Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sofia Aziza Al-ghiffari

NIM : 042161925

Mata Kuliah : Logika

SESAT PIKIR

Pada pemikiran awam sering ketika mendengar istilah sesat pikir dipahami sesuatu yang
mengerikan karena segera dijumbuhkan dengan kekacauan. Namun dalam pandangan logika
sesat pikir itu bisa terjadi karena dalam penarikan kesimpulan terdapat kaidah-kaidah logis yang
dilanggar, hal itu kemudian akan membawa kepada suatu kesimpulan yang sesat. Sesat pikir
dalam pandangan logika berarti sebuah kesalahan logika.

A. Definisi Sesat Berfikir

Sesat pikir adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah,
dan menyesatkan, suatu gejala berfikir yang salah yang disebabkan oleh pemaksaan prinsip-
prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya. Kesesatan merupakan bagian dari logika, di
mana beberapa jenis kesesatan penalaran dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis.
Kesesatan terjadi karena dua hal:

1. Ketidaktepatan bahasa: pemilihan terminology yang salah


2. Ketidaktepatan relevansi: pemilihan premis yang tidak tepat yaitu membuat premis dari
proposisi yang salah. Proses kesimpulan premis yang caranya tidak tepat, premisnya
tidak berhubungan dengan kesimpulan yang dicari.

B. Klasifikasi Pelaku sesatpikir

Dalam pembahasan terkait kesesatan berpikir, Ada dua pelaku, yaitu Sofisme dan
Paralogisme.

1. Sofisme

Sofisme adalah sesat pikir yang sengaja dilakukan untuk menyesatkan orang lain, padahal si
pemuka pendapat sendiri tidak sesat, disebut demikian karena yang pertama-tama
mempraktekan adalah kaum sofis, nama suatu kelompok cendekiawan yang mahir berpidato
pada zaman Yunoni kuno. Mereka selalu berusaha mempengaruhi khalayak ramai dengan
argumentasi-argumentasi yang menyesatkan yang disampaikan melalui pidato-pidato agar
terkesan kehebatan mereka sebagai orator-orator ulung.

2. Paralogisme

Paralogisme adalah pelaku sesat pikir yang tidak menyadari akan sesat pikir yang
dilakukannya. Fallacy sangat efektif dan manjur untuk melakukan sejumlah aksi amoral, seperti
mengubah opini public, memutar balik fakta, pembodohan publik, provokasi sektarian,
pembunuhan, karakter, memech belah, menghindari jerat hukum, dan meraih kekuasaan, janji
palsu dan meraih kekuasaan. Begitu banyak manusia yang terjebak dalam lumpur fallacy,
sehingga diperlukan sebuah aturan baku yang dapat memandunya agar tidak terperosok dalam
sesat pikiran yang berakibat buruk terhadap pandangan duniannya. Seorang yang berfikir tapi
tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti berfikr benar, dan bahkan bisa mempengaruhi orang
lain yang juga tidak mengikuti aturan berfikir yang benar karena itu, al Quran seringkali mencela
bahwa, “sebagian besar manusia tidak berakal, tidak berfikir dan sejenisnya”

C. Sumber-Sumber Kesesatan

Surajiyo (2009: 107) mengemukakan sumber kesesatan dapat terjadi di dalam logika deduktif,
dan logika induktif. Di dalam logika deduktif, kita dengan mudah memperoleh kesesatan karena
adanya kata-kata yang disebut homonim, yaitu kata yang memiliki banyak arti yang didalam
logika disebut kesalahan semantik atau bahasa. Salah satu hal itu dapat pula disebut
ambiguitas. Adapun untuk menghindari ambiguitas dapat dengan berbagai cara, misalnya
menunjukkan langsung adanya kesesatan semantik dengan mengemukakan konotasi sejati.
Memilih kata-kata yang hanya arti tunggal, menggunakan wilayah yang tepat, apakah konotasi
subjektif yang berorientasi khusus atau objektif yang bersifat universal atau partikular. Dapat
juga dengan konotasi subjektif yang bertujuan khusus atau objektif yang objektif.

Kesesatan di dalam logikan induktif dapat dikemukakan seperti prasangka pribadi, pengamatan
yang tidak lengkapatau kurang teliti, kesalahan klasifikasi atau penggolongan karena
penggolongannya tidak lengkap atau tumpang tindih maupun masih campur aduk. Kesesatan
juga dapat terjadi pada hipotesis karena suatu hipotesis pihak yang meragukan dan
bertentangan dengan fakta. Kemudian yang berkaitan dengan sebab adalah post hoc propler
hoc, anteseden yang tidak cukup, dan analisis yang perbedaannya tidak cukup meyakinkan.
Tidak cukup perbedaannya itu menjadikan suatu kecenderungan homogen, masihj pula
terdapat kebersamaan yang sifatnya kebetulan. Kesesatan juga terjadi karena generalisasi
yang tergesa-gesa, atau analogi yang keliru.

D. Berbagai Jenis Sesat pikir

Menurut para ahli logika sesatpikir ini di bedakan menjadi tiga jenis sesatpikir, yaitu :

1. Sesatpikir Formal

Sesatpikir Formal adalah kekeliruan penalaran berdasarkan bentuk atau sering di sebut
sesatpikir menurut logika. Sesatpikir ini banyak ragamnya, salah satu misalnya “mengiyakan
suatu pilihan dalam suatu susunanpikir pengatauan yang merangkum".

2. Sesapikir Verbal verbal

Sesatpikir Verbal adalah kekeliruan penalaran berdasarkan kata-kata, yakni berhubungan


dengan penggunaan yang salah dari suatu kata dan dikenal juga sebagai sesatpikir arti
kata.Sesat piir ini banyak ragamnya, salah satu misalnya "Susunanpikir terdiri atas 4 konsep".
Aturannya 3 konsep, tetapi konsep pembandinnya bermakna sama. ketiga konsep itu yaitu
konsep sebagai subjek konsep sebagai predikat dan kesimpulan.

3. Sesatpikir Material

Sesatpikir Material adalah kekeliruan penalaran berdasarkan isi, yaitu menyangkut kenyataan -
kenyataan yang sengaja atau tidak sengaja disesatkan. Sesatpikir ini banyak ragamnya,
salahsatu misalnya "Perumuman yang tergesa - gesa"

E. Strategi Menghindari Sesat Pikir

Istilah strategi adalah suatu akal pikiran untuk mencapai sesuatu yang dimaksud. Strategi di
sini, diartikan sebagai akal pikiran untuk menghindari penalaran yang tidak logis atau salah
arah, menjadi penalaran untuk mencapai sesuatu yang dimaksud.
Salah satu strategi menghindari sesat pikir, yaitu dengan menghindari sumber penyebabnya.
Sumaryono (1999: 21) dan Surajiyo (2009: 115) mendeskripsikan sesat pikir pada hakikatnya
merupakan jebakan bagi proses penalaran kita. Seperti halnya rambu-rambu lalu lintas
dipasang sebagai peringatan bagi para pemakai jalan di bagian-bagian yang rawan kecelakaan,
maka rambu-rambu sesat pikir yang ditawarkan kepada kita agar kita jeli dan cermat terhadap
kesalahan-kesalahan dalam menalar, juga agar kita mampu mengidentifikasi dan menganalisis
kesalahan-kesalahan tersebut sehingga mungkin kita akan selamat dari penalaran palsu

Oleh Karena itu, untuk menghindari kesesatan penalaran dengan hati-hati terhadap sumber-
sumber sesat pikir misalnya dengan menghindari kesalahan semantik atau bahasa, senantiasa
melakukan penyimpulan sesuai ketentuan silogisme yang benar, dan kritis terhadap setiap
argumen. Dalam hal ini, peneliti terhadap peran bahasa dan penggunaannya merupakan hal
yang sangat penting dan penting. Realisasi keluwesan dan keanekaragaman penggunaan
bahasa dapat dimanfaatkan untuk memperoleh konklusi yang benar dari sebuah argumen.

Sesat pikir karena ambiguitas kata atau kalimat terjadi secara sangat “halus”. Banyak kata yang
menyebabkan kita mudah tergelincir karena banyak kata yang memiliki rasa dan makna yang
berbeda-beda. Untuk mewujudkan kejadian tersebut, kita harus mengupayakan agar setiap
kata atau kalimat memiliki makna yang tegas dan jelas. Untuk itu kita harus dapat
mendefinisikan setiap kata atau istilah yang dipergunakan.

Sumbe Refrensi :

BMP Logika / ISIP4211 Oleh Bapak Noor Muhsin Bakry dan Bapak Sonjoruri Budiani Trisakti

http://firman25.blogspot.com/2013/09/sesat-pikir.html?m=1

http://harryfaisalri.blogspot.com/2017/07/makalah-logika-kesesatan-berfikir.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai