Anda di halaman 1dari 2

Infeksi Jamur

Jamur berbentuk sel atau benang bercabang, mempunyai dinding dari selulosa atau kitin
atau keduanya, mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai
klorofil, dan berkembang biak secara aseksual, seksual, atau keduanya (Gandahusada et
al.,1992). Beberapa jamur meskipun saprofit, dapat juga menyerang inang yang hidup lalu
tumbuh dengan subur sebagai parasit dan jamur menimbulkan penyakit pada tumbuhan, hewan,
termasuk manusia, tidak kurang dari 100 spesies yang patogen terhadap manusia (Pelczar dan
Chan, 1988).

Infeksi jamur merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit ini dapat
dialami oleh siapa saja. Namun demikian, individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih
berisiko terserang infeksi jamur. Misalnya, penderita HIV/AIDS, pasien kemoterapi, serta pasien
pasca transplantasi organ.

Proses infeksi jamur :

Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap kuman dan jamur
karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya flora bakteri yang memelihara suatu
keseimbangan biologis. Akan tetapi bila lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan
mikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan
infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan baik setelah
mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu tertutup.Penularan terjadi oleh spora-spora
yang dilepaskan penderita mikosisbersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-
mana, seperti di tanah, debu rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas dan lembab, dan
di tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan spora paling sering
terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga, kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.

Kulit manusia memiliki lapisan pelindung yang terdapat flora bakteri, lapisan tersebut
dalam keadaan normal dapat memelihara dan menjaga keseimbangan biologis kulit yang
menyebabkan kulit memiliki daya tangkis terhadap jamur dan kuman.

Mekanisme infeksi jamur sebagai berikut :

1. Tahap Inkubasi
Ketika lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikroorganisme
terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan infeksi pada
kulit manusia terutama pada kulit yang lembab.
Beberapa aktivitas yang menyebabkan kulit menjadi lembab adalah kulit tubuh
yang tidak dikeringkan dengan baik setelah mandi, berkeringat, dan menggunakan sepatu
tertutup. Penularan jamur terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis
bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di tanah, debu
rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas dan lembab, dan di tempat dimana
banyak orang berjalan tanpa alas kaki. Infeksi dengan spora paling sering terjadi
misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga, kamar ganti pakaian, dan kamar mandi.

2. Tahap Produmal
Setelah terjadi infeksi, spora tumbuh menjadi mycellium dengan menggunakan
serpihan kulit sebagai makanan.

3. Tahap Sakit
Benang mycellium menyebar ke seluruh arah sehingga lokasi infeksi meluas.
Enzim yang dimiliki fungi menembus ke bagian dalam kulit dan mengakibatkan suatu
reaksi peradangan. Peradangan tersebut terlihat seperti bercak-bercak merah bundar
dengan batas-batas tajam yang melepaskan serpihan kulit sehingga menimbulkan rasa
gatal-gatal dikulit.

referensi :

Willy, Tjin. 2018. Infeksi Jamur. Diakses pada 14 April 2021, dari
https://www.alodokter.com/infeksi-jamur#:~:text=Infeksi%20terjadi%20ketika%20spora
%20jamur%20masuk%20ke%20tubuh%20melalui%20sentuhan,spora%20jamur
%20secara%20tidak%20sengaja

Maftukhah, M. 2011. Agen infeksius, faktor yang mempengaruhi, dan perbedaan proses infeksi.
Diakses pada 14 April 2021, dari https://www.scribd.com/doc/55932944/Agen-Infeksius

Ermawati, Eli. dkk. 2018. Perbedaan Proses Infeksi Berbagai Agen Infeksius. Diakses pada 14
April 2021 dari https://elitugasku.blogspot.com/2018/03/perbedaan-proses-infeksi-
berbagai-agen.html

Anda mungkin juga menyukai