Abstrak
Kesesetan berpikir adalah suatu pandangan atau pemikiran seseorang yang tidak logis
dan tidak bisa dipahami oleh semua orang. Kesesatan berpikir terjadi karena dalam penarikan
suatu kesimpulan terdapat beberapa kaidah-kaidah logis yang dilanggar, dan kemudian akan
membawa kepada suatu kesimpulan yang sesat dan tidak masuk akal.
Makalah ini memuat klasifikasi dari kesesatan berpikir serta mengapa kesesatan
berpikir dalam berkhotbah itu bisa terjadi dan bagaimana strategi dalam mengatasi kesesatan
berpikir tersebut.
Kata kunci: Kesesatan berpikir, terjadi dan strategi mengatasi kesesatan berpikir
A. Pendahuluan
Dalam sejarah perkembangan logika terdapat berbagai macam tipe kesesatan dalam
penalaran, walaupun model klasifikasi kesesatan yang dianggap baku pada saat ini belum
disepakati para ahli, mengingat cara bagaimana penalaran manusia mengalami kesesatan
sangat bervariasi,pada pemikiran awam sering ketika mendengar istilah sesat berpikir
dipahami sesuatu yang mengerikan karena segera dijumbuhkan dengan kekacauan. Namun
dalam pandangan logika sesat pikir itu bila terjadi karena dalam penarikan kesimpulan
terdapat kaidah-kaidah logis yang dilanggar, hal itu kemudian akan membawa kepada suatu
kesimpulan yang sesat.
Namun pada karya ilmiah ini penulis lebih mengarah pada KESESATAN BERPIKIR
SESEORANG DALAM BERKHOTBAH, sebab seseorang yang berpikir tapi tidak
mengikuti aturannya, terlihat seperti berpikir benar dan bahkan bisa mempengaruhi orang lain
yang juga tidak mengikuti aturan berpikir yang benar.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesesatan berpikir dan klasifikasi kesesatan berpikir?
2. Mengapa terjadi kesesatan berpikir dalam berkhotbah?
3. Bagaimana mengatasi terjadinya kesesatan berpikir dalam berkhotbah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian kesesatan berpikir dan klasifikasi kesesatan berpikir
2. Untuk mengetahui mengapa terjadi kesesatan berpikir dalam berkhotbah
3. Untuk mengetahui bagaimana mengatasi terjadinya kesesatan berpikir dalam
berkhotbah.
Ilmu logika bersamaan dengan lahirnya Filsafat Barat di Yunani. Dalam usaha untuk
menyebar luaskan pemikiran-pemikirannya, para filusuf Yunani banyak yang mencoba
membantah pemikirannya dengan filusuf lainnya dengan menunjukkan kesesatan
penalarannya. Sejak awal, logika telah menaruh perhatian atas kesesatan penalaran tersebut.
Kesesatan penalaran ini disebut dengan kesesatan berpikir ( fallacia/fallacy). 1
Kesesatan berpikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak
logis, salah arah dan menyesatkan. Ini karena adanya suatu gejala berpikir yang disebabkan
oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya. 2
Mengikuti John Locke, mengidentifikasi beberapa kesesatan berpikir yang pada
akhirnya termanifestasi dalam perilaku yang juga sesat.
1. Pertama, kesesatan yang terjadi karena subjek sesungguhnya jarang berpikir sendiri
dan berpikir atau bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan dilakukan orang
lain.
2. Kedua, kesesatan di mana subjek bertindak seakan sangat menghargai rasio, tetapi
kenyataannya tidak menggunakan rasionya dengan baik.
3. Ketiga, adalah kesesatan yang terjadi akibat subjek tidak terbuka untuk melihat
persoalan secara komprehensif, terpaku hanya pada pendapat atau pendekatan orang
tertentu, atau sumber tertentu.3
1
R G Soekadijo. Logika Dasar Tradisional. Simbolik dan Induktif. (Jakarta: Pustaka Gramedia,) hlm.11
2
Asnanto Surajiyo, Sugeng, Sri Andiani. Dasar-dasar Logika. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 105
2
Menurut Lorens Bagus, sesat pikir mengakomodir enam hal yaitu :
Pertama, menyatakan bahwa suatu gagasan adalah sesat yang berarti fakta yang diacuh oleh
gagasan itu tidak ada. Kedua, tidak sesuai dengan kebenaran. Ketiga, tidak
mempunyai evidensi (fakta) yang baik. Keempat, berarti salah. Kelima, basis dari dua
perangkat nilai kebenaran yang menyangkal nilai kebenaran yang ditentukan bagi suatu
kenyataan. Dan keenam, lain dari kebenaran. Apabila melihat pengertian-pengertian sesat
berpikir versi Lorens Bagus maka sesat berpikir terjadi dengan dua hal yaitu ketika tidak
terjadi kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan serta ketidakkonsistenan pada
penggunaan alur-alur formal dalam logika.4
3
Mohammad adib, Filsafat Kristen: Ontologi,Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan (
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 178-179
4
Wagiman, Pengantar Studi Logika : Mempelajari, Memahami dan Mempraktekannya, ( Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, 2009), hlm 145.
3
Kesesatan relevansi timbul apabila seseorang menarik kesimpulan yang tidak
relevan dengan premisnya. Artinya secara logis kesimpulan tersebut tidak merupakan
implikasi dari premisnya. Penalaran yang mengandung kesesatan relevansi tidak
menampakkan sama sekali hubbungan logis antara premis dan kesimpulannya. Ada
beberapa jenis kesesatan relevansi yang umum dilakukan yaitu:5
a. Argumentum Ad Hominem
Ad Hominem secara harafiah berarti “ mengacu pada orangnya”.
Kesesatan argumentum ad hominem terjadi bila seseorang berusaha untuk
menerima atau menolak suatu gagasan (ide) bukan berdasarkan faktor
penalaran yang terkandung dalam gagasan tersebut, melainkan
berdasarkan alasan yang berhubungan dengan pribadi dari orang yang
melontarkan gagasan.
Contohnya: “Pengkhotbah dalam semangat mereka demi kebenaran,
rupanya dikuasai pikiran bahwa mereka terpanggil untuk membela iman
dan karena itu memenuhi khotbah mereka dengan berdebatan atau
semburan kata-kata pedas terhadap semua orang yang berbeda pendapat
dengan mereka.6
b. Argumentum Ad Poulum
Argumentum ad populum (latin: populous artinya “rakyat”
atau”massa”) adalah penalaran yang diajukan untuk meyakinkan para
pendengar dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat atau orang
banyak. Yang dipentingkan ialah menggugah perasaan massa pendengar,
membangkitkan semangat dan membakar emosi orang banyak agar
menerima suatu pernyataan tertentu.
Contoh : Dalam pelayanannya, Pengkhotbah selalu berusaha
menyenangkan hati manusia atau jemaatnya, mereka memakai berbagai
macam cara supaya jemaat menyenangi atau menyukai dia. Dalam
5
Ronald. J. Massing, Diktat Logika Kesesatan Berpikir (Surabaya: Kalangan Sendiri, 2019), hlm. 1
6
James Braga, Cara Mempersiapkan Khotbah, (Malang ,Jatim,1969), hlm.156
4
berkhotbah, mereka menggunakan cerita-cerita isapan jempol untuk
menyenangkan hati jemaatnya. ( 2 Petrus 2:3b).
c. Argumentum Ad Verecundiam
Jenis kesesatan relevansi ini disebut juga argumentum auctoritaris (
Latin: auctoritas artinya “ kewibawaan”) yang memang sangat mirip
dengan argumentum ad hominem. Bila dalam argumentum ad hominem
yang menjadi acuan adalah pribadi orang yang menyampaikan gagasan (
disenagi atau tidak disenangi), maka dalam argumentum ad verecudiam
atau argumentum auctoritaris ini, nilai suatu penalaran terutama ditentukan
oleh keahlian atau kewibawaan orang yang mengemukakanya. 7
Contoh : Seorang pengkhotbah yang menyampaikan dari sebagian isi
dari firman Tuhan memaksakan jemaatnya untuk mengikutinya namun dia
sebagai gembala sama sekali tidak melakukannya juga.
d. Ignoratio Elenchi
Kesesatan ignoratio elenchi ini terjadi bila seseorang menarik
kesimpulan yang sebenarnya tidak memiliki relevansi dengan premisnya.
Contohnya: Hamba Tuhan yang menyampaikan Firman Tuhan di
depan jemaatnya dengan bebas memaparkan sesuai dengan pemikirinnya
sendiri tanpa memahami lebih dahulu apa yang akan dia sampaikan
tersebut sehingga tidak dapat membawa hasil dampak positif bagi para
pendengarnya.
e. Kesesatan karena Generalisasi tergesa-gesa
Jenis kesesatan ini sebetulnya merupakan akibat dari induksi yang
keliru karena bertumpu pada hal-hal khusus yang tidak mencukupi.
Contohnya : Pengkhotbah yang efektif tidak hanya mempercayai
bahwa Alkitab diilhami, namun juga bahwa seluruhnya diilhami Tuhan.
Pengkhotbah harus mengakui pengawasan Roh Kudus yang mengalahkan
keterbatasan manusia hingga taraf apa pun.
f. Kesesatan karena Komposisi
Kesesatan karena komposisi dilakukan bila seseorang berpijak pada
anggapan bahwa apa yang benar (berlaku) bagi satu atau beberapa individu
7
Ronald. J. Massing, Diktat Logika Kesesatan Berpikir (Surabaya: Kalangan Sendiri, 2019), hlm. 2
5
dari suatu kelompok tertentu, pasti juga benar ( berlaku) bagi seluruh
kelompok secara kolektif.
Misalnya: dalam sebuah persekutuan melakukan sebuah kesenjangan
yang bisa membuat para jemaat dan para yang mendengarnya tidak dapat
memahami apa yang aakn disampaikan itu sehingga membuat orang yang
mendengarnya tidak dapat mengerti apa yang akan disampaikan itu.
8
Surajiyo dkk, Dasar-dasar Logika, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 145
6
ilustrasi hanya bersifat subjektif atau menarik perhatian kepada diri si pengkhotbah sendiri
dan bukan pada Firman, semua itu sebaiknya tidak digunakan. Allah harus dipandang sebagai
hal yang lebih besar dibandingkan khotbah Firman dan kuasa-Nya harus lebih besar
dibanding si pengkhotbah.
Pelayan Tuhan yang sebenarnya harus menyampaikan Firman itu bukan karena ingin
dipuji tetapi karena mengganggapnya bahwa hal itu wajib ia lakukan dalam hidupnya karena
merupakan tangung jawab yang harus dilaksanakan. Kewajiban dari hamba Tuhan ialah
memberitakan Firman, bukan menyampaikan dongeng yang menyenangkan.
Oleh karena itu, untuk menghindari kesesatan berpikir misalnya kita harus tetap
bersikap kritis terhadap setiap isi firman Tuhan yang akan kita sampaikan. Dalam hal ini,baik
terhadap peranan bahasa dan penggunaanya merupakan hal yang sangat menolong dan
penting. Realisasi keluwesan dan kenekaragaman pengguanaan bahasa dapat kita manfaatkan
untuk memperoleh kesimpulan yang benar dari sebuah argumen.
Sesat pikir karena ambiguitas kata atau kalimat terjadi sangat “halus” banyak kata
yang menyebabkan kita mudah tergelincir karena banyak kata yang memiliki rasa dan makna
yang berbeda-beda. Untuk menghindari terjadinya sesat pikir tersebut, kita harus dapat
mengupayakan agar setiap kata atau kalimat memiliki makna yang tegas dan jelas. Untuk itu
kita harus dapat mendefinisikan setiap kata atau term yang dipergunakan. 10
Dengan demikian untuk menghindari semuanya itu, penyampaian khotbah terbaik
yang bisa dilakukan adalah mempelajari kitab-kitab dalam Alkitab, bab demi bab dan
9
Susanto, Y. N. PANDANGAN TEOLOGIS TENTANG KEHENDAK BEBAS MANUSIA DAN RELEVANSINYA
DENGAN KEHIDUPAN ORANG PERCAYA SAAT INI.
10
E. Sumaryono. Dasar-dasar Logika (Yogyakarta : Kanisius, 1999), hlm. 21
7
paragraf demi paragraf secara sistematis. Dengan cara ini akan menghasilkan interpretasi
terhebat dan penggunaan konteks terbaik.
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan penelitian, maka ada beberapa hal yang harus kita pelajari
dalam karya ilmiah ini berkaitan dengan kesesatan berpikir dalam berkhotbah, yaitu:
Pertama, Motivasi yang salah akan menimbulkan pelayanan yang membawa kepada
kesesatan yang bisa mempengaruhi orang lain yang ada disekitar kita.
Kedua, Motivasi yang salah hanya akan menimbulkan pelayanan yang hanya untuk
menyenangkan hati manusia.
Ketiga, Motivasi yang salah menghasilkan pelayanan yang menghujat kebenaran dan
juga dapat menimbulkan pengajran dan perillaku yang salah.
B. SARAN
8
Hendaknya pelayanan yang dilakukan bukan karena motivasi ingin mendapat
kekayaan dan ingin mendapat popularitas, tapi seorang pelayan harus mengajarkan tentang
kebenaran dan bukan mengajar kepada kesesatan dan juga pelayan atau seoranng
pengkhotbah harus juga mempunyai perilaku yang benar dalam menyampaikan isi dari
Firman Tuhan dan tidak sama sekali menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA
9
10