2
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah................................................................. 4
B. Rumusan masalah............................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan prinsip sistem awig-awig.............................. 6
B. Lokasi penerapan sistem awig-awig......................................... 7
C. Latar belakang munculnya awig-awig..................................... 8
D. Peranan awig-awig masyarakat Lombok................................ 9
E. Sanksi bagi pelanggar awig-awig.............................................. 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 12
B. Dokumentasi...................................................................................... 13
3
BAB 1 PENDAHULUAN
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan diatas maka adapun rumusan
masalah yang ditemukan, antara lain :
1. Mengapa terjadi tradisi awig-awig di Lombok barat ?
5
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian awig-awig
Awig-awig adalah aturan yang di buat berdasarkan kesepakatan
masyarakat untuk mengatur masalah tertentu dengan maksud memelihara
ketertiban dan keamanan dalam kehidupan masyarakat. Awig-awig ini
mengatur perbuatan yang boleh dan yang di larang, sanksi serta orang
atau lembaga yang di beri wewenang oleh masyarakat untuk menjatuhkan
saksi. Munculnya awig-awig yang berlaku di wilayah Lombok semakin kuat
seiring dengan hadirnya UU no.22/1999 tentang pemerintah daerah.
Seperti aturan-aturan lokal lainnya, di era sentralistik banyak sekali praktik-
praktik tradisional pengelolaan perikanan yang mengalami kematian
akibat homogenisasi hukum dan pemonopolian pelaksanaan penegakan
hukum oleh apparat. Akibatnya, keberadaan aturan-aturan lokal (hak
ulayat) yang selama ini berlaku di masyarakat secara turun menurun
menjadi tidak lagi berfungsi dan mengalami degradasi, sehingga
masyarakat yang merasa tidak di hargai oleh pemerintah banyak
melakukan pembangkangan-pembangkangan terhadap hukum formal.
Memudanya kepercayaan masyarakat dan terjadinya pembangkangan
terhadap hukum formal disebabkan oleh pemerintah itu sendiri Yang tidak
menegakkan hukum secara tegas.
6
B. Lokasi penerapan sistem awig-awig
Awig-awig adalah salah satu kearifan lokal di Indonesia yang berasal dari
Lombok barat, provinsi nusa tenggara barat.
7
C. Latar belakang munculnya awig-awig
Sementara itu adanya penguatan awig-awig dalam pengelolaan perikanan
di daerah ini di pengaruhi oleh masalah pokok yaitu konflik. Adapun
munculnya konflik dalam kegiatan pemanfaatan dalam sumber daya ikan
di pengaruhi oleh rusaknya lingkungan (ekologi), pertambahan penduduk
(demografi), lapangan pekerjaan yang semakin sedikit ( mata pencairan ),
lingkungan politik legal, perubahan teknologi dan perubahan tingkat
komersialisasi ( pasar ). Dengan melihat faktor-faktor yang menyebakan
konflik di daerah pesisir, masyarakat Lombok merasa terpanggil dan
menyadari untuk mengadakan perbaikan sistem pengelolaan sumber
daya. Oleh karena itu dibentuklah awig-awig secara tertulis sebagai aturan
main dalam pengelolaan perikanan demi menciptakan pembangunan
pesisir yang berkelanjutan. Kekuatan awig-awig yang mengatur sistem
pengelolaan bersama tersebut merupakan suatu kesadaran kolektif dari
masyarakat. Peran masyarakat nelayan dalam poembentukan awig-awig
sangat besar dibandingkan pemerintah. Semakin menurunnya hasil
tangkapan ikan akibat aktivitas penggunaan alat tangkap yang tidak
ramah lingkungan, maka masyarakat nelayan menghendaki suatu aturan
yang tegas dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, sehingga
dapat menciptakan kelestarian sumber daya dan peningkatan penghasilan
masyarakat nelayan. Permasalahan-permasalahan yang kerap muncul dan
menjadi bahan perbincangan masyarakat nelayan tersebut, langsung di
sikapi oleh sikap pimpinan kelompok untuk ditindaklanjuti di tingkat skala
kecil yaitu dengan cara menyelenggarakan diskusi kelompok nelayan.
Sehingga dalam pembentukan awig-awig berawal dari tahap informal
yaitu berawal daari omongan, kemudian berlanjut pada tahap musyawarah
antar warga hingga terbentuk sebuah kesepakatan untuk membentuk
aturan dan diperkuat dengan campur tangan pemerintah.
8
D.Peranan awig-awig masyarakat Lombok
9
b. Awig-awig sebagai pengatur sistem perikanan berkelanjutan
Dalam pelaksanaannya Awig-awig bias di katakana sebagai sistem hukum
adat yang lebih kuat kedudukannya dibandingkan hukum negara . karena
dalam penegakkannya semua unsur masyarakat ikut ambil bagian dalam
pengawasan pelaksanaanya, masyarakat tidak merasa terpaksa dengan
aturan tersebut karena memang hukum yang diterapkan di angkat
berdasarkan berdasarkan atas kesadaran, kesepakatan dan kemauan
masyarakat setempat. Awig-awig berperan dalam pengolahan sistem
perikana berkelanjutan karena berperan dalam menjaga ekosistem laut.
Hal-hal yang di atur oleh awig-awig seperti : tidak boleh menebang hutan
bakau, merusak terumbu karang, menggunkan alat tangkap yang merusak,
menggunakan sianida, dan larangan melakukan kegiatan perikanan pada
wilayah yang telah di tetapkan.
10
E. Sanksi bagi pelanggar awig-awig
11
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
12
B. Dokumentasi
13