Anda di halaman 1dari 4

LOGIKA

KIKI KEMAL MESHAL RASYID


048961989

TUGAS 1
Ilmu logika adalah ilmu yang mempelajari dasar-dasar atau metode-metode berpikir dengan
benar, kata logika sudah ada semenjak filosof Yunani Kuno Socrates dan Plato dan
masa Aristoteles dicetuskan sebagai suatu ilmu yang tertuang dalam karya Aristoteles
Organon. Ilmu logika kemudian berkembang dalam dunia Islam pada masa zaman
keemasan Islam Dinasti Abbasiyah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, masa ini
intelektual Islam banyak menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari berbagai
bahasa, seperti teks-teks bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab dari karya-karya filosof
Yunani. Dalam Islam ilmu logika dikenal dengan istilah ilmu mantiq (nataqa-yantiqu-
mantiqan, pikiran atau logika) yang pertama kali menulis tentang mantiq adalah Ibnu
Muqaffa’ pada tahun 142 H.

Dari sekian banyak pembahasan dalam cabang ilmu Logika, sesat pikir  selalu menjadi
pembahasan yang paling menarik bagi saya pribadi.  Sesat pikir adalah proses penalaran
yang sebenarnya tidak logis, salah arah dan menyesatkan disebabkan karena
pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya.

Contoh dari kasus Sesat Pikir karena tidak cukup data, Whisnu adalah seorang anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Kota Bandung sejak tahun 2019. Gaji seorang anggota
DPR adalah 5 Juta perbulan. Pada tahun 2020, Whisnu telah memiliki rumah mewah
dengan nilai harga 200 Juta.

Kesimpulannya, Whisnu adalah seorang koruptor.

Contoh lainya kita sering keliru dalam berargumen disebabkan kita membuat premis yang
tidak berhubungan dengan kesimpulan yang mau dicari.

Contoh, premis 1 (Sifat Allah Swt Maha Melihat), premis 2 (Manusia bisa melihat).

Kesimpulan, Allah Swt dan manusia adalah sama.


Beberapa contoh di atas merupakan sesat pikir karena kekeliruan dalam bernalar yang
disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip logika dalam berargumen. Sesat pikir juga
terkadang datang dari pemaksaan logika dari diri sendiri, memaksakan membenarkan
argumen masing-masing demi kepuasan ego sendiri. Menganggap diri sendiri benar dan
orang lain salah.

Manusia di anggap sebagai makhluk sempurna karena memiliki akan dan dapat
mnggunakannya untuk berpikir dengan sebaik-baik dan seluas-luasnya. Namun, ada juga
manusia berpikir tidak menggunakan akal sehat sehingga menyalahi aturan berpikir dan
berada dalam sesat pikir yang bisa membahayakan bagi dirinya sendiri dalam berpikir
maupun orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, kita sering menemui keadaan atau
peristiwa di akibatkan oleh sesat pikir, antara lain:

1. Sesat Pikir ad Hominem

Ini adalah jenis sesat pikir yang terjadi ketika argumentasi yang diajukan tidak tertuju
pada persoalan yang sesungguhnya, tetapi justru menyerang pribadi yang menjadi
lawan bicara.

Contoh: Saya tidak ingin berdiskusi dengan Anda, karena Anda seorang anak kecil yang
bodoh dan tidak tahu apa-apa.

Ini adalah hal yang paling sering kita temui pada masa ini. Bukannya beragumen
berlandasan Logika, kita malah menyerang secara pribadi dari orang tersebut.
2. Sesat Pikir ad Baculum

Ini adalah jenis sesat pikir yang terjadi ketika argumen yang diajukan berupa ancaman
dan desakan terhadap lawan bicara agar menerima suatu konklusi tertentu, dengan
alasan bahwa jika menolak akan berdampak negatif terhadap dirinya

Contoh: “Jika Anda tidak mengakui kebenaran apa yang saya katakan, maka Anda akan
terkena azab Tuhan. Karena yang saya ungkapkan ini bersumber dari ayat-ayat suci dari
agama yang kita yakini.”

3. Sesat Pikir “False Dichotomy”

Jenis sesat pikir ini terjadi ketika beragumen kita memaksa untuk memilih di antara
pilihan yang di berikan, tanpa menerima opsi lain

Contoh: Dalam dunia politik Indonesia, masyarakat mengenal adanya sebutan “cebong”
dan “kampret”. Lalu, jika seseorang sedikit mengkritik pemerintah, dia digolongkan
dalam kaum “kampret”, dan sebaliknya jika sedikit saja memuji keberhasilan dari kinerja
pemerintah, dia disebut kaum “cebong”.

Untuk menghindari sesat pikir atau menghindari kekeliruan berpikir perlu kiranya
mempelajari ilmu Logika, dengan Logika membantu kita berpikir lurus, efisien, tepat dan
teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Ilmu ini
menyampaikan cara berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka dan emosi; karena
ilmu logika mendidik pikiran manusia bersikap obyektif tegas dan berani.

Sumber http://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=1835

Anda mungkin juga menyukai