Anda di halaman 1dari 22

Buku Kecil

STOI K ISME
― stoikisme (kata benda)

Sebuah sekolah filsafat Yunani klasik yang didirikan di Athena oleh


Zeno dari Citium. Sekolah ini mengajarkan bahwa kebajikan, kebaikan
tertinggi, didasarkan pada pengetahuan dan hidup selaras dengan alam.

Paulinus Pandiangan
https://paulinus.net
Kata Pengantar

T
ak ada yang menyangka bahwa dari serambi ( stoa) bangunan
Yunani klasik yang dipakai filsuf Zeno untuk mengajar akan
terlahir buah-buah pemikiran filsafat yang kini dikenal dengan
Stoikisme, dan yang menarik adalah bahwa buah-buah pemikiran itu
ternyata masih relevan di masa sekarang ini. Benarlah bahwa tak ada hal
baru dalam sejarah umat manusia. Pertarungan emosional manusia di
masa sekarang ini juga adalah pertarungan yang sama yang dialami
manusia-manusia di era terdahulu.

Melalui buku kecil ini saya berbagi mengenai empat konsep dasar dalam
Stoikisme yang sungguh berdaya guna: dikotomi kendali, premeditatio
malorum, amor fati, dan memento mori. Tentu saja Stoikisme tidak hanya
tentang keempat hal itu. Stoikisme adalah filsafat praktis yang akan sangat
membantu kita mengarungi kehidupan dengan lebih tenang dan bijaksana.

1
Selamat membaca buku kecil ini dan semoga memberikan manfaat. Versi
audio dari buku ini bisa didengarkan juga di platform Spotify dengan
mengakses link berikut:

Pocket Casts
Google Podcasts
https://spoti.fi/3INPoPt

Kotawaringin Barat, Desember 2021

Paulinus Pandiangan

2
Harapan Penulis

F
ilosofi bukanlah sebuah tujuan, tetapi hanya sebuah alat untuk
mengenali dan 'melihat' sesuatu yang lebih besar dan indah.
Dunia ini pada dasarnya dipenuhi dengan logoi spermatikoi,
"benih-benih kecerdasan". Ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia
berupa sastra, matematika, musik, filsafat, dan ilmu-ilmu lain memberikan
wawasan, inspirasi, kebijaksanaan, yang pada akhirnya mengarah pada
Sumber Kebijaksanaan itu sendiri. Semua bentuk kecerdasan hanya
mungkin diciptakan oleh kecerdasan yang tertinggi.

Guy Consolmagno, SJ, astronom yang menjadi kepala badan perbintangan


di Vatikan, pernah mengatakan bahwa segala bentuk kebenaran yang
ditemukan melalui ilmu pengetahuan, termasuk filsafat, sebenarnya
mengarah kepada kebenaran utama yang tertinggi: TUHAN.

3
Maka sebelum melangkah ke lembaran-lembaran selanjutnya, sadarilah
bahwa membaca dan mempelajari filsafat sepatutnya adalah untuk
semakin dekat dengan sumber kebijaksanaan itu sendiri, sehingga filsafat,
sekali lagi, bukanlah tujuan. Ia hanyalah jalan.

Filsafat Stoikisme bukanlah sebuah quick fix. Membaca dan memahami


teks Stoikisme di level kognitif tidak lantas membuat kita mencapai
kebahagiaan yang sempurna dan ketenangan dalam menghadapi kesulitan
dan penderitaan. Saya percaya bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya
adalah berkat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Dialah yang memberikan
segala yang baik.

Filsafat baru akan bisa menjadi laku hidup apabila kita sudah mampu
'beranjak' dari level kognitif ke level afektif; dari otak ke hati. Ketika ini
terjadi, filsafat tak lagi hanya sebagai konsep di kepala, tetapi telah
mengejawantahkan dirinya dalam bentuk perilaku.

4
Dan jangan keliru. Prinsip-prinsip Stoikisme yang terlihat sederhana ini
tidak akan mudah dilakukan di konteks kehidupan nyata. Sometimes you
need to learn it the hard way. Seringkali kita baru akan benar-benar
memahami kebenaran prinsipnya setelah melalui proses dan pengalaman
yang menyakitkan. Ingatlah bahwa filsuf Zeno dari Citium, filsuf pertama
yang diyakini sebagai pencetus Stoikisme, harus kehilangan segalanya saat
kapalnya karam di tengah lautan sebelum akhirnya sampai pada
kebijaksanaan.

Semoga Stoikisme semakin mendekatkan kalian pada Sang Kebenaran


Tertinggi, dan semoga perjalanan hidupmu akhirnya mengubahmu
menjadi pribadi yang lebih bijaksana.

That, my friend, is my hope.

5
Patung Seneca

"Apapun yang bisa terjadi kapan saja bisa


terjadi hari ini."
─ Seneca

6
DIKOTOMI KENDALI

"Tuhan, berilah aku ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak


bisa kuubah, keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa kuubah,
dan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya."

Begitulah kira-kira bunyi doa ketenangan (serenity prayer) yang sangat


terkenal itu. Tak ada yang tahu persis siapa yang pertama kali
menulisnya, tetapi nama yang beredar secara umum adalah Reinhold
Niebuhr, seorang teolog Protestan dari Amerika.

Filsuf Epictetus yang hidup di sekitar tahun 55 – 135 Masehi pun


pernah mengutarakan hal serupa:

"Tugas utama dalam hidup adalah mengenali dan


memisahkan hal-hal eksternal yang tidak di bawah
kendali saya, dan yang berkaitan dengan pilihan yang

Epictetus
benar-benar saya kendalikan."

7
Dikotomi kendali barangkali adalah ide utama dan yang paling
mendasar dalam filsafat Stoikisme, juga yang paling mudah dipahami.
Secara sederhana dikotomi kendali dapat digambarkan sebagai berikut;
dimana yang di dalam kendali adalah pikiran dan pilihan tindakan,
selebihnya ada di luar kendali kita.

Dalam
Kendali:

Pikiran
Tindakan

Di Luar Kendali

Ryan Holiday, praktisi Stoikisme dan penulis buku The Daily Stoic
mengekspresikan inti dari dikotomi kendali sebagai berikut:

"Kita tidak dapat mengendalikan apa dan bagaimana sesuatu terjadi.


Yang bisa kita kendalikan adalah bagaimana kita bereaksi terhadap
apa yang terjadi."

Kendali (control) dalam pemahaman Stoikisme adalah kemampuan untuk


memutuskan (decide) dan mempengaruhi (influence) sesuatu.

8
Gretchen Rubin, seorang penulis buku sukses yang dikenal dengan
karya-karyanya yang fenomenal seperti The Happiness Project
mengatakan ini suatu kali saat wawancara,

"Saya selalu memikirkan tindakan, bukan hasil. Dengan begitu saya


selalu bisa berfokus pada hal-hal yang dapat saya pengaruhi. Jadi saya
tidak pernah berpikir untuk 'membuat buku yang sukses', saya hanya
berpikir bagaimana 'menulis buku terbaik semampu saya'."

Kalau kita berfokus pada pilihan sikap atau


tindakan yang dapat diambil dalam setiap
situasi dan menerima berbagai hal yang di luar
kendali sebagaimana adanya, para filsuf
Stoikisme meyakini bahwa hidup kita akan lebih
tenang. Itulah kekuatan dikotomi kendali.

9
PREMEDITATIO MALORUM

Kita umumnya akan mudah bersyukur apabila


kekhawatiran kita bukanlah suatu realitas
pada saat ini.

Misalnya Anda mendadak khawatir karena salah satu anggota keluarga


menunjukkan gejala mirip COVID-19. Setelah diuji dengan test PCR
ternyata hasilnya negatif. Di saat kekhawatiran Anda tidak menjadi
kenyataan, menjadi sangat mudah untuk bersyukur.

Inilah tujuan dari praktik Premeditatio Malorum yang digagas para filsuf
Stoikisme. Premeditatio Malorum, istilah Latin untuk
"mengkontemplasikan derita", adalah teknik psikologis yang akan
membantu kita lebih siap secara mental untuk menghadapi kenyataan
yang tidak selalu menyenangkan dan di saat yang sama membantu kita
untuk bersyukur apabila hal atau peristiwa yang dikontemplasikan
ternyata tidak menjadi kenyataan, juga untuk membantu kita sungguh
'menikmati' saat ini, karena kita menyadari bahwa kemalangan dan
penderitaan bisa datang kapan saja.

10
Erupsi gunung Semeru yang terjadi baru-baru ini di Lumajang, Jawa
Timur menjadi contoh nyata bagaimana kemalangan bisa
memporakporandakan hidup dalam sekejap.

"Ketika saya akan mulai bekerja di pagi hari, saya tentu


mengharapkan hari ini akan menyenangkan. Tetapi saya juga
menyiapkan diri saya apabila ada berita buruk yang harus saya
dengar hari ini, misalnya gedung sekolah saya terbakar, atau
terjadi kecelakaan yang melukai saya, atau seseorang

Booker T. mempermalukan saya di hadapan publik."


Washington

Begitulah praktik Premeditatio Malorum yang dilakukan Booker T.


Washington, seorang pengelola sekolah dengan 1500-an siswa,
penasihat bagi politisi dan aktivis dan pembicara tersohor di seantero
Amerika yang hidup pada tahun 1856 – 1915.

11
Melakukan Premeditatio Malorum tidak berarti bahwa kita
mengharapkan kemalangan terjadi; kita hanya menyiapkan diri apabila
hal-hal tidak menyenangkan dalam hidup akhirnya terjadi, karena hidup
manusia tidak terlepas dari penderitaan, dan berpikir positif semata
tidak akan mengubah fakta tersebut.

Apa manfaat praktik kontemplasi seperti ini?

• Membantu kita lebih siaga terhadap kemungkinan terburuk


yang bisa saja terjadi;

• Mengurangi beban mental saat penderitaan benar-benar terjadi;

• Menimbulkan rasa syukur;

• Meningkatkan kenikmatan akan hal-hal baik yang terjadi;

• Mengurangi penyesalan dalam hidup, karena kita berusaha


untuk benar-benar berada di saat ini (living in the present
moment).

12
Filsuf Seneca pernah berujar,

"Musibah terasa paling berat bagi


mereka yang hanya mengharapkan
keberuntungan."
Seneca

Latihan Premeditatio Malorum akan membantu mental Anda menjadi


lebih tangguh menjalani lika-liku kehidupan.

13
AMOR FATI

Kalau Anda masih ingat dengan doa ketenangan (serenity prayer) di bab
Dikotomi Kendali sebelumnya, mari kita perhatikan lagi cuplikan
kalimatnya,

"Tuhan, berilah aku ketenangan untuk menerima hal-hal yang tidak


bisa kuubah..."

Ekspresi ini adalah amor fati.

Istilah Latin ini umumnya diartikan "mencintai takdir". Akan ada hal-
hal atau keadaan dalam hidup yang memang sama sekali tidak dapat kita
ubah, dan cara terbaik menghadapinya adalah dengan menerima
keadaan tersebut. Penerimaan (acceptance) ini ternyata sangat sulit
dilakukan. Ego kita akan selalu berusaha meyakinkan diri kita bahwa
berbagai hal harus berjalan sesuai kehendak kita, bahwa kita harus bisa
mengubah berbagai hal sebagaimana seharusnya kita harapkan.

14
Keinginan ini, oleh psikolog Albert Ellis, disebut dengan
"musturbation", yaitu keinginan yang akut bahwa hal ini harus begini,
hal itu harus begini, dan seterusnya. Kita selalu berpikir bahwa berbagai
hal harus berjalan sesuai keinginan.

Dan inilah yang justru menghambat kita untuk menjalani apa yang
aktual terjadi.

• "Andai saja dulu saya menikah dengan si A, mungkin kehidupan


saya sekarang akan jauh lebih baik."

• "Andai kemarin saya mengambil jurusan Desain ketimbang


Sastra, penghasilan saya sekarang akan lebih baik."

Pikiran-pikiran seperti di atas, atau yang mirip, barangkali pernah


terlintas di benak kita. Faktanya adalah bahwa pikiran-pikiran tersebut
bukanlah realitas di saat ini, dan kalaupun ternyata pikiran itu menjadi
realitas, tak ada yang mengetahui pasti bahwa implikasinya akan persis
seperti imajinasi kita. Tak ada jaminan bahwa kehidupan kita atau
penghasilan kita akan lebih baik.

15
Mencintai takdir bukanlah bersikap pasrah. Justru dengan menerima
takdir sebagai bagian dari perjalanan kehidupan, orang bisa memperoleh
kekuatan untuk bertahan. Dunia di sekitar kita adalah dunia yang
sebagaimana adanya. Berbagai peristiwa yang terjadi adalah peristiwa-
peristiwa yang terjadi sebagaimana takdirnya seturut logos semesta.

Dan takdir berada di luar kendali kita. Karena itu sebenarnya tak ada
pilihan lain bagi kita selain menerimanya.

Epictetus yang seorang budak sendiri pun tak pernah menyesali jalan
hidupnya. Bahkan ia berkata,

"Jangan menuntut peristiwa terjadi sesuai keinginanmu, tetapi justru


inginkanlah agar hidup terjadi seperti apa adanya, dan jalanmu akan
baik adanya."

16
MEMENTO MORI

Fakta bahwa kita semua akan mati adalah truisme; semua tahu bahwa
pernyataan itu benar adanya. Kesadaran yang mendalam akan fakta ini
ternyata mampu memberikan kekuatan dan ketenangan.

Tentang hal ini, filsuf Seneca pernah mengatakan,

"Manusia kehilangan siang hari karena mengharapkan malam, dan


kehilangan malam hari karena takut akan fajar."

Banyak orang menderita dalam pikirannya dalam bentuk penyesalan


akan sesuatu yang terjadi di masa lalu, dan dalam bentuk kekhawatiran
akan masa depan yang belum terjadi. Akhirnya orang tidak benar-benar
hidup di momen saat ini.

Memento Mori akan membawa kita kembali ke "rel saat ini"; bahwa kita
masih hidup dan hidup sedang terjadi di detik ini, bukan di masa lalu
atau di masa depan.

17
"Kamu bisa saja meninggal dunia saat ini. Jadikanlah itu sebagai penentu
apa yang akan engkau lakukan, katakan, dan pikirkan", begitu salah satu
pesan Marcus Aurelius dalam jurnal harian yang ditulisnya, Meditations.

Mengingat kematian, secara paradoks,


justru membuat kita lebih bersukacita
dalam menikmati kehidupan ini. Hidup
adalah sepenuhnya rahmat, karena
sebenarnya tak ada seorangpun dari
kita yang layak untuk diberi kehidupan.
Kalaupun kita tak pernah ada, dunia
akan tetap berjalan baik-baik saja.

Mumpung masih diberi waktu, Memento Mori membantu kita untuk


mensyukuri kehidupan dan lebih bersukacita menjalaninya. Kematian
begitu dekat. Pandemi COVID-19 saat ini menjadi "etalase besar" yang
menunjukkan bahwa kehidupan manusia sangatlah rapuh; bahwa
seseorang bisa berakhir kapan saja. Akhir hidup hanyalah soal waktu.

18
Sebuah ekspresi Latin menggambarkan waktu kematian ini dengan
sangat jelas: Hodie mihi, cras tibi. Hari ini aku, besok kamu.

Berfokuslah pada apa yang penting dan bernilai,


karena hari-hari hidup kita ibarat jam pasir. Pasir
akan terus terlepas meluncur ke bawah hingga
akhirnya ... tak ada lagi.

19
Patung Marcus Aurelius

"Anda memiliki kekuatan atas pikiran


Anda─bukan atas peristiwa yang di luar.
Sadarilah ini, dan Anda akan menemukan
kekuatan."
─ Marcus Aurelius

20
Penutup

Demikianlah teman-teman empat pokok pikiran dalam filsafat


Stoikisme. Semoga buku kecil ini membantumu untuk mengarungi hari
demi hari kehidupan.

Tahun 2021 akan segera berlalu, dan tahun 2022 akan menyajikan
segala sesuatu yang dimilikinya. Tak ada yang tahu persis apa yang
akan terjadi di tahun 2022, tetapi seperti tahun-tahun sebelumnya,
perjalanan waktu manusia selalu akan diwarnai dengan hal-hal yang
menggembirakan dan yang tidak. Itulah fakta kehidupan. Semoga
dengan memahami sedikit dari prinsip-prinsip Stoikisme ini, engkau
akan bertumbuh lebih kuat dan lebih tenang menjalani semuanya.

Selamat menjalani hidup dengan jiwa seorang pembelajar. Enjoy the


moments, good luck and God bless you all in every step of the way.

Cheers!

21

Anda mungkin juga menyukai