PEMERIKSAAN OBSTETRI
Oleh :
NIDYA WAHYU HAFSARI
201910330311074
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a) Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca tentang pemeriksaan
obstetri selama kehamilan
b) Membuka wawasan dan menambah informasi terkait kehamilan dan
pentingya pemeriksaan obstetri kepada pembaca dan masyarakat
BAB 2
PEMERIKSAAN OBSTETRI
2.2. Indikasi
Indikasi dari pemeriksaan obstetri :
a. Asuhan antenatal.
b. Deteksi dini suatu kondisi patologik dalam kehamilan.
c. Merencanakan persalinan.
d. Persiapan penyelesaian persalinan.
e. Kemajuan perkembangan kehamilan.
f. Mengetahui letak, posisi, presentasi dan kondisi bayi.
g. Menatalaksana masalah yang ditemukan dalam kehamilan.
(Abdul Bari Saifuddin, 2006)
Pada kunjungan perawatan antenatal awal dan dengan bantuan daftar periksa
pemesanan khusus, wanita hamil diklasifikasikan menjadi risiko normal atau berisiko
tinggi.Di banyak negara, wanita diberikan ringkasan dari catatan kasus mereka
termasuk informasi latar belakang penting tentang kehamilan mereka misalnya
riwayat kesehatan mereka, grafik pertumbuhan dan laporan pemindaian. Jika ibu pergi
ke rumah sakit lain untuk dirawat atau melahirkan ringkasan catatan kasusnya dapat
digunakan oleh bidan dan dokter sampai catatan rumah sakitnya tiba.
1. Anamnesis
Identitas
Keluhan Utama
Kesehatan badan ( misal : nafsu makan, kualitas tidur, kesehatan mental)
Riwayat kehamilan (GPA), riwayat perkawinan (berapa tahun) riwayat
kontrasepsi, riwayat antenatal sebelumnya kondisi kehamilan sekarang (gerakan
janin, kenaikan berat badan, tanda-tanda inpartu)
Riwayat haid, hari pertama haid terakhir (usia kehamilan)
Riwayat penyakit ibu dan keluarga, riwayat berobat, riwayat persalinan (kesulitan
persalinan yang lalu
Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Tentukan Usia Kehamilan
Usia kehamilan dapat ditentukan melalui anamnesis haid terakhir dan buat taksiran
persalinan (Rumus Naegele)
2. Pemeriksaan Inspeksi
Muka : adakah chloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau merah,
adakah edema pada muka, bagaimana keadaan lidah, gigi.
Leher : apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit jantung),
apakah kelenjar gondok membesar, atau kelenjar limfa membesar.
Dada : bentuk buah dada, pigmentasi putting susu, dan gelanggang susu, keadaan
putting susu, adakah colostrum.
Perut : perut membesar ke depan atau ke samping (pada ascites misalnya
membesar ke samping); keadaan pusat, pigmentasi di linea alba, nampakkah
gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau bekas luka.
Vulva : keadaan perineum, carilah varices, tanda Chadwick, condylomata, fluor.
Anggota bawah : cari varices, edema, luka, sikatriks pada lipat paha.
3. Pemeriksaan Palpasi
Keadaan Umum
Berat badan dan tinggi badan
Tanda vital (Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh)
Keadaan Khusus
a. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada ibu, juga bahwa pemeriksaan ini
kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi tidak akan
membahyakan bayi yang ada dalam kandungan, kemudian menanyakan kesediaan ibu
untuk diperiksa.
b. Persilahkan ibu untuk berbaring terlentang.
c. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan
d. Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian keringkan
kedua tangan tersebut dengan handuk
e. Pemeriksa berada disisi kanan ibu menghadap bagian lateral kanan
f. Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses pemeriksaan
Leopold 1:
Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah
(jika diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis).
Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian
atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan
bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut
dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
Pada usia kehamilan diatas 24 minggu dapat digunakan “meteran” untuk
menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU dalam cm dan taksiran berat badan
janin dengan menghitung TFU x Lingkar perut dalam cm. Caranya letakkan alat
pengukur “meteran” diatas sympisis ossis pubis sampai setinggi fundus uteri,
kemudian ukur lingkaran perut melalui umbilicus. Dari hasil perkalian akan
didapatkan TBJ dalam gram .
Leopold 2:
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan
kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang
sama.
Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak
tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian
yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (eksteremitas).
Leopold 3:
Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu.
Tekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk menentukan bagian
terbawah bayi (bagian keras, bulat dan hampir homogen, adalah kepala
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris, adalah bokong).
Leopold 4:
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus
bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jarijari tangan
yang meraba dinding bawah uterus.
Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen atau
divergen)
Setelah itu, pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi
(bila presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan bila
presentasi bokong, upayakan untuk memegang pinggang bayi).
Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari
tangan kanan di antara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh
bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
Gambar Pemeriksaan Leopold
Sumber Gambar : Pritchard JA, MacDonald PC: William's Obstetrics, 16th ed. New York, Appleton-Century-Crofts, 1980
4. Pemeriksaan Auskultasi
Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop monoaural
dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu yang
sesuai dengan posisi punggung bayi (bagian yang memanjang dan rata).
Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi (pindahkan
titik dengar apabila pada titik pertama, bunyi jantung tersebut kurang jelas,
upayakan untuk mendapatkan punctum maksimum).
Apabila dinding perut cukup tebal sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi jantung
bayi, pindahkan ujung stetoskop pada dinding perut yang relatif tipis yaitu sekitar 3
sentimeter di bawah pusat (sub-umbilikus).
Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi dalam 60 detik (1 menit ) penuh
(normal 120 – 160 kali / menit)
Letakkan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula
Lakukan pemeriksaan tambahan bila diperlukan (laboratorium dan USG)
Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup dan
rapikan kembali pakaian ibu.
Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup dan
rapikan kembali pakaian ibu.
Persilahkan ibu untuk duduk kembali dan catat hasil pemeriksaan pada lembar
yang telah tersedia di dalaam status pasien.
5. Pemeriksaan Panggul
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis,
disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis
minor atau true pelvis. Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang
mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu carus). Sumbu ini secara klasik
adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titiktitik sejenis di Hodge II,III dan IV.
Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum untuk selanjutnya
melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Cadwell dan Molloy 1933) yang
mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut :
Gynaecoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir mirip
lingkaran.Diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis
ini ditemukan pada 45% wanita. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female
type).
Anthropoid
Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter
anteroposterior lebih besar dari diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 35%
wanita.
Android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Diameter transversal terbesar terletak di
posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin
sempit ke arah bawah. Jenis ini ditemukan pada 15% wanita. Merupakan jenis
panggul tipikal pria (male type).
Platypelloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Diameter transversa jauh lebih lebar dari diameter anteroposterior. Jenis ini
ditemukan pada 5% wanita.
Tidak jarang dijumpai kombinasi keempat jenis klasik ini. Di sinilah letak
kegunaan pelvimetri radiologis, untuk mengetahui jenis, bentuk dan ukuran-ukuran
pelvis secara tepat.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan obstetri pada ibu hamil perlu dilakukan agar mengetahui
perkembangan bayi di dalam kandungan dan patofisiologis sehingga dapat
memperkecil angka motilitas terhadap ibu dan anak sejak dini.Pemeriksaan obstetri
ada 2 yaitu, pemeriksaan antenantal dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan antenatal
hanya memfokuskan pada hal-hal penting yang harus segera dikenali dan bagaimana
kondisi-kondisi tertentu berubah sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan.
Pemeriksaan fisik berupa palpasi dan auskultasi bertujuan untuk mengetahui usia
kehamilan, letak, presentasi, jumlah janin, kondisi janin dan kesesuaian muatan
dengan jalan lahir.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Farren J, Jalmbrant M, Ameye L, Joash K, Mitchell-Jones N, Tapp S, et al. Post-
traumatic stress, anxiety and depression following miscarriage or ectopic pregnancy: a
prospective cohort study. BMJ Open. 2016 Nov 2. 6 (11):e011864
Utamia Putu, dkk. Kejadian Depresi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
1 Negara, Kabupaten Jembrana Tahun 2017. Directory of Open Access Journal. ,
VoL. 8 No.4 April, 2017