Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL MEMBACA BUKU

Disusun Oleh :
I Nyoman Agus Restu Wiana Putra (12)

SMA NEGERI 1 SELEMADEG

1
IDENTITAS BUKU

Judul Filosofi Teras


PT Gramedia Pustaka Utama
Nama Penerbit
Kompas Gramedia Building
Nama Penulis Henry Manampiring

Kota Penerbit Jakarta

Tahun Terbit 26 November 2018

Halaman 344

2
ISI POKOK

BAB I. Survei Kekhawatiran Nasional


Berisi tentang hasil survei nasional yang telah dilakukan oleh Henry Manampiring
yang menambah persoalan tentang tingkat kekhawatiran masyarakat pada saat ini terutama
pada anak muda. Dilakukan pada November 2017 sebanyak 3.634 responden mulai dari usia
38 tahun sampai dengan 18 tahun. Mulai dari tingkat kekhawatiran hidup sebanyak 63%,
kekhawatiran pendidikan 53%, kekhawatiran relationship (berpasangan 30%, jomblo 30%),
kekhawatiran bisnis 33%, kekhawatiran keuangan 53%, kekhawatiran sebagai orang tua 53%,
dan kekhawatiran sosial politik yang paling banyak yaitu 76%,. Berdasarkan survei khawatir
nasional, lebih banyak orang merasa khawatir di dalam hidup ini. Aspek hidup yang berbeda
mempunyai tingkat kekhawatiran yang berbeda pula. Relationship ternyata tidak menjadi
sumber yang paling mengkhawatirkan, tetapi peran menjadi orang tua dan keuangan menjadi
masalah yang mengkhawatirkan. Di luar kehidupan pribadi, kondisi sosial politik di
Indonesia juga sangat mengkhawatirkan.

BAB II. Sebuah Filosofi Yang Realistis


Filosofi teras adalah aliran filsafat Yunani - Romawi kuno yang berusia lebih dari
2000 tahun dan masih tetap relevan untuk kondisi manusia zaman sekarang. Bukan
merupakan agama kepercayaan namun dapat digunakan untuk melengkapi cara menjalani
hidup diera milenial saat ini. Tujuan utama filosofi teras adalah hidup dengan mengendalikan
emosi negatif, dan hidup dengan kebajikan atau bagaimana kita hidup sebaik-baiknya sebagai
manusia. Filosofi Teras berasal dari filsuf bernama Zeno. Kira-kira 300 tahun sebelum
Masehi, kapalnya yang berisi barang dagangan mahal karam. Ia terdampar di Athena. Disana
ia mengenal filsafat dari guru bernama Crates. Dari situ ia mempelajari filsafat lain dan
kemudian menyebarkan ilmu ke masyarakat. Ia senang mengajar di sebuah teras berpilar,
dalam bahasa Yunani disebut Stoa. Dari situlah lahir istilah Stoisisme, diterjemahkan menjadi
Filosofi Teras.
Dalam Filosofi Teras, ada dua tujuan yang ingin dicapai. Pertama, hidup bebas dari
emosi negatif (sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dan lain-lain). Ketentraman ini hanya
bisa diperoleh dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa Anda kendalikan. Apa yang
dapat dikendalikan? jawabannya adalah emosi negatif Anda, bukan faktor eksternal dalam
diri Anda. Tujuan kedua dari ajaran Filosofi Teras adalah hidup dengan kebaikan atau
bagaimana Anda hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya Anda menjadi manusia.
Selanjutnya, ada empat kebaikan utama dalam Filosofi Teras yaitu:
1. Kebijaksanaan : Kemampuan mengambil keputusan terbaik dalam keadaan apa pun
2. Keadilan : Memperlakukan orang lain dengan adil dan jujur
3. Keberanian : Berani berpegang pada prinsip yang benar
4. Menahan diri : Disiplin, kesederhanaan, kepantasan, dan kontrol diri.
Stoisisme ditulis untuk menghadapi masa sulit. Filsafat ini lahir di era penuh
peperangan dan krisis di Yunani. Filsafat ini tidak menjanjikan materi atau damai di akhirat,
tetapi damai dan tenteram yang kokoh di kehidupan sekarang. Ketenteraman ini kokoh
karena berakar dalam diri Anda. Sekarang, era dimana hoax beredar yang menyebabkan
perpecahan di masyarakat, rasanya Stoisisme sama relevannya untuk Indonesia saat ini.
Filosofi Teras adalah filsafat kepemimpinan. Dalam hal ini, kepemimpinan tidak sesempit

3
memimpin tim, organisasi atau perusahaan, tetapi dimulai dari memimpin diri sendiri.
Filosofi ini mengajarkan untuk memprioritaskan mengendalikan diri sebelum mengendalikan
kehidupan orang lain. Stoisisme membekali para pemimpin untuk tegar di dalam kegagalan
dan rendah hati di saat sukses. Dalam buku Daily Stoic, ada pemaparan beberapa orang
terkenal yang diketahui mempelajari Stoisisme dalam kehidupannya baik berdasarkan
pengakuan langsung maupun dari tulisan-tulisannya. Mereka di antaranya adalah mantan
presiden Amerika Serikat Bill Clinton, artis Anna Kendrick, aktor Tom Hiddleston, dan
penulis J.K Rowling.

BAB III. Hidup Selaras Dengan Alam


Hidup selaras dengan alam artinya Anda harus sebaik-baiknya menggunakan nalar,
akal sehat, dan rasio karena itulah yang membedakan manusia dan binatang. Ketika Anda
tidak menggunakan nalar, selain Anda menjadi sama dengan binatang, akan rentan merasa
tidak bahagia karena Anda tidak selaras dengan alam. Misalkan ada suatu kejadian ketika
Anda membaca sebuah tulisan provokatif di media sosial dan langsung emosi, sehingga Anda
marah-marah di kolom komentar dan segera membagikan tulisan itu ke banyak orang tanpa
mengecek dulu kebenarannya. Dari contoh di atas, Anda sedang tidak menggunakan
nalar/rasio dan hanya mengikuti hawa nafsu. Tindakan tadi hanya akan membawa hasil yang
negatif.
Stoisisme percaya bahwa sifat alami manusia yang hidup sebagai bagian dari
kelompok yang lebih besar. Seorang praktisi Stoa seharusnya hidup secara sosial yaitu tidak
mengisolasi diri dari manusia lainnya dan juga berhubungan dengan orang lain secara
rasional. Jangan mudah dikuasai emosi negatif seperti marah, iri, dan dengki ketika
bersosialisai. Filosofi Teras melihat segala sesuatu di alam semesta ini sebagai keterkaitan,
bagaikan jaring-jaring raksasa, termasuk semua peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain, kejadian-kejadian yang ada di dalam hidup Anda adalah hasil rantai
peristiwa yang panjang, dari peristiwa “besar” sampai peristiwa yang terkesan “remeh”
sekalipun. Ketika Anda tidak sengaja menginjak kotoran kucing di jalanan, maka ini
bukanlah sebuah peristiwa acak tetapi hasil rantai banyak peristiwa lain. Misalnya, si kucing
hajat disitu karena memang sudah tidak tahan dan terlihat nyaman untuk kucing. Kemudian,
Anda sedang melewati jalanan tersebut dan sibuk memperhatikan status mantan di media
sosial sampai tidak memperhatikan jalan dan JREK! Terinjaklah kotoran kucing itu oleh
Anda.
Tidak ada peristiwa yang betul-betul “kebetulan”. Sesuatu yang terjadi di masa lalu
dan yang sedang terjadi pada detik ini adalah hal tak terhindarkan karena merupakan mata
rantai dari peristiwa-peristiwa sebelumnya. Filosofi Teras melihat semua peristiwa hidup
sebagai keteraturan kosmos dari peristiwa-peristiwa terkait yang mengikuti aturan alam.
Karena keterkaitan adalah bagian dari “Alam”, maka melawan atau mengingkari peristiwa
yang terjadi dalam hidup Anda dianggap sama dengan “melawan aturan Sang Pencipta
Alam”. Jadi, untuk apa menyesali dan memprotes masa lalu? Semua hal terjadi mengikuti
aturan “Sang Pencipta”. Melawan atau mengingkari apa yang telah terjadi artinya keluar dari
keselarasan dengan Alam dan menyebabkan Anda tidak bahagia.

BAB IV. Dikotomi Kendali


Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari "thing we
can control”, hal-hal yang ada dibawah kendali kita. Dengan kata lain kebahagiaan sejati
hanya datang dari dalam bukan dari hal-hal eksternal yang berada bukan dalam kendali kita,
contoh: kejadian-kejadian yang akan datang menimpa kita yang kita tidak pernah tau
seberlumnya. Jika harus memilih hanya mengingat satu kutipan saja dari berbagai teks

4
tentang Stoisisme, maka kutipan dari Epictetus akan penulis pilih. Kutipannya adalah “Ada
hal-hal di bawah kendali kita, ada hal-hal yang tidak di bawah kendali kita”. Prinsip ini
disebut dikotomi kendali.

Beberapa hal tidak di bawah kendali Anda antara lain:


1. Tindakan dan opini orang lain
2. Popularitas Anda
3. Kesehatan Anda dan kekayaan Anda
4. Kondisi saat Anda lahir
5. Peristiwa alam seperti cuaca, hujan, gempa bumi.

Sedangkan, beberapa hal di bawah kendali Anda, yaitu:


1. Pertimbangan, opini, atau persepsi Anda
2. Keinginan Anda
3. Tujuan Anda
4. Segala sesuatu yang merupakan pikiran dan tindakan Anda sendiri.

Stoisisme mengajarkan Anda bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari hal-hal
yang bisa Anda kendalikan dan Anda tidak dapat menggantungkan kebahagiaan sejati pada
hal-hal yang tidak bisa Anda kendalikan. Bagi para filsuf Stoa, menggantungkan kebahagiaan
pada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan adalah tidak rasional. Fokus kepada hal-hal yang
bisa Anda kendalikan bisa membantu Anda melalui masa hidup tersulit sekalipun, karena
sikap dan persepsi Anda “ada sepenuhnya di bawah kendali Anda”. Bagi masyarakat
Indonesia, tekanan opini orang lain adalah sesuatu yang nyata. Misalnya saja ketika
seseorang bekerja, sebenarnya ia tidak cocok bekerja di perusahaan sekarang, tapi karena
perusahaan ini “wah” di mata orang-orang, akhirnya ia memilih bertahan demi gengsi. Lalu,
kekayaan dalam Filosofi Teras hanyalah ukuran kuantitas aset, properti, harta benda. Tidak
lebih dari itu. Orang yang lebih kaya tidak otomatis kualitasnya sebagai manusia juga lebih
baik. Ini bisa membantu Anda saat diterpa rasa iri melihat kekayaan orang lain. Sebaliknya,
Anda juga tidak memandang rendah mereka yang harta bendanya lebih sedikit dari Anda.
Dalam Filosofi Teras, ada yang lebih nikmat daripada keinginan yang terpenuhi, yaitu
tiadanya keinginan itu sendiri. Ini lebih hebat dari sekadar ikhlas menerima bahwa Anda
memiliki (tapi dalam hati masih mengingini). Anda tidak akan pernah merasa miskin ketika
Anda bisa mengenal kata “cukup” untuk diri Anda, bukan untuk pendapat orang lain.

BAB V. Mengendalikan Interpretasi Dan Persepsi


Manusia sering kali disusahkan bukan oleh hal-hal atau peristiwa, tetapi oleh opini,
interpretasi, penilaian atau value judgment akan hal-hal atau peristiwa tersebut. Filosofi Teras
tidak memisahkan antara emosi dan nalar/rasio. Emosi (negatif) dianggap sebagai akibat dari
nalar/rasio yang keliru. Pada dasarnya kita mampu untuk menganalisis sebuah
peristiwa/objek dengan rasional, khususnya untuk memisahkan antara fakta objektif dari
penilaian atau opini subjektif kita. Langkah- langkah yang bsa dilakukan dengan akronim S-
T-A-R (Stop-Think & Assess-Respond) yang dapat dipratikkan saat kita mulai mersakan
emosi nagatif.
Dalam Filosofi Teras, ada pemisahan antara apa yang bisa ditangkap oleh indra kita
(impression) dan interpretasi atas apa yang Anda lihat dan dengar tersebut (representation).

5
Manusia sering gagal memisahkan keduanya. Seringnya manusia memberikan interpretasi
dari sebuah peristiwa yang dialami banyak menjadikan sebuah peristiwa terlihat buruk.
Sebenarnya segala keresahan dan kekhawatiran akan suatu hal bersumber dari pikiran Anda.
Suatu kejadian dipandang buruk ketika persepsi Anda menyebutnya seperti itu. Misalnya saja
Anda menganggap peristiwa dipecat itu sial. Dalam hal ini, “Dipecat” adalah impression,
fakta yang bisa ditangkap indra tetapi “sial” adalah representation, sudah ada penilaian
subjektif. Tapi, tenang saja. Anda memiliki kekuatan untuk mengubah pikiran dan persepsi
kapan pun juga. Yang harus Anda sadari adalah perasaan susah, khawatir, cemas, iri hati dan
lain-lain datangnya dari pikiran Anda sendiri. Dan kabar baiknya, Anda sebenarnya mampu
mengubah pikiran Anda tanpa harus mengubah peristiwa eksternal yang telah terjadi. Filosofi
Teras berkeyakinan bahwa Anda bukanlah sekoci kecil tak berdayung dan tak berlayar yang
pasrah digoyang kesana sini saat diterjang badai “peristiwa hidup”. Anda bukanlah makhluk
pasif yang dibawa senang, sedih, dan marah oleh hal-hal eksternal. Anda bisa aktif
menentukan respon terhadap peristiwa-peristiwa dalam hidup Anda.
Ketika Anda mengalami suatu kejadian yang Anda anggap buruk, Anda bisa
menelusuri persepsi penyebabnya. Selanjutnya, persepsi Anda bisa didebat, ditentang, dan
diubah. Emosi negatif bukan lagi sesuatu yang harus “diperangi” tetapi bisa “diselidiki dan
dikendalikan” dari sumbernya. Karena, emosi negatif adalah nalar yang tersesat. Cobalah
Anda interpretasikan kembali peristiwa yang bisa Anda kendalikan. Ibaratnya Anda sedang
menulis ulang drama kehidupan Anda sendiri. Misalnya Anda dipecat, ada alternatif
interpretasinya yaitu “Lumayan dapet pesangon, bisa mencoba bisnis online” atau bisa juga
“Ini kesempatan mengubah karier ke bidang yang saya mau.” Interpretasi ulang ini bukan
usaha Anda menghindari kenyataan. Fakta bahwa Anda dipecat memang benar adanya
namun Anda memiliki kendali atas makna apa yang hendak Anda lekatkan pada peristiwa
tersebut. Dari makna inilah timbul perasaan dan emosi Anda. Jika Anda memberi makna
yang negatif, maka Anda akan merasa marah, kecewa, atau putus asa. Namun, jika Anda
memberi makna yang positif, maka Anda akan merasa terinspirasi, lebih sabar, lebih
semangat, dan tidak menyerah. Pilihan makna itu sepenuhnya ada di tangan Anda.

BAB VI. Memperkuat Mental


Premeditation Malorum adalah teknik memperkuat mental dengan membayangkan
semua kejadian yang mungkin terjadi di hidup kita di hari ini dan kedepannya. Berbeda
dengan kekhawatiran tidak beralasan, premeditation molorum kita bisa mengenali peristiwa
di luar kendali kita dan memilih bersikap rasional. Hubungan kita dengan rejeki adalah
"pengguna" atau "peminjam", kita harus selalu siap ketika segala rejeki dan keberuntungan
kita diminta kembali oleh Dewi Fortuna. Salah satu tips dari Filosofi Teras untuk memiliki
mental yang lebih kuat yaitu tidak membesar-besarkan masalah dan segera fokus pada apa
yang bisa dilakukan. Filosofi Teras juga mengajarkan bahwa ketika kita mengalami musibah
besar atau kecil, bayangkan apa yang akan kita lakukan jika ini menimpa orang lain.
Stoisisme mengajarkan tidak hanya sekadar ikhlas menerima kondisi saat ini, tetapi justru
sampai mencintai apa yang telah terjadi dan sedang terjadi saat ini

BAB VII. Hidup Diantara Orang Yang Menyebalkan


Filosofi Teras sangat menaruh perhatian pada hubungan antar manusia, karena para
Filsuf Stoa percaya bahwa manusia adalah makhluk sosial. Di balik perilaku menyebalkan
orang lain, kemungkinan besar tidak ada motivasi atau niatan jahat, tetapi ketidaktahuanmu
(ignorance). Orang yang melakukan perbuatan menyebalkan karena tidak tahu (ignorant)
seharusnya dikasihani bukan dimarahi. Tidak ada yang dapat merendahkan jiwa kita.
Kemarahan kita jauh lebih merusak daripada penyebab kemarahan itu sendiri. Tugas kita

6
adalah membangun atau menolerir mereka. Selalu melakukan kejujuran, karena kejujuran
adalah bagian dari selaras dengan alam dan ketidakjujuran membawa kerugian disaat ini juga.

BAB VIII. Menghadapi Kesusahan Dan Musibah


Dalam Filosofi Teras "musibah" dan "kesusahan" adalah opini atau value judgment
yang ditambahkan oleh kita sendiri. Walaupun musibah, bencana, dan kesusahan yang
menimpa sering kali berada di luar kendali kita, respon kita atasnya sepenuhnya ada ditangan
kita sendiri.
Filsuf Stoa melihat semua kesusahan sebagai kesempatan melatih atau virtue
kebajikan kita. Saat kita tertimpa kesusahan kita bisa memikirkan virtue yang bisa dilatih
oleh keadaan ini. Kita bisa mengalahkan cobaan dan penderitaan dengan bertahan
menanggungnya, bagaikan atlet yang dengan keras kepala membuat lelah lawannya. Latihan
menderita selain membantu kita menghadapi kesusahan juga dapat membuat kita kembali
mensyukuri apa yang sudah kita miliki. Dalam memperkuat mental menghadapi kesulitan
hidup, Filosofi Teras memiliki sebuah tips yang terkesan aneh. ini dinamakan Premeditatio
Malorum yaitu memikirkan hal-hal negatif yang mungkin terjadi. Lalu apa perbedaannya
dengan negative thinking? Dalam Premeditatio Malorum Anda bisa mengenali peristiwa di
luar kendali dan memilih bersikap rasional. Praktik ini mirip dengan cara kerja imunisasi.
Dalam imunisasi, Anda memasukkan kuman yang sudah dilemahkan sehingga sistem
kekebalan Anda bisa mempersiapkan diri melawan kuman yang sesungguhnya jika datang.
Dengan membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi, Anda
sedang mempersiapkan “kekebalan mental” menghadapinya jika memang terjadi. Tips
selanjutnya untuk memiliki mental yang kuat adalah tidak membesar-besarkan masalah dan
segera fokus pada apa yang bisa dilakukan. Hidup ini memang dipenuhi hal-hal tidak
menyenangkan dan sayangnya Anda harus menerima fakta tersebut.
Ada satu lagi formula dari Filosofi Teras untuk penguatan yaitu mencintai nasib yang
telah terjadi dan sedang terjadi saat ini, biasa disebut amor fati. Coba renungkan hidup Anda
sekarang ini. Tidak ada yang bisa menghentikanmu untuk memutuskan mencintai hidupmu
saat ini, hari ini, detik ini. Masa lalu sudah masuk kategori “di luar kendali”. Menyesali
tindakan atau perkataan Anda, apa pun itu, jika sudah di masa lalu, maka tidak bisa diubah
dan dikendalikan lagi. Sudah selesai. Anda hanya bisa belajar darinya dan merencanakan
yang lebih baik untuk ke depannya. Bagaimana Anda menyikapinya sepenuhnya di bawah
kendali Anda.

BAB IX. Menjadi Orang Tua


Dalam bab ini menjelaskan bahwa ketika menjadi orang tua hendaknya membiasakan
anak untuk menggunakan nalar dan rasio, dikotomi kendali dengan teladan orang tua,
menyadari bakat adalah nasib serta percaya bahwa kita semua bisa berkembang menjadi lebih
baik. Prinsip hidup selaras dengan alam dapat diterapkan oleh orang tua kepada anak agar
bisa membantu anak melakukan pilihan berdasarkan pertimbangannya sendiri, tentunya
dalam kapasitas yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Selain itu, anak juga bisa
diajarkan dikotomi kendali dalam menghadapi peristiwa hidup dengan teladan dari orang tua.
Dalam Filosofi Teras, anak laki-laki dan perempuan mempunyai rasio atau nalar yang sama.
Oleh karena itu, pendidikan laki-laki dan perempuan harus sama. Implementasi lain dari
Filosofi Teras dalam parenting adalah menyadari pentingnya anak tumbuh dengan

7
pengalaman sosialisasi yang sesuai, karena manusia adalah makhluk sosial. Hidup selaras
dengan alam juga berarti anak harus dibiasakan hidup bersosialisasi.

BAB X. Citizen Of The World


Memaparkan bahwa sebagai warga dunia kita tidak boleh membeda-bedakan suku,
agama, ras, kebangsaan untuk dapat bersikap manusiawi. kita semua adalah ''kosmopolitan''
yaitu warga dunia. Kita semua berasal dari sumber yang sama, sehingga tidak ada alasan
untuk membeda-bedakan, menyakiti, bahkan mendiskriminasi suku, agama, ras, kebangsaan
untuk bisa bersikap manusiawi. Filosofi Teras mengajarkan kita untuk menyayangi seluruh
umat manusia serta hidup dengan bijak

BAB XI. Tentang Kematian


Segala sesuatu yang selaras dengan alam adalah termasuk kematian. Hidup bukan soal
panjangnya tetapi soal kualitasnya. Hidup yang selaras dengan alam menggunakan nalar
menjalankan kebajikan sehingga membawa hidup yang baik bahkan hidup yang singkat
sekalipun. Bagi Stoisisme, kematian bukan sesuatu yang menakutkan, karena ia adalah
bagian dari alam. Segala ketakutan manusia akan kematian bukan karena kematian itu
sendiri, melainkan atas anggapan dan gambaran mengenai kematian yang dibentuk oleh
interpretasi atau value judgment kita sendiri. Dengan demikian, hidup yang selaras dengan
alam, menggunakan nalar, dan menjalankan kebajikan akan membawa hidup yang baik,
bahkan yang singkat sekalipun.

BAB XII. Penutup


Filosofi Teras lebih menekankan pada melindungi diri dari penderitaan, khususnya di
alam pikiran kita. Namun, karena hal itu juga Filosofi Teras lebih mendekatkan diri kita
kepada kebahagiaan sejati. Stoisisme membantu kita membebaskan hambatan-hambatan yang
ada di pikiran kita, sehingga kita lebih bebas mengikuti makna dan tujuan hidup yang kita
tentukan sendiri. Selain itu, Filsafat Stoa juga mengajarkan untuk mencermati empat jenis
emosi negatif yang menjauhkan kita dari kebahagiaan yaitu iri hati, takut, rasa sesal atau
pahit, serta kesenangan atau kenikmatan. Dengan memahami dikotomi kendali, kita belajar
ikhlas dan tidak meresahkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, serta memfokuskan
energi pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Kita belajar mengendalikan interpretasi atas
semua kejadian di dalam hidup kita, sehingga kita tidak menjadi tanggap terhadap situasi.

KOMENTAR

Menurut saya buku ini dibaca oleh kalangan remaja, karena remaja dapat mengenal dan
mempraktikkan langsung stoisisme alias filosofi teras. Selain itu dapat membantu pola pikir
remaja dalam mengatasi emosi negatif dan bagaimana membangun mental menjadi tangguh
dalam menghadapi naik dan turunnya kehidupan. Salah satu nilai yang paling penting
dipahami oleh para remaja dari ulasan buku Filosofi Teras ini adalah bagaimana kita dapat

8
menjalani kehidupan secara selaras karena kehidupan berjalan sesuai dengan kehendak Sang
Pencipta serta selaras dengan hukum alam.

Anda mungkin juga menyukai