Anda di halaman 1dari 22

Psikologi Sosial sebagai Konstruksi sosial: memunculkan penglihatan

Kenneth J. Gergen
Kenneth J.Gergen telah lama menggeluti disiplin ilmu psikologi sosial. Dalam perjalanan hidupnya ia sangat tertarik dengan penelitan dalam psikologi. Namun ia pun sempat merasa keliru dengan apa yang digemarinya tersebut. Beberapa perkembangan tulisan yang dibuatnya tampak seperti anti ilmu pengetahuan, anti psikologi,dan antinihilistik. Hingga akhirnya ia mendapatkan rasa optimis nya kembali setelah melihat displin ilmu psikologi sosial secara lebih luas. Akhirnya, ketertarikannya kepada prospek psikologi sosial pun jauh meningkat dari sebelumnya. Perkembangan Selanjutnya: Cara berpikir esperimental Kenneth J.Gergen masih berpikir apakah yang dimaksud dengan psikologi sosial experimental, pemikirannya tersebut membawanya mengilustrasikan hal tersebut dalam penelitian nya . Ia sangat tertarik dengan istilah SELF. Ia setuju bahwa perilaku manusia didasarkan pada proses-proses psikologi, seperti: persepsi, motivasi, emosi, memori, dan lain-lain. Segala keputusan yang kita buat terlihat dari bagaimana cara kita berpikir tentang diri kita sendiri ( apa yang kita suka, konsep diri kita, dan penghargaan diri kita) dan faktor lainnya (Kepribadian, ekspektasi dan lain lain). Kita tidak memerlukan satu konsep stabil yang mewakili diri kita karena pada dasarnya diri manusia bersifat fluktuasi. Menurut George Herbert Mead, fluktuasi terhubung secara langsung dengan perilaku orang lain. Sehingga penghargaan diri seseorang terbentuk dari pengargaan orang lain terhadap dirinya. Dalam eksperimentalnya ia memiliki subjek seorang mahasiswa tingkat dua dan sebagai pewawancaranya ia memiliki seorang mahasiswa yang telah lulus. Maksud dari eksperimentalnya ini untuk menggambarkan proses penghargaan diri yang terbentuk dari penghargaan orang lain terhadap dirinya. Terdapat dua kelompok dalam eksperimen nya yang pertama adalah kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa sang pewawancara yang akan memberikan respon

setuju bila sang subjek mengevaluasikan dirinya secara positif dan tidak memberikan atau memberikan respon membantah bila sang subjek mengevaluasikan dirinya secara negatif. Dalam eksperimen ini sang subjek diberikan instruksi untuk mengevaluasikan dirinya di depan seorang pewawancara. Hasil dari eksperimen nya terlihat dengan meningkatnya secara terus menerus kadar penghargaan diri dari si subjek selama proses wawancara yang dikelompokan dalam kelompok eksperimen karena adanya suatu respon balik dari sang pewawancara. Hasil itu membuktikan sifat alamiah dari konsepsi diri yang dapat dilakukan oleh siapa pun selama masih ada rasa empati terhada orang lain Awal kebuntuan: Psikologi sosial sebagai Sejarah Baginya tahap awal dari refleksi diri yang bersifat kritis adalah tentang kesadaran mengenai sejarah psikologi sosial itu sendiri yang mudah rusak. Antusiasme yang ada tersebut tergantung dari keyakinan masing-masing individu yang telah bercampur dengan pengetahuan yang ada. Pengalaman yang ada dapat menambahkan ilmu pengetahuan untuk memberikan penyesuaian yang lebih baik terhadap realita tidak stabil yang ada. .Persepsi diri dalam hal ini ditentukan oleh umpan balik sosial yang dapat disimpulkan bahwa diri kita ada hanyalah cerminan dari orang lain dengan begitu artinya seorang individu telah menghapus kearifan budayanya sendiri. Terlepas dari itu semua teori-teori psikologi sosial memiliki kemampuan untuk mengubah atau bahkan mematikan pola sosial yang ada. Meskipun disiplin ini berusaha untuk bersifat netral namun interpretasinya harus tetap sesuai dengan jenis tindakan tertentu sehingga dapat mendiskreditkan tindakan lainnya. Efek dari hal tersebut menimbulkan argumen-argumen yang bersifat kontra maupun produktif. Hal ini lah yang dapat membawa psikologi sosial kepada krisis. Krisis tersebut berawal dari tindakan-tindakan individu yang berdasarkan keinginanya atau pilihannya yang harus dapat dipertanggung jawabkan dalam mendasari keyakinannya dalam suatu hal. Munculnya Konstruksi Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat setiap individu tidak dengan mudahnya berkomunikasi antar sesama tanpa adanya suatu penghubung yang menggabungkan antar individu tersebut. Sehingga mucul beberapa kesepakatan mulai dari simbol sampai kepada kesepakatan akan suatu bahasa. Akibat keanekaragaman manusia seringkali terjadi suatu masalah antar sesama. Dalam hal ini psikologi sosial menitik beratkan kepada permasalahan yang terjadi di masyarakat. Keadaan masyarakat yang telah terbentuk dari berbagai macam ideologi, opini dan sejarah menjadikan munculnya konstruksi sosial sebagai pengatur kestabilan masyarakat. Psikologi sosial itu sendiri memiliki objek kajian yang abstrak. Namun penanaman dasar psikologi penting untuk ditanamkan dalam suatu masyarakat, seperti halnya kognisi, motivasi, prasangaka dan banyak hal lainnya yang memiliki sangkut paut dengan organisasi manusia. Psikologi Sosial Sebagai Kunci Konstruksi Sosial Dengan adanya psikologi sosial dalam masyarakat menjadikan ilmu tersendiri yang memberi informasi tentang bagaimana keinginan atau sebuah angan dapat dengan mudah direalisasikan. Tanpa meragukan masa lalu dengan tetap memandang masa datang yang akan dilalui dengan keyakinan yang penuh dapat menjadikan angan menjadi suatu kenyataan. Tantangan Empiris Psikologi sosial termasuk dalam penelitian empiris namun dalam penelitian tersebut individu begitu diperhatikan. Pendekatan yang dilakukan mulai dari pendekatan konstruksionis, kognisi, motivasi dan presepsi. Pendekatan seperti ini sangat efektif dengan tetap mementingkan ide, pola prilaku sehingga ketika muncul sebuah permasalahan tidak hanya menghakimi apa yang ada begitu saja namun tetap memikirkan apa yang terjadi sebelumnya, mengapa hal itu dilakukan dan apa yang menyabankan orang itu melakukan hal semacam itu.Dengan pendekatan semacam ini juga membawa ide-ide provokatif tentang interaksi manusia dengan kehidupan. Refleksi

Pada tahapan ini penlitian yang dilakukan lebih kepada melihat dampak yang tampak nyata pada objek yang di teliti. Musyawarah dapat menjadi jalan akhir dalam pengambilan keputusan akan suatu masalah. Karena bagaimanapun setiap permasalahan yang ada itu selalu ada karena suatu kesalah pahaman sehingga dengan pembicaraan secara bersama akan permasalahan yang dihadapi dapat membantu konstruksi sosial ini dalam mengkokohkan fondasi pemikiran masyarakat. The Creative Challenge Psikologi sosial tradisional lebih terfokus dalam mempelajari pola pola perilaku yang eksis. Keadaan ini membuat psikologi sosial tampaknya menginstankan prinsip prinsip yang sifatnya universal dan juga proses transhistorical, sehingga kurang menaruh perhatian hal hal yang sifatnya membentuk masa depan baru bagi masyarakat, seperti perubahan sosial. Karena itu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para konstruksionis untuk semakin mengembangkan penelitian penelitian yang inovatif dan visioner. Konstruksionisme mengundang para akademisi untuk semakin mengembangkan cara berekspresi, berbicara, menulis serta metodologi yang digunakan. Pada akhirnya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa konstruksionisme dalam psikologi sosial bukanlah sesuatu yang terbatas. Tidak memberikan batas batas tertentu dan mengikat dalam aturan tertentu. Konstruksionisme merupakan psikologi yang dekat dengan kehidupan budaya,menghubungkan pekerjaan dengan praktik yang berorientasi perubahan, membentuk imajinasi tentang masa depan dan menghargai baik asumsi pribadi maupun asumsi orang lain.

The Estrangement of Social Constructionism and Experimental Psychology Pada dasarnya Konstruksionisme sosial dan psikologi eksperimental saling berhubungan satu sama lain pada psikologi sosial, namun dalam beberapa tahun ini keduanya terlihat seperti dua hal yang berbeda dan saling menjauh. Psikologi

eksperimental lebih sering digunakan oleh psikologi aliran mainstream sedangkan sasaran konstruksionisme sosial adalah gagasan dari metode metode tertentu yang menwarkan psikologi sendiri. pandangan berharga terhadap kenyataan secara epistemologis. sosial, para eksperimental yang menolak metode yang ditawarkan dan Mungkin karena kritik kritik ekstrim yang diterima para konstrusionis dalam konstruksionis yang akhirnya tidak menguntungkan bagi ilmu psikologi sosial Perbedaaan poin penting terhadap konstruksionisme eksperimental sebenarnya terletak pada pandangan mereka terhadap pemikiran postmodernisme, di mana konstruksionisme berargumen bahwa representasi dari kenyataan sifatnya berubah ubah dan relatif sedangkan eksperimental menganggap penting melakukan penelitian terhadap realitas secara empiris dan sifatnya tetap. Karena itu makalah ini akan mengkaji tentang rekonsialisasi di antara keduanya.

Rift Wide Apakah itu? Isu kebenaran Isu kebenaran adalah pusat untuk kritik metodologis konstruktionis psikologi sosial eksperimental. Kebenaran sebagai sebuah produk dari proses ilmiah berbeda dengan kebenaran ideal yang mengatur memandu kegiatan epistemik. Menurut perspektif ini, tidak semua konsep-konsep (baik awam atau ilmiah) sama-sama diterima, dan mungkin divonis lebih valid daripada yang lain. Sikap dan kepercayaan tidak timbul hanya karena pernyataan bahwa mereka benar melainkan dari seberapa dukungan pernyataan ilmiah yang dianggap valid dan akurat yang mengiringi argumen mereka Donald Campbell (1994). Dengan demikian, kebenaran tidak dapat dicapai pada akhirnya, pencarian kebenaran sebagai ideal mengatur Popperian masih bisa berguna sebagai sebuah arti untuk memicu usaha produktif pada konstruksi teori dan validasi (lihat Campbell & Russo, 1999; McGuire, 1997).Walaupun isu mengenai kebenaran mungkin adalah sumber pandangan bertentangan terbesar antara konstruktif dan eksperimental.

Peran Bahasa Fitur utama dari posisi konstruksionis sosial harus dilakukan dengan peran bahasa dalam perdebatan epistemis (misalnya, Gergen, 'Hepburn, & Fisher, 1986), dan ini juga pusat untuk kritik metodologis mereka experimentalism. constructionists Banyak yang merasa bahwa di era postmodem, suara ilmiah harus tidak lagi dianggap unggul cara lain untuk knowing. Seperti eksperimentalis telah sendiri menunjukkan, kemampuan untuk membangun representasi bersama adalah penting untuk komunikasi yang berarti tentang topik apa saja, apakah topik ini ilmiah atau tidak (misalnya, Clark, 1985; Hardin & Higgins, 1996). Jadi, jauh dari menghambat bentuk bermakna dan valid komunikasi, konstruksi sosial bersama adalah apa yang membuat pemahaman dan komunikasi mungkin. Masalah Politik Dalam psikologi sosial, fitur kunci dari konstruksionisme sosial telah "memberontak" nya karakter dan fakta bahwa itu menimbulkan tantangan bagi pandangan dunia diterima dan dengan pembentukan psikologis sosial. berbagai tulisan Gergen's (l985a 1973, 1977b, 1982,, 1994a, 1998) telah dibingkai sebagian besar sebagai kritik sosial psikologi mainstream. Mereka sangat cocok dengan semangat aktivisme politik yang melanda perguruan tinggi di l960s dan 1970-an dan yang mensyaratkan rasa progresif bahwa kekuatan berurat itu sewenangwenang, waktu telah berubah, dan lembaga-lembaga dan organisasi dapat dan akan diatur berbeda di masa depan. Kebanyakan psikolog sosial eksperimen acuh tak acuh terhadap agenda politik constructionists sosial, dan mereka melihat perdebatan tentang isu-isu ideologis tidak relevan dan bahkan tidak pantas di kalangan ilmiah. Banyak mainstream percaya bahwa ilmu pengetahuan harus nilai netral dan bahwa tidak ada tempat bagi politik dalam psikologi sosial.

Model Integrasi: Campbell andMcGwre


Ada dua psikolog sosial khususnya, Donald Campbell dan William J. McGuire, yang telah memeluk tema konstruksionis sosial tanpa meninggalkan

metode eksperimental. Mereka berdua menggambarkan diri mereka sebagai postpositivists. Campbell dan McGuire telah menerima tantangan konstruksionis untuk refleks menerapkan apa yang kita ketahui tentang kognisi sosial untuk memahami proses ilmiah, dan mereka telah mengembangkan posisi epistemologis dan strategi penelitian khusus yang diinformasikan oleh aplikasi ini secara refleksif. Dalam cara yang berbeda, realisme kritis evolusioner dan perspektivisme menggabungkan konstruksionisme sosial dan psikologi sosial eksperimental, dan sehingga mereka berharga sebagai model meta-teoritis untuk bagaimana untuk mencoba integrasi. Evolusioner Realisme Kritis Campbell menerima (1973) historisisme radikal Gergen tanpa menyerah pada kebenaran sebagai ideal ilmiah mengatur. Mereka adalah reaksi ke luar anduninterpretable apa yang telah terjadi sebelumnya, mereka kapak tanggal konteks itu. (Campbell & Russo, 1999, hal 136) secara historis tertanam. Kenyataan bahwa kegiatan ilmiah berasal arti dari konteks sejarah, budaya, dan politik memimpin Gergen dan banyak orang lain untuk merangkul skeptisisme kemungkinan realisme (bahwa dunia eksternal, dalam arti tertentu, dapat diketahui). Campbell, sebaliknya, menyimpulkan bahwa kita harus bekerja lebih keras untuk meminimalkan efek faktor-faktor sosial yang tidak relevan pada pengamatan ilmiah dan penemuan. Dari perspektif ini, perbedaan antara konstruksionis dan experimentalistpositions mungkin berubah menjadi masalah penekanan relatif bukan masalah prinsip: konstructionists menekankan variasi atas seleksi, sedangkan eksperimentalis cenderung membalikkan prioritas. Perspektivisme McGuire mengakui karakter sosial dibangun dari teori para ilmuwan '(atau sistem delusi) tanpa menolak objektivitas ideal metodologis berkaitan dengan penilaian hipotesis. Ide-ide ini kemudian berkembang menjadi sebuah pandangan yang lebih luas yang pertama kali disebut sebagai contextualism (McGuire, 1983) dan kemudian sebagai perspektivisme (McGuire, 1989, 1997). Salah satu tujuan penyelidikan perspectivist adalah untuk menghasilkan plausiblehypothesis dan thento mengeksplorasi wawasan fullrichnessofits dan, ofmoderation logika.

Menggunakanalat dan alat penelitian, untuk menemukan keterbatasan ofits effortsare applicability.Empirical tidak diarahkan menuju "menemukan kebenaran" tetapi lebih ke arah "mendeteksi pola .

Apa Apakah Eksperimental Sosial Psikolog Laba oleh Memasukkan Konstruksionis Sosial Tema?
Konstruktionists Sosial layak untuk mengangkat tingkat perdebatan mengenai isu-isu teoritis dan metateoretikal yang berkaitan dengan konstitusi sosial pikiran dan perilaku, epistemologi dan filsafat ilmu, dan peran nilai-nilai, politik, dan ideologi dalam ilmu sosial. Kontribusi Campbell dan McGuire sebagai model untuk apa yang dapat dicapai dengan memasukkan daripada menolak kritik-kritik metodologi dan ideologis yang ditawarkan oleh constructionists sosial. Tanda lain terlihat dan abadi kemajuan constructionists sosial 'adalah munculnya dan keberhasilan jurnal yang sensitif terhadap dasar-dasar filosofis dan metatheoretical riset psikologi sosial. Dalam sisa untuk beberapa daerah penelitian substantif yang berguna dalam perbincangan tema konstruksionis sosial. Ini termasuk berkembangnya program penelitian empiris pada identitas pribadi, identitas sosial, representasi kolektif, sikap, komunikasi psikologidancultural. Gaya Penulisan dan Subtansi Komplementer antara Konstruksi Social dan Eksperimen Sosial Sebagai tambahan untuk melengkapi pemahaman tentang studi identitas, bahasa, sikap, representasi sosial, dan budaya, ada beberapa cara dimana psikologi sosial eksperimen dan konstruksi sosial dapat dipersatukan yang terletak pada taraf subtansi dan mode. Dalam hal penelitian, tokoh eksperimen lebih unggul disbanding tokoh konstruksi social karena mereka memakai metode yang dapat diterima secara konsekuen. Tokoh konstruksi social juga mempengaruhi tokoh eksperimen dalam dua hal, dalam dialog umum dan dalam mengemukakan teori yang memiliki resiko

tinggi dalam penerimaannya namun dengan imbalan yang lebih besar. Oleh karena itu, psikologi sosial akan lebih kokoh jika dapat menyatukan keduanya..

Subtansi Komplementer
Daya tarik penelitian Sejarah, ideology, dan level analisis social. Pada taraf subtansi, tokoh konstruksi sosial lebih terbuka dibandingkan tokoh eksperimen dalam sejarah dan ideologi untuk menelaah perilaku manusia. Psikolog budaya mendemonstrasikan efek konstektual dari budaya lokal dan nasional dalam berpikir dan berperilaku. Psikolog sejarah dan politik dapat mengadaptasi hal tersebut dengan mengurangi sifat individual dan meningkatkan konteks perspektif seperti konstruksi social. Tokoh eksperimen lebih menekankan pada paradigma individual sehingga mereka mengacuhkan peran sejarah dan ideologi dalam menelaah tentang pikiran dan perilaku manusia serta lebih menekankan ilmu pasti seperti biologi dibandingkan ilmu sosiologi. Konten dan proses. Perbedaaan kedua yaitu psikolog konstruksi sosial secara umum menekankan arti dalam konten yang naratif, sedangkan psikolog eksperimen sosial lebih fokus pada proses seseorang menerima informasi dan berpikir tentang orang atau hal lain, melibatkan interaksi sosial, membentuk dan bergabung pada kelompok tertentu, dan menjaga hubungan antar kelompok. Para psikolog eksperimen lebih berminat untuk mempelajari proses dari penggolonganpenggolongan tertentu dan proses mengartikan dan membuat, sedangkan psikolog kostruksi sosial cenderung mempelajari konten-konten dari representasi berbagi secara social. Pencarian prinsip-prinsip umum. Kesulitan lain yang ada dalam psikologi sosial yang ingin mengambil konten representasi secara serius adalah tantangan pada spesifikasi proses yang diberikan oleh sebuah kelompok pada waktu dan tempat tertentu untuk mewakili dunia dengan cara tertentu. Hal ini berhubungan dengan misi psikolog sosial untuk membagi prinsip-prinsip umum berupa retorik, persuasi, bentuk pertimbangan dan sebagainya dimana dengan kontruksi sosiak

dapat dibentuk dan diubahmenjadi beberapa fungsi variabel. Tidak ada alasan yang apriori mengapa psikologi sosial tidak mengemukakan teori mengenai proses umum yang melibatkan kenyataan konstruksi sosial. Dengan memahami kedua konten spesifik dan proses umum dari konstruksi social, kemampuan kolektif yang digunakan untuk menunjuk gejala social akan semakin bertambah

Pelengkap mode penelitian


Retorik dari percobaan. Sudut pandang konstruksi social dan eksperimen social saling melengkapi satu sama lain sebagai sebuah strategi seperti sebuah subtansi penelitian. Tujuan dari sebuah penelitian yaitu untuk mendapatkan bukti dari perlakuan terhadap subjek penelitian dengan beberapa metode sehingga penelitian yang dilakukan retorik secara inheren. Konstruksi social mengabaikan nilai retorik penelitian pada saat kehilangan kebutuhan metodologis yang kaku dan potensial untuk hipotesis yang tidak terkonfirmasi. Pada sisi lain, banyak tokoh eksperimen masih memegang keidealan dari kekakuan metodologi, dan pada batas tertentu kemampuan untuk memperluas teori dan menunjuk topik dengan data yang tidak tepat masih tersedia. Beberapa kritikus telah mengamati budaya ilmiah yang ada saat ini beresiko menentang prevention focused. Memasuki percakapan umum. Gergen berpendapat bahwa psikologi social harus dapat memainkan peran coloratura pada dialog mengenai nilai, kebijakan dan tujuan. Namun psikologi sosial belum dapat memenuhi secara potensial sebagai sebuah perbedaan dan sebagai pertisipan langsung dalam perbincangan publik, tetapi konstruksi sosial mulai terdengar gaungnya pada perang budaya Amerika. Keterlibatan yang lebih luas dalam debat social akan membawa psikologi sosial empiris pada diversifikasi metode dan untuk menanamkan lebih banyak nilai pada realisme ekologi relatif ke validitas internal. Teori penting. Para tokoh konstruksi social dan kostektual tidak ragu untuk memakai teori tradisi sosiologi, hal ini membawa manfaat bagi perkembangan psikologi social. McGuire (1997) telah meletakkan dengan berani teori quixotic sebagai jalan untuk menstimulasi kreativitas pengetahuan sosial. Mode hybrid

mengkombinasikan teori konstruksi social dan metateori dengan saksama, penelitian metode retorik ( dan penelitian quasi) akan lebih adaptif untuk memastikan psikologi sosial akan mempunyai masa depan yang sukses, berbeda, kreatif dan sesuai dengan kehidupan sosial.

Kesimpulan : Manfaat dan Prospek dari Rekonsiliasi


Perbedaan emphasis Terdapat hubungan yang terpisah antara kontruksi social dengan eksperimen psikologi sosial. Hal ini terletak pada sisi kebenaran dan metode yang digunakan pada penekanan relatifnya sehingga tidak dapat dibandingkan. Para tokoh konstruksi sosial menekankan pada variasi ide, sedangkan para tokoh eksperimen psikologi sosial lebih fokus pada proses metadologi dari pemilihan ide yang lebih valid; namun masing-masing tokoh saling mengagabungkan sudut pandangnya meskipun hanya sebagai asas untuk menemukan bentuk atau teori yang lebih baik. Spirit inklusi Dari pernyataan yang ada, bukan berarti menekankan eksperimen sosial terpisah dari konstruksi sosial, namun digunakan sebagai refleksi adanya hubungan yang retak antara keduanya. Kedua sudut pandang tersebut saling berkaitan pada subtansi serta ciri-cirinya dan keduanya saling menyokong satu sama lain dalam bidang psikologi social sehingga dapat menimbulkan kajian-kajian baru yang dapat mengembagkan studi dalam bidang psikologi social. Beberapa penelitian yang berkembang menggabungkan kontruksi social pada studi empiris, representasi kolektif, bahasa, konsep diri, identitas social dan psikologi budaya. Hal ini membuktkan adanya hubungan timbal balik yang potensial dari penggabungan antara konstruksi social dan eksperimen dala psikologi social. Rekomendasi Para tokoh konstruksi social akan mendapat perhatian yang lebih besar dalam mengemukakan teori konstruksi yang mereka pilih sebagai studi dan menggunakan metodologi yang kuat dan sesuai dalam membantah sifat alami dari

karakterisrik teori yang mereka pakai seperti melawan hipotesis alternative. Para tokoh psikologi social eksperimen dapat membantu dengan membuat pendekatan teori di luar data yang sering digunakan sehingga dapat menemukan teori-teori dan studi-studi baru yang berhubungan dengan konsepsi yang telah ada sehingga dapat mengkaji lebih luas isu-isu social dan politik. Dengan menyatukan keduanya, akan dapat membuat sebuah kesempatan yang lebih serius, kreatif, berjangka lama, saling memiliki timbal balik untuk menganalisis symbol dan konteks berdasarkan sikap social manusia.

The Social Constructionist Movement in Modern Psychology


Abstract Konstruksi sosial memandang percakapan tentang dunia bukan refleksi atau peta dunia, tapi sebagai hasil dari pertukaran yang berhubungan. Keduanya sebagai orientasi untuk pengetahuan dan sebagai karakteristik dari psikologi. Bentuk Konstruksionis merupakan tantangan yang signifikan untuk pemahaman yang konvensional. Walaupun akar dari gagasan konstruktionis berasal dari perdebatan antara empirisis dan rasionalis, konstruktionisme berusaha untuk menggeser kekuasaan dualisme yang kedua tradisinya adalah menjalankan dan menempatkan pengetahuan dalam proses dari pertukaran sosial. Walaupun perputaran dari pemaparan psikologi menyumbangkan permasalahan, perkembangan dari konstruksionisme dapat menyelesaikan inti permasalahan untuk dapat memahami proses dari keilmiahan dan tahap perkembangan dari kriteria alternatif sebagai bahan evaluasi penyelidikan psikologi. Apa yang kita ambil untuk dijadikan pengalaman dari dunia bukanlah ada dengan sendirinya. Apa yang kita ambil untuk dijadikan sebagai pengetahuan dari dunia bukanlah produk dari induksi, atau dari pembangunan dan pengujian hipotesis umum. Kadang masalah dalam psikologi atau pun filosofi merupakan hasil dari keterlibatan linguistik, dengan kejelasan mengenai sifat dan fungsi dari bahasa yang

digunakan masalah sering bisa terpecahkan. Persepsi kita tentang realitas, diciptakan melalui interaksi sosial dan terstruktur dengan menggunakan bahasa. Proses pemahaman tidak secara otomatis digerakkan oleh kekuatan alam atau nature, tetapi adalah hasil dari suatu usaha, kesepakatan yang aktif dari manusia dalam berinteraksi. Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa pengetahuan sejati hanya dapat datang melalui metodologi ilmiah atau melalui indera kita, tetapi pemahaman tertentu dipertahankan sepanjang waktu tidak lagi berdasarkan validitas empiris, tetapi pada proses perubahan-perubahan sosial. Pengetahuan harus dipindahkan dari satu orang ke orang lain. Hal ini dilakukan melalui bahasa. Agar dapat secara efektif mengkomunikasikan pengetahuan, kedua belah pihak harus datang ke sebuah "kesepakatan" sosial pada prinsip-prinsip bahasa serta konteks di mana ia digunakan. Konstruksi Sosial dalam Perspektif Historis (Gergen 1982) cenderung memandang pengetahuan sebagai sebuah cendawan alam. Pengetahuan manusia adalah hasil dari sebuah pemikiran, pengkategorian, dan pemrosesan informasi yang didapat oleh individu. Didalam penyebaran proses informasi terdapat dua perdebatan kecil dari teorotis psikologi. Usaha riset dalam psikologi menjelaskan hubungan antara dunia internal dan eksternal bukan merupakan inti dari kehidupan. Jika organisme beradaptasi dengan sukses di lingkungannya, pengetahuan juga harus mengimplemantasikan lingkungan dengan kuat dalam kehidupannya. Konstruksionisme dan Problematika dari Penjelasan secara Psikologi Dari pandangan ini, semua teori psikologi dan seluruh lingkup konsep yang menjadi bagian dari lahan untuk penelitian menjadi sesuatu yang problematik sebagai reflektor potensial dari kenyataan internal dan menjadi masalah bagi mereka sendiri menurut pandangan analisis. Atau dalam pandangan yang sedikit berbeda, pandangan modern dari profesi dalam hal kognisi, motivasi, persepsi,

proses informasi, dan sejenisnya menjadi kandidat untuk sejarah dan perbandingan pertukaran budaya. Dari perspektif konstruksionis mereka sering mengangkat keadaan dari etnopsikologi, sejarahnya, dan situasi budaya, kegunaan institusi, nomatif yang berkelanjutan, dan subjek untuk kemerosotan dan kerusakan sebagai sejarah sosial yang berkembang. Konstruksionis jelas akan menghadapi perlawanan kuat dalam psikologi lebih luas. Ini membentuk tantangan untuk klaim tentang pengetahuan tradisional. Namun untuk analisis sosial, perubahan adalah salah satu proporsi yang kuat. Agaknya, apa yang diambil menjadi psroses psikologi dalam permulaan menjadi bentukan dari perubahan sosial. Pertanyaan mengapa tidak dijawab dengan penjelasan psikologi atau proses tetapi dengan pertimbangan dari hubungan manusia. Beberapa telah dipersiapkan memilih, seperti konsepsi yang tidak pada tempatnya. Meskipun begitu, sebagai inovasi, keberanian dan ketahanan, memang menarik. Konstruksionisme dan Karakter Ilmu Pengetahuan Pandangan ini semakin ditantang dengan harus ada kemungkinan pencetakan sebuah metateori ilmiah alternatif akan menghilangkan pengetahuan dari datadriven dan / atau mengharuskan kognitif domain dan menempatkannya dalam tangan orang-orang dalam hubungan mereka. Formulasi ilmiah ini merupakan hasil dari sebuah aplikasi impersonal decontextualized, aturan metodologis, tapi dia tanggung jawab orang di aktif, pertukaran komunal. Itu yang rasional merupakan hasil negosiasi. Untuk pemikir perkembangan sosial lebih lanjut dari metethory harus menjadi terutama priority. Banyak filsafati penyelidikan-termasuk filsafat ilmu-sehingga jatuh tunduk pada analisis konstruksionis sosial. Dalam beberapa tahun terakhir penyelidikan filsafat menjadi dasar pengetahuan ilmiah telah berkurang. Keyakinan asumsi empiris sebagian besar telah runtuh, dan tidak ada pesaing jelas (Bernstein, 1978). Penyelidikan tersebut telah digantikan oleh analisis historis. (1962/1970).Sejarah dan elaborasi yang membutuhkan perhatian dekat dengan proses pertukaran manusia dan feminin sadar akan hal ini. Untuk feminis,

orientasi empiris terhadap pengetahuan belum generally menjadi menyenangkan perspektif-advokasi seperti halnya manipulasi, penindasan, dan keterasingan dari satu keinginan untuk memahami (Jaeger, 1983). Selanjutnya, dari perspektif feminis, ilmu pengetahuan empiris tampaknya telah sering dipekerjakan oleh Maes untuk membangun pandangan perempuan yang berkontribusi terhadap penaklukan mereka (Bleier, 1984; Weisstein, 1971). Baik proses dan produk ilmu pengetahuan empiris telah demikian diserang. Akibatnya banyak kaum feminis telah mencari bentuk-bentuk alternatif pemahaman-baik ilmu pengetahuan dan manusia lain. Konstruksionisme, karena penekanannya pada dasar komunal pengetahuan, proses penafsiran, dan kepedulian dengan dasar-dasar valuational rekening ilmiah, telah menjadi alternatif yang menarik. Jadi, feminis telah menggunakan strategi kandidat dalam penelitian interpretif, mendokumentasikan pembangunan ilmiah gender, menunjukkan pragmatis menggunakan penyelidikan konstruksionis dan mengeksplorasi dasar-dasar untuk metateori konstruksionis. Namun, dari sudut pandang konstruksionis, baik konsep data pengalaman dan akal ditempatkan dalam pertanyaan. Dengan cara yang sama konstruksionisme, sosial tidak menawarkan "kebenaran melalui metode". Namun, para analis seperti Quine, Taylor, Honson dan Feyerabend telah menunjukkan, pesona tersebut keamanan merit. Previous diragukan adalah tanpa dasar yang kuat. Namun hal ini tidak berarti bahwa menjauhkan diri konstruksionisme metode investigasi. Apakah render pelaksanaan demistifikasi bentuk pemahaman yang ada, metode penelitian ini dapat digunakan untuk menghasilkan "objectifications" atau ilustrasi berguna dalam memajukan konsekuensi pragmatis pekerjaan seseorang. Dalam hal ini, akan terlihat bahwa hampir metodologi apapun dapat digunakan asalkan memungkinkan analis untuk mengembangkan kasus yang lebih menarik. Orang lain dapat tertarik karena kemurnian mereka, sensitivitas mereka untuk nuansa, atau kemampuan mereka untuk menggali secara mendalam.

KONSTRUKSI SOSIAL DAN PENDEKATANNYA DALAM PSIKOLOGI


Abstrak Konstruksi sosial dalam psikologi membaca kembali keadaan sosial secara kritis dan terperinci. Kajian ini mengkritik psikologi positivistic (mainstream). Positivistik dipandang terlalu mereduksi suatu kebenaran dalam fakta, dan melupakan nilainya. Tulisan ini akan menjelaskan konsep konstruksi sosial. PENDEKATAN POSITIVISTIK DAN KONSTRUKSIONISTIK SOSIAL DALAM ILMU SOSIAL

Pendekatan teoritis antara positivistik dan konstruksionistik sosial memiliki beberapa perbedaan. Positivis cenderung menilai adanya kebenaran yang obyektif mengenai realitas, sementara konstruksionis sosial percaya kebenaran sebagai cultural artifact. Gergen (1999) melihat adanya pemahaman yang salah dalam pendekatan positivistik. Beberapa hal yang menjadi masalah dalam kesalahan berpikir tersebut adalah ketidak berpihakan positivistik di dalam penelitian. Kenyataannya tidak pernah ada ilmu pengetahuan yang tidak berpihak. Dalam bukunya Social Construction of Reality, Berger dan Luckman menganggap bahwa unsur terpenting dalam konstruksi sosial adalah masyarakat, yang di dalamnya terdapat aturan-aturan atau norma, baik itu norma adat, agama, moral dan lain-lain. Hasil interaksi sosial membentuk pengetahuan bersama. Pengetahuan bersama yang dilakukan berulang-ulang berubah menjadi pembiasaan. Pembiasaan yang telah berlangsung memunculkan pengendapan dan tradisi, yang kemudian diwariskan ke generasi berikut dan dijaga kelestariannya oleh suatu lembaga

Konstruksi Sosial Realitas Menurut Berger dan Luckman Adalah Berger dan Luckman (1966) tokoh pertama yang menggunakan istilah konstruksi sosial. Konstruksi sosial yang ditawarkan oleh Berger dan Luckman ini dipengaruhi oleh konsep Fenomenologi, khususnya dari Alfred Schutz. Schutz menjelaskan tiga unsur pengetahuan yang membentuk pengertian manusia tentang masyarakat, yakni: dunia sehari-hari, sosialitas, dan makna (Novri Susan, 2003, dalam Rosyadi, 2008). Berdasakan kenyataan sosial yang ada, Berger dan Luckman menganggap bahwa unsur terpenting dalam konstruksi sosial adalah masyarakat, yang di dalamnya terdapat aturanaturan atau norma, baik itu norma adat, agama, moral dan lain-lain. Menurut Berger dan Luckman (1967), kenyataan

obyektif adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena yang memiliki keberadaannya berdasarkan interaksi individu dan masyarakat. Pendekatan Konstruksi Sosial di Dalam Psikologi Pemikiran Berger dan Luckman ini berpengaruh besar pada pemikir-pemikir sosial sesudah mereka, termasuk dalam kajian psikologis. Ilmu psikologi yang semakin positivistic berupaya menyederhanakan penelitian-penelitiannya ke dalam laboratorium, yang jauh dari realitas sosial yang sesungguhnya. Dalam psikologi, konsep konstruksi sosial yang memberikan nuansa pergerakan pembaharuan, menawarkan solusi atas kemandegan ilmu psikologi. Setidaknya konstruksi sosial dalam kajian psikologis berupaya memahami secara holistik what people do dan what people are. . Dari upaya konstruksionis psikolgi memahami what people do dan what people are, setidaknya menurut Burr (1995), ada empat karakter dasar konstruksi sosial yang dibutuhkan dalam penelitian psikologi, yakni Sikap kritis terhadap pengetahuan yang didapatkan dari kehidupan sehari-hari, Kekhususan sejarah dan budaya, Pengetahuan ditopang oleh proses social, Pengetahuan dan tindakan social berjalan bersama.

Psikologi Wacana dan Psikologi Naratif Studi mengenai wacana adalah menganalisis bagaimana bahasa dan simbolisasi ke dalam sebuah pemaknaan. Istilah wacana sendiri adalah sebuah arti yang disampaikan melalui kebudayaan yang mencakup percakapan, penulisan, komunikasi nonverbal, gambar, serta perumpamaan di dalam puisi dan seni (Parker, 1997). Psikologi wacana sendiri memfokuskan analisisnya untuk menjelaskan caracara terbentuknya dan berubahnya emosi, pikiran, dan sikap seseorang melalui peristiwa, percakapan, ataupun interaksi agar dapat menjelaskan proses tersebut dalam perubahan atau reproduksi sosial.

Setidaknya Parker menjelaskan perbedaan karakteristik psikologi yang bersifat postivistik dengan karakteristik psikologi wacana ke dalam tiga bagian. Pertama adalah mengenai variabilitas. Psikologi postivistik cenderung untuk mencari suatu konsistensi dari respons, atau serangkaian item-item pertanyaan atau tes yang saling terkait, Kedua adalah mengenai konstruksi. Psikologi positivistik memperlakukan individu seolah-olah mereka, secara prinsip, dapat dipisahkan dari kebudayaan, dan memperlakukan setiap proses mental individual seolah-olah terpisah dari kehidupan subyek. Psikologi wacana mencari makna dari bentuk, kata, ungkapan, argumentasi atau aspek-aspek lain dari bahasa yang tampaknya berbeda dan terkait erat dengan makna dan aktivitas lain. Ketiga adalah mengenai fungsi. Wacana tidak memberi suatu jendela yang jelas ke dalam pikiran individu atau dunia luar, seperti yang dipercaya oleh psikologi positivistik. Psikologi Kritis Konstruksi sosial di dalam pemahaman psikologi kritis adalah suatu bangunan yang tidak pernah lepas dari sejarah, peristiwa, dan kesepakatan. Psikologi kritis berupaya mempertanyakan realitas kebenaran yang terjadi, bagaimana, dan atas dasar apa kebenaran tersebut diterima (Spears, 1997). J Setidaknya ada enam hal utama yang diangkat dalam psikologi kristis (Fox & Prilleltensky, 1997), yaitu Penelitian dan pengetahuan, Definisi persoalan dan penyelesaiannya, Kehidupan yang baik, Masyarakat yang baik, Kekuasaan dalam hubungan ,dan Etika profesional. KESIMPULAN . Tendensi tentang kebenaran pun tidak bisa lagi dikatakan bahwa hanya yang melalui metodologi ilmiah, karena kebenaran pemahaman tentang sesuatu yang benar dapat muncul melalui spiritualitas, perasaan, keyakinan, interaksi, dsb., yang dalam keseharian kebenaran tersebut membaur dalam simbol dan nilai yang terus didiskusikan. Konstruksi sosial tidaklah membantah penelitian-penelitian yang telah ada, tetapi lebih mengajak peneliti, akademisi, dan ilmuwan untuk lebih kritis dalam memahami relitas sosial. Tegasnya, konstruksi sosial mengupas keadaan

orang banyak, secara sosial, sebagaimana adanya secara holistik dan konstektual (Hacking, 1999). Konstruksionis sosial berusaha memberikan pencerahan kepada peneliti-peneliti yang bekerja di dalam ilmu sosial untuk lebih peka lagi mengenai keadaan sosial yang tidak hanya menjelaskan fakta-fakta tetapi juga menjelaskan nilai atau makna apa yang terkandung pada suatu kejadian atau keadan.

RESUME JURNAL PSIKOLOGI SOSIAL

Disusun oleh :

Kelas C
Radhyan Hardhito (111011142) Rahmat Bagus Saputro (111011143) Nadia Parisa (111011144) Agustin Nurfianti (111011158) Febri Dwi Cahyani (111011163) Faiza Irsha (111011174) Ribka Mutiara (111011181) Linda Widi T. (111011184) Desta Miftachul Amin (111011187)

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga


2011

Anda mungkin juga menyukai