik dan peningkatan
kerusakan ekosistem air laut. Oleh karena itu, produk hukum harus betul-
betul melihat konteks sosial di masing-masing wilayah agar efetivitas
hukum dapat berjalan dengan baik bukan malah mempersulit masyarakat.
Karena pada dasarnya hukum berfungsi sebagai alat control sosial untuk
mempermudah dan menciptakan ketertiban di dalam masyarakat.

9
b. Awig-awig sebagai pengatur sistem perikanan berkelanjutan
Dalam pelaksanaannya Awig-awig bias di katakana sebagai sistem hukum
adat yang lebih kuat kedudukannya dibandingkan hukum negara . karena
dalam penegakkannya semua unsur masyarakat ikut ambil bagian dalam
pengawasan pelaksanaanya, masyarakat tidak merasa terpaksa dengan
aturan tersebut karena memang hukum yang diterapkan di angkat
berdasarkan berdasarkan atas kesadaran, kesepakatan dan kemauan
masyarakat setempat. Awig-awig berperan dalam pengolahan sistem
perikana berkelanjutan karena berperan dalam menjaga ekosistem laut.
Hal-hal yang di atur oleh awig-awig seperti : tidak boleh menebang hutan
bakau, merusak terumbu karang, menggunkan alat tangkap yang merusak,
menggunakan sianida, dan larangan melakukan kegiatan perikanan pada
wilayah yang telah di tetapkan.

10
E. Sanksi bagi pelanggar awig-awig

Pelaksanaan awig-awig ditegakkan secara tegas oleh lembaga


musyarawah nelayan Lombok ( LMNLB ) yang mempunyai sanksi, pertama
denda meteri maksimal Rp 10.000.000,00; kedua pembakaran alat tangkap
dan ketiga pemukulan masa namun tidak sampai mati. Meskipun sanksi
yang diterapkan sangat tegas akan tetapi masih ada orang yang
melanggarnya.

11
BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

a. Awig-awig adalah kearifan lokal masyarakat Lombok yang mengatur


sistem perikanan yang memiliki sangsi bagi setiap pelanggaran.
b. Terbentuknya awig-awig merupakan proses kesadaran masyarakat
pesisir masyarakat Lombok barat yang di sebabkan oleh rusaknya
ekosistem perairan laut. Sehingga awig-awig merupakan wujud
strategi masyarakat nelayan untuk menjamin keberlangsungan
hidupnya. Terbentuknya awig-awig didasarkan atas dasar masalah
pokok masyarakat yaitu banyaknya konflik yang terjadi. Konflik
tersebut muncul karena perubahan ekologi, demografi, mata
pencaharian, perbedaan teknologi alat tangkap dan proses distribusi
pasar
c. Dengan adanya awig-awig mampu meminimalkan konflik yang
terjadi. Baik konflik antar nelayan lokal maupun dengan nelayan dari
luar yang disebabkan karena adanya perbedaan teknologi alat
tangkap yang beroprasi wilayah tangkap

12
B. Dokumentasi
13

Anda mungkin juga menyukai