Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

PEMERIKSAAN OBSTETRI

Oleh :
NIDYA WAHYU HAFSARI
201910330311074

Pengajar : dr. Anung Putri Ilahika, MSi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmatnya menciptakan


keanekaragaman ilmu yang sudah sepatutnya manusia syukuri dengan mepelajarinya.
Ilmu kesehatan dan kebidanan merupakan salah satu bentuk ilmu dari Allah SWT
yang harus kita syukuri mulai dari terbentuknya kehidupan hingga nafas terakhir dari
kehidupan tersebut.
Penyelesaian dari referat ini tidak terlepas dari peran serta dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan kali ini izinkanlah
penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan referat ini.
Semoga Allah SWT membalasnya dengan memberikan imbalan yang
setimpal. Setiap manusia pasti memiliki kesalahan. Begitu pula dengan buah karya
dari tangan manusia itu sendiri yang masih memerlukan beberapa perbaikan dalam
pembuatan referat selanjutnya.
Penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan komentar agar pembuatan
referat selanjutnya lebih baik dan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Malang, 29 Maret 2020

Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diagnosis kehamilan dibuat berdasarkan anamnesis dan temuan pemeriksaan
fisik. Aspek penting dari riwayat menstruasi harus diperoleh. Wanita itu harus
menggambarkan pola menstruasi yang biasa, termasuk tanggal onset menstruasi
terakhir, durasi, aliran, dan frekuensi. Hal-hal yang dapat membingungkan diagnosis
kehamilan awal adalah periode menstruasi terakhir yang tidak lazim, penggunaan
kontrasepsi, dan riwayat menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, sebanyak 25%
wanita mengalami perdarahan selama trimester pertama, semakin memperumit
penilaian.

Pada kehidupan perempuan terdapat fase kehamilan yang merupakan masa-masa


terjadinya perubahan yang besar. Perubahan ini tidak hanya berhubungan dengan
perubahan fisik, namun juga perubahan biokimia, fisologis, bahkan psikologis yang
merupakan konsekuensi dari pertumbuhan janin dalam rahim. Terjadinya perubahan
pada ibu hamil ini untuk menjaga metabolisme tubuh, mendukung pertumbuhan janin,
serta persiapan persalinan dan menyusui dengan tingkatan yang bervariasi di setiap
trisemesternya (Emilia, 2010).

Cara pemeriksaan obstetri terbagi dalam : Anamnesa, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan penunjang, diagnosa, terapi, dan prognosa.
(Universitas Padjajaran, 1983)

1.2. Tujuan
a) Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca tentang pemeriksaan
obstetri selama kehamilan
b) Membuka wawasan dan menambah informasi terkait kehamilan dan
pentingya pemeriksaan obstetri kepada pembaca dan masyarakat
BAB 2
PEMERIKSAAN OBSTETRI

2.1. Tujuan Pemeriksaan


Pemeriksaan obstetri meliputi banyak prosedur yang masing-masing berkaitan
dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan. Untuk pemeriksaan dasar obstetri, pada
umumnya diperlukan pemeriksaan antenatal, pemeriksaan fisik ibu hamil meliputi
inpeksi, palpasi dan auskultasi. Pemeriksaan antenatal hanya memfokuskan pada hal-
hal penting yang harus segera dikenali dan bagaimana kondisi-kondisi tertentu
berubah sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan. Pemeriksaan fisik berupa palpasi
dan auskultasi bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan, letak, presentasi, jumlah
janin, kondisi janin dan kesesuaian muatan dengan jalan lahir.

2.2. Indikasi
Indikasi dari pemeriksaan obstetri :
a. Asuhan antenatal.
b. Deteksi dini suatu kondisi patologik dalam kehamilan.
c. Merencanakan persalinan.
d. Persiapan penyelesaian persalinan.
e. Kemajuan perkembangan kehamilan.
f. Mengetahui letak, posisi, presentasi dan kondisi bayi.
g. Menatalaksana masalah yang ditemukan dalam kehamilan.
(Abdul Bari Saifuddin, 2006)

2.3. Prosedur Pemeriksaan


 Pemeriksaan Antenatal
Pemeriksaan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil
beserta janin yang dikandungnya. Pemeriksaan antenatal yang dilakukan secara
teratur dan komprehensif dapat mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang
mungkin timbul selama kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi
dengan cepat dan tepat .

Pada kunjungan perawatan antenatal awal dan dengan bantuan daftar periksa
pemesanan khusus, wanita hamil diklasifikasikan menjadi risiko normal atau berisiko
tinggi.Di banyak negara, wanita diberikan ringkasan dari catatan kasus mereka
termasuk informasi latar belakang penting tentang kehamilan mereka misalnya
riwayat kesehatan mereka, grafik pertumbuhan dan laporan pemindaian. Jika ibu pergi
ke rumah sakit lain untuk dirawat atau melahirkan ringkasan catatan kasusnya dapat
digunakan oleh bidan dan dokter sampai catatan rumah sakitnya tiba.

Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah segera setelah


seorang wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau bidan mempunyai waktu
yang cukup banyak untuk mengobati atau memperbaiki keadaan-keadaan yang kurang
memuaskan. Pada umumnya pemeriksaan kehamilan dilakukan :
 1x sebulan sampai dengan bulan ke VI.
 2x sebulan dari bulan ke VI sampai dengan bulan ke IX.
 1x seminggu pada bulan terakhir.
(Universitas Padjajaran, 1983)

Cara pemeriksaan obstetri terbagi dalam :


1. Anamnesa
2. Pemeriksaan (status praesens dan status obstetri)
3. Diagnosa
4. Prognosa
5. Terapi

1. Anamnesis
 Identitas
 Keluhan Utama
 Kesehatan badan ( misal : nafsu makan, kualitas tidur, kesehatan mental)
 Riwayat kehamilan (GPA), riwayat perkawinan (berapa tahun) riwayat
kontrasepsi, riwayat antenatal sebelumnya kondisi kehamilan sekarang (gerakan
janin, kenaikan berat badan, tanda-tanda inpartu)
 Riwayat haid, hari pertama haid terakhir (usia kehamilan) 
 Riwayat penyakit ibu dan keluarga, riwayat berobat, riwayat persalinan (kesulitan
persalinan yang lalu
 Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Tentukan Usia Kehamilan
Usia kehamilan dapat ditentukan melalui anamnesis haid terakhir dan buat taksiran
persalinan (Rumus Naegele)

2. Pemeriksaan Inspeksi
 Muka : adakah chloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau merah,
adakah edema pada muka, bagaimana keadaan lidah, gigi.
 Leher : apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit jantung),
apakah kelenjar gondok membesar, atau kelenjar limfa membesar.
 Dada : bentuk buah dada, pigmentasi putting susu, dan gelanggang susu, keadaan
putting susu, adakah colostrum.
 Perut : perut membesar ke depan atau ke samping (pada ascites misalnya
membesar ke samping); keadaan pusat, pigmentasi di linea alba, nampakkah
gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau bekas luka.
 Vulva : keadaan perineum, carilah varices, tanda Chadwick, condylomata, fluor.
 Anggota bawah : cari varices, edema, luka, sikatriks pada lipat paha.

3. Pemeriksaan Palpasi
Keadaan Umum 
 Berat badan dan tinggi badan 
 Tanda vital (Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh)

Keadaan Khusus
a. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada ibu, juga bahwa pemeriksaan ini
kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi tidak akan
membahyakan bayi yang ada dalam kandungan, kemudian menanyakan kesediaan ibu
untuk diperiksa.
b. Persilahkan ibu untuk berbaring terlentang.
c. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan
d. Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian keringkan
kedua tangan tersebut dengan handuk
e. Pemeriksa berada disisi kanan ibu menghadap bagian lateral kanan
f. Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses pemeriksaan
Leopold 1: 
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah
(jika diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis). 
 Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian
atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan
bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut
dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
 Pada usia kehamilan diatas 24 minggu dapat digunakan “meteran” untuk
menentukan usia kehamilan berdasarkan TFU dalam cm dan taksiran berat badan
janin dengan menghitung TFU x Lingkar perut dalam cm. Caranya letakkan alat
pengukur “meteran” diatas sympisis ossis pubis sampai setinggi fundus uteri,
kemudian ukur lingkaran perut melalui umbilicus. Dari hasil perkalian akan
didapatkan TBJ dalam gram .

Sumber Gambar : Buku Praktikum Asuhan Kebidanan dan Kehamilan,


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016

Leopold 2: 
 Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan
kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang
sama.
 Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak
tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian
yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (eksteremitas).

Leopold 3:
Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu. 
 Tekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk menentukan bagian
terbawah bayi (bagian keras, bulat dan hampir homogen, adalah kepala
sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris, adalah bokong).

Leopold 4: 
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus
bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
 Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jarijari tangan
yang meraba dinding bawah uterus. 
 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen atau
divergen)
 Setelah itu, pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi
(bila presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan bila
presentasi bokong, upayakan untuk memegang pinggang bayi). 
 Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari
tangan kanan di antara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh
bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
Gambar Pemeriksaan Leopold

Sumber Gambar : Pritchard JA, MacDonald PC: William's Obstetrics, 16th ed. New York, Appleton-Century-Crofts, 1980

Pemeriksaan Refleks Patella


adalah pengetukan pada tendon patella menggunakan refleks hammer. Pada saat
pemeriksaan reflex patella ibu harus dalam keadaan rileks dengan kaki yang
menggantung.Pada kondisi normal apabila tendon patella diketuk maka akan terjadi
refleks padaotot paha depan di paha berkontraksi, dan menyebabkan kaki menendang
keluar.Jika reaksi negatif kemungkinan ibu hamil mengalami kekurangan vitamin B1.
Jika dihubungkan dengan nantinya saat persalinan, ibu hamil yang refleks patella
negatif pada pasien preeklampsia/eklampsia tidak dapat diberikan MgS04. Jika refleks
negatif, ada kemungkinan ibu mengalami keracunan MgS04

4. Pemeriksaan Auskultasi
 Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop monoaural
dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu yang
sesuai dengan posisi punggung bayi (bagian yang memanjang dan rata).
 Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi (pindahkan
titik dengar apabila pada titik pertama, bunyi jantung tersebut kurang jelas,
upayakan untuk mendapatkan punctum maksimum).
Apabila dinding perut cukup tebal sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi jantung
bayi, pindahkan ujung stetoskop pada dinding perut yang relatif tipis yaitu sekitar 3
sentimeter di bawah pusat (sub-umbilikus).
 Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi dalam 60 detik (1 menit ) penuh
(normal 120 – 160 kali / menit)
 Letakkan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula
 Lakukan pemeriksaan tambahan bila diperlukan (laboratorium dan USG)
 Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup dan
rapikan kembali pakaian ibu.
 Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup dan
rapikan kembali pakaian ibu.
 Persilahkan ibu untuk duduk kembali dan catat hasil pemeriksaan pada lembar
yang telah tersedia di dalaam status pasien.

5. Pemeriksaan Panggul
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis,
disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis
minor atau true pelvis. Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang
mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu carus). Sumbu ini secara klasik
adalah garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titiktitik sejenis di Hodge II,III dan IV.
Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum untuk selanjutnya
melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum.

Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Cadwell dan Molloy 1933) yang
mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut :

 Gynaecoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir mirip
lingkaran.Diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis
ini ditemukan pada 45% wanita. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female
type).

 Anthropoid
Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter
anteroposterior lebih besar dari diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 35%
wanita.

 Android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Diameter transversal terbesar terletak di
posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin
sempit ke arah bawah. Jenis ini ditemukan pada 15% wanita. Merupakan jenis
panggul tipikal pria (male type).

 Platypelloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
Diameter transversa jauh lebih lebar dari diameter anteroposterior. Jenis ini
ditemukan pada 5% wanita.

Tidak jarang dijumpai kombinasi keempat jenis klasik ini. Di sinilah letak
kegunaan pelvimetri radiologis, untuk mengetahui jenis, bentuk dan ukuran-ukuran
pelvis secara tepat.

Sumber Gambar : dr. Joseph H Volker, 8 Agustus 2018

Pengukuran Ukuran Panggul


1) Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36 minggu.
2) Dokter akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir
hingga menyentuh bagian tulang belakang/promontorium.
3) Setelah itu, dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga
promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah
panggul.
4) Melalui pemeriksaan ini kita akan mendapatkan Conjugata diagonal (jarak antara
promontorium dengan simfisis bawah), untuk mendapatkan Conjugata vera, maka
conjugata diagonal − 1,5 cm.
5) Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm.
6) Jika kurang maka dikategorikan sebagai panggul sempit.
7) Namun, jika bayi yang akan lahir tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit
dapat melahirkan secara normal.

Sumber Gambar : Stephen D. Ratcliffe, Family Medicine Obstetrics : 3rd Edition , 2008

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengukuran Pelvimetri


I. Teknik rontgen
II. Posisi pasien
III. Penempatan bar kalibrasi Teknik rontgen, posisi pasien, dan penempatan bar
kalibrasi yang tidak baik menyebabkan pengukuran menjadi tidak akurat dan
terpercaya sehingga pengukuran harus diulang.

6. Penjelasan Hasil Pemeriksaan


Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi yang meliputi : 
 Usia kehamilan
 Letak janin, (memanjang, melintang, oblik ) 
 Posisi janin, ( punggung kiri/kanan, superior / inferior) 
 Presentasi, (kepala, sungsang, lintang, ganda) 
 Kondisi janin (sesuai dengan hasil pemeriksaan auskultasi).

BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pemeriksaan obstetri pada ibu hamil perlu dilakukan agar mengetahui
perkembangan bayi di dalam kandungan dan patofisiologis sehingga dapat
memperkecil angka motilitas terhadap ibu dan anak sejak dini.Pemeriksaan obstetri
ada 2 yaitu, pemeriksaan antenantal dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan antenatal
hanya memfokuskan pada hal-hal penting yang harus segera dikenali dan bagaimana
kondisi-kondisi tertentu berubah sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan.
Pemeriksaan fisik berupa palpasi dan auskultasi bertujuan untuk mengetahui usia
kehamilan, letak, presentasi, jumlah janin, kondisi janin dan kesesuaian muatan
dengan jalan lahir.

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Farren J, Jalmbrant M, Ameye L, Joash K, Mitchell-Jones N, Tapp S, et al. Post-
traumatic stress, anxiety and depression following miscarriage or ectopic pregnancy: a
prospective cohort study. BMJ Open. 2016 Nov 2. 6 (11):e011864

Thangaratinam S, Rogozinska E, Jolly K, Glinkowski S, Roseboom T, Tomlinson


JW, et al. Effects of interventions in pregnancy on maternal weight and obstetric
outcomes: meta-analysis of randomised evidence. BMJ. 2012 May 16. 344:e2088

Utamia Putu, dkk. Kejadian Depresi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
1 Negara, Kabupaten Jembrana Tahun 2017. Directory of Open Access Journal. ,
VoL. 8 No.4 April, 2017

Marniyati, Lisa. dkk. Pelayanan Antenatal Berkualitas dalam Meningkatkan


Deteksi Risiko Tinggi pada Ibu Hamil oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sako,
Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang. Program Pascasarjana Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, Palembang. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, Volume 3, No. 1, Januari 2016:355-362

Buku Panduan Pelaksanaan Obstetri : Fakultas Kedokteran Universitas


Hassanudin tahun 2015 oleh Dr. dr. Hj. A. Mardiah Tahir, Sp.OG dan dr. Hj. Retno
Budiati Farid, Sp.OG. K

Stephen D. Ratcliffe. dkk. February, 2008. Family Medicine Obstetrics : 3rd


Edition, Publisher : Mosby. ISBN-13: 978-0323043069

Anda mungkin juga menyukai