NIM :C3A023007
Teori sosial adalah kumpulan ide terkait yang menyusun pengetahuan tentang dunia
sosial, seperti cerita sistematis yang menjelaskan cara kerja dan mengapa suatu aspek sosial
berfungsi. Teori ini tidak tetap dan terus berkembang, membantu kita memahami dunia
dengan lebih baik dan berkomunikasi efektif. Dalam kehidupan sehari-hari, teori sosial sering
muncul secara implisit dalam berita atau laporan televisi. Meskipun kompleks dan abstrak,
prinsip kesederhanaan membantu membentuk teori yang baik, tanpa unsur yang berlebihan.
Penelitian yang baik menggabungkan teori dan penelitian dengan baik, mempertajam
pemikiran dan membuatnya lebih mudah dipahami. Sebaliknya, penelitian yang lemah sering
ditandai oleh teori yang tidak jelas atau kurang lengkap.
Teori sosial adalah kumpulan ide yang saling terhubung untuk menjelaskan cara kerja
dan alasan di balik aspek-aspek dunia sosial. Ini seperti cerita sistematis yang membantu kita
memahami dan menyusun pengetahuan tentang masyarakat. Teori sosial berubah seiring
waktu dan membantu kita memahami kompleksitas kehidupan sosial. Di sisi lain, ideologi
adalah sistem keyakinan berbasis iman atau nilai-nilai tertentu. Ideologi lebih seperti
pandangan dunia yang mencakup keyakinan tentang apa yang seharusnya terjadi atau benar
menurut nilai-nilai tertentu. Ideologi tidak selalu didukung oleh uji empiris dan cenderung
kurang fleksibel daripada teori sosial. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa teori
sosial lebih terbuka terhadap uji coba dan pembaruan berdasarkan bukti baru, sementara
ideologi cenderung memegang keyakinan tanpa mempertimbangkan fakta yang mungkin
bertentangan. Teori sosial membantu kita memahami dunia sosial dengan cara yang lebih
fleksibel dan terbuka untuk penemuan baru.
Asumsi: Asumsi adalah pernyataan tentang sifat suatu hal yang tidak dapat kita amati
atau tidak dievaluasi secara empiris. Dalam ilmu sosial, kita membuat asumsi tentang sifat
manusia, realitas sosial, atau fenomena tertentu. Ada asumsi latar belakang yang harus ada
agar penelitian dapat dilanjutkan, misalnya dalam teori tentang prasangka rasial.
Konsep: Konsep adalah bahan dasar dari teori. Ini adalah ide yang dapat kita
ungkapkan sebagai simbol atau kata-kata. Contohnya adalah konsep tinggi, yang bisa
diungkapkan dalam simbol "h". Konsep-konsep ini membentuk bahasa khusus dalam ilmu
sosial, seperti jargon. Mereka membantu kita menggambarkan dan menganalisis dunia sosial
dengan lebih efisien. Konsep bisa sederhana seperti tinggi atau kompleks seperti prasangka
rasial, dan penting untuk mendefinisikan mereka dengan jelas dan secara logis untuk
memajukan pengetahuan dan pemahaman kita.
Selain dari tingkat kekonkretan hingga keabstrakan dan jenis variabel atau non-
variabel, konsep dapat dikategorikan sebagai sederhana atau kompleks. Konsep sederhana
hanya memiliki satu dimensi dan bervariasi sepanjang satu kontinum. Konsep kompleks
memiliki banyak dimensi atau banyak bagian. Konsep kompleks dapat dipecah menjadi
beberapa konsep sederhana. Sebagai contoh, konsep kompleks demokrasi memiliki tiga
dimensi: pemilihan bebas, badan legislatif terpilih, dan kebebasan berekspresi dan
berkumpul.
Tipe konsep kompleks termasuk ideal type, tipe klasifikasi, dan tipe klasifikasi tipe.
Ideal type adalah model abstrak yang mencoba mendefinisikan inti dari suatu fenomena. Tipe
klasifikasi membantu mengorganisir konsep-konsep abstrak dan dapat berupa tipologi atau
taksonomi. Sebagai contoh, tipologi deviansi Merton membedakan konformitas dari beberapa
jenis deviansi berdasarkan penerimaan atau penolakan terhadap tujuan masyarakat dan
penggunaan sarana yang disetujui sosial. Klasifikasi konsep membantu memahami dan
menjelaskan realitas sosial dengan cara yang lebih terorganisir dan sistematis.
Lingkup (Scope): Konsep-konsep memiliki variasi dalam hal lingkup. Ada yang
sangat sempit, hanya berlaku untuk pengaturan atau aktivitas sosial tertentu, dan ada yang
sangat luas, berlaku untuk banyak pengaturan atau aktivitas secara umum. Konsep sempit
cenderung lebih konkret dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, sementara konsep luas
cenderung lebih abstrak dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks.
Contoh Konsep Sempit: "Football hooliganism" yang merujuk pada kekerasan oleh
penggemar sepak bola Inggris dan sebagian penggemar sepak bola Eropa lainnya. Konsep ini
terbatas pada waktu dan lokasi tertentu.
Contoh Konsep Luas: "Partisipasi sosial" atau "kehangatan emosional" yang berlaku dalam
berbagai konteks dan waktu. Konsep ini lebih abstrak dan tidak terbatas pada situasi atau
lokasi tertentu.
Hubungan: Teori sosial tidak hanya berisi asumsi dan konsep, tetapi juga
menentukan hubungan antara konsep-konsep tersebut. Hubungan ini dapat kuat atau lemah,
langsung atau tidak langsung, positif atau negatif. Teori memberikan gambaran lengkap
tentang mengapa hubungan tertentu ada atau tidak ada.
Jenis Hubungan:
Proposisi dan Hipotesis: Teori sosial mengandung proposisi tentang hubungan antar
konsep. Proposisi adalah pernyataan teoritis tentang bagaimana dua atau lebih faktor atau
konsep terkait satu sama lain. Hipotesis adalah versi yang dapat diuji secara empiris dari
proposisi, yang dapat diuji melalui penelitian untuk mengetahui apakah sesuai dengan bukti
empiris atau tidak.
Unit Analisis: Dalam teori sosial, konsep-konsep diterapkan pada berbagai unit analisis,
seperti individu, kelompok, organisasi, atau negara. Sebagai contoh, konsep agresi dapat
diterapkan pada anak, kelompok olahraga, perusahaan, atau negara. Peneliti harus memilih
dan menyesuaikan konsep dengan unit analisis yang spesifik saat merancang studi.
Aspek-aspek ini membantu menyederhanakan dan menjelaskan cara teori sosial diterapkan
dalam penelitian.
Aspek teori
Arah pemikiran dalam pembangunan dan pengujian teori mengacu pada pendekatan yang
diambil ketika membangun dan menguji teori. Ada dua arah utama:
1. Pemikiran Deduktif:
o Mulai: Dimulai dengan pemikiran abstrak atau proposisi teoretis yang secara
logis menghubungkan ide.
o Proses: Bergerak dari konsep atau proposisi abstrak ke bukti konkret.
o Contoh: Hipotesis kontak, yang dimulai dengan proposisi teoretis bahwa
kurangnya kontak dengan kelompok luar akan menghasilkan stereotip negatif.
Para peneliti kemudian menguji hipotesis ini dengan memeriksa bukti konkret
tentang kontak sosial dan sikap.
2. Pemikiran Induktif:
o Mulai: Dimulai dengan pengamatan khusus dari bukti empiris.
o Proses: Merenungkan pengamatan dan bergerak menuju pemikiran yang lebih
abstrak.
o Contoh: Teori berbasis data (grounded theory), di mana para peneliti
mengembangkan ide-ide teoretis dari awal berdasarkan data empiris. Sebagai
contoh, dalam studi tentang pedagang kaki lima di Kota New York, peneliti
mengamati dan mengumpulkan data sebelum merumuskan pemahaman
teoretis.
Secara praktis, peneliti sering menggunakan kombinasi pendekatan deduktif dan induktif
pada tahap-tahap yang berbeda dalam studi mereka. Pemikiran deduktif dimulai dengan teori
dan bergerak ke bukti, sementara pemikiran induktif dimulai dengan pengamatan dan
bergerak ke pembangunan teori. Grounded theory adalah bentuk khusus pemikiran induktif
yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif.
Tingkatan Sosial
Tingkat Analisis Sosial itu seperti tingkatan ketika kita lihat masalah atau kejadian sosial.
Ada tiga tingkatan:
1. Mikro Level: Ini seperti melihat hal-hal kecil, seperti cara beberapa orang
berinteraksi dalam situasi kecil, misalnya, percakapan singkat di restoran cepat saji.
2. Meso Level: Ini di tengah-tengah, fokusnya lebih besar daripada hal kecil tapi tidak
sebesar keseluruhan masyarakat. Contohnya, mungkin kita lihat bagaimana sebuah
organisasi atau kelompok sosial tertentu beroperasi.
3. Makro Level: Ini seolah-olah kita melihat masalah atau pola besar yang melibatkan
banyak orang atau bahkan seluruh masyarakat. Misalnya, bagaimana hubungan antara
kekuatan imperialis Eropa dan Tiongkok pada suatu waktu.
Teori Substansial: Fokusnya pada topik tertentu dan lebih mudah diterapkan pada
situasi khusus.
Teori Formal: Lebih abstrak, berbicara tentang konsep yang lebih besar, namun
perlu diubah agar sesuai dengan situasi tertentu.
Jadi, tingkat analisis membantu kita melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda
tergantung seberapa besar atau seberapa kecil hal itu kita amati.
Bentuk Penjelasan
Bentuk penjelasan dapat dibagi menjadi dua: penjelasan teoritis dan penjelasan biasa.
Penjelasan teoritis itu seperti memberikan alasan logis mengapa sesuatu terjadi, dengan
menghubungkan prinsip umum atau konsep-konsep bersama. Penjelasan biasa itu lebih
seperti membuat sesuatu menjadi jelas atau memperjelas dengan cara yang mudah dimengerti
oleh orang lain. Seringkali, orang keliru antara prediksi dan penjelasan. Prediksi itu seperti
mengatakan bahwa sesuatu akan terjadi, sementara penjelasan menghubungkan apa yang
terjadi dengan prinsip umum atau konsep lebih besar untuk menjawab pertanyaan mengapa
sesuatu terjadi. Contoh sederhana bisa diambil dari perjudian. Jika saya bisa memprediksi
dengan akurat kartu berikutnya atau angka pada roda roulette di kasino, itu memang hebat.
Namun, lebih menarik untuk menjelaskan cara saya melakukan prediksi tersebut.
Ada tiga bentuk penjelasan teoritis menurut fisikawan pemenang Nobel Steven
Weinberg: penjelasan kausal (menghubungkan peristiwa satu dengan yang lain), penjelasan
struktural (menggambarkan pola atau struktur di balik peristiwa), dan penjelasan interpretatif
(memberikan makna atau pemahaman tentang peristiwa tersebut). Semua bentuk penjelasan
ini menghubungkan kasus khusus dengan prinsip umum atau konsep. Penjelasan penyebab
dan akibat adalah cara untuk menunjukkan hubungan antara konsep atau variabel. Kita
menggunakan penjelasan ini dalam bahasa sehari-hari, seperti mengatakan bahwa kemiskinan
menyebabkan kejahatan atau moral masyarakat yang melemah menyebabkan peningkatan
perceraian. Para ilmuwan sosial berusaha menjadi lebih tepat ketika membahas hubungan
sebab-akibat dan mencoba memahami bagaimana proses sebab-akibat tersebut bekerja.
Ada tiga hal yang dibutuhkan untuk membuktikan sebab-akibat: urutan waktu,
asosiasi empiris, dan eliminasi alternatif mungkin. Urutan waktu berarti penyebab harus
terjadi sebelum efeknya. Asosiasi berarti dua fenomena terjadi bersama-sama atau tampaknya
saling berhubungan. Eliminasi alternatif berarti kita harus menunjukkan bahwa efeknya
disebabkan oleh variabel penyebab, bukan oleh sesuatu yang lain. Selain itu, spesifikasi
mekanisme kausal dan menguraikan rantai kausal juga diperlukan untuk penjelasan yang
lengkap. Sebagai contoh, kita bisa menyatakan bahwa orang yang memiliki pendidikan
formal tinggi mengekspresikan sikap kurang prejudis. Namun, untuk membuktikan sebab-
akibat, kita perlu menjelaskan mengapa dan bagaimana pendidikan menyebabkan
pengurangan prasangka. Ini melibatkan pengidentifikasian mekanisme kausal, seperti sumber
daya sosial yang lebih banyak bagi orang yang memiliki pendidikan tinggi.
Jika kita menemukan hubungan antara dua variabel, seperti kelas sosial dan
kesehatan, itu mungkin menunjukkan adanya asosiasi. Namun, untuk membuktikan sebab-
akibat, kita perlu menunjukkan bahwa kelas sosial adalah penyebab langsung dari kesehatan,
bukan karena sesuatu yang lain. Ini melibatkan pengujian setiap langkah dari rantai kausal,
seperti apakah tingkat pengangguran meningkatkan frustrasi, dan apakah orang yang frustrasi
lebih cenderung menjadi kasar terhadap anggota keluarga. Diagram hubungan sebab-akibat
membantu kita menggambarkan dan menjelaskan bagaimana satu variabel memengaruhi
variabel lainnya. Diagram dapat berupa kata-kata, gambar, atau kombinasi keduanya.
Penggunaan diagram membuat hubungan sebab-akibat menjadi lebih jelas dan mudah
dipahami.
Penjelasan struktural berfokus pada bagaimana suatu proses, peristiwa, atau faktor
sosial tertentu berada dalam suatu struktur yang lebih besar. Struktur ini dapat berupa jaring
laba-laba, roda dengan sebatang, atau mesin dengan bagian yang saling terhubung. Penjelasan
struktural menjelaskan kehidupan sosial dengan mencatat bagaimana satu bagian cocok
dalam struktur yang lebih besar.
Terdapat tiga jenis teori utama yang menggunakan penjelasan struktural, yaitu teori
sekuensial, teori jaringan, dan teori fungsional. Teori sekuensial menekankan urutan atau
rangkaian kejadian, teori jaringan menjelaskan hubungan sosial dalam hal penempatan dalam
jaringan, dan teori fungsional menjelaskan kehidupan sosial dengan menunjukkan bagaimana
satu bagian cocok dalam struktur yang lebih besar. Semua ini membantu kita memahami dan
menjelaskan kompleksitas hubungan sebab-akibat dalam masyarakat.
"Dinamika Duo" merujuk pada hubungan dinamis antara teori dan penelitian dalam
bidang ilmu sosial. Teori memainkan peran krusial dalam membimbing dan membentuk
proses penelitian. Ini memberikan konsep, asumsi, dan arahan untuk menjelajahi pertanyaan-
pertanyaan penting, membantu peneliti memahami data dan melihat signifikansi lebih luas
dari temuan mereka. Tanpa teori, para peneliti mungkin menghadapi tantangan dalam
merancang studi, mengumpulkan data yang relevan, dan merumuskan argumen yang jelas.
Teori diibaratkan sebagai alat yang memungkinkan peneliti melihat seluruh hutan daripada
hanya fokus pada pohon-pohon individual. Ini membingkai bagaimana suatu topik diselidiki
dan membantu peneliti menjalin hubungan antar elemen yang berbeda. Peran teori dapat
bervariasi dalam jenis penelitian yang berbeda. Meskipun menjadi pusat dalam penelitian
dasar-eksplanatif, teori kurang menonjol dalam penelitian terapan-deskriptif. Dalam
penelitian deskriptif, teori mungkin memiliki peran tidak langsung, memperhalus konsep,
mengevaluasi asumsi, dan menguji hipotesis secara tidak langsung. Teori tidak bersifat statis;
itu bersifat sementara dan terbuka untuk revisi. Kemajuan teori terjadi melalui interaksi
berkelanjutan dengan temuan penelitian. Komunitas ilmiah memperbaiki teori berdasarkan
hasil empiris, baik dengan mengonfirmasi, memperluas, atau memodifikasinya. Proses ini
melibatkan pengujian proposisi inti dan prinsip-prinsip sentral, dengan beberapa bagian teori
memperoleh kepercayaan melalui penelitian empiris. Pembuatan teori dapat mengikuti
pendekatan deduktif atau induktif. Dalam pemikiran deduktif, teori membimbing desain studi
dan interpretasi hasil, sementara dalam pemikiran induktif, teori berkembang dari bawah ke
atas seiring dengan pengumpulan dan analisis data. Relevansi teori terletak pada
kemampuannya untuk memberikan penjelasan fenomena. Teori-teori yang berbeda
menawarkan penjelasan yang berbeda, mengungkapkan beragam cara dunia beroperasi. Studi
dapat mengevaluasi, memperluas, atau menantang teori-teori yang ada, menunjukkan
interaksi dinamis antara teori dan penelitian dalam memajukan pemahaman kita tentang
fenomena sosial.