CSR
Interaksi bisnis biarlah diserahkan pada hukum pasar, seperti dikatakan oleh
Adam Smith bahwa kinerja pasar akan mengatur setiap transaksi ekonomi untuk
155
Adam Smith, an Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nation (The Edwin
Cannan Edition), (New York: The Modern Library, 1965) hlm 456, Dikutip dari Fadia Fitriyanti dan
Mukti Fajar N.D, Pengawasan Pemerintah Terhadap Kewajiban Corporate Social Responsibility Di
Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Pada PT. Telkom dan PT. Sari Husada), Jurnal Media Hukum,
Vol 15, No 2, 2008, hlm 215
89
bisnis yang terlalu bebas justru seringkali menciptakan dampak negatif seperti
John Maynard Keynes (1883-1946). Ia adalah seorang ahli ekonomi Inggris yang
mengatakan bahwa fungsi Negara sebagai regulator dalam sistem pasar harus
dikuatkan. Negara harus diberi otoritas penuh sebagai wasit dalam pasar bebas
dan pengawas distribusi barang jasa diilhami oleh pemikiran tersebut, Presiden
ditimbulkan.
a. Pendekatan Konsep
156
Fadia Fitriyanti & Mukti Fajar N.D, Pengawasan Pemerintah ... Ibid., hlm 215
157
Ibid.
90
Prinsip dan kedaulatan negara inilah yang menjadi salah satu teori
dan penjelasan pasal 74 UUPT yang diajukan oleh para pelaku usaha yaitu:158
(IWAPI);
Presiden Direktur;
5. PT. Apac Centra Centertex, Tbk, yang diwakili oleh Benny Soetrisno
6. PT. Kreasi Tiga Pilar, yang diwakili oleh Febry Latief Selaku Presiden
tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) yang diatur didalam Pasal 74
158
Firdaus, Corporate Social Responsibilty Dalam Tafsir Konstitusi. Dikutip dari
https://media.neliti.com/media/publications/229142-none-509b5790.pdf
91
mempunyai persoalan yang mengandung ketidakpastian dan diskriminatif.
etis, moral dan voluntary atau biasa disebut juga sebagai beyond legal
compliance.
4. Rumusan maksud dan tujuan TJSL dari Pasal 74, dinilai tidak akan
Undang.
33 ayat (4) UUD 1945 dan bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1), Pasal
28I ayat (2), dan Pasal 33 ayat (4) UUD 1945. Sehingga pada akhirnya
159
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 53/PUU-VI/2008 perihal “Pengujian Pasal 74 dan
Penjelasan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Angka 32
92
sebatas formalitas belaka yang pada akhirnya akan menimbulkan sifat
ketergantungan.160
tersebut dan menyatakan bahwa Pasal 74 UUPT tidak bertentangan dengan Pasal
28D ayat (1) jo Pasal 28I ayat (2) jo Pasal 33 ayat (4) UUD 1945. Dikatakan oleh
untuk mengatur dan menerapkan TJSL dengan suatu sanksi, dan hal ini adalah
benar karena:
kewajiban hukum yang oleh kepentingan bisnis dapat disikapi dengan “to
evade). Seseorang yang dihadapkan pada hukum yang tidak adil berakibat
sebagai perintah atau kebijakan negara. tidak ada kesejajaran antara yang
cooperate);
alam bukan saja menuntut untuk ditaati, tetapi menuntut kerja sama antara
pemangku kepentingan;
kesehatan dan keselamatan pada tingkatan tinggi, oleh sebab itu dituntut
adanya kepatuhan moral dan spirit untuk berkerjasama dan bukan sekedar
sekarang maupun pada masa yang akan datang (just saving principle).
94
4. Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan di Indonesia telah sampai
maupun yang akan datang. Oleh sebab itu, peranan negara hak menguasai
atas bumi, air, udara, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya,
bahkan diabaikan;
95
lingkungan dimana tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan
7. Pasal 74 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) beserta penjelasannya dalam
sejalan dengan prinsip CSR yang bersifat etis, moral, dan sukarela
undangan sektoral dengan sanksi yang cukup ketat. Oleh karena itu
bertentangan dengan pasal 28 ayat (1) UUD 1945; bahwa terdahap alasan
96
pengujian ini, mahkamah berpedapat dan mempertimbangkan sebagai
berikut:
dilandasi dari adanya kondisi sosial dan lingkungan yang rusak pada
b. Bahwa CSR pada mulanya lahir di Inggris dan eropa yang bersifat
hukumnya sendiri yang tidak tergantung pada hukum dan budaya yang
berlaku di negara lain. Tentu ada alasan tersendiri mengapa CSR yang
97
Inggris di ikat dengan kode etik usaha, selain itu perusahaan telah
menegakkan CSR;
nilai-nilai moral. Dalam hubungan ini, nilai-nilai moral dan etik yang
mengikat. Dalam perkara a quo dapat saja atau tidak ada halangan
dalam undang-undang;
d. Bahwa harus dibedakan antara pungutan pajak oleh negara dan dana
98
bagi masyarakat sekitar perusahaan dan pemulihan lingkungan dimana
Pemerintah.
99
kewajiban sosial bagi perusahaan yang berada di tengah-tengah
dan tidak mau tahu dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini sejalan
Agraria) dan setiap orang atau badan hukum yang mempunyai tanah
dimaksud;.
100
dua nilai fundamental dari tertib sosial, yaitu kebebasan dan
berpendapat norma yang terkandung dalam pasal 74 ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) serta penjelasan UUPT merupakan norma hukum yang
konstitusional dan tidak bertentangan dengan pasal 28D ayat (1) UUD
1945.
lain, utamanya negara industri maju tempat konsep CSR pertama kali
dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja perusahaan dan syarat bagi
101
berpendapat bahwa sesuai kultur hukum Indonesia, penormaan TJSL
dapat terjadi bila TJSL dibiarkan bersifat sukarela. Hanya dengan cara
di atas Jean Bodin berpendapat bahwa elemen yang membedakan negara dengan
semua bentuk asosiasi manusia adalah kedaulatan.162 Ciri khas dan mendasar dari
kedaulatan adalah kekusaan untuk membuat hukum. Atribut pertama dari raja
berpendapat ... Perusahaan harus tunduk dan patuh pada ketentuan hukum karena
161
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 53/PUU-VI/2008 perihal “Pengujian Pasal 74 dan
Penjelasan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
162
Henry J. Scmandit, A History of Philosofy, The Bruce Publishing Company, USA, 1960,
yang diterjemahkan oleh Ahmad Baidlowi dan Imam Bahelaqi, Filsafat Politik dari Zaman Yunani
Kuno Sampai Zaman Modern, Cetakan III, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 282.
163
Ibid. hlm. 282-283
102
kesejajaran antara yang diperintah dengan yang memerintah (to comply). Negara
kebiasaan, tekanan kelompok, nilai-nilai yang tertanam dalam batin, dan pasar
bebas, nampaknya tidak cukup efisien, teliti, atau adil untuk mengontrol perilaku
besar dalam menciptakan krisis kehidupan umat manusia pada saat ini.
164
Firdaus, Corporate Social Responsibilty Dalam Tafsir Konstitusi...loc.cit.
165
Ibid.
166
Lawrence M. Friedman, The Legal System: A Social Science Perspective, Russell Sage
Foundation, New York, 1975 yang diterjemahkan M. Khozin, Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial,
(Bandung: Penerbit Nusa Media, 2009) hlm 29
103
Pengakuan Kazuo Inamori mengatasi kesulitan saat ini akan mengharuskan kita
versi yang lebih moderat, perlu mencari keuntungan yang didukung oleh etika
rakyat.
167
Jem Bendel, et., al, Capitalism in Question: The Lifeworth Annual Review of Corporate
Responsibility, (Australia: Lifeworth and Green Leaf Publishing, 2010) hlm 8 - 9
168
Ibid. hlm. 24
104
Konsep penormaan CSR sejalan dengan pendapat Jean Bodin,
Kedaulatan negara memiliki kandungan yang sangat luas, seperti pendapat J.G
Starke, Pelaksanaan Yuridiksi oleh suatu negara terhadap harta benda, orang
tindakan atau peristiwa yang terjadi didalam wilayahnya jelas diakui oleh hukum
subyek hukum yang diatur. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa
atau birokrasi. Birokrasi inilah yang menjadi ujung tombak dalam sistem
pengawasan.
khusus yang dibuat oleh pemerintah untuk melakukan pengawasan secara lebih
independen. Badan tersebut sering disebut dengan state auxiliary bodies atau
169
Carl Joachim Friedrich, The Philosophy of Law in Historical Perspective, The Univesity of
Chicago Press, 1969 , Terjemahan Raisul Muttaqien, Filsafat Hukum: Perspektif Sejarah, (Bandung:
Penerbit Nuansa dan Penerbit Nusamedia, 2004) hlm 72
170
J. G. Starke, Introduction To International Law, diterjemahkan Bambang Iriana
Djajatamadja, (Pengantar Hukum Internasional I), (Jakarta: Sinar Grafika,2006) hlm 270
105
b. Pendekatan Mekanisme
belum diatur secara komprehensif didalam UUPM dan UUPT sebagai peraturan
No. 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas sebagai peraturan pelaksana CSR di dalam UUPT hanya mengatur hal-
hal yang harus dilakukan perusahaan secara internal. Misalnya, kegiatan CSR
harus disetujui oleh dewan komisaris atau RUPS. Dalam peraturan pelaksana ini,
pusat. Tidak juga mengatur tentang tugas pemerintah pusat pada pengawasan
171
Goverment Regulation No. 47 of 2012 on Limited Liability Company’s Social and
Enviromental Responsibility Stipulates Implementating Regulation Concerning CSR Planning,
Budgeting, and Reporting. The Stage of CSR Process as reguted in the goverment regulation only set
the things company have to do internally. For instance, the CSR activities shall be agreed by board of
commissioners or general meeting of shareholders (GMS), unless regulated otherwise by the laws and
regulations. In this implementing regulation, there is no such stipulation which regulates company’s
obligation to the goverment in terms of CSR planning and reporting. Neither does it regulated on
government’s duty on the supervision towards company in performing CSR. Laurensia Andrini,
Mandatory Corporate Social Responsibility In Indonesia, Mimbar Hukum, Vol. 28, No. 3, (Oktober
2016) hlm 518
106
CSR, peraturan tersebut dapat ditemukan di Provinsi Jawa Tengah172, Kota
172
Perda Provinsi Jawa Tengah No. 2 Tahun 2017 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan
173
Perda Kota Surakarta No. 2 Tahun 2015 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
174
Perda Kabupaten Sukoharjo No. 15 Tahun 2016 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan
175
Perda Kota Tasikmalaya No. 4 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Program
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di
Kota Tasikmalaya
176
Perda Kabupaten Tangerang No. 15 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan
177
Perda Kabupaten Siak No. 1 Tahun 2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perusahaan
178
Perda Kabupaten Katingan No. 7 Tahun 2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan
179
Perda Kota Samarinda No. 3 Tahun 2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
180
Perda Kabupaten Sleman No. 4 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
181
Perda Kabupaten Tulungagung No. 5 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan,
182
Perda Kota Batam No. 2 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
183
Perda Kabupaten Temanggung No. 8 Tahun 2017 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan
184
Perda Kabupaten Bogor No. 6 Tahun 2013 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan
185
Perda Kota Magelang No. 11 Tahun 2017 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan
186
Perda Kabupaten Buleleng No. 7 tahun 2017 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perusahaan
107
peraturan daerah agar tanggung jawab hukum atas pelaksanaan CSR dapat
dilakukan pengawasan.187
yang lebih dikenal dengan istilah perda CSR sebagai fenomena implementasi
aktivitas CSR.188
banyak panduan tentang apa yang harus dilakukan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban CSR nya. Memberikan ruang lingkup yang telah sesuai dengan
koperasi dan usaha mikro, serta infrastruktur. Ruang lingkup serupa juga
187
Laurensia Andrini, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perusahaan, Kanal
Pengetahuan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,
https://www.youtube.com/watch?v=v_QHqKIzxT4, Akses 8 Oktober 2018
188
Rahmatullah, CSR dan Kepentingan Pemerintah Daerah, Proceding Simposium Nasional
Otonomi Daerah LAB-ANE FISIP Untirta, 2011, hlm. 197.
189
Laurensia Andrini, Mandatory Corporate Social Responsibility In Indonesia, Mimbar
Hukum, Vol 28, No. 3 (Oktober 2016) hlm 519
108
dan koperasi. Hal ini juga mendorong perusahaan untuk melakukan berbagai
subsidi, sosial, bantuan, layanan sosial, dan perlindungan sosial.190 Hal ini
sejalan dengan pandangan Mukti Fajar N.D bahwa salah satu ruang lingkup
dalam CSR diukur berdasarkan kenaikan taraf kualitas hidup dari masyarakat.192
dengan mengacu pada nilai keadilan dan kesetaraan atas kesempatan, pilihan
CSR perusahaan. Seperti yang telah dimiliki oleh pemerintah daerah Provinsi
190
Ibid.
191
Masyarakat lokal yang dimaksud adalah masyarakat yang ada disekitar korporasi
beroperasi.
192
Definisi CSR dari WBCSD yaitu: “Corporate Social Responsibility is the continuiting
commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving
the quality of life of the workforce and their familities as well as of the local community ad society at
large”, Dikutip dari Mukti Fajar ND, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia... Op.cit., hlm
242
193
Community Development express values of fairness, equality, accountability, opportunity,
choice, participation, mutuality, reciprotory and continuos learning. Educating, enabling and
enpowering are at core of community development. Federation for community development learning.
Diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Community_development. Akses 6 Desember 2018
109
penyelenggaraan program tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
FTJSLP meliputi:
pihak ketiga;
koordinatif antara perusahaan dan FTJSLP paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.194
(b) Menyusun program TJSP secara terencana, terpadu, harmonis, dan efisien
194
Pasal 28 ayat (1) dan (2) Perda Provinsi Jawa Tengah No. 2 Tahun 2017 tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan
110
(c) Mengkoordinasikan dan menyinkronisasikan program TJSP dengan
DPRD.
untuk kelancaran pelaksanaan tugas forum TJSP yang terdiri atas unsur
(c) Menyiapkan data dan informasi dalam rangka pelaksanaan kegiatan forum
TJSP;
(d) Fasilitas komunikasi antara forum TJSP dengan Pemerintah Daerah dalam
bahwa TJSP adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kebijakan manajemen
195
Tata tertib sebagaimana yang dimaksud paling memuat mekanisme, sasaran, capaian yang
diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan koordinasi dalam rangka melaksanakan proses tugas dan
tanggung jawab forum TJSP mulai perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program dan
kegiatan TJSP.
196
Pasal 11 ayat (1) dan (2) Perda Kabupaten Sleman No. 4 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
111
Pemerintah Daerah terhadap pengawasan pelaksanaan TJSP di Kabupaten
Sleman.197
sangat penting sekali, oleh karena apabila pemangku kepentingan telah divalidasi
sesuai dengan strategi perusahaan tentang CSR maka dari sana muncul program
kerja.198
berdaya guna dalam mengeksekusi program CSR agar berjalan dengan efektif.
program tidak berjalan sendiri-sendiri atau supaya tidak timpang. Untuk ituah
197
Pasal 13 Perda Kabupaten Sleman No. 4 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
198
Dwi Kartini, Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability
Management dan Implementation di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2013) hlm 52
199
Ibid.
112
Pemerintah
Korporasi Masyarakat
Gambar 2
Tri-Sector Partnership200
dibawa ke tataran teknis akan menghasilkan kreasi CSR yang komprehensif serta
sehingga perusahaan akan memiliki ide dalam ruang lingkup pelaksanaan CSR
tentang apa yang dibutuhkan masyarakat, dan pada akhirnya implementasi CSR
akan tepat sasaran. Menurut laurensia andirini tugas komite tidak berhenti disitu.
Komite juga harus mengawasi implementasi CSR oleh perusahaan, jika komite
kepada Pemerintah Daerah. Dengan cara ini, implementasi CSR dapat diawasi
200
Ibid. hlm 53
201
Ibid.
202
Each region has a comittee action as control mechanism which control, supervise, and
asses the aplication of company’s CSR. Before conducting CSR, the company is obliged to consult
with the comittee on what kind of contribution shall be given to the people. This is a recommended
113
Hal ini sejalan dengan pendapat Oky Syeiful yang menyatakan bahwa
CSR yang telah dilakukan dunia usaha. Hal ini ditegaskan Erna Witoelar dalam
seminar bertajuk The New Way of CSR: Becoming The Blessing Company. Dia
menyatakan bahwa dukungan itu diperlukan agar praktek CSR yang sudah
kemiskinan.204
pemerintah dalam pelaksanaanya. hal ini sejalan dengan pendapat Business For
procedure so that the company will have ideas on what the people needs; and in the end, the CSR
implementation will be well-targeted. The committee’s task does not stop there. It shall also supervise
the CSR implementation on whether the company has performed the designated conduct. If the
comittee finds violation. It shall report such finding to the regional government. In this way, the CSR
implementation is well-supervised and its result can be enjoyed by the society. Laurensia Andrini,
Mandatory Corporate Social... op,cit., hlm 520
203
Oky Syeiful R. Harahap, “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”,
http://www.sarwono.net/artikel.php?id=134, Akses 7 Desember 2018
204
Erna Witoelar, “CSR Bisa percepat Pencapaian MDGs”, Majalah BISNIS & CSR, Vol 1
No 2 (November 2007), hlm. 108 – 122. Lihat “Pemerintah Harus Dukung CSR”, KOMPAS, Rabu 4
Juli 2007, diunduh dari Http://www.kompas.com/ver1/ekonomi/0707/04/161044.htm. Akses 7
Desember 2018
114
selayaknya dilakukan sesuai etika, hukum, tuntutan komersial, dan harapan
membimbing setiap keputusan yang dibuat pelaku bisnis dan setiap area bisnis.
205
Namun demikian Pengaturan CSR di banyak Peraturan Daerah telah
landasan CSR yang diatur didalam peraturan daerah tidak memiliki dasar
mengatur tentang CSR. Menurut Ade Yuliany Sihaan, Dkk perda CSR di landasi
Tahun 1999 yang kini telah direvisi menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah tepatnya pada Pasal 1 ayat (8) yang berbunyi:
Asas otonomi sendiri diatur dalam pasal 1 ayat (7) yang merupakan
205
Saipullah Hadan dan Devy Andriany, Pengantar CSR... op.cit., hlm 40
206
Ade Yuliany Siahaan, Et.al, Analisis Yuridis... op.cit., hlm 10
115
Bahwa dengan telah diatur TJSL berdasarkan Pasal 74 ayat (4) UUPT
maka sudah jelas pemerintah daerah tidak dapat mengeluarkan peraturan daerah
yang berkenaan dengan TJSL, sebab perintah Undang-Undang Pasal 74 ayat (4)
sebagai peraturan pelaksana TJSL yang terdapat di UUPT hingga saat ini belum
sosial serta mampu bertindak sebagai penerima laporan terkait realisasi atas
CSR sehingga dapat memberikan solusi dan upaya pemecahan dari permasalahan
Kabupaten/Kota (DPMPTSP)
207
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 53/PUU-VI/2008 perihal “Pengujian Pasal 74 dan
Penjelasan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
208
Ade Yuliany Siahaan, Et.al, Analisis Yuridis... op.cit., hlm 15
116
yang melakukan pengawasan CSR dalam bidang penanaman modal dibentuk
penanaman modal;
modal;
modal;
117
Selain tugas koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2)
langsung dari setiap sektor dan daerah terkait dengan pejabat yang mempunyai
Koordinasi Penanaman Modal RI No. 7 Tahun 2018 tentang Pedoman dan Tata
209
Pasal 28 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
210
Dasar menimbang huruf a eraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman
Modal
118
Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dalam rangka melakukan
mencakup kegiatan:
a) Pemantauan212;
b) Pembinaan213; dan
c) Pengawasan214
(2) Penanaman modal terkait dengan sumber daya alam yang tidak
211
Ibid.
212
Pemantauan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan, mengevaluasi, dan
menyajikan data perkembangan realisasi Penanaman Modal dan kantor perwakilan, Pasal 1 angka 36
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang
Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
213
Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan bimbingan/sosialisasi
ketentuan pelaksanaan Penanaman Modal serta memfasilitasi penyelesaian permasalahan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan Penanaman modal, Pasal 1 angka 37 Peraturan Badan Koordinasi Penanaman
Modal Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal
214
Pengawasan adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan guna memeriksa perkembanga
pelaksanaan Penanaman Modal, mencegah dan/atau mengurangi terjadinya penyimpangan terhadap
ketentuan pelaksanaan penananam modal, termasuk penggunaan fasilitas Penanaman modal.
119
(4) Penanaman modal pada bidang industri yang mengolah dan
(6) PMA dan penanam modal yang menggunakan modal asing yang
(7) Bidang penanaman modal lain yang menjadi urusan Pemerintah Pusat
kabupaten/kota; dan
daerah kabupaten/Kota.
120
b) Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c) Menyampaikan LKPM;
penanaman modal;
dan
215
Pasal 7 Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7 Tahun
2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
121
c) Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat dan mencegah praktek
monopoli;
pekerja.
yang dihadapi pelaku usaha yang wajib dibuat dan disampaikan secara berkala.216
dan/atau lokasi dengan nilai investasi lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
Contoh LKPM:
216
Wawancara dengan Diani Dinarsanti, S.H, Kasubid Pengawasan Penanaman Modal
BKPM Provinsi DIY, 1 Oktober 2018
217
Wawancara dengan Isniarti, S.IP., M.PA, Kepala Seksi Pengendalian Penanaman Modal
pada Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta, 8 Oktober 2018, lihat juga Pasal 10
ayat (2) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018
Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
122
Gambar 3
123
Gambar 4
124
Gambar 5
125
Gambar 6
126
Gambar 7
Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara
sebagimana berikut:
218
Wawancara Arjunandir, SE., M.M., Kepala Bidang Penanaman Modal Dinas Penanaman
Modal dan Perizinan Kabupaten Sleman, 9 Oktober 2018.
127
(1) Laporan triwulan I disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan April
modal secara nasional setiap (3) bulan dan disampaikan kepada Presiden dan
219
Pasal 10 Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7 Tahun
2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
128
Gambar 7
220
Wawancara dengan Diani Dinarsanti, S.H, Kasubid Pengawasan Penanaman Modal
BKPM Provinsi DIY, 1 Oktober 2018.
129
DPMPTSP Kabupaten/kota membuat laporan kumulatif atas
dan dalam melakukan kegiatan tersebut dapat melibatkan instansi terkait pada
Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara
ditimbulkan dari kedua ketentuan hukum ini adalah dapat menjawab kekosongan
221
Pasal 16 ayat (3) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
222
Wawancara dengan Noviani Nurmades, S.H, Kepada Bidang Penanaman Modal
Kabupaten Bantul, di Dinas Perizinan dan Penanaman Modal Terpadu Kabupaten Bantul, 5 Oktober
2018, lihat juga Pasal 21 Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
130
hukum dalam pengaturan sistem pengawasan CSR yang sebelumnya belum
mempunyai aturan yang jelas. CSR sebagai kewajiban hukum yang bersifat
kepastian hukum, efektif dan memberi manfaat bagi perusahaan, masyarakat dan
Kedua peraturan ini juga memberikan peran pemerintah dalam hal ini
pemerintah daerah dan BKPM selaku delegasi pemerintah pusat untuk bertindak
solusi dan upaya pemecahan dari permasalahan yang terjadi. Selain itu
forum dalam penyelenggaraan tanggung jawab sosial perusahaan serta dalam hal
mediator.
pelaksanaan CSR juga terjadi secara normatif maupun empiris. Penelitian ini
daerah melalui peraturan daerah dan BKPM melalui Peraturan Badan Koordinasi
Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan
223
Sefriani dan Sri Wartini, Model Kebijakan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di
Indonesia, Jurnal Ius Quia Iustum No. 1 Vol. 24 (Januari 2017) hlm 21
131
tindih nya pengaturan pengawasan terhadap pelaksanaan CSR. Peraturan CSR di
dalam Perda mengacu pada pembangunan daerah sesuai dengan kebijakan daerah
laporan pelaksanaan CSR ganda kepada 2 instansi pemerintah yang tidak saling
berkoordinasi.
untuk mencari jalan keluar bagi regulasi CSR. Korporasi diberi kewajiban untuk
memberikan penilaian.225
Pasal 60 ayat (1) UUPT Juncto Pasal 6 PP No. 47 Tahun 2012 tentang
224
Wawancara dengan Diani Dinarsanti, S.H, Kasubid Pengawasan Penanaman Modal BKPM
Provinsi DIY, 1 Oktober 2018 dan Wawancara dengan Isniarti, S.IP., M.PA, Kepala Seksi
Pengendalian Penanaman Modal pada Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta, 8
Oktober 2018
225
David Hess, Social Reporting: A Reflexive Law Approach To Corporate Social
Responsiveness, Journal of Corporation Law, 25 (1999) hlm 63
132
ditelaah oleh dewan komisaris. Namun pasal tersebut tidak memberikan
Gagasan ini sebenarnya bukan hal yang baru. Dalam Good Corporate
(a) Transparansi
(b) Akuntabilitas
(c) Responsibilities
berlaku.
(d) Indepedensi
226
Daniri juga mengajukan konsep bahwa CSR sebagai bentuk kepedulian korporasi terhadap
persoalan sosial masyarakat adalah bagian dari penerapan prinsip-prinsip GCG, Mas Achmad Daniri,
Good Corporate Governance, Konsep dan Penerapannya di Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2005)
hlm 9 – 12.
133
yang tidak sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
Fairness adalah perilaku yang adil dan setara didalam memenuhi hak-
undangan.
investor dan pasar secara umum terhadap perusahaan. Fungsi lainnya adalah
diatur dan dilaksanakan dalam bisnis di Pasar Modal. Asas disclousure telah
diwajibkan dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU
Pasar Modal), dan berbagai aturan pelaksanaanya. Asas ini mewajibkan setiap
emiten untuk memberikan informasi secara terbuka dan jelas kepada publik.
227
Joni Emirzon, Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Paradigma Baru Dalam
Praktek Bisnis Indonesia, (Yogyakarta: Genta Press, 2007) hlm 43-44.
134
selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya
peristiwa tersebut.”
telah diarahkan pada pelaksanaan CSR. Sebagai contoh, New York Stock
salah satu kriterianya adalah pratek CSR. Begitu pula London Stock Exchange
yang memiliki Socially Responsible Investment Index (SRI Index) dan Financial
konsultan atau analis kebijakan biasanya melakukan audit sosial (social audit)
ini.229
menjelaskan bahwa, proses audit sosial memerlukan komitmen yang kuat dari
orang-orang penting, seperti CEO dan Board of Director pada organisasi yang
228
Mukti Fajar N.D, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia... op.cit, hlm 319
229
Ibid. hlm 320
135
diaudit. Dalam implementasinya, audit sosial juga memerlukan keterlibatan
lingkungan dan sosial yang relatif lebih sulit dirumuskan dan diukur daripada
aspek finansial. Audit sosial ini memerlukan ahli yang mempunyai kompetensi
yang standar adalah merumuskan variabel dan indikator yang tepat dan dapat
diterapkan kepada seluruh sektor. Dua syarat utama yang perlu dipenuhi
adalah:232
analisis komparatif.
230
Edi Suharto, Audit CSR, Majalah Bisnis & CSR, Vol 1 No. 5 (April 2008), hlm 208-209
231
Sebagai ilustrasi, The Social Economic Agency di Irlandia Utara mulai mempromosikan
Audit Sosial sejak tahun 1996. Konsultan eksternal dilibatkan untuk merancang metodologi audit
sosial dan memberikan pelatihan dan pendampingan terhadap para auditor di masing-masing
organisasi. Audit sosial pertama dilakukan setelah pelatihan dan monitoring terhadap 10 organisasi
proses ini memerlukan antara 18 sampai 24 bulan, ibid., hlm. 209
232
Ibid.
136
(b) Kategori untuk mengklarifikasikan keberlangsungan kegiatan perusahaan
dilakukan.
serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut. akutansi sosial
Hanya saja sulit untuk menentukan mana yang merupakan biaya dan manfaat
sosial itu sendiri dan kemudian mengkuantifikasi seluruh pos-pos yang relevan
1) Audit Sosial
perusahaan yang reguler. Audit sosial adalah serupa dengan audit keungan
233
Ikhsan dan Ishak dalam Yenni Mangoting, “Biaya Tanggung Jawab Sosial Sebagai Tax
benefit”, Jurusan Ekonomi Akutansi, Vol. 9 No. 1, (Mei 2007), Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Petra, Surabaya, hlm 40-41, Dikutip dari Mukti Fajar N.D Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di
Indonesia... op.cit, hlm 321
234
Ibid.
137
dalam hal bahwa audit sosial mencoba untuk secara independen
2) Laporan-Laporan Sosial
pentingnya enam prinsip yang perlu diperhatikan dalam membuat audit sosial
1) Accuracy: Informasi harus lengkap dan cukup detail agar bisa dinilai oleh
235
Edi Suharto, “Audit CSR”... op.cit., hal. 213- 214.
138
2) Balance: seimbang yang mencerminkan aspek-aspek positif dan negatif
4) Clarity: Informasi harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami dan
6) Timeliness: laporan dibuat secara reguler dan tersedia tepat waktu bagi
pemerintah kepada setiap korporasi. Karena CSR tumbuh dan berkembang sesuai
dengan perkembangan bisnis dan reaksi pasar, maka aturan dan mekanisme yang
hukum tetapi tanpa diberikan sanksi hukum. (lex imperfecta), tetapi biarkan
236
Mukti Fajar N.D Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia... op.cit, hlm 323
139
Hal tersebut akan efektif apabila masyarakat mempunyai kesetaraan
tersebut hanya saja, apakah hubungan antara masyarakat dan korporasi telah
tidak untuk saling berhadapan. Jika attitude yang dianut adalah “kemitraan”
seharusnya tidak ada masalah. tapi mungkin perlu waktu untuk mengubah pola
Nusantara juga menyatakan sepakat, hanya mungkin perlu waktu lebih optimal.
237
Ibid.
238
Ibid. hlm 324
239
Ibid.
140
dipertanggungjawabkan kepada RUPS.240 Dari ketentuan tersebut, dapat
pada RUPS dan tidak ada ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban untuk
diaudit.
(1) Pendahuluan;
dokumentasi)
Selain itu mekanisme pelaporan CSR juga telah diatur dalam beberapa
self regulation, antara lain adalan pernyataan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
240
Pasal 6 PP Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perseroan Terbatas
241
Annual Report PT. Semen Padang, 2014, Dikutip dari Reni Mukti Fajar N.D dan Reni
Budi Setyaningrum, Pelaporan Program Kemitraan...op.cit., hlm 202
242
Reni Mukti Fajar N.D dan Reni Budi Setyaningrum, Pelaporan Program Kemitraan...ibid.
141
peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai
kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”
dunia disusun dengan menggunakan standar pelaporan yang diusulkan oleh GRI
pentingnya enam prinsip yang perlu diperhatikan dalam membuar laporan CSR
(1) Accuracy: Informasi harus lengkap cukup detail agar bisa dinilai oleh
(3) Comparability: aspek atau variabel yang digunakan dan dilaporkan harus
(4) Clarity: informasi harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami dan
(5) Reability: informasi harus ajeg dan terpecaya yang dikumpulkan, direkan,
dipertanggungjawabkan.
243
Bagus Prio Prasojo, Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tingkat Pelaporan
Corporate Social Responsibility (CSR) Para Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, Universitas Diponegoro Semarang, 2011, Dikutip dari Reni Mukti Fajar N.D dan Reni Budi
Setyaningrum, Pelaporan Program Kemitraan...ibid.
244
Edi Suharto, Menggagas Standar Audit Program CSR, disampaikan pada acara 6th Round
Table Discussion “Menggagas Standar Audit Program CSR: Implementasi UU Perseroan Terbatas”,
Asosiasi Auditor Internal (AAI), Financial Club Jakarta, 27 Maret 2008, Dikutip dari Reni Mukti Fajar
N.D dan Reni Budi Setyaningrum, Pelaporan Program Kemitraan...ibid.
142
(6) Timeliness: laporan dibuat secara reguler dan tersedia tepat waktu bagi
Berbadan Hukum
tidak berbadan hukum (Firma dan CV) tidak diatur secara eksplisit pada tataran
norma namun mekanisme pengawasan didasari oleh tata kelola perusahaan yang
didalam perusahaan sesuai dengan hukum perusahaan. Teori ini lebih cenderung
internal pada perusahaan nya mengacu pada sistem tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) dan menitik beratkan pada self regulations
143
pengaturan secara mandiri pada perusahaan tersebut karena tidak ada ketentuan
membuat budget pada penyusunan program awal pada setiap tahunnya 10% yang
Program CSR yang dijalankan oleh CV. Sinar Jaya Plastino meliputi:
(b) Mekanisme daur ulang sampah organik dengan program desa iklim
Pada saat setiap penyusunan program CSR pada setiap tahunnya akan
dievaluasi pada internal perusahaan dan menyusun kembali skala prioritas pada
245
Wawancara dengan Whelly Sudjono Direktur Utama CV. Sinar Jaya Plastino, 10 Oktober
2018
246
Ibid.
247
Ibid.
144
pengawasan pada pelaksanaan CSR tersebut dilakukan sepenuhnya oleh direktur
utama CV. Sinar Jaya Plastindo dengan sistem manajemen pengawasan terhadap
Menurut Whelly Sudjono selaku direktur utama CV. Sinar Jaya Plastindo
tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR bukan lagi sekedar tanggung jawab
perusahaan terhadap bumi dan sang pencipta dengan mendasarkan pada nilai-
nilai trasendental pada setiap agama yang memerintahkan kepada setiap manusia
bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya baik itu hasil dan dampak
yang dihasilkan.249
Indonesia
Dalam praktek global secara garis besar CSR merupakan program yang
menormakan CSR sebagai suatu kewajiban hukum yang disertai sanksi, bukan
sebagai sesuatu yang sifatnya sukarela (voluntary) akan dilihat dari argument
248
Ibid.
249
Ibid.
250
Sefriani dan Sri Wartini, Corporate Social Responsibility dan Tanggung Jawab Negara
Terhadap Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya di Indonesia, Jurnal Hukum Yustitia, Vol.4 No. 2 (Mei-
Agustus 2015), hlm 275
145
Menurut Gayus Lumbun, penormaan CSR di Indonesia sebagai
memberi daya atur, daya ikat, dan daya paksa tanggung jawab perusahaan dari
jawab hukum).251
mengingat:
1. Secara faktual, kondisi sosial dan lingkungan telah rusak di masa lalu
2. Budaya hukum Indonesia tidak sama dengan budaya hukum negara lain,
dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja perusahaan dan syarat bagi
251
Gayus Lumbun, “Telaah Hukum atas ketentuan Corporate Social Responsibility dalam
UUPT (Sebuah Kajian dari Perspektif Etika Bisnis ke Pertanggungjawaban Hukum”)
http://supremasihukumusahid.org/attachments/article/79/%5BFull%5D%20Telaah%20Hukum%20Ata
s%20Ketentuan%20Corporate%20Social%20Responsibility%20Dalam%20Uupt%20%20Prof.%20Dr.
%20T.%20Gayus%20Lumbuun,%20S.H.,%20M.H..pdf, Dikutip dari Sefriani dan Sri Wartini,
Corporate Social Responsibility...ibid.
146
yang diancam dengan sanksi hukum merupakan suatu keharusan demi
dapat terjadi bila TJSL dibiarkan bersifat sukarela. Hanya dengan cara
4. Hubungan antara moral dan etik dengan hukum dalah bersifat gradual,
moral. Dalam hubungan ini, nilai-nilai moral dan etik yang diterima
secara sukarela (voluntary) dan dianggap penting dapat saja diubah secara
nilai CSR yang semua bersifat ketentuan moral, etik, dan sukarela
pendekatan hak asasi manusia (HAM) dikemukakan oleh Sefriani dan Sri
Wartini di dalam jurnal Yustitia Vol. 4 No.2 Mei – Agustus 2015 dengan judul
252
Ibid.
147
Ekonomi, Sosial, dan Budaya di Indonesia yang selanjutnya akan dijelaskan
sebagai berikut:
belajar dari sejarah bahwa ekonomi, politik, dan kebebasan hukum tidak
mengikat.
253
Pall A Davidsson, Legal Enforcement of Corporate Social Responsibility Within the EU,
on 8 Colum. J. Eur. L. 529, Dikutip dari Sefriani dan Sri Wartini, Corporate Social Responsibility...
ibid. hlm 276
148
sukarela tidak berhasil mengubah perilaku perusahaan terhadap HAM,
sebagai social responsibility jika diatur dalam norma hukum yang bersifat
memiliki nilai-nilai sosial dan moral. Hal ini tidak bisa diterima karena
social dan moral adalah inti dari banyak aturan hukum. keduanya
bagaikan dua sisi dari mata uang yang sama yang tidak dapat terpisahkan.
Sebagai contoh kewajiban hukum yang diberikan pada orang tua terhadap
penglegislasiannya.255
internasional yang menetapkan Negara sebagai the primary duty bearer. Negara
254
Kunnawee Thirarungrueang, Rethingking CSR in Australia: Time of Binding Regulation,
int. J.L.M. 2013, 55 (3), 173 – 200, Dikutip dari Sefriani dan Sri Wartini, Corporate Social
Responsibility... ibid.
255
Loc.cit.
149
perusahaan. The Maastricht Guidelines on Violations of Economic, Social and
efektif.257
saja dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sebagai Negara yang berdaulat, untuk
Negara sekalipun tidak sesuai dengan apa yang dipraktekkan negara lain yang
256
Daniel Aguirre, Corporate Liability for Economic, Social and Cultural Rights Revisited;
The Failure of International Cooperation, 42 Cal. W. Int’I L.J. 123, Dikutip dari Sefriani dan Sri
Wartini, Corporate Social Responsibility...ibid.
257
Elsam, Prinsip-Prinsip Panduan Untuk Bisnis dan Ham Kerangka PBB “Perlindungan,
Penghormatian, dan Pemulihan, 2012, Dikutip dari Sefriani dan Sri Wartini, Corporate Social
Responsibility...ibid. hlm 277
150
internasional, belum tentu merupakan hal yang buruk. Apa yang dilakukan
Indonesia menjadi CSR sebagai suatu kewajiban disertai sanksi bisa jadi
merupakan refleksi dari kebutuhan hukum yang baru karena praktek hukum yang
sekelilingnya tidak bisa lagi hanya diatasi dengan aturan yang sifat voluntary.
Apabila yang dilakukan Indonesia membawa dampak positif dan diikuti oleh
Negara-negara lain tidak mustahil bahwa yang semula dianggap sebagai suatu
anomali atau pelanggaran justru diakui dan diikuti menjadi kaedah hukum yang
baru.
sendiri yang tidak tergantung pada hukum dan budaya yang berlaku di negara
misalnya di Belanda, Kanada, Jerman dan Amerika Serikat yang mengatur CSR
258
Ibid
151
atas lingkungan yang sehat, merampas hak atas air masyarakat lokal dan semakin
modal tersebut. belum lagi lingkungan kerja yang tidak memenuhi standar
keamanan terhadap masyarakat lokal, aktifis HAM atas serikat buruh yang
Berkaitan dengan hal yang telah dijelaskan di atas Sefriani dan Sri
dalam memperebutkan modal asing yang memang sangat dibutuhkan oleh negara
Kewajiban CSR
Seperti yang telah dijelaskan ada dua instrumen hukum berupa undang-
yaitu UUPM dan UUPT akan tetapi belum diatur secara eksplisit dan
259
Ibid.
260
Ibid. hlm 280
152
Didalam UUPM sanksi perusahaan karena tidak melaksanakan
a. Peringatan tertulis;
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
perundang-undangan.
(3) Selain sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat
undangan.261
tidak dilaksanakan.
menyatakan:
261
Pasal 34 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
153
“Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”
Pengaturan tersebut ditindaklanjuti oleh PP No. 47 Tahun 2012 tentang
tersebut menyatakan:
dalam UUPT dan PP No. 47 tahun 2012 sebagai peraturan pelaksananya adalah
pengaturan yang tepat dan memberikan kepastian hukum. karena sanksi yang
UUPT mengatur sanksi bagi pelanggar kewajiban CSR akan dikhawatirkan akan
menyatakan frasa di dalam pasal 74 ayat (3) UUPT yang berbunyi “akan dikenai
262
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-pedata/847-persoalan-hukum-seputartanggung-
jawab-sosial-dan-lingkungan-perseroan-dalam-perundang-undangan-ekonomi-Indonesia.html, Akses 4
oktober 2010
154
peraturan perundang-undangan lain secara parsial.263 Misalnya didalam Peraturan
Daerah, Peraturan instansi teknis (BKPM), yang masuk dalam kategori peraturan
perundang-undangan.
tidak melakukan CSR, Siak, Tanggerang, dan Kalimantan Timur adalah salah
kewajibannya.
pencabutan bisnis, dan sanksi lainnya. dalam hal ketentuan sanksi, kalimantan
timur memiliki aturan yang tegas dan jelas yang menjamin kepastian hukum
terhadap pelaku usaha, berbeda dengan sanksi yang diatur oleh peraturan
263
Laurensia Andrini, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perusahaan...op.cit
155
Badan koordinasi penanaman modal (BKPM), Dinas penanaman modal
dan pelayanan terpadu satu pintu provinsi (DPMPTSP), Dinas penanaman modal
c) Menyampaikan LKPM;
penanaman modal;
undangan;
kerja asing;
undangan; dan
156
h) Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan;264
monopoli;
pekerja.
264
Pasal 7 Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7 Tahun
2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
157
Untuk sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada angka 1, 2, dan
masing paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal
265
Pasal 31 dan 32 Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
266
Pasal 32 ayat (6) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
158
yang telah dibakukan didalam Lampiran Peraturan Badan Koordinasi Penanaman
Modal Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara
Gambar 8
267
Pasal 33 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman
Modal
159
Gambar 9
160
Gambar 10
161
2) Sanksi Administratif Berupa Surat Peringatan Pertama dan Terakhir
usaha pertama dan terakhir dapat dikenakan dalam hal sebagai berikut:
dan/atau
tanggapan secara tertulis dan tindak lanjut terhadap sanksi administratif dalam
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal surat
diterbitkan.269
memberikan tanggapan secara tertulis dan tindak lanjut dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari kalender, pejabat yang berwenang dapat langsung mengenakan
268
Pasal 34 ayat (1) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
269
Pasal 34 ayat (2) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
270
Pasal 34 ayat (3) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
162
Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan
Gambar 11
271
Pasal 34 ayat (4) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
163
3) Sanksi Administratif Pembatasan Kegiatan Usaha
tertulis dan tindak lanjut dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender
a) Pembatasan kegiatan usaha di salah satu atau beberapa lokasi bagi Pelaku
Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara
272
Pasal 35 ayat (1) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
273
Pasal 35 ayat (2) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
274
Pasal 35 ayat (3) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
164
Gambar 12
165
Dalam hal pelaku usaha telah memenuhi kewajiban dan perbaikan atas
Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara
proyek yang dituangkan dalam BAP dengan format yang telah ditentukan di
Penanaman Modal.276
275
Pasal 35 ayat (4) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
276
Pasal 35 ayat (5) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
166
kewenangannya menerbitkan surat pencabutan pembatas kegiatan usaha paling
tertulis dan tindak lanjut dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender
usaha;
modal;279
277
Pasal 35 ayat (6) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
278
Pasal 36 ayat (1) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
279
Pasal 36 ayat (2) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
167
Format pembekuan kegiatan usaha:
Gambar 15
168
Dalam hal pelaku usaha telah melakukan memenuhi kewajiban dan
pemeriksaan di lokasi proyek yang dituangkan dalam BAP, dengan format yang
Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara
Dalam hal pembekuan usaha terhadap pelaku usaha yang mendapatkan fasilitas
usaha namun tidak memberikan tanggapan secara tertulis dan tindak lanjut dalam
280
Pasal 36 ayat (4) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
281
Pasal 36 ayat (5) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
282
Pasal 36 ayat (7) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
169
jangka 30 (tiga puluh) hari kalender, pejabar yang berwenang dapat langsung
dalam bentuk surat keputusan, dengan format yang sudah ditetapkan dan
283
Pasal 36 ayat (8) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
284
Pasal 37 ayat (1) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
285
Pasal 37 ayat (2) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
286
Pasal 37 ayat (3) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
170
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan Koordinasi
Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7 Tahun 2018 Tentang Pedoman dan
pelaksanaan CSR berupa sanksi diatur secara parsial dalam peraturan perundang-
mekanisme sanksi hanya terdapat pada Peraturan Daerah dan Peraturan Instansi
CSR Indonesia saat ini menurut Sefriani dan Sri Wartini, model kebijakan
hukum CSR di Indonesia sudah pada jalur yang benar, mengatur CSR dalam
suatu instrumen hukum dan mengubah sifat CSR dari voluntary menjadi
negara masih mengaturnya dalam bentuk voluntary. Hal ini penting karena
manakala CSR di Indonesia masih bersifat voluntary maka tidak akan efektif.
CSR menuntut biaya sehingga akan menaikkan harga produk barang dan jasa.
Konsumen tidak akan mau membayar lebih mahal jika ada pilihan yang lebih
287
Pasal 37 ayat (4) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 7
Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
171
murah akibatnya jika CSR hanya sukarela akan banyak perusahaan yang tidak
ini, Azheri melihat bahwa saat ini entitas bisnis mulai menyadari bahwa
288
Sefriani dan Sri Wartini, Model Kebijakan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di
Indonesia, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum No. 1 Vol. 24 (Januari 2017) hlm 23
289
Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: dari Voluntary menjadi Mandatory
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011) hlm 132
172
mendukung pernyataan ini karena perusahaan memiliki tedensi untuk
CSR tidak memberikan mekanisme penegakan yang jelas dan juga sanksi.
berikut:
173
Teori sistem pertama kali diperkenalkan oleh Ludwig Von Bertalanffy
pada yang disebut Allgemine Systemlhere pada paruh pertama abad ke-20.290 Ia
mencoba untuk melihat dunia dalam hal sistem terintegrasi yang tak teruraikan.
Dalam teori ini, setiap aspek tidak dilihat sebagai alternatif, tetapi pelengkap
umum.292
adalah salah satu prinsip dasar yang diakui oleh teori sistem. Diperlukan untuk
persatuan dapat dicapai melalui interaksi berulang antara perusahaan, orang, dan
290
Alexander Lazlo and Stanley Krippner, System Theories: Their Origins, Foundations, and
Development. In J.S . Jordan, 1998, System Theories and A Priori Aspect of Perception, Elsevier
Science, Amsterdam. Pp 47-74, Dikutip dari Laurensia Andrini, Mandatory Corporate Social
Responsibility In Indonesia...op.cit., hlm 520.
291
Ibid.
292
Ibid.
293
Hayyan Ul Haq, Strengthening the Philosophical and Axiological Legal Framework of
CSR in Indonesia”, in Tineke Elizabeth Lambooy, et.al, CSR In Indonesia: Legislative Developments
and Case Studies. (Jakarta: Konstitusi Press, 2013) hlm 3-39, Dikutip dari. Laurensia Andrini,
Mandatory Corporate Social Responsibility In Indonesia...op.cit., hlm 521.
174
mereka secara proposional. Untuk menjaga persatuan sebagai identitas mereka.
persatuan dan keberlanjutan harus, pada upaya maksimal dapat dicegah dan
dihindari.
kondisi terpelihara dengan baik, peran otoritas dalam membangun CSR wajib
rakyaknya, untuk memainkan perannya dengan hukum dan peraturan. Ini juga
dari modal.
294
Ibid.
295
Ini dijelaskan dalam tahapan pengempangan politik organski dimana negara-negara
berkembang membutuhkan banyak modal untuk dikembangkan sebagai hasil orang sering dikorbankan
atas modal.
175
Peraturan diperlukan untuk interaksi antara komponen dalam sistem
kesatuan dari teori sistem. Di bawah prinsip ini, hubungan antar komponen
dalam sistem harus saling memperkuan dalam bentuk hubungan memberi dan
perusahaan yang telah mengambil sumber daya alam dari masyarakat, akan
keberlanjutan.296
masyarakat Indonesia adalah sumber dari hukum positif Indonesia, itu dianggap
kelima berisi keadilan sosial untuk seluruh warga negara Indonesia. kesimpulan
ini bisa ditemukan dalam UUD 1945 Indonesia Pasal 33 tentang ekonomi
nasional.
rakyat dimana dinyatakan bahwa tanah, air dan sumber daya alam seluruhnya
296
Laurensia Andrini, Mandatory Corporate Social Responsibility In Indonesia...op.cit., hlm
521.
176
rakyat. berbagai penafsiran muncul ke arah terminologi hak-hak negara untuk
menguasai negara. Moh. Hatta menegaskan hal itu hak untuk menguasai negara
sebaliknya ini mengacu pada otoritas negara dalam mebuat regulasi demi
kepentingan rakyat;
kesejahteraan rakyat. fungsi ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, artinya
oleh karena itu, dengan kedaulatan dan otoritas negara itu dapat menetapkan
297
Moh. Hatta, Pejabaran Pasal 33 UUD 1945, (Jakarta: Mutiara, 1997) hlm 28.
298
Ibid.
177
hukum dan peraturan atas kewajiban perusahaan dengan tujuan mengendalikan
pemanfaatan dan eksploitasi sumber daya alam. Hak kontrol negara juga telah
CSR wajib sejalan dengan Filosofi negara seperti yang diperlukan untuk
menjalankan kendali pemerintah atas sumber daya alam. Tujuan terbesar dari
Indonesia. jika filosofi ini dikatikan dengan teori sistem yang diuraikan di atas,
kolektif.300
jarang, atau tidak pernah, menjadi fokus utama mereka dalam melakukanbisnis.
Sebaliknya, perusahaan memiliki motivasi lain yang menjadi dasar bagi CSR
mereka, antara lain untuk mempromosikan diri di pasar yang kompetitif, untuk
bagi masyarakat, serta untuk melegitimasi tempatnya sendiri. disamping itu juga
rakyat. itu terjadi ketika CSR wajib diberlakukan. Laurensia Andiri berpendapat
bahwa jika CSR dibiarkan berjalan secara sukarela, ada dua kemungkinan:
Andrini memberikan pendapat bahwa CSR wajib mungkin tidak dapat menjamin
oleh perusahaan. Hal ini menjadi lebih baik dari pada mengeksploitasi sumber
301
Ibid.
179