Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puj dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “Penyuluhan
Keluarga Berencana” sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas II

Banyak sekali hambatan dalam penyusunan makalah ini baik itu masalah
waktu, sarana, dan lain – lain. Oleh sebab itu, selesainya makalah ini bukan
semata – mata karena kemampuan kami saja, banyak pihak yang mendukung dan
membantu kami. Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun makalah
mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang memberikan konstribusi
baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap makalah ini nantinya dapat berguna bagi para pembaca.
Apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik lagi.

Jakarta, 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Umum........................................................................................................2
D. Tujuan Khusus.......................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Penyuluhan KB......................................................................................................3
B. Tujuan Penyuluhan KB..........................................................................................4
C. Pengertian KB........................................................................................................4
D. Tujuan Program KB.................................................................................................5
E. Sasaran Program KB..............................................................................................5
F. Ruang Lingkup Program KB..................................................................................6
G. Pelayanan Kontrasepsi...........................................................................................6
BAB III............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
1. KESIMPULAN.....................................................................................................22
2. SARAN................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber
daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 pertahun. Untuk dapat
mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara
bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang
merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga
berencana tidak dilakukan bersamaan denga pembangunan ekonomi,
dikhawatirkan tidak akan berarti.

Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan


menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS) yng
berorientasi pada “catur warga “ atau zero population growth
( pertumbuhan seimbang). Gerakan keluarga berencana nasional Indonesia
telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia menganggap
Indonesi berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna.
Masyarakat dapat menerima semua metode teknis keluarga berencana
yang dicanangkan oleh pemerintah.

Komunikasi, informasi, dan Edukasi (KIE) Keluarga Berencana


yang dilaksanakan oleh pihak kesehatan termasuk dalam pelaksanaan
penyuluhan kesehatan pada umumnya. Dalam melaksanakan program
Keluarga Berencana, perlu diperhatikan bahwa bidang tanggung jawab
kesehatan mencakup segi-segi pelayanan medis teknis dan pembinaan
partisipasi masyarakat. Agar partisipasi masyarakat dapat dicapai, perlu
adanya usaha-usaha penyuluhan kepada masyarakat secara intensif,
terutama yang ditujukan kepada golongan-golongan yang datang ke klinik
dan masyarakat di lingkungan klinik.

Pada dasarnya usaha-usaha penyuluhan kesehatan dilaksanakan


oleh petugas kesehatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat,
baik di Pusat Kesehatan Masyarakat maupun melalui saluran komunikasi
lainnya. Demikian pula halnya dengan penyuluhan kesehatan dalam
program Keluarga Berencana. Kegiatan ini dilakukan terutama oleh
petugas-petugas klinik baik medis, paramedis, ataupun non medis yang
bekerja khusus untuk Keluarga Berencana. Tenaga-tenaga kesehatan
lainnya seperti petugas sanitasi, juru cacar, petugas BCG, dan sebagainya
adalah tenaga yang juga potensial menjalankan penyuluhan kesehatan
tentang Keluarga Berencana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Keluarga Berencana ?
2. Sebutkan Tujuan Keluarga Berencana ?
3. Sebutkan Tujuan Penyuluhan KB
4. Sebutkan Sasaran Program KB
5. Apa saja Ruang Lingkup Program KB
6. Sebutkan dan jelaskan metode-metode Kontrasepsi ?

C. Tujuan Umum
Agar Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang
Program Keluarga Berencana agar dapat memberikan informasi kepada
masyarakat dengan benar dan tepat.

D. Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian
dari Keluarga Berencana
2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Tujuan
Keluarga Berencana
3. Agar mahasiswa mampu memahami Tujuan dari Penyuluhan
Keluarga Berencana
4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Sasaran
Program KB
5. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Ruang
Lingkup dari Program KB
6. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Metode-
metode dari kontrasepsi
BAB II

PEMBAHASAN
A. Penyuluhan KB
Salah satu usaha untuk menciptakan kesejahteraan adalah dengan
memberi nasihat perkawinan, pengobatan kemandulan, dan memperkecil
angka kelahiran (Depkes RI 1999). Tujuan program KB adalah
memperkecil angka kelahiran, menjaga kesehatan ibu dan anak, serta
membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah mencukupi.

Peserta KB akan mendapat pelayanan dengan cara sebagai berikut :

a. Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “ 4


terlalu” yaitu terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu
sering hamil, dan terlalu tua akan mendapat prioritas
pelayanan KB
b. Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode
kontrasepsi dengan keuntungan dan kelemahan masing-
masing sehingga ia dapat menentukan pilihannya
c. Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi
dengan keuntungan dan kelemahannya sehingga ia dapat
menentukan pilihannya
d. Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB
diberikan kepada klien agar dapat ditentukan metode yang
paling cocok dengan hasin pemeriksaannya
e. Harus mendapatkan informasi tentang kontraindikasi
pemakaian berbagai metode kontrasepsi

Kegiatan KB merupakan salah satu komponen dari pelayanan


kesehatan reproduksi esensial (PKRE) yang dapat dilaksanakan
ditiap tingkat pelayanan sesuai dengan kewenangannya, yaitu :

1) Pelayanan di tingkat desa


a. Konseling KB
b. Pelayanan KB, terkecuali implant dan metode
operatif
c. Pertolongan pertama efek samping KB
d. Rujukan pelayanan KB
2) Pelayanan di tingkat puskesmas
a. Konseling KB
b. Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan
c. Pertolongan pertama komplikasi dan kegagalan KB
serta penanganan efek samping KB
d. Rujukan pelayanan KB
e. Pembinaan pelayanan di tingkat Desa
3) Pelayanan ditingkat rujukan KB
a. Konseling KB
b. Pelayanan semua jenis metode KB
c. Penanganan komplikasi dan kegagalan KB serta
penanganan efek samping KB
d. Penanganan kasus rujukan pelayanan KB
e. Pembinaan pelayanan di tingkat puskesmas

B. Tujuan Penyuluhan KB
1. Tujuan Umum
Tujuan Penyuluhan Kesehatan dalam Keluarga Berencana ialah
agar masyarakat dapat menjadikan Keluarga Berencana sebagai
pola kehidupan, artinya masyarakat mengetahui, memahami, serta
menyadari pentingnya Keluarga Berencana sehingga mau
melaksanakannya untuk kesehatan dan kesejahteraan bagi
keluarganya, masyarakat, serta negara pada umumnya.
2. Tujuan Khusus
a. Sasaran menggunakan salah satu metode ( alat kontrasepsi )
yaitu atas dasar kebutuhan karena adanya pengertian,
pengetahuan dan kesadaran akan kegunaannya
b. Sasaran menggunakan metode Keluarga Berencana dalam
waktu yang cukup lama sehingga berpengaruh terhadap
kelahiran, taraf kesehatan ibu dan keluarga, sera tingkat
kesejahteraan keluarga
c. Keluarga Berencana merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan keluarga

C. Pengertian KB
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian
masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera
( Undang-Undang No. 10/1992

Menurut WHO ( Expert Committe, 1970), tindakan yang


membantu individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, dan menentukan jumlah
anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana ( Family Planning/Planned Parenthood)
merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan
jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.

D. Tujuan Program KB
Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia


perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini
sesuai dengan teori pembangunan menurut Alex Inkles dan David Smith
yang mengatakan bahwa pembangunan bukan sekadar perkara pemasok
modal dan teknologi sajta tapi juga membutuhkan sesuatu yang mampu
mengembangkan sarana yang berorientasi pada masa sekarang dan masa
depan, memiliki kesanggupan untuk merencanakan, dan percaya bahwa
manusia dapat mengubah alam, bukan sebaliknya.

E. Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 sebagai berikut :

1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14%


pertahun
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per
perempuan
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin
menjrangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakali alat/cara
kontrasepsi ( unmet need) menjadi 6%
4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional,
efektif, dan efisien
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan
menjadi 21 tahun
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera
1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan Program KB Nasional
F. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut :

1. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun
manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.
a. Tercegafhnya kehamilan yang berulang kali dalam janngka
waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat
terpelihara terutama kesehatan organ reproduksinya
b. Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup karena
kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan
2. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
berikut.
a. Memperbaiki kesehatan fisik
b. Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya
3. Seluruh Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat
memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan
serta kasih sayang orang tuanya.

Ruang Lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut :


1) Keluarga berencana
2) Kesehatan reproduksi remaja
3) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5) Keserasian kebijakan kependudukan
6) Pengelolaan SDM aparatur
7) Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
8) Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara

G. Pelayanan Kontrasepsi
I. METODE SEDERHANA
1. Metode Sederhana Tanpa Alat
a. Metode Kalender
1) Mekanisme Kerja
Metode kalender menggunakan prinsip pantang berkala
yaitu tidak melakukan persetubuhan pada masa subur
istri. Untuk menentukan masa subur istri digunakan tiga
patokan yaitu :
 Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang
akan datang
 Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48
jam setelah ejakulasi, dan
 Ovum dapat hidup 24 jam setelah obulasi, jadi
apabila konsepsi ingin dicegah, koitus harus
dihindari sekurang-kurangnya selama tiga hari
(72 jam) yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24
jam sesudah ovulasi
2) Cara menentukan masa aman
 Dicatat lama siklus haid selama tiga bulan
terakhir, tetntukan lama siklus haid terpendek
dan terpanjang. Kemudian siklus haid terpendek
dikurangi 18 hari, dan siklus haid terpanjang
dikurangi 11 hari
 Dua angka yang diperoleh merupakan rentang
masa dubur. Dalam jangka waktu subur tersebut
pasangan suami istri harus pantang melakukan
hubungan seksual, sedangkan diluar waktu
tersebut merupakan masa aman

b. Metode Pantang Berkala


Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam metode KB
pantang berkala dapat diambil suatu rangkuman sebagai
berikut.
1) Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan seksual
pada masa subur
2) Patokan masa subur adalah sebagai berikut :
 Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang
akan datang
 Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48
jam setelah ejakulasi
 Ovum dapat hidup selama 24 jam setelah
ovulasi
Jadi koitus dihindari selama 72 jam, yaitu 48
jam sebelum ovulasi dan 24 jam setelah ovulasi

Berikut adalah enam langkah menentukan masa


aman dalam pantang berkala

1) Tentukan siklus haid terpendek


2) Tentukan siklus haid terpanjang
3) Siklus haid terpendek dikurangi 18
4) Siklus haid terpanjang dikurangi 11
5) Tentukan masa ovulasi = hasil langkah (3)
sampai dengan hasil langkah (4)
6) Tentukan masa aman,mulai dari hasil
langkah 3 dikurangi 1 sampai dengan hasil
langkah 4 ditambah 1

c. Metode suhu basal


Cara lain untuk menentukan masa aman ialah dengan
suhu basal tubuh. Menjelang ovulasi suhu tubuh akan turun
dan kurang lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan
naik lagi sampai lebih tinggi dari pada suhu sebelum
ovulasi. Oleh karena itu dianjurkan agar tidak melakukan
hubungan seksual sampai terlihat suhu tetap tinggi tiga hari
( pada waktu pagi ) berturut-turut.
1) Efek samping
Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan
frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian
kondom atau tab;et vagina saat hubungan seksual
2) Daya guna
Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100
wanita per tahun, daya guna pemakaian ialah 20-30
kehamilan per 100 wanita per tahun. Daya guna
dapat ditingkatkan dengan menggunakan pola cara
rintangan, misalnya kondom atau obat spermatisida
disamping pantang berkala

d. Metode Lendir Serviks


Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan terhadap
perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi yang
menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu
fertilitas maksimal dalam masa subur. Wanita akan
dianjurkan tentang cara mengenali perubahan karakteristik
lendir serviks dan pola sensasi di vulva ( kebasahan,
perasaan banyak cairan, atau kering) selama siklus.
Pada saat seorang wanita merasakan sensasi pda vulva
dan keberadaan lendir sepanjang hari ketika ia melakukan
aktivitas hariannya, catat hasil pengamatannya sebelum hari
berakhir. Selama pencatatan siklus yang pertama tidak
boleh melakukan hubungan seksual agar familiar terhadap
sensasi dan adanya lendir. Kemudia ia harus belajar
membedakan lendir serviks dengan cairan semen, pelumas
seksual yang normal dan rabas vagina.

e. Metode simtomtermal
Anda harus mendapat instruksi untuk metode lendir serviks
dan suhu basal. Masa subur dapat ditentukan dengan
mengamati suhu tubuh dan lendir serviks
1) Setelah darah haid berhenti, hubungan seksual dapat
dilakukan pada malam hari pada hari kering dengan
berselang sehari selama masa tak subur. Ini adalah
aturan selang hari kering ( aturan awal ), atau sama
denganmmetode lendir serviks
2) Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau
munculnya lendir, ini adalah aturan awal. Aturan
yang sama dengan metode lendir serviks, yaitu
berpantang melakukan hubungan seksual sampai
masa subur berakhir
3) Pantang melakukan hubungan seksual sampai hari
puncak dan aturan perubahan suhu telah terjadi
4) Apabila aturan ini tidak mengidentifikasi hari yang
sama sebagai hari akhir masa subur, selalu ikuti
yang paling konservatif, yaitu aturan yang
mengidentifikasi masa subur yang paling panjang.

f. Koitus Interuptus
1) Cara kerja
Alat kelamin pria dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan
kehamilan dapat dicegah
2) Manfaat
a) Kontrasepsi
 Menimbulkan efek jika digunakan
dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Dapat digunakan sebagai pendukung
metode KB lainnya
 Tidak ada efek samping
 Dapat digunakan setiap waktu
 Tidak membutuhkan biaya
b) Non kontrasepsi
 Meningkatkan keterlibatan pria
dalam Keluarga Berencana
 Memungkinkan hubungan lebih
dekat dan pengertian yang sangat
dalam antara pasangan
3) Keterbatasan
a) Efektivitas bergantung pada kesediaan
pasangan untuk melakukan koitus terputus
setiap melaksanakannya ( angka kegagalan
4-18 kehamilan per 100 perempuan per
tahun )
b) Efektivitas akan jauh menurun apabila
sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih
melekat pada penis
c) Memutus kenikmatan dalam hubungan
seksual
4) Indikasi
a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam
Keluarga Berencana
b) Pasangan yang taat beragama atau mepunyai
alasan filosofi untuk tidak menggunakan
metode-metode lain
c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi
dengan segera
d) Pasangan yang memerlukan metode
sementara sambil menunggu metode yang
lain
e) Pasangan yang membutuhkan metode
pendukung
f) Pasangan yang melakukan hubungan seksual
tidak teratur
5) Kontraindikasi
a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
b) Pria yang sulit melakukan senggama
terputus
c) Pria yang memiliki kelainan fisik atau
psikologis
d) Perempuan yang mempunyai pasangan yang
sulit berkerja sama
e) Pasangan yang kurang dapat saling
berkomunikasi
f) Pasangan yang tidak bersedia melakukan
metode ini

2. Metode Sederhana Dengan Alat


a. Mekanis/Barier
1) Kondom
Menurut riwayatnya, kondom sudah digunakan di Mesir
sejak tahun 1350 sebelum Masehi. Baru abad ke-18, sarung
ini mendapat nama “ kondom” yang pada waktu itu dipaka
dengan tujuan mencegah penularan penyakit kelamin.
a) Mekanisme Kerja
Menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina,
sehingga pembuahan daa dicegah
b) Jenis kondom
Pada dasarnya ada dua jenis kondom, yaitu kondom
kulit dan kondom karet. Kondom kulit dibuat dari
usus domba. Kondom karet lebih elastis dan murah
sehingga lebih banyak digunakan.
c) Daya guna keuntungan
Secara teoritis kegagalan kondom hanya terjadi jika
kondom tersebut sobek karena kurang hati-hati,
pelumas kurang, atau karena tekanan pada waktu
ejakulasi
d) Keuntungan
Beberapa keuntungan kondom ialah murah, mudah
didapat ( tidak perlu resep dokter ), tidak
memelukan pengawasan dan mengurangi
kemungkinan penularan penyakit kelamin
e) Efek samping
Pada sejumlah kecil kasus terdapat reaksi alergi
terhadap kondom karet
f) Kontraindikasi
Alergi terhadap kondom karet
g) Penatalaksanaan
 Gunakan kondom sebelum penis mendekati
genitilia eksterna wanita
 Sebelum digunakan, terlebih dahulu periksa
kondom
 Apabila pria tidak disirkumsisi, ujung kulit
penis harus ditarik kebelakang sebelum
memasukkan kondom
 Gunakan kondom pada penis yang sedang
ereksi sepanjang penis sampai mencapai
rambut pubis dipangkal penis
 Apabila kondom memiliki ujung datar,
bukan ujung yang meruncing, sisakan ruang
kosong sepanjang ½ inci untuk menahan
semen, ruang kosong ini seharusnya tidak
boleh berisi udara.
 Pastikan terdapat pelumas yang adekuat
pada bagian luar kondom karena jika
pelumas tidak adekuat, kondom rentan
terhadap sobek akibat gesekan
 Setelah ejakulasi, pria harus menarik
kembali penisnya sebelum penisnya menjadi
lemas
 Untuk mencegah kondom terlepas atau
mengalami kebocoran cairan ketika menarik
penis, pria harus menahan pinggir pangkal
kondom dekat pangkal penisnya
 Lepaska kondom dari penis, menjauh dari
wwanita tanpa menumpahkan semen lalu
buang
 Untuk mencapai tingkat efektivitas yang
maksimal dalam mencegah kehamilan.
Gunakan kondom bersamaan dengan
penggunaan sediaan spermisida.

b. Kimiawi
2) Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia ( biasanya nonoksinol)
yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh
sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol ( busa ), tablet
vaginal, supositoria, atau dissolvable film dan krim
a) Cara kerja
Menyebabkan sel membran sperma terpecah,
memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan
kemampuan pembuahan sel telur
b) Pilihan
 Busa ( aerosol ) efektif segera setelah insersi
 Busa spermisida dianjurkan aabila
penggunannya hanya sebagai metode
kontrasepsi
 Tablet vagina, supositoria, dan film
penggunaannya disarankan menunggu 10-15
menit sesudah dimasukkan sebelum
hubungan seksual
 Jenis spermisida jeli biasanya hanya
digunakan dengan diafragma
c) Manfaat
 Kontrasepsi
 Efektif seketika ( busa dan krim )
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Sebagai pendukung metode lain
 Tidak mengganggu kesehatan lain
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Mudah digunakan
 Meningkatkan lubrikasi selama
hubungan seksual
 Tidak perlu resep dokter selama
hubungan seksual
 Non kontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap
IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS
d) Keterbatasan
 Efektivitas kurang ( 3- 21 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama )
 Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung
pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan
 Ketergantungan pengguna dari motivasi
yang berkelanjutan, yaitu dengan
menggunakannya setiap melakukan
hubungan seksual
 Pengguna harus menunggu 10-15 menit
setelah dipasang sebelum melakukan
hubungan seksual ( tablet busa vagina,
supositoria dan film)
 Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam

II. METODE MODERN


1. Kontrasepsi Hormonal
a. Kontrasepsi Oral
1) Profil
a) Efektifif dan reversibel
b) Harus diminum tiap hari
c) Pada bulan pertama pemakaian, efek
samping berupa mual dan pendarahan
bercak yang tidak berbahaya dan segera
akan hilang
d) Dapat digunakan oleh semua perempuan
usia reproduksi, baik yang sudah
mempunyai anak maupun belum
e) Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin
sedang tidak hamil
f) Tidak dianjurkan pada ibu hamil
g) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat
h) Jenis
 Monofasik : pil yang tersedia dalam
kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif ekstrogen/progestin
(E/P) dalam dosis yang sama ,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
 Bifasik : Pil yang tersedia dalam
kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif ekstrogen/progestin
(E/P) dalam dua dosis yang berbeda,
denga 7 tablet tanpa hormon aktif
 Trifasik : pil yang tersedai dalam
kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif ekstrogen/progesin
(E/P) dalam tiga dosis yang berbeda,
dengan tablet tanpa hormon aktif
2) Cara Kerja
a) Menahan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Lendir serviks mengental sehingga sulit
dilalui oleh sprema
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga
transportasi telur dengan sendirinya akan
terganggu pula

3) Manfaat
a) Memiliki efektivitas yang tinggi ( hampir
menyerupai efektifitas tubektomi), apabila
digunakan setiap hari ( 1 kehamilan per
1000 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan )
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Siklus haid menjadi teratur, jumlah darah
haid berkurang ( mencegah anemia ), dan
tidak terjadi nyeri haid
4) Kontraindikasi
a) Kehamilan ( diketahui atau dicurigai )
b) Kerusakan hati, kerusakan fungsi hati, atau
hepatitis akut
c) Hiperlipidemia tipe II (hiperkolesterolemia)
d) Perdarahan genitalia abnormal yang tidak
terdiagnosis

b. Suntik/injeksi
1) Profile
a) Sangat efektif
b) Aman
c) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam
usia reproduksi
d) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-
rata empat bulan
e) Cocok untuk masa laktasi karena tidak
menekan produksi ASI
2) Jenis
a) Depomendroksiprogesteron asetat (DMPA),
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan
setiap tiga bulan dengan cara disuntik
intramuskular ( didaerah bokong )
b) Depo noretisteron asetat (Depo Noristerat),
mengandung 200 mg noretindron enantat,
diberikan setiap dua bulan dengan cara
disuntik intramuskular
3) Cara kerja
a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan
atrofi
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
4) Keuntungan
a) Sangat efektif
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami
sitri
d) Tidak memiliki pengaruh terhadap produksi
ASI
e) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
5) Keterbatasan
a) Sering ditemukan gangguan haid seperti
berikut :
 Siklus haid yang memendek atau
memanjang
 Perdarahan banyak atau sedikit
 Perdarahan tidak teratur atau
perdarahan bercak ( spotting )
 Tidak haid sama sekali
b) Klien sangat bergantung pada sarana
pelayanan kesehatan (harus kembali untuk
disuntik )
c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
sebelum suntikan berikutnya
d) Sering menimbulkan efek samping masalah
berat badan
e) Pada gangguan jangka panjang juga dapat
menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi
(jarang), sakit kepal, gugup atau jerawat
6) Efek samping
a) Amenore
b) Perdarahan/perdarahan bercak ( spotting )

c. Subkutis / Implan
1) Profil
a) Efektif lima tahun untuk norplant dan tiga
tahun untuk jadena, indoplant, atau
implanon
b) Nyaman untuk digunakan
c) Dapat digunakan oleh semua perempuan
dalam usia reproduksi
d) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
e) Kesuburan segera kembali setelah implant
dicabut
2) Jenis
a) Norplant
Terdiri atas enam batang silastik lembut
berongga dengan panjang 3,4 cm dengan
diameter 2,4mm yang diisi dengan 36 mg
Levonorgestrel. Lama kerjanya lima tahun
b) Implanon
Terdiri atas satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2
mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-
desogestrel dan lama kerjanya tiga tahun
c) Jadena dan indoplant
Terdiri atas dua batang yang berisi 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja tiga tahun
3) Cara kerja
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c) Mengurangi transportasi sperma
d) Menekan ovulasi
4) Efektivitas
Sangat efektif ( 0,2 – 1 kehamilan per 100
perempuan )
5) Keuntungan dari segi kontrasepsi
a) Daya guna tinggi
b) Perlindungan jangka panjang ( sampai lima
tahun )
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e) Tidak menggangu aktivitas seksual
6) Keuntungan dari segi non kontrasepsi
a) Mengurangi nyeri haid
b) Mengurangi jumlah darah haid
c) Mengrangi/memperbaiki anemia
d) Melindungi terjadinya kanker endometrium
7) Klien yang boleh menggunakan implant
a) Pasca persalinan dan tidak menyusui
b) Pasca keguguran
c) Tekanan darah dibawah 180/110 mmHg,
dengan masalah pembekuan darah atau
anemia bulan sabit ( sickle cell )
8) Klien yang tidak boleh menggunakan implant
a) Hamil atau diduga hamil
b) Perempuan dengan perdarahan pervaginam
yang belum jelas penyebabnya
c) Memiliki miom uterus dan kanker payudara
d) Mengalami gangguan toleransi glukosa
9) Efek samping
a) Amenore ( tidak menstruasi )
b) Perdarahan bercak ( spotting ) ringan
c) Ekspulsi
pengeluaran sendiri alat kontrasepsi tersebut
dari tempat insersinya
d) Infeksi pada daerah insersi
e) Berat badan naik atau turun

III. METODE OPERASI


1. Tubektomi ( metode operasi wanita – MOW )
Tubektomi pada wanita adalah setiap tindakan yang
dilakukan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan
mendapat keturunan lagi.
a. Cara Tubektomi
Tubektomi dapat dibagi atas beberapa bagian antara
lain : saat operasi , cara mencapai tuba, dan cara
penutupan tuba
1) Saat Operasi
Tubektomi dapat dilakukan pasca
keguguran, pasca persalinan, dan masa interval
sesudah keguguran tubektomi dapat langsung
dilakukan.
Tubektomi pasca persalinan sebaiknya
dilakukan dalam 24 jam atau selambat-lambatnya
48 jam setelah persalinan
2) Cara Mencapai Tuba
a) Laparatomi
Cara mencapai tuba melalui laparatomi
biasa, terutama pada masa pasca persalinan.
Tubektomi juga dilakukan bersamaan
dengan bedah sesar, dimana kehamilan
selanjutnya tidak diinginkan lagi
b) Laparatomi mini
Laparatomi khusus untuk tubektomi
ini paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca
persalinan. Uterus yang masih besar, tuba
yang masih panjang dan dinding perut yang
masih longgar memudahkan mencapai tuba
dengan sayatan kecil sepanjang 1-2 cm di
bawah pusat.
c) Kolpotomi Posterior
Di Indonesia cara ini kurang populer
bila dibandingkan deengan cara abdominal.
Prosedurnya adalah pasien diposisikan
dalam sikap litotomi. Dinding belakang
vagina dijepit pada jarak 1 dan 3 cm dari
serviks dengan dua cunam. Lipatan dinding
vagina diantara kedua jepitan itu digunting
sekaligus sampai menembus peritoneum
Lubang sayatan diperlebar dengan
dorongan spekulum soonawalla. Tuba dapat
langsung terlihat atau dipancing dan ditarik
keluar. Tubektomi dilakukan dengan cara
pomeroy atau kroener. Mukosa vagina dan
peritoneum dijahit secara jelujur, bersama
atau dijahit sendiri-sendiri. Lama perawatan
2-3 hari, sedang anastesi yang dipakai yaitu
anastesi umum atau spinal
3) Cara Penutupan Tuba
a) Cara Pomeroy
Tuba dijepit kira-kira pada pertengahannya,
kemudian diangkat sampai melipat. Dasar
lipatan diikat dengan sehelai catgur biasa no.
0 atau no. 1, kemudia dipotong diatas ikatan
catgut tadi.
b) Cara Koroner
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian
tuba proksimal dari jepitan diikat dengan
sehelai benang sutera atau dengan catgut
yang tidak mudah diabsorbsi. Bagian tuba
distal dari jepitan dipotong ( fimbriektomi )
b. Indikasi Tubektomi
Seminar Kuldoskopi Indonesia Pertama (1972) telah
mengambil kesimpulan tentang indikasi sebagai
berikut:
 Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
 Umur 30 tahun dengan tiga anak hidup
 Umur 35 tahun dengan sua anak hidup

2. Vasektomi ( Metode Operasi Pada Pria-MOP )


a. Tempat pelayanan Vasektomi
Vasektomi dapat dilakukan di fasilitas kesehatan umum
yang mempunyai ruang tindakan untuk bedah minor,
ruang yang dipilih sebaiknya tidak di bagian yang sibuk
atau banyak orang. Ruangan tersebut sebaiknya seperti
berikut :
 Mendapat penerangan yang cukup
 Lantai semen/keramik yang mudah dibersihkan
dan bebas debu dan serangga
 Sedapat mungkin dilengkapi dengan alat
pengatur suhu ruangan
b. Persiapan klien
 Klien sebaiknya mandi serta menggunakan
pakaian yang bersih dan longgar sebelum
mengunjungi klinik
 Klien dianjurakn untuk membawa khusus untuk
menyangga skrotum
 Rambut pubis cukup digunting pendek apabila
menutupi daerah operasi
 Cuci atau bersihkan daerah operasi dengan
sabun dan air, kemudian lagi dengan larutan
antiseptik
c. Teknik Vasektomi Standar
1) Celana dibuka dan baringkan klien dalam posisi
telentang
2) Daerah kulit skrotum, penis, suprapubis, dan
bagian dalam pangkal paha kiri kanan
dibersihkan dengan cairan yang tidak
merangsang seperti larutan Betadine 0,75 %,
larutan klorheksidin (hibiscrup) 4% atau asam
pikrat 2%.
3) Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut
dengan kain steril berlubang pada tempat
skrotum ditonjolkan keluar
4) Tepat dilinea mediana diatas vas deferens, kulit
skrotum diberi anastesi lokal (lidokain 1-2%)
0,5 ml. Lalu jarum diteruskan masuk dan
didaerah distal serta proksimal vas deferens
dideponir lagi masing-masing0,5 ml.
5) Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2 cm,
tepat di atas vas deferens yang telah ditonjolkan
ke permukaan kulit
6) Setelah kulit dibuka, vas deferens dipegang
dengan klem kemudia dibersihkan dan
dipisahkan sampai tampak vas deferens yang
mengkilat seperti mutiara
7) Jepitlah vas deferens dengan klem pada dua
tempat dengan jarak 1-2 cm dan ikat dengan
benang kedua ujungnya tapi jangan dipotong
dulu. Tariklah benang yang mengikat kedua
ujung vas deferens tersebut untuk melihat jika
ada perdarahan
8) Potonglah diantara kedua ikatan tersebut
sepanjang 1 cm. Gunakan benang sutra No. 00,0
atau 1 untuk mengikat vas deferens tersebut.
Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga
jangan terlalu keras
9) Untuk mencegah rekanalisasi spontan,
interposisi fasia vas deferens dianjurkan.
Interposisi fasia vas deferens adalah menjahit
fasia yang terluka sedemikia rupa, vas deferens
bagian distal sebelah uretral dibenamkan dalam
fasia dan vas deferens bagian proksimal (sebelah
testis) terletak diluar fasia
10) Lakukan tindakan ( langkah 6-9 ) untuk vas
deferens kanan dan kiri, setelah selesai tutuplah
kulit dengan 1-2 jahitan plain catgut No.00,0.
Rawat luka operasi dengan baik, tutu dengan
kassa steril dan diplester.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian
masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera
Tujuan Program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Ruang Lingkup Program KB terdiri dari
Ibu Suami dan Seluruh Keluarga.

Pelayanan kontrasepsi terdiri dari beberapa metode diantaranya


adalah metode sederhana, metode modern dan metode operasi. Metode
sederhana ada berbagai macam yaitu metode sederhana tanpa alat
diantaranya metode kalender, Metode Pantang Berkala, Metode suhu
basal, Metode Lendir Serviks, Metode simtomtermal dan Koitus Interuptus
dan metode sederhana dengan alat seperti kondom dan spermisida.

Sedangkan metode modern yaitu Kontrasepsi Hormonal


contohnya Kontrasepsi Oral, Suntik/injeksi, dan Subkutis / Implan. Dan
terakhir metode operasi yang terdiri dari Tubektomi ( metode operasi
wanita – MOW ) dan Vasektomi ( Metode Operasi Pada Pria-MOP )

2. SARAN
Sebelum pemberian metode kontrasepsi terlebih dahulu
menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
atau masalah ( diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan
pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut sehingga masalah utam dapat
diketahui melalui anamnesis dan setiap klien dapat memilih kontrasepsi
yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

1.

Anda mungkin juga menyukai