Anda di halaman 1dari 4

Stoicism : Ciptakan Kebahagiaan Dalam Hidup

Muqsidana Sayidina Gara Putra


SMAN 2 Klaten
I. Apa itu stoicism?
Stoicism adalah sebuah filosofi yang mengajarkan tentang bagaimana menciptakan
kebahagiaan dalam hidup dan bagaimana menghindari pikiran pikiran negatif.
Stoicism kata yang berasal dari kata Yunani “stoikos” yang artinya stoa (serambi atau
beranda). Stoicism Hal tersebut mengacu pada Stoa Poikile, atau “Beranda Berlukis”
yang ada di Athena. Stoicism ini diciptakan di kota Athena, Yunani oleh Zeno dari
Citium pada awal abad ke 3 sebelum Masehi.

Pengajaran dalam filosofi stoa ini sangat beragam, tetapi bisa disimpulkan bahwa
dasarnya adalah mengenai perkembangan logika yang terbagi menjadi dua, yaitu
retorika dan dialektika. Selain itu, filosofi ini juga membahas mengenai
perkembangan fisika dan juga etika yang memuat teologi dan politik. Ada juga
pandangan mencolok terkait etika adalah tentang bagaimana manusia memilih sikap
hidup dengan menekankan apatheia, yaitu hidup pasrah dan tawakal dengan
menerima semua keadaan yang ada di dunia

Dalam filosofi Stoa semua yang terjadi di dalam hidup manusia bersifat netral, tidak
ada yang baik dan tidak ada yang buruk, hal itu tergantung bagaimana cara manusia
melihat. Hal yang menjadikan baik atau buruk adalah interpretasi kita terhadap hal itu.

II. Prinsip Stoicism


Para filsuf Stoa menganggap kebahagiaan itu bukan untuk dikejar.
Melainkan kebahagiaan mengalir seperti halnya alam. Mereka lebih berfokus dalam
mengkaji bagaimana dapat mengurangi emosi negatif, mulai dari marah, sedih, stres,
dan juga galau. Dengan memperbaiki nalar tersebut, maka kita akan lebih mampu
mengendalikan perilaku kita dalam menghadapi emosi tersebut. Ketakutan kita untuk
menghadapi situasi yang tidak kita diharapkan sebenarnya lebih besar dibandingkan
dengan akibat yang akan muncul dari peristiwa tersebut.

Jalan termudah untuk menuju kebahagiaan menurut filosofi stoicism ialah didasarkan
pada beberapa prinsip berikut:
1. Kemampuan dalam melihat diri sendiri, dunia, serta manusia lain secara
objektif dan menerima sifat mereka dengan apa adanya.
2. Disiplin untuk mencegah diri sendiri dikendalikan oleh keinginan untuk
bahagia atau takut terhadap rasa sakit dan juga penderitaan.
3. Membuat sebuah perbedaan antara apa yang ada di dalam kekuatan kita dan
apa yang tidak ada. Sehingga bisa membedakan masalah apa yang perlu
diberikan perhatian atau ditidak pedulikan
Stoicism mengungkapkan bahwa kebijaksanaan merupakan sebuah kebahagiaan dan
penilaian yang harus didasarkan pada perilaku, bukan kata-kata. Dimana kita tidak
bisa mengendalikan apapun yang terjadi jika berasal dari luar diri kita atau bersifat
eksternal. Kita hanya bisa mengendalikan diri kita dan bagaimana cara kita merespon
hal-hal yang terjadi di sekitar kita.
III. Cara Membentuk Pola Pikir Stoicism
Banyak orang yang masih memiliki kebiasaan buruk misalnya menunda nunda
pekerjaan. Berikut cara Membentuk pola pikir stoicism agar dapat mengubah
kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang lebih bermanfaat
1. Bedakan antara hal yang bisa diubah dan tidak bisa diubah
Pengujian praktik dalam filosofi stoicism Adalah bagaimana membedakan hal
yang bisa diubah dan tidak. Misal yang tidak bisa diubah warna tubuh, tinggi
badan, bentuk tubuh, umur dll dan yang bisa diubah jadwal acara, kebiasaan
sehari hari. Dalam dunia ini kita tidak bisa mengatur orang untuk menyukai
kita sepenuhnya sekeras apapun usaha kita. Daripada bingung memikirkan hal
yang jelas jelas tak bisa diubah mending kita bersyukur atas apa yang kita
punya saat ini.
2. Biasakan Diri Menyusun Jurnal
Jika ingin menerapkan prinsip stoicism maka biasakan diri menyusun jurnal.
Jurnal. Jurnal harian ini adalah filosofi yang nantinya akan mempersiapkan
kalian untuk menghadapi hari-hari di masa depan. Dengan berbekal jurnal
harian ini, kita bisa bercermin pada kejadian yang ada di masa lampau.
3. Persiapkan Diri dan Tetap Sabar Menghadapi Segala Masalah
Jangan terbiasa hidup enak, ingat di dunia ini terkadang kita mengalami hal
yang buruk. Oleh karena itu berusahalah mempersiapkan diri untuk
menghadapi hari yang buruk dan belajar berdamai dan menerima emosi-emosi
negatif yang menghampiri. Karena jika kita menerapkan pola pikir stoicism
kita berpikir hidup bukan hanya untuk bersenang senang dan sadar bahwa
hidup terkadang di bawah dan mendapat banyak masalah
4. Setiap Hal Buruk yang Hadir Merupakan Sumber Kebahagiaan Baru
Dalam konsep stoicism, kebahagiaan merupakan sesuatu hal yang kita
ciptakan sendiri. Jadi bukan hanya sekedar menunggu kebahagiaan datang.
Jadi, daripada kalian larut dalam kesedihan, lebih baik ayo kita ciptakan
kebahagiaan kita sendiri dan tersenyumlah. Hidup akan terasa lebih berat dan
sulit, apabila kita hanya berfokus pada masalah. Daripada hanya memikirkan
keburukan yang datang, cobalah untuk memberikan sebuah kebaikan dan
fokus kepada hal-hal yang baik juga.
5. Berpikir , Kita Hanyalah Butiran Kecil di Alam Semesta
Inti dari konsep stoicism sebenarnya sangat sederhana. Kita hanya perlu sadar,
bahwa sebenarnya kita adalah makhluk yang sangat kecil di muka alam
semesta. Begitu juga semua hal yang kita hadapi. Mulai dari kesedihan ,
rintangan, dan hal-hal negatif lainnya.
IV. Cara menjalani hidup filosofi stoicism sehari hari
Sebenarnya konsep hidup filosofi stoicism ini sangat simple yaitu kita hanya perlu
berfokus pada hal hal yang bisa kita kendalikan dan sadar bahwa ada yang tidak bisa
kita kendalikan. Saat diri kita berfokus pada hal yang bisa kita kendalikan kita akan
merasa berguna, bahagia, dan merasa mudah menyelesaikan sebuah masalah. Masih
banyak orang yang merasa belum bahagia dan sedih karena mencoba hala hal yang
tidak bisa Mereka kendalikan pada akhirnya mereka merasa kesal tidak berdaya.

Berikut cara menjalani filosofi stoicism dalam kehidupan.

1. Kendalikan Bagaimana Cara Kita Berpikir


Epictetus mengungkapkan bahwa kita dapat mengontrol apa yang terjadi
pada diri kita sendiri. Ketika orang lain melakukan hal buruk terhadap kita, itu
adalah hal yang tidak bisa kita kendalikan. Namun, kita bisa mengendalikan
emosi dari dalam diri kita dalam menghadapi perlakukan tersebut. Itu artinya,
yang bisa kita kendalikan adalah diri kita sendiri, bukan orang lain.
Hal tersebut menyadarkan kita pada prinsip dasar dari Epictetus, yaitu bukan
hal-hal yang membuat kita marah, namun ini adalah tentang bagaimana cara
berpikir kita tentang berbagai hal yang terjadi pada diri kita.

Apabila kita berpikir akan ada suatu hal buruk yang terjadi pada diri kita.
Maka kemungkinan besar kita akan dilanda rasa takut, cemas, dan sedih.
Begitu pula ketika kita menilai bahwa suatu hal yang sangat buruk sudah
terjadi pada diri kita, maka kita akan merasa kesal, marah, dan sedih.
Paradoks Stoicisme, seperti yang dirumuskan oleh Epictetus, mengungkapkan
bahwa kita hampir tidak mempunyai kendali atas apapun. Tetapi pada saat
yang bersamaan, kita mempunyai kendali penuh yang potensial untuk
kebahagiaan kita.

2. Melatih Pikiran
Seorang tokoh filsuf yaitu Marcus Aurelius mempunyai strategi . Dimana Ia
selalu mengingatkan diri sendiri bahwa Ia mungkin saja akan bertemu dengan
orang-orang yang sedang marah, sedih, stres, dan tidak sabar. Dengan
memikirkan hal tersebut, Ia berharap agar nantinya Ia akan cenderung tidak
menanggapi mereka dengan cara yang sama, yaitu kemarahan. Namun Ia
merefleksikan sebuah fakta bahwa tidak ada orang di dunia ini yang
melakukan hal buruk di atas dengan sengaja. Mereka mungkin saja korban
dari penilaian yang keliru dari mereka sendiri.

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada yang memilih untuk tidak
bahagia, marah, stres, ataupun sedih. Sebenarnya, itu semua merupakan hasil
dari penilaian dari kita sendiri, yaitu salah satu hal yang ada di dalam kendali
kita.

3. Terima Apapun yang Terjadi


Hal lain dari konsep stoicism yang mengingatkan diri sendiri terkait hal yang
tidak penting, yaitu menyadarkan kita bahwa dunia tidak hanya berputar di
sekitar kita saja. Seperti yang dikatakan Epictetus, apabila kita mengharapkan
bahwa semesta akan memberikan hal-hal yang kita inginkan, maka yang akan
kita dapatkan justru kekecewaan. Namun jika kita menerima apapun yang
diberikan oleh semesta, maka hidup kita akan jauh lebih damai dan bahagia.

Anda mungkin juga menyukai