Anda di halaman 1dari 7

Mengatasi Overthinking lewat Pemikiran Filsafat Stoikisme

NH.Supiana,Suryo Ediyono

Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret


E-mail: @nhxsupiana33@gmail.com

ABSTRAK

Overthinking sudah menjadi hal yang umum terjadi di masyarakat saat ini , hal ini diperparah
dengan perkembangan sosial media yang tidak terbendung, yang dapat menyebabkan dampak
buruk bagi seseorang berupa pikiran berlebihan terhadap sesuatu,Media sosial menjadi sangat
sensitif dan berbahaya jika kita menggunakannya tanpa hati-hati.Overthinking bisa dikaitkan
dengan gangguan psikologis yang mana orang yang overthinking cenderung berlaku di luar
batas kewajaran ketika menggunakan media sosial sehingga pada gejala yang lebih parah
akan menimbulkan dampak negatif bagi dirinya sendiri seperti rasa cemas, insecure, iri
bahkan rasa frustasi. Sebagai generasi muda hal ini perlu untuk dihindari karena akan
mempengaruhi sikap dan perilaku pada masa depan nanti sehingga diharapkan generasi muda
dapat mengatasi ataupun menghindari overthinking yang berlebihan. Salah satu pandangan
hidup yang dapat menjadi benteng terhadap permasalahan diatas yakni sebuah ajaran filsafat
yakni Filsafat Stoicisme yang mana terkenal dengan nama Filosofi Teras yang mengajarkan
akan tujuan hidup yang perlu dicapai yakni terbebas akan perasaan/ emosi negatif dan juga
mengajarkan bagaimana hidup yang seharusnya sebagai manusia. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui apa sebenarnya overthinking itu dan bagaimana mengatasi pikiran yang
berlebihan/ overthinking pada generasi muda dengan menggunakan pandangan hidup dari
filsafat stoicisme. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research)
dengan metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Kesimpulan
diharapkan yakni bahwa generasi muda dapat mengambil pelajaran dan mengatasi
overthinking dengan menerapkan prinsip- prinsip dari ajaran stoikisme. selain itu generasi
muda sebagai penerus bangsa juga bisa menemukan tujuan dan arti hidup sesungguhnya yang
bisa mengembangkan potensinya dan terbebas akan kecenderungan overthinking ketika
berselancar di dunia maya dengan memahami dan mengimplementasikan pandangan dan
pemikiran dari filsafat stoikisme.
Kata kunci : Overthinking ,Filsafat Stoicisme,Generasi Muda

ABSTRACT

Overthinking has become a common thing in today's society, this is exacerbated by the
unstoppable development of social media, which can have a negative impact on someone in
the form of excessive thinking about something. Social media becomes very sensitive and
dangerous if we use it without caution. Overthinking can be associated with psychological
disorders in which overthinking people tend to act beyond reasonable limits when using
social media so that more severe symptoms will have a negative impact on themselves such
as anxiety, insecurity, jealousy and even frustration. As the younger generation, this needs to
be avoided because it will affect attitudes and behavior in the future so it is hoped that the
younger generation can overcome or avoid excessive overthinking. One view of life that can
be a stronghold against the problems above is a philosophical teaching namely Stoicism
Philosophy which is known as the Terrace Philosophy which teaches the goals of life that
need to be achieved, namely being free from negative feelings/emotions and also teaches how
to live as a human being. The purpose of this study is to find out what overthinking really is
and how to overcome overthinking in the younger generation by using the view of life from
the philosophy of stoicism. This type of research is library research (Library Research) with
the data collection method used is the documentation method. The conclusion is expected that
the younger generation can take lessons and overcome overthinking by applying the
principles of stoicism. Apart from that, the younger generation as the nation's successors can
also find the real purpose and meaning of life that can develop their potential and be free
from the tendency of overthinking when surfing in cyberspace by understanding and
implementing the views and thoughts of the philosophy of Stoicism.

Keyword : Overthinking ,Philosophy of Stoicism


Pendahuluan

Sosial media saat ini berkembang pesat, seakan tak mengenal usia dan tempat dalam
pertumbuhannya , bahkan saat ini anak-anak usia prasekolah sudah mengenal dan memahami
apa itu dunia maya yang kita kenal dengan sosmes bahkan orang lanjut usia pun tak ingin
kalah eksis dengan anak muda lewat postingannya di sosial media. Dengan kemudahan
aksesnya bahkan ketika kita memposting sesuatu , orang dari seluruh dunia pun bisa
mengetahui bahkan tak sedikit orang merespons atau menanggapai apa yang sufdaha kita
posting, tanggapan ini dapat menjadi hal positif bagi seseorang dikarenakan dapat membuat
kita mempunyai motivasi dalam membagikan hal-hal/ postingan di sosial media , Namun
pada kenyataannya tak jarang orang akan menilai apa yang kita bagi atau posting sebagai hal
negatif , buruk ,ataupun tidak bermanfaat sehingga akhirnya berdampak buruk pada diri kita
sendiri yakni perasaan cemas apakah akan disukai atau tidak , yang pada akhirnya
menyebabkan kita menjadi over dalam memikirkan sesuatu terkait pendapat orang terhadap
apa yang kita posting, bahkan pada hal-hal sepele pada umumnya,hal inilah yang kita kenal
dengan overthinking yang kebanyakan dialami oleh orang saat ini. Overthinking sendiri dapat
menjadi hal yang merugikan dan mengancam eksistensi diri seseorang mulai dari munculnya
perasaan cemas, kurang percaya diri atas pilihan yang diambilnya ataupun kehilangan minat
dalam menjalankan aktivitas. Dengan demikian dikemukakan berbagai cara ataupun jalan
keluar dari masalah overthinking yang sering dialami manusia, salah satunya suatu
pandangan hidup yang sudah berkembang sejak zaman Yunani dan masih eksis hingga
sekarang, yakni filosofi hidup Stoikisme yang banyak membahas tentang cara seseorang
mengontrol emosi negatif dan mensyukuri segala sesuatu yang dimilikinya sekarang (be
present). Pada kenyataannya Overthinking merupakan emosi negatif yang terus menerus
dikarenakan berlebihan dalam memikirkan sesuatu yang dapat berwujud bagaimana
pandangan orang lain terhadap kita , respons orang suka atau tidak suka yang mana menurut
filosofi hidup stoikisme seharusnya merupakan hal yang berada pada di luar kontrol
seseorang dan sebaiknya dihindari sehingga hidup lebih bahagia,bermakna dengan tetap
mensyukuri apa yang ada yang berada dalam kendali diri sendiri.
Kajian Pustaka

Penyebab Overthinking

Overthinking biasanya disebabkan oleh berbagai keadaan, pada umumnya hal ini
terjadi ketika seseorang sedang mempertimbangkan suatu keputusan, mencoba memahami
tindakan atau keputusan orang lain, memprediksikan masa depan yang bisa terjadi ataupun
merefleksikan apa yang telah terjadi. Fakhir (2019) menjelaskan bahwa orang yang
mengalami overthinking memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya berhati-hati dalam
memutuskan sebuah keputusan dan juga seorang problem solver yang baik selain itu
overthinking menghambat kemampuan berpikir rasional.

Ketika seseorang terus menerus melakukan overthinking, justru berdampak buruk


pada dirinya sendiri seperti mudah capek secara emosional. Overthinking termasuk kedalam
psychological disorder atau gangguan psikologis karena dapat membuat kecemasan
(anxiety) pada penderitanya. Seseorang yang memiliki kecemasan berlebih dapat
menimbulkan sakit fisik, biasanya orang yang overthinking akan terus menerus
memikirkan suatu permasalahan tanpa menemukan solusi (Fakhir, 2019)

Sejarah Stoikisme

Stoikisme adalah aliran filsafat yang berasal dari Yunani kuno sekitar 301 SM. Aliran
ini pertama kali dicetuskan oleh filsuf dari Citium bernama Zeno yang kemudian
dikembangkan oleh filsuf ternama lainnya seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.
Sampai dengan abad ini pemikiran mengenai stoikisme masih terus berkembang dan tetap
relevan dengan manusia modern jaman sekarang

Stoikisme merupakan filosofi hidup yang membantu seseorang mengontrol emosi negatif
dan mensyukuri segala sesuatu yang kita miliki sekarang (be present). Dalam aliran filsafat
ini, hidup didefinisikan menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu dimensi internal dan
bagian yang kedua yaitu dimensi eksternal atau dikenal dengan sebutan dikotomi kendali.

Dimensi internal diartikan sebagai hal-hal yang berada dalam kendali seseorang, sedangkan
dimensi eksternal diartikan sebagai sesuatu yang berada di luar kontrol seseorang , hal ini
dapat berupa tanggapan orang lain , respons orang terhadap diri kita ataupun apa yang orang
lain pikirkan terhadap kita.

Tokoh-tokoh Filsafat Stoikisme

1. Zeno dari Citium

Zeno merupakan seorang pedagang yang melakukan perjalanan dari Pelabuhan satu ke
pelabuhan lainnya. Diceritakan bahwa Suatu ketika di tengah perjalanannya menuju Piraeus,
kapal yang ia naiki karam, beruntungnya Zeno selamat sampai di Athena. Namun nahas,
seluruh harta kekayaan yang dimilikinya, tenggelam ditelan lautan. Dalam perjalanannya
bertahan hidup inilah, dimulailah petualangan dalam belajar dan mengenal filsafat. Zeno
sering mengunjungi seorang penjual buku di Athena. Di masa-masa inilah, ia menemukan
Memorabilia Xenophon, sebuah buku yang membuat ia mengenal dan tertarik pada
pemikiran dan pandangan-pandangan Socrates mengenai hakikat kehidupan berdasarkan
pendekatan rasionalitas dan kajiannya mengenai kebahagiaan dan kebaikan.

Zeno memulai studi filsafatnya dari Crates dari Thebes yang merupakan salah satu filosof
aliran sinis termasyhur di Athena selanjutnya dia belajar dengan Stilpo The Margarian dan
terakhir menjadi murid Polemo.Dari stilpo ia mendapatkan pelajaran bahwa kesalahan
terbesar dalam hidup adalah mengatakan ‘ya’ terlalu cepat agar mendapatkan kehidupan yang
tenang. Ia mendahului pernyataan Sartre bahwa mengatakan ‘tidak’ adalah pernyataan
identitas pribadi seseorang sementara menyetujui permintaan orang lain mengurangi
kepribadian individu. Setelah bertahun-tahun menuntut ilmu dari para gurunya, akhirnya zeno
mendirikan sebuah sekolah yang ia beri nama stoic.

2. Marcus Aurelius

Marcus Aurelius merupakan seorang kaisar Romawi yang memimpin pada 161-180 SM.
Edward Gibben, seorang sejarawan terkenal menyebut Aurelius sebagai kaisar terakhir dari
lima kaisar terbaik. Aurelius banyak menuliskan jurnal perenungan diri, dan ide-ide serta
pandangan stoic versi dirinya. Melalui jurnal-jurnal ini, ia banyak menemukan pemahaman
mengenai siapa dirinya serta dampak apa yang ingin ia kontribusikan kepada dunia. Jurnal
tersebut kemudian diterbitkan dalam buku berjudul "Meditations". Buku ini adalah karya
terpenting dalam filsafat Stoikisme yang bisa dibaca hingga saat ini.
3. Epictetus

Epictetus merupakan seorang budak yang terus menerus mendapatkan kekerasan. Bahkan,
saking seringnya dipukuli, ia menderita pincang dan kelumpuhan. Namun, segala penderitaan
tersebut tidak membuat Epictetus terpuruk. Justru, pengalaman buruk itulah yang ia jadikan
pelajaran untuk mengembangkan dan mengajarkan filsafat Stoikisme dan membuatnya
menjadi salah satu filsuf Yunani yang berpengaruh. Epictetus banyak menulis kutipan-
kutipan dan karya tulis yang terkenal dalam Diskursus Epictetus.

4. Seneca

Seneca merupakan seorang negarawan Romawi, pengajar, sastrawan, dan filsuf Stoikisme,
yang kemudian menjadi penasihat Kaisar Nero

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (Library Research), karena merupakan penelitian yang menggunakan buku dan
jurnal sebagai sumber datanya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode dokumentasi. Sedangkan metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis isi,yaitu suatu upaya yang dilakukan dalam rangka melihat dan
menganalisis bagaimana pemahaman akan aliran stoisisme dapat menjadi benteng dalam
menghadapi overthinking yang banyak dihadapi orang lain saat ini. Dengan metode ini
diharapkan proses analisis akan menghasilkan pemahaman yang mendalam serta objektif
tentang hal-hal positif yang diajarkan oleh para filsuf stoisisme dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehingga tercapai kehidupan yang damai bebas
akan rasa overthinking atau pikiran berlebihan tentang dunia yang dihadapinya sekarang

Hasil dan Pembahasan

Overthinking dalam pandangan Filsafat Stoikisme

Overthinking merupakan suatu kondisi dimana seseorang terlalu memikirkan secara


berlebihan terkait suatu hal, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, kebanyakan orang
di masa sekarang akan merasa overthinking terhadap apa yang akan diputuskannya maupun
overthinking terhadap respons atau tanggapan dari orang lain,yang sebenarnya tidak ada
hubungan nya dengan kita secara langsung, tidak ikut andil dalam diri dan merupakan hal
yang tidak dapat kita kendalikan.

Overthinking menyebabkan seseorang merasa sangat buruk, kecewa dengan diri sendiri
ataupun merasa putus asa terhadap apa yang sudah diusahakan. Dengan berbagai dampak
negatif yang ada maka para ahli meneliti terkait overthinking dan bagaimana solusi terkait
permasalahan tersebut , salah satunya filosofi stoisisme berpendapat bahwa overthinking
yang ada merupakan salah satu emosi negatif dan harus dikontrol dengan baik, sehingga
hidup yang dijalani saat ini akan lebih berharga dan bermakna

Salah satu filsuf stoisisme yakni Marcus Aurelius berkata "You have power over your mind,
not outside events" . Pemikirannya ini dapat kita ambil sebagai sebuah pembelajaran bahwa
sebagai manusia kita memiliki kekuatan atas apa yang ada dalam pikiran kita namun dengan
batas apa yang dapat kita ucontrol atau kendalikan bukan pada peristiwa yang terjadi di luar
kita yang tidak dapat kita kendalikan atau kontrol . Hal ini dapat kita kaitkan dengan
overtingingking yang sebenarnya merupakan proses berpikir namun tidak ada solusi yang
dapat kita ambil, hanya sekedar berpikir berlebihan terhadap tanggapan orang lain, dan dari
filosofi stoisisme ini kita dapat mengatakan bahwa tanggapan orang lain kepada kita
merupakan hal eksternal dari diri kita sehingga tidak dapat kita kontrol sepenuhnya.

Daftar Pustaka

Sofia Lisda,dkk.(2020).Mengelola Overthinking untuk Meraih Kebermaknaan Hidup.Jurnal


Pelayanan Kepada Masyarakat,(2),(2).http://dx.doi.org/10.30872/plakat.v2i2.4969
Anugrahbayu, Y. D. (dkk.). Stoikisme. Jakarta: Jurnal Filsafat Driyarkara, Th. XXXIV No. 1. 2013

Anda mungkin juga menyukai