Anda di halaman 1dari 8

Pemikiran Stoikisme sebagai alternatif dalam menjaga

kesehatan mental di era modern ini

Nama : Rifalda Husein Amrulah


NIM : 23102050121

Isu akan kesehatan mental sering kali kita dengar belakangan ini. Akhir akhir ini
banyak terjadi pula kasus bunuh diri di kalangan anak muda yang diakibatkan karena
gangguan kesehatan mental. Dilansir dari databox kasus bunuh diri di Indonesia tahun 2023
ini sudah melebihi 900 kasus pada bulan oktober. Sebagian besar mereka yang melakukan
bunuh diri adalah dari kalangan mahasiswa dan disebabkan karena gangguan keehatan
mental.

“Saya sangat prihatin dengan mahasiswa bunuh diri. Kampus itu harus kita hadirkan
kampus yang SAN, yaitu sehat, aman, nyaman. Sehat jasmani, sehat rohani, sehat
psikologi, sehat emosional, sehat finansial, sehat sosial, itu penting,” kata Plt. Direktur
Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Nizam, dilansir
dari Republika.co.id.

Salah satu penyebab gangguan kesehatan mental seorang remaja adalah tidak
bisanya ia mengelola emosi dan pikirannya sendiri. Walaupun banyak penyebab lain seperti
traumatik, bullying dan sebagainya. Namun, dalam artikel yang saya buat kali ini saya akan
membahas bagaimana menjaga kesehatan mental seorang remaja di era saat ini dengan
menggunakan metode pengelolaan emosi dan pikiran.

Disclaimer terlebih dahulu bahwa apa yang saya tuliskan dalam artikel ini
berdasarkan data dan sumber yang saya ambil di internet dan dilanjutkan dari opini saya
pribadi. Mungkin beberapa orang tidak tentu sejalan atau setuju dengan penapat pribadi
saya. Namun saya disini hanya beropini berdasarkan data dan pengetahuan yang saya miliki
mengenai topik yang dibahas.

Yang akan menjadi pembahasan kali ini yakni mengenai cara atau alternatif
bagaimana kita sebagai para remaja atau abg dalam menjaga kesehatan mental di era saat
ini. Alternatif disini yaitu tentang bagaimana kita mengelola pikiran dan emosi kita. Pikiran
dan emosi merupakan aspek vital yang ada dalam rohani kita yang dapat berpengaruh besar
terhadap tingkah laku atau hal hal yang kita lakukan.
Pengelolaan pikiran dan emosi penting untuk kita ketahui dikarenakan hal ini adalah
aspek paling mempengaruhi tindakan kita. Perlu pengelolaan pikiran dan emosi yang baik
agar kita terhindar dari tindakan di luar batas. Alternatif atau cara penglolaan pikiran dan
emosi yang akan saya bahas disini adalah pemikiran stoikisme.

Bagi orang yang sudah mempelajari filsafat atau pernah mempbaca buku buku
filsafat pasti sudah tidak asing lagi dengan pemikiran stoikisme. Stoikisme disini akan saya
ambil sebagai salah satu alternatif untuk menjaga kesehatan mental remaja saat ini.
Mungkin beberapa dari teman teman ada yang belum tahu mengenai apa itu stoikisme.
Disini saya akan membahas lengkap tentang apa itu stoikisme dan bagaimana perannya
dalam mengelola pemikiran dan emosi anda sehingga bisa menjadi alternatif untuk menjaga
ksesehatan mental bagi remaja saat ini.

Stoikisme adalah sebuah aliran pemikiran filsafat kuno yang menekankan pada
pengendalian diri, penerimaan terhadap takdir, dan pemisahan antara hal-hal yang dapat
kita kontrol dan yang tidak dapat kita kontrol. Dalam konteks menjaga kesehatan mental
remaja, stoikisme dapat menjadi alternatif yang berharga. Dalam dunia yang penuh dengan
tekanan dan tantangan, remaja sering kali mengalami stres, kecemasan, dan tekanan
emosional. Stoikisme dapat membantu remaja mengembangkan ketahanan mental dan
menghadapi situasi yang sulit dengan lebih baik.

Prinsip stoikisme, seperti memfokuskan perhatian pada hal-hal yang dapat kita
kontrol dan menerima hal-hal yang tidak dapat kita kontrol, dapat membantu remaja
mengurangi kecemasan yang berlebihan terhadap hal-hal di luar kendali mereka. Hal ini
dapat membantu mereka mengembangkan sikap yang lebih realistis dan mengurangi
tekanan yang tidak perlu.

Selain itu, stoikisme juga mengajarkan pentingnya mengendalikan emosi dan


mengembangkan kebijaksanaan dalam menghadapi situasi yang sulit. Remaja dapat belajar
untuk tidak terjebak dalam emosi negatif seperti kemarahan atau kekecewaan yang dapat
merusak kesehatan mental mereka. Dengan mengembangkan kemampuan untuk
mengendalikan emosi, remaja dapat menjaga keseimbangan emosional mereka dan
menghadapi tantangan dengan lebih tenang.

Namun, penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dan
preferensi yang berbeda dalam menjaga kesehatan mental mereka. Stoikisme mungkin
tidak cocok untuk semua remaja, dan penting untuk mencari pendekatan yang sesuai
dengan kebutuhan dan nilai-nilai individu. Konsultasikan dengan profesional kesehatan
mental atau konselor untuk mendapatkan panduan yang lebih spesifik dan personal dalam
menjaga kesehatan mental remaja.
Dalam konteks modern, konsep-konsep stoikisme dapat menjadi alternatif yang
berharga untuk menjaga kesehatan mental. Pengendalian emosi, penerimaan terhadap
ketidakpastian, dan hidup sesuai dengan alam semesta adalah prinsip-prinsip yang relevan
dalam menghadapi tekanan dan kompleksitas kehidupan saat ini. Selain itu stoikisme
stoikisme juga mengajarkan bagaimana mengendalikan pikiran agar berpikir positif dan
lebih menghargai diri sendiri agar dapat meningkatkan harga diri kita. Selain beberapa hal
tadi masih banyak cara yang bisa dilakukan dari pemikiran stoikisme untuk menjaga
kesehtan mental kita. Berikut beberapa cara stoikisme dapat membantu menjaga kesehatan
mental

Pertama yaitu mengendalikan emosi, stoikisme menekankan pada pengendalian


emosi. Dengan mempelajari cara mengendalikan emosi, seseorang dapat menghindari
terjerumus dalam perasaan negatif yang dapat berdampak pada kesejahteraan mental dan
fisik. Dalam konteks pengendalian emosi, Stoicisme mengajarkan individu untuk
menumbuhkan pengendalian diri dan ketahanan dalam menghadapi emosi dan situasi yang
menantang.

Konsep Stoikisme efektif dalam menangani emosi negatif, karena mendorong


individu untuk mengenali, mengelola, dan merespons emosinya dengan bijak. Dengan
meningkatkan rasionalitas seseorang, individu dapat lebih mengontrol perilakunya ketika
menghadapi emosi tersebut. Stoicisme juga relevan dalam bidang pendidikan emosional,
karena dapat membantu siswa mengenali dan mengelola emosi mereka, serta
mengembangkan kecerdasan emosional dan ketahanan yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan hidup.

Kedua yaitu menerima ketidakpastian, filosofi ini mengajarkan untuk menerima


terhadap segala hal yang terjadi dalam hidup, yang dapat membantu mengurangi
kecemasan dan stress. Konsep Stoicisme dalam menerima ketidakpastian berpusat pada
mengakui batas kendali dan menemukan ketenangan emosional serta kebijaksanaan dalam
menghadapi hal yang tidak diketahui. Dalam konteks menghadapi ketidakpastian,
Stoicisme mendorong penerimaan terhadap hal-hal yang berada di luar kendali kita, yang
dapat membantu mengurangi kecemasan akibat ketidakpastian

Ketiga yakni hidup sesuai dengan alam, stoikisme menekankan pada hidup sesuai
dengan alam semesta. Dengan menerima segala hal yang terjadi dalam hidup dengan
lapang dada, seseorang dapat lebih mengendalikan emosi dan menjaga kesehatan mental.
Stoikisme menekankan hidup selaras dengan tatanan alam semesta. Menurut filsafat Stoa,
manusia dipandang sebagai bagian integral dari alam semesta dan penting untuk hidup
selaras dengan tatanan alam.
Stoicisme juga mengajarkan bahwa walaupun kita tidak selalu bisa mengendalikan
kejadian-kejadian eksternal, kita bisa mengendalikan bagaimana kita menanggapinya, dan
bahwa mempersiapkan diri dan menghadapi tantangan-tantangan hidup adalah aspek kunci
dari hidup sesuai dengan alam.

Keempat yakni berpikir positif pada diri sendiri, penelitian menunjukkan bahwa
cara berpikir tentang diri sendiri dapat memiliki efek yang kuat pada kesehatan mental.
Salah satu konsep kunci Stoicisme adalah kemampuan untuk melihat diri sendiri, dunia,
dan orang lain secara objektif dan menerima sifat mereka apa adanya. Stoicisme juga
mengajarkan bahwa apa yang ada dalam kendali kita adalah pikiran, persepsi, keyakinan,
dan tindakan kita.

Oleh karena itu, penting untuk melatih pikiran kita untuk berpikir positif dan
menghindari emosi negatif seperti marah dan frustasi. Menulis jurnal harian merupakan
salah satu cara untuk mengembangkan pola pikir Stoa dan mempersiapkan diri menghadapi
tantangan hidup. Dengan mempraktikkan cinta diri dan menerima diri sendiri, seseorang
dapat berpikir positif tentang diri sendiri dan meraih kebahagiaan.

Kelima menghargai diri sendiri, menghargai diri sendiri berarti menghargai


kesejahteraan dan kebahagiaan Anda secara keseluruhan. Hal ini mempengaruhi suasana
hati dan kesehatan mental. Filsafat Stoikisme mengajarkan konsep menghargai diri sendiri
melalui beberapa prinsip dan ajarannya. Stoikisme mengajak untuk hidup realistis,
membaca diri, antisipasi diri, dan mengevaluasi diri. Hal ini mencakup fokus pada jalan
keluar dari berbagai hambatan, berbahagia tanpa sikap egois dan sombong, serta selalu
realistis dan antisipatif.

Selain itu, stoikisme juga menekankan pentingnya fokus pada hal-hal yang dapat
dikendalikan, termasuk diri sendiri, dan mempersiapkan skenario terburuk sambil
mengharapkan yang terbaik. Prinsip utama Stoikisme adalah keyakinan bahwa kita tidak
bereaksi terhadap peristiwa, dan hal yang penting adalah penilaian kita tentang mereka
yang bergantung kepada diri sendiri. Dengan demikian, konsep ini mendorong individu
untuk menghargai diri sendiri melalui pengendalian emosi, penilaian realistis, dan fokus
pada hal-hal yang dapat dikendalikan, termasuk tindakan dan sikap pribadi.

Keenam mengurangi kecemasan, stoicisme adalah filosofi yang mengajarkan cara


menjaga pikiran tetap tenang dan rasional, apa pun yang terjadi pada Anda, dan ini
membantu Anda fokus pada apa yang dapat Anda kendalikan dan tidak khawatir tentang
apa yang tidak dapat Anda kendalikan. Konsep ini dapat membantu dalam mengurangi
kecemasan dan stress. Stoicisme menekankan penerimaan, pemahaman, dan pencarian
kebijaksanaan untuk membedakan apa yang bisa dan tidak bisa dikendalikan.
Dengan berfokus pada apa yang dapat dikendalikan, individu dapat mengurangi
kecemasan dan stres, serta menemukan makna hidup yang lebih dalam dengan kesadaran
yang lebih tajam terhadap realitas dan apresiasi yang lebih besar terhadap refleksi dan
pertumbuhan pribadi. Mempraktikkan Stoicisme membutuhkan dedikasi, kesabaran, dan
latihan yang konsisten, namun dapat memberikan manfaat bagi kesehatan mental, seperti
mengurangi kecemasan dan stress.

Beberapa prinsip Stoic yang dapat membantu mengurangi kecemasan dan stres
antara lain berfokus pada apa yang dapat dikendalikan, menerima apa yang tidak dapat
dikendalikan, dan mencari kebijaksanaan untuk membedakan keduanya.

Ketujuh meningkatkan hubungan, stoikisme menekankan pada peningkatan


hubungan, baik dengan diri sendiri maupun orang lain. Konsep stoikisme dapat
meningkatkan hubungan terhadap diri sendiri dan orang lain dengan cara mengajarkan
pentingnya empati, pengendalian diri, dan sikap bijaksana dalam menghadapi konflik.
Stoikisme juga menekankan pentingnya memisahkan hal-hal yang dapat dikendalikan dari
hal-hal yang tidak dapat dikendalikan, sehingga individu dapat lebih fokus pada tindakan
mereka dan menerima hal-hal di luar kendali mereka.

Hal ini dapat membantu dalam membangun hubungan yang lebih baik dengan diri
sendiri dan orang lain melalui sikap yang lebih sabar, pengertian, dan bijaksana.Menurut
penelitian, konsep-konsep stoikisme seperti penerimaan terhadap hal-hal yang tidak dapat
diubah dan pengendalian diri telah terbukti bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan
psikologis dan hubungan interpersonal individu. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa penerapan konsep-konsep stoikisme dapat berkontribusi pada peningkatan hubungan
terhadap diri sendiri dan orang lain.

Kedelapan meningkatkan harga diri, stoicisme adalah filosofi yang dapat membantu
meningkatkan harga diri dengan mengajarkan individu untuk mengendalikan emosi dan
fokus pada apa yang dapat mereka kendalikan. Menurut prinsip Stoicisme, cara termudah
untuk mencapai kebahagiaan adalah dengan menerima diri sendiri, dunia, dan orang lain
secara objektif dan mendisiplinkan diri agar tidak dikendalikan oleh keinginan akan
kebahagiaan atau ketakutan.

Stoicisme juga mengajarkan bahwa apa yang ada dalam kendali kita adalah pikiran,
persepsi, keyakinan, dan tindakan kita. Dengan berfokus pada apa yang bisa kita
kendalikan dan menerima apa yang tidak bisa kita kendalikan, kita bisa mengurangi emosi
negatif dan meningkatkan rasa harga diri. Menerapkan nilai-nilai Stoic juga dapat
membantu mengelola stres dan ekspektasi, yang penting untuk kesejahteraan psikologis dan
harga diri.
Dengan menerapkan konsep-konsep stoikisme dalam kehidupan sehari-hari,
seseorang dapat membantu menjaga kesehatan mental dan mengurangi dampak negatif dari
stres, kecemasan, dan gangguan emosional.

Dibalik banyaknya manfaat menganut pemikiran stoikisme dalam hal menjaga


kesehatan mental ada pula beberapa dampak negatif ketika kita menganut pemikiran
tersebut. Dampak negatif ini berupa kritikan terhadap pemikiran tersebut. Namun hal
tersebut kembali lagi kepada keperluan individu dalam menganut pemikiran ini. Kritik ini
hanya berupa akibat apabila kita terlalu berlebihan dalam menganut pemikiran stoikisme
ini. beberapa kritik terhadap pemikiran stoikisme dalam menjaga kesehatan mental meliputi
antara lain.

Pertama yakni kontradiksi, Stoikisme mengajarkan bahwa individu harus


memegang kendali atas emosi mereka dan tidak terlalu berpikir negatif. Hal ini dapat
menyebabkan seseorang terus menerus menekan atau menahan emosi mereka, yang pada
akhirnya dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Menekan emosi secara
berlebihan dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Selain itu, stoikisme
juga dapat menghasilkan sikap yang terlalu apatis atau acuh tak acuh terhadap situasi dan
perasaan orang lain. Fokus yang berlebihan pada penerimaan terhadap takdir dan hal-hal
yang tidak dapat kita kontrol dapat membuat seseorang kehilangan empati dan kepedulian
terhadap orang lain. Ini dapat menghambat hubungan sosial dan kesejahteraan emosional.

Kedua stoikisme sering kali dianggap sebagai filsafat yang terlalu individualistik
dan kurang memperhatikan keterkaitan sosial antara individu. Dalam stoikisme, penting
untuk memegang kendali atas emosi dan tindakan individu, dan individu dianggap
bertanggung jawab atas nasib mereka sendiri. Hal ini dapat mengabaikan faktor-faktor
sosial dan struktural yang mempengaruhi kehidupan dan nasib seseorang.

Ketiga pengurangan peran emosi, stoikisme juga dapat mengecilkan peran emosi
dan perasaan dalam kehidupan manusia. Hal ini dapat mengurangi kepekaan dan empati
individu terhadap diri sendiri dan orang lain, serta membatasi kemampuan individu untuk
merasakan kebahagiaan dan kepuasan secara emosional. Ketika seseorang terlalu
mempertegas kontrol diri dan ketahanan mental, mereka mungkin mengabaikan kebutuhan
mereka sendiri dan mengabaikan pentingnya merawat diri sendiri secara emosional. Ini
dapat menyebabkan kelelahan mental dan kehilangan keseimbangan dalam hidu

Keempat etika Stoa keras, etika Stoa keras menekankan kehendakan dan tidak
mencari nikmat, yang dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku individ. Namun,
Pendekatan ini mungkin tidak selalu efektif dalam menjaga kesehatan mental, karena
individu masih perlu menghadapi tantangan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Kelima ketidakrealistisan, stoikisme mengajarkan untuk menerima hal-hal yang
tidak dapat kita kontrol. Namun, jika dijalankan secara ekstrem, ini dapat menyebabkan
ketidakrealistisan dalam menghadapi masalah dan tantangan. Mengabaikan upaya untuk
mengubah situasi yang buruk atau merugikan dapat menghambat kemampuan seseorang
untuk mencapai perubahan yang positif dalam hidup mereka.

Meskipun stoikisme memiliki nilai-nilai positif, seperti keteraturan, kebijaksanaan,


dan keadilan, pendekatan ini mungkin tidak memenuhi semua kebutuhan individu dalam
menjaga kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan pendekatan
lainnya dan menyesuaikannya dengan kebutuhan dan situasi pribadi.

Menilik lebih dalam tentang pemikiran stoikisme bagi kesehatan mental, sudah
dipaparkan berbagai cara dan beberapa kekurangannya. Disini saya beropini bahwasannya
apabila kita ingin menganut pemikiran tersebut maka kita juga perlu mempertimbangkan
seberapa jauh kita membutuhkannya. Dengan mempertimbangkan kebutuhan apa saja
untuk menjaga kesehatan mental kita maka kita juga bisa tau tindakan apa saja yang relevan
untuk kita lakukan. Sehingga tidak terjadi ketimpangan pemikiran atau kontradiksi yang
terjadi dalam diri sendiri yang dapat berakibat terhadap kesehatan mental.

Perlu diketahui bahwasannya kekurangan dari pemikiran tersebut atau efek samping
ketika menganut pemikiran tersebut terjadi karena ketidak relevan nya aspek aspek dalam
pemikiran tersebut dengan kebutuhan mental kita. Dan juga berlebihannya kita dalam
menjalankan pemikiran tersebut.

Berbicara tentang ketenangan dan pengendalian pikiran dan emosi, dalam


pandangan Islam, pengendalian pikiran dan emosi sangat penting. Islam mengajarkan
umatnya untuk memiliki kendali yang baik atas pikiran dan emosi mereka. Hal ini karena
pikiran dan emosi yang tidak terkendali dapat mengarah pada tindakan yang tidak sesuai
dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral.

Dalam Al-Quran, Allah SWT mengingatkan umat Muslim untuk mengendalikan


pikiran dan emosi mereka. Misalnya, dalam Surah Al-Baqarah ayat 195, Allah berfirman,
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dengan tanganmu
sendiri, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik." Selain itu, Islam juga mengajarkan umatnya untuk berpegang teguh pada akal sehat
dan berpikir rasional. Islam menghargai kecerdasan dan pengetahuan, serta mendorong
umatnya untuk menggunakan akal sehat dalam mengambil keputusan dan mengendalikan
emosi.

Dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, juga terdapat petunjuk tentang


pentingnya mengendalikan pikiran dan emosi. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Orang
yang kuat bukanlah yang kuat dalam bertarung, tetapi orang yang kuat adalah yang dapat
mengendalikan dirinya ketika marah." Dengan demikian, dalam pandangan Islam,
pengendalian pikiran dan emosi merupakan bagian penting dari pengembangan diri dan
spiritualitas. Umat Muslim diajarkan untuk mengendalikan pikiran dan emosi mereka agar
dapat hidup dalam keseimbangan dan mengambil keputusan yang bijaksana.

Lalu apakah ada relevansi dari stoikisme terhadap pandangan islam terhadap
pengendalian pikiran dan emosi? Sebelumnya akan dibahas bagaimana pandangan islam
terhadap pemikiran stoikisme.

Islam memiliki pandangan yang khas terhadap berbagai filsafat, termasuk


stoikisme. Dalam Islam, fokus utama adalah pada hubungan manusia dengan Allah dan
pelaksanaan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pandangan Islam
terhadap stoikisme dapat bervariasi tergantung pada konteks dan prinsip yang dibahas.
Secara umum, Islam mengajarkan pentingnya keseimbangan antara akal dan emosi, serta
mengendalikan diri dalam menghadapi cobaan dan ujian kehidupan. Islam mengajarkan
untuk menghadapi tantangan dengan kesabaran, tawakal (pasrah kepada kehendak Allah),
dan berusaha untuk memperbaiki diri.

Namun, ada perbedaan antara stoikisme dan pandangan Islam dalam beberapa
aspek. Misalnya, stoikisme menekankan pada penerimaan terhadap takdir dan pemisahan
antara hal-hal yang dapat kita kontrol dan yang tidak dapat kita kontrol. Sementara itu,
dalam Islam, meskipun ada pengakuan akan takdir dan kehendak Allah, manusia juga
diberikan kebebasan berpikir, bertindak, dan mempengaruhi nasib mereka sendiri melalui
usaha dan doa. Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya empati, kasih sayang, dan
hubungan sosial yang sehat. Islam mengajarkan untuk peduli terhadap sesama manusia,
membantu mereka yang membutuhkan, dan menjaga hubungan yang baik dengan orang
lain.

Dalam hal ini, jika ada prinsip stoikisme yang sejalan dengan ajaran Islam, seperti
mengendalikan emosi negatif, mengembangkan ketahanan mental, dan menerima takdir
dengan kesabaran, maka pandangan Islam dapat mengakui nilai-nilai tersebut. Namun, jika
ada prinsip stoikisme yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti menolak keterlibatan
sosial atau menekankan pada kepuasan diri semata, maka pandangan Islam mungkin
berbeda. Penting untuk mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran Islam dan
berkonsultasi dengan ulama atau cendekiawan Islam untuk mendapatkan pandangan yang
lebih komprehensif dan akurat tentang hubungan antara Islam dan stoikisme.

Dari pandangan tersebut bisa kita ketahui bahwa islam memandang stoikisme
menjadi sebuah filosofi atau pemikiran yang berbeda secara mendasar namun juga terdapat
prinsip prinsip yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai