Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fatma Dianasari

NPM : 2010202077
Mata Kuliah/Kelas : Teori Komunikasi/03
Dosen Pengampu : Hindina Maulida, S.S.,
M.I.Kom Hari/Tanggal : Senin, 29 Maret 2021
Sifat Ujian : Open Book
Waktu : 09.10– 10.40

Jawablah pertanyaan berikut dengan komprehensif!


1. Bagaimana cara mengidentifikasi bahwa sebuah teori termasuk paradigma positivistik,
konstruktivis, dan kritis? Sebutkan masing-masing cirinya!
Jawab : Cara mengidentifikasi sebuah teori termasuk paradigma yang mana adalah
dengan melihat karakteristik di dalam teori tersebut yang cocok dengan karakteristik
ketiga paradigma itu.
Ciri paradigma positivistik :
 Sifat paradigma ini objektif atau universal.
 Biasanya mengeneralisir suatu fenomena yang sedang di teliti dengan mengambil
satu sampel dari salah satu objek dan menyamaratakan kesimpulan yang didapat
kepada semua objek penelitian.
 Peneliti dengan paradigma ini memiliki jarak dengan objek penelitian.
 Tidak ada nilai subjektif atau bias pribadi
 Biasanya menggunakan pendekatan kuantitatif
 Adanya uji hipotesis
 Memiliki tujuan menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol realitas sosial.
Ciri paradigma konstruktivistik :
 Paradigma ini biasanya dipengaruhi oleh pengalaman.
 Realitas dipahami dengan berbagai cara.
 Tidak mengeneralisasi suatu fenomena.
 Temuan penelitian merupakan hasil dari interaksi antara peneliti dan objek
 Realitas tidak mengambarkan diri individu, namun harus disaring melalui cara
pandang orang terhadap realitas tersebut.
 Biasanya menggunakan pendekatan kualitatif
Ciri paradigma kritis :
 Realitas sosial bersifat semu, terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan
sosial lain.
 Realitas sosial tidak bersifat tunggal.
 Meyakini bahwa realitas sosial merupakan suatu sistem yang dikonstruksi dan
berada di bawah sekelompok pihak yang berkuasa.
 Pendekatan yang digunakan menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
 Lebih menitikberatkan kualitas proses daripada hasil.
 Bertujuan untuk melakukan kritis sosial, transformasi sosial, emansipasi, dan
penguatan sosial.
 Peneliti biasanya menempatkan diri sebagai aktivis atau advokat.

2. Apa arti keluarga bagi anda?


Jawab : Keluarga adalah lingkungan sosial yang pertama kali saya memulai untuk
berinteraksi dan menjelajah ketika masih kecil. Bisa dibilang unit terkecil dalam
masyarakat. Keluarga juga merupakan sebuah fondasi awal terbentuknya jati diri serta
karakteristik individu. Bayangkan apabila sejak terlahir di dunia saya tidak memiliki
keluarga. Akan banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran saya mengenai siapa saya,
darimana asal saya, atau bagaimana saya bisa lahir. Selain itu, keluarga adalah sebuah
lingkungan sosial yang bisa dijadikan sebagai pelarian ketika seseorang merasa putus asa
dengan konflik-konflik yang diakibatkan realitas sosial. Bagi saya, dengan adanya sebuah
keluarga membuat saya yang memiliki gejala anti sosial tidak merasa sendiri menjalani
hidup. Meskipun terkadang keluarga saya tidak terlihat baik-baik saja, setidaknya saya
melihat mereka ada di sekitar saya.
3. Bagaimana pendapat saudara mengenai keluarga jika ditinjau dari teori interaksi
simbolik?
Jawab : Teori interaksi simbolik merupakan sebuah proses interaksi dalam rangka
membentuk arti atau makna bagi setiap individu. Atau cara kita belajar menginterpretasi
serta memberikan arti atau makna terhadap dunia melalui interaksi kita dengan orang
lain. Interaksi adalah bagian terpenting untuk memciptakan keharmonisan dan
kenyamanan dalam keluarga. Khususnya dengan berinteraksi secara verbal atau non-
verbal yang berkaitan erat dengan teori interaksi simbolik. Interaksi simbolik yang
diciptakan dan diterapkan oleh tiap keluarga pastilah berbeda-beda. Dengan adanya
interaksi simbolik sebuah keluarga dapat semakin erat dalam menjalin sebuah hubungan.
4. Ilustrasikan konsep mind, self, dan society dalam kehidupan sehari-hari!
Jawab :
Mind atau pikiran, konsep di mana manusia itu memberikan respon pada suatu objek dan
respon itu menjadi sebuah upaya manusia untuk bisa menyelesaikan masalah. Jika
manusia memberi respon, manusia pasti juga akan bertindak. Ada 4 tahapan manusia
dalam bertindak untuk memenuhi sebuah tujuan tertentu (1). Impuls atau dorongan hati,
(2). Persepsi, (3). Manipulasi, (4). Konsumsi atau proses pemutusan pada sebuah
tindakan sosial tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari kita biasa menemui berbagai
macam persoalan. Misalnya ketika kita dihadapkan oleh persoalan pembayaran UKT
yang dirasa kita tidak mampu membayar. Kita akan berpikir bagaimana cara
memecahkan masalah tersebut. Itulah inti dari konsep mind.
Kedua, Self atau diri. Menurut Mead, konsep ini berarti satu konsepsi tentang
kemampuan menerima diri kita serta menerima diri kita dari orang lain. Misalnya ketika
kita dihadapkan dengan sebuah realitas sosial dimana perempuan cantik adalah
perempuan berkulit putih, kita yang tidak sesuai dengan realitas itu akan menggunakan
prinsip self dan menganggap bahwa cantik tidak harus berkulit putih.
Ketiga, Society. Mead menganggap konsep ini sebagai konsepsi tentang terbentuknya diri
secara tuh dalam sebuah masyarakat. Misalnya ketika kita bergabong dalam organisasi
masyarakat atau sebuah komunitas, kita secara perlahan akan berproses untuk menjadi
pribadi yang tidak independen dalam menghadapai atau mengatasi masalah sosial.
5. Bagaimana konsep toxic relationship dalam sudut pandang teori disonansi kognitif dan
teori pertukaran sosial?
Jawab : Teori disonansi kognitif adalah sebuah teori dalam psikologi sosial yang
membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan
perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah
demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Sedangkan, teori pertukaran sosial teori
dalam ilmu sosial yang menyatakan bahwa dalam sebuah hubungan sosial terdapat unsur
ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling memengaruhi.
Dalam sebuah toxic relationship jika ditinjau dari sudut pandang teori disonansi kognitif.
Hubungan ini menimbulkan perasaan ketidaknyamanan baik dari salah satu pihak atau
mungkin kedua pihak. Toxic relationship biasanya ketika individu terlalu posesif atau
mengatur segala tindakan yang dilakukan oleh pasangannya. Ini bukti bahwa sikap,
pemikiran, dan perilaku yang bertentangan dalam suatu hubungan dapat menyebabkan
konflik.
Jika sebuah toxic relationship jika ditinjau dari sudut pandang teori pertukaran sosial.
Sebuah toxic relationship dapat menghasilkan sebuah ganjaran yang bisa saling
merugikan ataupun saling menguntungkan kedua pihak serta salah satu pihak.

Anda mungkin juga menyukai