Anda di halaman 1dari 6

Kritik Terhadap Teori Psikologi Sosial 1

Disusun oleh: Kelas C Faiza Irsha A. 111011174

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga 2011

I.

Kritik Teori Interaksionis Simbolik (+) Teori ini mampu menjelaskan simbol-simbol interaksi secara lebih humanistik. Interaksionis Simbolik dapat membantu mempelajari bagaimana suatu simbol memiliki makna dan diterjemahkan sesuai kesepakatan. ( - ) Interaksi simbolik memiliki banyak implikasi-implikasi, sehingga teori ini paling sulit untuk disimpulkan.(Eric Harramin,2009). Banyak sumber yang menuliskan tentang teori interaksi simbolik namun tidak ada yang benar-benar sepaham dengan inti dari teori ini. Kecuali sepemahaman akan penentangan terhadap pandangan Behaviouristik. Teori interaksionis simbolik dianggap terlalu rumit dan kurang heuristik sehingga sulit dikaji melalui hipotesis. Interaksionis simbolik tidak mengakui adanya kekuasaan yang menimbulkan kelompok-kelompok mayoritas dan minoritas. Padahal dalam kenyataan hal tersebut benar-benar terjadi. Pengabaian Interaksionis simbolik terhadap emosi dari subjek yang diteliti, padahal hal ini juga berpengaruh pada penginterpretasian simbol. Inkonsistensi Teori Interaksionis Simbolik terhadap determinisme. Teori ini mengklaim bahwa manusia tidak memiliki banyak pilihan dan dalam memandang kehidupan hanya berdasarkan yang telah ditentukan.

II.

Kritik Teori Kognisi Sosial (+) Pada teori ini individu dapat memahami dirinya sendiri maupun orang lain dan Individu dapat memproses informasi-informasi yang datangnya dari luar. Pada teori ini individu dapat menjelaskan dirinya sendiri maupun orang lain.

Teori kognitif yang telah menciptakan perubahan besar pada psikologi sosial, tentang kebiasaan atau tingkah laku manusia kesopanan dan juga konsep diri masing- masing individu. ( - ) Kognisi sosial kurang memeperhatikan aspek kognisi individual yang sebenarnya merupakan bagaian dari kognisi sosial. Mengabaikan faktor-faktor lain sebagai determinan perilaku, seperti afeksi Konsep individual dan social diidentifikasi sebagai kategori yang terpisah sehingga dapat dimanipulasi dalam eksperimen III. Kritik Teori Pertukaran Sosial (+) Kekuatan teori ini adalah melibatkan kegunaan dari teori ini dalam memandang dan menilai risiko dalam suatu hubungan interpersonal tergantung pada jenis hubungan serta tingkat saat pengungkapan diri dan keintiman di dalamnya. Teori ini akan memberikan keuntungan apabila perilaku seseorang muncul karena sudah adanya perhitungan. ( - ) Pertukaran sosial cenderung menganggap individu bersifat pasif dimana hanya bergantung terhadap perubahan sosial yang berasal dari luar. (mengesampingkan free will) Teori ini hanya menekankan pada perilaku yang dapat diamati oleh indra Dalam teori ini, manusia dipandang sebagai a rational calculator sehingga mengabaikan proses-proses afeksi yang ada Inti teori ini hanya berupa cost (pengorbanan), reward, dan profit (keuntungan). Kenyataannya ada saat dimana kita tidak dapat menolak jalinan suatu hubungan sehingga kita harus mau beradaptasi apapun resikonya. Teori Pertukaran Sosial berbicara hanya tentang diri kita, dan apa keuntungan yang kita dapatkan dalam sebuah hubungan, padahal kita juga ikut bergembira jika orang lain gembira (solidaritas kelompok). Teori ini terlalu memperhitungkan untung dan rugi. Hitungan antara untung dan rugi tiap individu itu berbeda-beda. Dalam perhitungan

untung dan rugi tiap-tiap individu belum tentu mengharapkan imbalan, semua tergantung dari individu itu sendiri.

IV.

Kritik Teori Peran (+) Pada teori peran apa yang dilakukan oleh individu merupakan pemahaman bersama jadi semua tidak tergantung pada perseorangan namun berdasarkan kesepakatan. Di mana dalam teori peran ini sendiri, individu memiliki perannya masing-masing yang selalu di dukung oleh peran dari pihak yang lainnya. (-) Teori Peran kurang memandang kreativitas individu karena hanya mengaggap individu sebatas melaksanakan tugas yang menjadi perannya. Tidak ada eksplorasi diri lebih lanjut. Teori ini hanya memandang fungsi keperanan dari kacamata tuntutan sosial atau harapan orang lain mengenai peran kita, sehingga individu dipandang pasif. Proses sosialisasi dalam teori ini tidak komprehensif karena tidak membahas konflik peran. Teori ini memandang peran manusia yang terpisah-pisah yang dijalankan pada komunitas yang berbeda. Teori ini hanya mampu menjelaskan social confirmity namun tidak dapat menjelaskan kebijakan publik yang harus ditaati.

V.

Kritik Teori Konstruksi Sosial (+) Mampu memberikan pandangan tentang fenomena sosial secara holistik. Menentang positivistik tentang penelitiannya yang selalu free culture, padahal situasional juga ikut berpengaruh. Konstruksi sosial memahami makna dan nilai yang menjadi sebuah pengetahuan bersama dalam masyarakat secara spesifik. Konstruksionis sosial percaya kebenaran sebagai cultural artifact Kebenaran diperoleh melalui nilai dan makna yang ada di masyarakat.

Konstruksionis beranggapan bahwa ide yang menyebabkan atau yang memberikan akibat tidak bisa diamati sekedar sebab yang menyebabkan akibat tetapi sebab yang melibatkan proses sebelum menjadi akibat. Konsep konstruksi sosial yang memberikan nuansa pergerakan pembaharuan, menawarkan solusi atas kemandegan ilmu psikologi. Adanya unsur terpenting dalam konstruksi sosial yaitu masyarakat yang di dalamnya terdapat aturan-aturan atau norma yang menghasilkan struktur sosial. ( - ) Teori Konstruksi kurang memperhatikan aspek pembelajaran individu, tetapi memfokuskan pengetahuan publik terhadap berbagai displin ilmu. Dengan adanya subjektifitas dalam teori konstruksi sosial, maka tidak akan diperoleh pengetahuan yang seragam dan universal. Kontruksi sosial atas realitas sosial berlangsung lambat sehingga membutuhkan waktu yang lama Bersifat spasial dan Berlangsung secara hierarkis vertikal

VI.

Kritik Teori Psikologi Kritis (+) Selalu mempertanyakan kembali tentang realitas kebenaran. Mengkonstruksi kembali teori-teori dengan tidak melihat apa terjadi tapi bagaimana terjadinya hal tersebut Lebih memperhatikan masyarakat secara luas. Tidak hanya yang

mementingkan golongan yang kuat namun juga memperhatikan golongan yang lemah yaitu masyarakat yang tertindas. ( - ) Adanya subyektifitas pada masing-masing individu karena pemahaman tiap-tiap orang berbeda-beda mengenai masyarakat yang tertindas. Psikologi kritis selalu mempertanyakan apa yang melatarbelakangi sesuatu, padahal tidak semua itu dapat dipertanyakan, ada hal-hal yang terjadi di luar logika kita.

DAFTAR PUSTAKA

Gumilar Center, Social Exchange Theory. Diakses tanggal 15 April 2011, dari http://www.gumilarcenter.com/Makalah/SocialExchangeTheory.pdf. pukul 11.00 Harrmain,M.Erik.2009.Teori Interaksionis Simbolik.Jakarta:Universitas Sahid James A. Wiggins, Beverly B. Wiggins, James Vander Zanden. 1994. Social Psychology. Fifth Edition.McGraw-Hill, Inc. Rosyadi,Arwan.2010. Jurnal Teori Konstruksi Sosial Peter L.Berger. Surabaya Kurnis,Ahmad.2010.Sejarah Teori Interaksionis Simbolik.diakses pada tanggal 15 april 2011 darihttp://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/08/sejarah-teori-interaksi-simbolik.html pukul 12.41 Patters,Reiza.2010.Teori Pertukaran Sosial.Diakses pada tanggal 15 April 2011 dari http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/16/teori-penetrasi-sosial/ pukul 12.41 Soeprapto, Riyadi. 2007. Teori Interaksi Simbolik. Averroes Community Membangun Wacana Kritis Rakyat. Diakses pada tanggal 15 April 2011, Melalui http://www.averroes.or.id/research/teori-interaksionisme-simbolik .html

Anda mungkin juga menyukai