BAB I
PENDAHULUAN
yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara dengan batasan dan kedaulatan
dari 17.000 (tujuh belas ribu) pulau.1 Dalam rangka dan upaya untuk mencapai
1
USINDO, “Information on U.S & Indonesia”, https://www.usindo.org/information-on-u-
s-and-indonesia/about-indonesia/, diakses pada tanggal 26 Agustus 2019
2
Konsideran Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
3
Tjakranegara Soegijatna, Hukum Pengangkutan Barang dan Jasa, Rineka Cipta, Jakarta,
1995, h. 1.
1
TESIS RELEVANSI PERJANJIAN PENETAPAN… MARSELLA TRIDARANI,S.H.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
keuntungan bagi pelaku usaha, tetapi tetap harus dilaksanakan untuk menjamin
wilayah. Pada akhirnya, efek dari konektivitas yang terjaga ini akan menstimulus
pertumbuhan ekonomi.
Indonesia dapat dijangkau. Arus orang dan logistik di wilayah-wilayah itu akan
menegaskan kehadiran negara. Oleh karena itu, Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945
yang berperan sebagai tolak ukur pembangunan perekonomian dan politik sosial
4
Tito Tusmar dan Minda Mora, Warta Ardhia, “Perkembangan Perekonomian Wilayah
dan Kargo Udara: Korelasi atau Kausalitas?” Jurnal Pusat Litbang Perhubungan Udara Vol. 41
No. , 2015, h. 39-48.
5
Departemen Perhubungan R.I, Cetak Biru Transportasi Udara 2005-2024. Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara, Jakarta,2005.
sebagai hari lahirnya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-
yang lembaga negara yang dibentuk diluar konstitusi dan turut melaksanakan
a. Wewenang Pasif
6
Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, Bandung,
Citra Aditya Bakti, 1999, h. 24.
7
Ibid
8
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi (Konpress, 2006), h.24.
9
Ayudha D Prayoga et al., Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di
Indonesia, Partnership for Business Competition, Jakarta, 2001, h.150.
laporan dari masyarakat luas dan dari para pelaku usaha akan dugaan
b. Wewenang aktif
ini dibedakan lagi menjadi dua bentuk, yaitu penerbangan niaga berjadwal dan
dunia pada tahun 2020.12Terlebih lagi, dapat dilihat dari banyak perusahaan atau
10
Ahmad Zalili, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara
Niaga Berjadwal Nasional, h. 1, https://core.ac.uk/download/pdf/11716219.pdf, diakses
pada tanggal 31 Agustus 2019..
11
IATA adalah organisasi maskapai internasional yang beranggotakan 290 maskapai dari
seluruh dunia
12
IATA, “IATA Forecasts Passenger Demand to Double Over 20 Years”,
<http://www.iata.org/pressroom/pr/Pages/2016-10-18-02.aspx>, 18 Oktober 2016, diakses pada
26 Agustus 2019
dua belas maskapai yang terdaftar dan beroperasi di Indonesia.13 Namun, yang
rute pendek dan menjadi pesawat perintis untuk wilayah pelosok Indonesia.
Salah satu potensi hadirnya tindakan persaingan usaha yang tidak sehat
dapat terjadi dalam industri angkutan udara domestik yang terdapat dalam 8
(delapan) maskapai besar yang saat ini beroperasi pada rute domestik mengerucut
pada empat maskapai penerbangan yang besar. Pertama, Group Garuda dengan
Garuda Indonesia di FSA, dan Citilink di kelas Low Cost Carrier. Kedua, Lion
dengan 3 (tiga) maskapai utama yakni Lion Air untuk Low Cost Carrier, Batik
Air di kelas FSA, dan Wings Air untuk rute penerbangan jarak pendek yang
maskapai yakni Sriwijaya Air dan Nam Air. Keempat adalah Air Asia Indonesia
yang berinduk pada perusahaan Malaysia. Kelima, yaitu 4 (empat) maskapai yang
terdaftar yakni, Tri Gana, Travel Express, TransNusa, dan ASI Pudjiastuti yang
mana hanya menjadi maskapai perintis dan menerbangi sebagian kecil rute di
dengan fenomena dimana PT Garuda Indonesia Tbk (Garuda), melalui anak usaha
Air Group (Sriwijaya) yang terdiri dari maskapai Sriwijaya dan NAM Air pada
13
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Daftar Maskapai,
http://hubud.dephub.go.id/?id/aoc/index/page:1, diakses pada tanggal 25 Juli 2019.
Pada tanggal 9 November 2018. Saat ini, bentukdari pengambilalihan itu adalah
pasar penerbangan domestik Indonesia dikuasi oleh dua group besar, yaitu Garuda
Indonesia Goup dan Lion Air Group. Garuda Indonesia Group memiliki Market
Share sebesar 46% (empat puluh enam persen) sedangkan Lion Air Group
pemain dalam penyediaan usaha jasa angkutan udara di Indonesia dapat diduga
sebagai salah satu indikator kenaikan harga tiket pesawat. Tiket pesawat
sekitar 30% (tiga puluh persen) sampai 50% (lima puluh persen). Dampak
kenaikan harga tiket pesawat adalah jumlah penumpang pesawat yang turun
drastis, sekitar 18,5% (delapan belas koma lima persen) dari tahun lalu. Selain itu,
data dari BPN juga mencatat harga tiket pesawat kerap berkontribusi pada inflasi,
penurunan sekitar 0.03% (nol koma nol tiga persen) dari Juni 2019.16Selain itu,
kenaikan harga tiket pesawat sebesar 40% (empat puluh persen) sampai 120%
14
Anonim, Menhub Beri Lampu Hijau Garuda Caplok Sriwijaya Air, (On-line),
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181115164924-92-346875/menhub-beri-lampu-hijau-
garuda-caploksriwijaya-air, diakses pada 26 September 2019.
15
Taufik Ahmad, “Polemik Harga Tiket Pesawat dalam Prespektif Hukum, Bisnis dan
Investasi”, Seminar Nasional, Thamrin Jakarta, 9 Agustus 2019.
16
I bid
17
Anonim, Kenaikan Harga Tiket Pesawat sempat tembus 120 persen (On -line),
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190115191331-92-361065/kenaikan-harga-tiket-
pesawat-sempattembus-120-persen , diakses pada 1 Mei 2019.
Oleh karena keadaan dimana pelaku usaha dalam penyedia jasa angkutan
udara yang sedikit jumlahnya dapat memicu terjadinya praktek persaingan usaha
yang tidak sehat. Hal dapat diartikan sebagai perilaku individual para pelaku
usaha yang hanya mementingkan diri sendiri, melakukan segala cara untuk
mematikan pengusaha kecil, serta menekan kaum yang lemah dan miskin.
Sedangkan, persaingan usaha tidak sehat menurut Pasal 1 angka (6) undang-
undang nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat didefinisikan lebih lebar sebagai suatu persaingan antar pelaku
usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang atau jasa
yang dilakukan dengan cara illegal atau melawan hukum atau menghambat
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat, tindakan persaingan usaha tidak sehat dapat muncul sebagai akibat dari
persaingan usaha tidak sehat pada suatu kegiatan bisnis atau perekonomian, saat
yang tidak sehat yang dilakukan oleh para pelaku usaha dalam angkutan udara
Toha menyatakan adanya dugaan kartel terkait naiknya tiket pesawat paska KSO
dari segala indikasi kartel yang dilakukan oleh kedua maskapai ini apakah sebagai
Hadirnya praktek Kartel dalam suatu pasar adalah sebagai ancaman akan
lahirnya sebuah pasar persaingan yang sehat. Kartel tersebut juga memiliki
merupakan suatu bentuk kesepakatan yang dilakukan oleh satu pelaku usaha
dengan satu atau para pelaku usaha lainnya yang menginginkan adanya kondisi
anti persaingan dalam berbisnis. Satu dan/atau Para pelaku usaha ini melakukan
tersebut dapat menimbulkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
yang dapat merugikan konsumen sebagai pemakai barang dan/atau jasa juga
kepada Pemerintah dan terlebih bagi pelaku usaha lainnnya yang tidak teraviliasi
didalamnya.
pasar karena menimbulkan kenaikan harga yang sangat tinggi. Harga yang mahal
akibat perjanjian penetapan harga dikarenakan harga yang terbentuk tidak melalui
19
Anonim, Ada Aroma Kartel dalam Kenaikan Harga Tiket Pesawat (On-Line), tersedia
di: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190115125211-92-360952/ada-aroma-kartel-dalam-
kenaikan-hargatiket- pesawat diakses pada 26 September 2019
mempunyai pilihan lain selain harus membayar pada level harga yang telah
ditentukan.21
Perbuatan Kartel yang dilakukan oleh satu dan/atau beberapa pelaku usaha
kartel merupakan salah satu kasus yang sulit untuk dibuktikan. Dalam melalukan
evidence.22 Direct evidence yang dapat ditemukan dalam kartel atau perjanjian
penetapan harga sangat lah sulit untuk ditemukan bahkan hampir mustahil, karena
perjanjian antar mereka dalam rangka menghindari sanksi hukum. Sangat sedikit
perjanjian. Oleh karena itu, Indirect Evidence dapat disebut juga sebagai
Nomor 5 Tahun 1999 adalah suatu bentuk bukti yang tidak secara langsung dapat
wilayah).
20
Dendi Ramdani, “Analisis Persaingan Usaha Industri Penerbangan,” Jurnal Hukum
Persaingan Usaha, Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Volume 1, Mei 2004, h. 10.
21
R.S. Khemani dan D M. Shapiro. Op. Cit., h. 51.
22
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Peraturan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha tentang Pedoman Pasal 5 (Penetapan Harga) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2011, Jakarta, 2011, h. 16.
Bentuk alat bukti Indirect Evidence sendiri terdiri atas bukti komunikasi dan bukti
ekonomi.23 Hadirnya alat bukti tidak langsung / Indirect Evidence tersebut juga
penetapan harga yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam struktr pasar Oligopoli
adanya praktek perjanjian penetapan harga dan kartel perlu dijaki lebih lanjut,
terlebih lagi dengan adanya investigasi adanya dugaan praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat dalam sektor penyedia jasa angkutan udara masih
Dalam Dugaam Praktek Persaingan Usaha Tidak Sehat Dalam Industri Jasa
23
Anonim, “JFTC-KPPU Workshop : Indirect Evidence Kontroversi dan Analisanya
dalam Hukum Ekonomi”, http://www.kppu.go.id/id/blog/2012/03/indirect-evidence-kontroversi-
dan-analisanya-dalam-hukum-ekonomi/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2019.
24
Michale K. Vaska, “Conscious Parallelism and Price Fixing : Defining the
Boundary”https://chicagounbound.uchicago.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=4411&context=uclre
v, diakses pada tanggal 20 Oktober 2019.
Tidak Sehat ?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari tesis ini yang ingin
persaingan usaha tidak sehat dalam industri angkutan udara domestik. Dari
hasil kajian ini dapat ditemukan unsur-unsur yang dapat dijasikan KPPU
25
Peter Machmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, April 2013, h. 225.
sehat.
26
Ibid, hal. 214
Tinjauan Pustaka dalam penelitian hukum ini antara lain memuat tentang:
tidak berjadwal.27
cukup panjang.
27
Ahmad Zalili, Op Cit, h.1.
jumlah pembeli dan penjual yang sangat banyak. Transaksi setiap individu
Informasi tentang harga dan kualitas produk itu sempurna dan setiap
tidak ada perusahaan atau industri yang menerima laba di atas normal.
a. Pasar Monopoli
jumlah output dan harga produk kapan saja dan bisa mendapatkan
b. Pasar Monopolistik
c. Pasar Oligopoli
Sehat
atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau penggunaan jasa
tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha. Lain halnya
28
Andi Fahmi Lubis, dkk, Hukum Persaingan Usaha antara Teks dan Konteks, Deutsche
Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, Jakarta, 2009, h. 31-35.
usaha barang dan/atau jasa yang sama dan kondisi dimana dimana suatu
pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima
puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. Lebih
atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum
monopoli juga dapat melengkapi definsi yang telah ada diantaranya Black
structure in which one or only a few firms dominate the total sales of a
product or service”.29
meski prosesnya tidak selalu berjalan mulus. Akan selalu ada usaha dari
nilai jual barang yang yang dihasilkan. Penegakan hukum yang preventif
30
Sunarjati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, Bina Cipta Bandung, 1988,
h.6
pelaku usaha.
Domestik
usaha agar tidak terjadi persaingan usaha yang tidak sehat atau praktek
31
L. Budi Kagramanto, Mengenal Hukum Persaingan Usaha (Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999), Laros, Surabaya, 2008, h 89-115
32
Ibid.
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh palaku
Penanganan Perkara yang berlaku efektif pada 5 April 2010. Pada tanggal
karena telah digantikan oleh peraturan yang baru, yakni Peraturan Komisi
Tipe penelitian yang dipakai dalam penelitian hukum ini adalah Tipe
secara normatif, yang merupakan suatu prosedur dan tata cara penelitian
isu hukum yang berkaitan yakni terkait dengan hukum persaingan usaha
33
Johny Ibrahim, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Malang, 2006, h.57.
34
Ibid., h. 136.
keterkaitan yang baik antara keduanya. Oleh karena itu penulis dalam hal ini
relevan dengan isu yang dihadapi khususnya yang berkaitan dengan sejarah
konseptual ini penulis dalam hal ini akan menekankan pemahaman melalui
35
Philipus M Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada Press,
Yogyakarta, 2005, h.18
36
Peter Mahmud Marzuki,Op Cit., h.177.
33);
37
Ibid., h. 141.
38
Bryan A. Garner, Op Cit,h. 1610.
Indonesia.
dan prinsip hukum oleh para ahli untuk dianalisis secara normatif.
39
Peter Mahmud Marzuki,Op.Cit., h. 206.
dalam 4 (empat) bab yang terdiri dari sub bab-sub bab. Yang mana dalam Bab I
mengenai materi dan maksud dari penulisan tesis ini. Bagian pendahuluan ini
40
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2005,
h. 169
penetapan harga dan kartel dalam perspektif hukum persaingan usaha. Materi
indikasi perilaku usaha anti persaingan dalam industri angkutan udara domestik di
Indonesia. Dalam setiap kegiatan perekonomian antar pelaku usaha dalam industri
yang sama selalu menimbulkan akibat yang baik ataupun buruk. Dampak dari
hadirnya persaingan yang sehat akan memberikan ilkim perekonomian yang maju
dan memberikan angin positif baik bagi pelaku usaha, masyarakat atau
persaingan usaha yang tidak sehat juga akan menimbulkan akibat dirugikannya
upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha
terhadapt pelaku usaha persaingan tidak sehat dalam industri angkutan udara
persaingan usaha yang sehat di Indonesia. Kemudian, analisa dari dampak yang
ditimbulkan dari dugaan adanya persaingan usaha tidak sehat dalam sektor usaha
satu faktor penting dalam menentukan suatu stuktur pasar. Oleh karena itu dalam
intervensi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam sektor ekonomi Guna
dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi polemik
Sebagai akhir dari penulisan tesis ini, dalam Bab IV akan dijelaskan
sumbangsih pemikiran bagi dunia hukum tentang persaingan usaha penyedia jasa