PSIKOLOGI POSITIF
KELOMPOK 4 :
1. Inayatul Nikmah ( 201660001 )
2. Arienta Naily Saadah ( 201660059 )
3. Nihayatul Khusnah ( 201660068 )
4. Moh Chaerul ( 201660093 )
Psikologi positif selalu mendasarkan diri pada sains. Dengan demikian, semua
klaim, pengetahuan, dan aplikasi psikologi positif selalu telah diuji melalui
penelitian yang menggunakan standar yang tinggi, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Psikologi positif memberi posisi yang sentral pada karakter (virtues &
strenghts), sehingga manusia menjadi penentu utama
kebahagiaan/ketidakbahagiaannya sendiri. Pilihan-pilihan moral yang diambil
manusia menjadi penentu utama, dan bukan terutama kekuatan-kekuatan lain
yang diluar kendalinya seperti pengondisian lingkungan ataupun faktor-faktor
biologis. Moralitas, yaitu pembedaan akan yang baik dan yang buruk, serta
pilihan akan yang baik, selalu menjadi fondasi kebahagiaan manusia.
Psikologi positif memiliki suatu konsep sentral yang dapat mempersatukan
berbagai studi yang beraneka ragam, dari berbagai ahli yang berbeda-beda,
dalam suatu gambaran yang utuh. Konsep yang dimaksud adalah authentic
happiness. Ini adalah suatu keuntungan besar, karena dengan adanya suatu
kerangka umum yang mempersatukan ini, beberbagai studi yang berbeda-beda
misalnya studi tentang emosi, grit, calling, flow dan mindfulness. Dapat
memiliki tempatnya masing-masing dalam kerangka tersebut, menjadi bagian
dari pergumulan manusia untuk menjadi bahagia.
.
Menurut Seligman, Psikologi bukan hanya studi tentang kelemahan dan kerusakan:
psikologi juga adalah studi tentang kekuatan dan kebajikan. Pengobatan bukan hanya
memperbaiki yang rusak; pengobatan juga berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada
dalam diri kita. Misi Seligman ialah mengubah paradigma psikologi, dari psikologi patogenis
yang hanya berkutat pada kekurangan manusia ke psikologi positif, yang berfokus pada
kelebihan manusia.
Berfokus terhadap penanganan berbagai masalah bukanlah hal baru dalam dunia psikologi.
Sejak dulu, manusia selalu dipandang sebagai makhluk yang bermasalah. Sejak awal mula
munculnya aliran psikologi (aliran behaviorisme), manusia dipandang sebagai suatu mekanik
yang penuh dengan banyak masalah. Aliran ini kemudian melihat masalah yang ada pada
manusia, belum lagi dengan mashab psikoanalisis yang melihat kenangan masa lalu sebagai
penyebab penderitaan yang ada saat ini. Apapun itu, psikologi yang berkembang selama
bertahun-tahun lamanya lebih memedulikan kekurangan ketimbang kelebihan yang ada pada
manusia. Itulah sebabnya psikologi yang berkutat pada masalah sering disebut sebagai
psikologi negatif.
Dari penjelasan panjang lebar mengenai psikologi positif di atas, penulis kemudian
menemukan benang merah antara psikologi positif dan Etika Keutamaan dan Etika
Eudaimonia.
1.Theoria
2.Praxis
Praxis menjelaskan kebahagiaan dalam relasi antar manusia. Praxis diwujudkan melalui
tindakan-tindakan dalam sebuah komunitas (keluarga, masyarakat,negara) untuk sebuah
pencapaian kebahagiaan bersama. Praxis yang benar dijelaskan dalam sebuah buku Ethica
Nikomacheia yang di dalamnya dirumuskan tentang keutamaan etis. Keutamaan etis
dirumuskan sebagai jalan tengah antara yang ekstrem dan berlawanan. Misalnya keberanian
sebagai jalan tengah dari pengecut dan gegabah. Selain keutamaan etis, terdapat juga
keutamaan akal budi yang mengupayakan kesempurnaan dari akal budi itu sendiri seperti
kebijaksanaan dan kepintaran.
Setiap orang harus melakukan apapun yang paling mendukung kepentingannya sendiri (Etika
Egoisme).
Kewajiban kita adalah mengikuti aturan-aturan yang dapat dijadikan hukum-hukum universal
secara konsisten, artinya aturan-aturan untuk ditaati oleh semua orang dalam situasi apapun
(Kant).
Hal yang benar yang dijalankan adalah yang mengikuti aturan-aturan yang disetujui oleh
seseorang secara rasional dan mempunyai kepentingan diri untuk menetapkan keuntungan
timbal balik ( teori kontrak sosial ).
Ada banyak sifat karakter yang bisa dijadikan keutamaan, tapi penulis hanya akan mengulas
empat contoh keutamaan sebagaimana dijelaskan di dalam buku Filsafat Moral karya James
Rachels.
i)Berani
Menurut Aristoteles, keutamaan-keutamaan adalah titik tengah yang berdiri di antara
dua ekstrim, yang satu kelebihan (excess) sedangkan yang lain kekurangan
(deficiency). Berani adalah titik tengah antara pengecut dengan nekad. Semua
orang membutuhkan keberanian.
Menurut Peter Geach, keberanian untuk alasan yang tidak pantas bukanlah merupakan
suatu keutamaan. Tentara NAZI itu memang berani, tetapi dia berani demi rezim yang
jahat dan salah, maka tak seorang pun akan memuji keberaniannya itu sebagai sebuah
keutamaan. Seorang siswa berani menyontek tatkala ulangan harian walau sang guru
ada di depan kelas; dia memang berani, tapi perbuatannya itu tercela dan pastilah tak
seorang pun akan memuji perbuatan menyontek (plagiat). Motivasi untuk menjadi
berani itulah yang membuat orang itu berkeutamaan atau tercela.
ii)MurahHati
Aristoteles mengatakan bahwa kemurah-hatian adalah titik tengah antara kikir
dengan boros/royal. Kita memberi dengan murah hati sampai pada batas tertentu
sehingga selanjutnya pemberian itu justru merugikan kita dari pada membantu orang
lain. Yesus dan kaum utilitarian mengajarkan kemurahhatian yang royal. Gagasan ini
ditolak karena mengandaikan bahwa kita harus keluar dari hidup normal (rutinitas)
dengan mengorbankan harta dan waktu.
Kedua hal itu didamaikan dengan tafsiran murah hati yang selaras dengan hidup
sehari-hari. Namun, hidup sehari-hari itu yang seperti apa? Apakah ada pemahaman
yang sama tentang hidup sehari-hari? Hidup sehari-hari seorang milyuner sungguh jauh
berbeda dengan hidup sehari-hari seorang tukang becak.
Maka, kita memerlukan konsep kehidupan sehari-hari yang tidak terlalu berlebihan
agar masuk akal. Namun, hal itu yang bagaimana pula? James Rachel tidak menjelaskan lebih
lanjut dalam bukunya.
iii)Jujur
Jujur secara praktis adalah tidak berbohong. Orang yang berkeutamaan jujur akan
mengecualikan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan keutamaan itu, misalnya
berbohong atau korupsi. Maka, orang jujur akan mencari jalan lain selain berbohong
untuk mengatasi situasi-situasi sulit; ia tetap akan mengatakan kebenaran walau
kebenaran itu mengelabuhi. Contohnya adalah kisah Santo Athanasius yang diincar
untuk dibunuh. Ketika orang-orang yang hendak membunuhnya itu berpapasan
dengannya, tapi tidak mengenalinya dan bertanya di mana Santo Athanasius berada,
Santo Athanasius menjawab, Dia sudah dekat. Santo Athanasius tidak sepenuhnya
jujur, tapi dia juga tidak berbohong sebab de facto dia memang berada dekat dengan
para pembunuh itu.
Ada dua pandangan mengenai siapa itu orang jujur:
i) Semua orang harus berani sebab tidak ada orang yang dapat menjamin keamanannya sendiri
dan hidup itu penuh bahaya, tantangan, dan hal-hal tak terduga.
ii) Selalu akan ada orang yang membutuhkan pertolongan, maka kemurahhatian diperlukan.
iii) Kejujuran harus selalu ada agar komunikasi berjalan baik dan hubungan yang berkualitas
tercipta.
iv) Setiap orang membutuhkan sahabat. Untuk mendapatkan sahabat, seseorang harus menjadi
sahabat. Dan, untuk menjadi seorang sahabat, seseorang harus setia.
Kebahagian adalah cita-cita, tujuan, harapan hidup manusia. dengan berbagai cara
manusia melakukan apa saja untuk membahagiakan dirinya. Yang
berbahagia karena uang berusaha mencari uang sebanyak-banyaknya. Yang berbahagia karena
jabatan, berusaha mencari jabatan setinggi-tingginya. Yang berbahagia karena prestasi, akan
mencari prestasi sebanyak-banyaknya.
Namun ada beberapa hal yang ditawarkan oleh filsafat dan psikologi untuk mencapai
kebahagiaan. Orang dapat mencapai kebahagiaan dengan melakukan dan merenungkan
beberapa hal dalam hidupnya. Menurut Etika Keutamaan dan Psikologi Positif, kebahagiaan
dicapai dengan melakukan hal-hal yang baik dan positif dalam hidup manusia. apa saja hal
yang diangggap baik dan positif dalam hidup manusia?
James Rachels, The Elements of Moral Philosophy, Mcgraw-Hill College; 4th edition (May
2002) diterjemahkan oleh A. Sudiarjo, Filsafat Moral, Yogykarta, Kanisius, 2000.
Noor Rohman Hadjam, Perkuliahan Psikologi Positif, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada,
2012.