Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kelompok 01

(Minggu 3 / Sesi 4)

Anggota :

2201862543-Hendra Cindo Dennis

2201862594-Monica Amir

2201861824-Ulfa Rahmania Fitri

2201862303-Fajar Julius Manurung

2201862303-Wahyu Al Fashshi

Pengantar:

Tugas kelompok pertama akan mengambil bahan dari materi-materi yang dibahas pada
minggu ketiga, baik yang berasal dari Lecturer Notes, materi ppt, buku yang menjadi bahan
referensi, dan peraturan perundangan yang terkait dengan materi minggu pertama dan kedua.

Uraian Tugas:

1. Pilihlah salah satu permasalahan tentang perjanjian dalam kegiatan perekonomian di


Indonesia (bisa perjanjian apa saja dalam bidang bisnis).
2. Berikan analisa dan pemikiran kalian terhadap permasalahan yang diangkat tersebut
dengan melihat pada undang-undang terkait dan kaitkan dengan asas-asas dan konsep-
konsep hukum yang telah dipelajari dalam ppt dan lecturer notes
3. Tugas dibuat dengan essay (tulisan) dengan membahas :
a. Latar belakang permasalahan;
b. Kaitkan dengan teori-teori atau asas-asas dalam perjanjian;
c. Kaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur permasalahan yang
diangkat;
d. Simpulan dan saran

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


4. Aturan penulisan: huruf TNR 12, spasi 1.5, margin masing-masing 3 cm, disusun dalam
5 sampai 7 halaman (tidak termasuk halaman cover). Tugas wajib dilengkapi dengan
daftar pustaka
5. Cantumkanlah sumber dari setiap kutipan yang diambil untuk bahan menulis tugas,
terutama pada setiap akhir kutipan dan harus sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam
daftar pustaka (misalnya jika dari buku, tulislah nama penulisnya, judul buku, tahun
terbit dan halaman yang dikutip. Jika dari sumber internet tulislah link sumber tersebut
dan tanggal berapa kalian mengakses sumber tersebut).
6. Dalam cover disebutkan judul, nama pembuat tugas dan nomor induk mahasiswa. Jika
ada nama mahasiswa yang tidak dicantumkan dalam lembar jawaban, maka
dianggap tidak aktif mengerjakan tugas.

Selamat siang pak Batara,


Saya mengangkat topik mengenai perjanjian di bidang penyedia bisnis transportasi online
atau ojek online yang saat ini sudah berjalan beberapa tahun di indonesia.

1. Latar Belakang
Ada banyak faktor yang melatarbelakangi pengambilan judul ini mulai dari perlindungan
konsumen, badan hukum perusahaan, kewajiban hukum atas perpajakan yang diwajibkan ke
owner dan driver, manajemen yang mampu melakukan pengambilan keputusan sepihak
kepada driver,sampai status kerjasama finansial owner dan drivernya apakah sebagai
karyawan atau mitra. Seperti kita ketahui bersama sebagai konsumen transportasi berbasis
aplikasi, kita itu dilindungi oleh hukum. Menurut Koordinator Komisi Edukasi dan
Komunikasi BPKN, David M.L. Tobing, bentuk perlindungan terhadap konsumen pengguna
jasa transportasi online ini pada saat terjadi pemesanan. Jika pemesanan sudah dilakukan
namun pengendara transportasi berbasis aplikasi tersebut tidak datang atau memenuhi
pemesanan, telah masuk kategori wanprestasi. Disini kita pahami bersama pada saat
pemesanan dan pengendara menyanggupinya, telah terjadi perikatan yang sah secara hukum.
Jika cara pemesanan jasa transportasi menggunakan aplikasi seperti yang dilakukan Go-Jek,
GrabBike dan sebagainya justru bisa dengan cepat mengatasi tak terpenuhinya pemesanan
konsumen. Menurutnya, para perusahaan tersebut bisa menjadi perantara dan
menindaklanjuti kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi itu.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Disisi lain kemunculan ojek berbasis aplikasi atau ojek online di satu sisi disambut positif
oleh kalangan konsumen. Di sisi lain, kehadiran ojek online juga memunculkan masalah.
Sebagian pengemudi ojek konvensional merasa terganggu karena ojek online dianggap
merebut lahan nafkah mereka. Akibatnya, muncul beberapa kasus bentrokan antara ojek
konvensional versus ojek online.
disini kita lihat perkembangan teknologi jelas tak bisa dihindari. Namun, jika kemajuan
teknologi ini memunculkan masalah, maka pemerintah seharusnya segera bertindak.
Pemerintah selaku regulator yang memiliki kekuatan otoriter harus mencari cara bagaimana
agar ojek konvensional tidak bentrok dengan ojek online. Selain bentrokan dengan ojek
konvensional, permasalahan lainnya adalah ojek online hingga saat ini belum memiliki
payung hukum. Sedari awal, UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan) memang tidak mengakui ojek sebagai angkutan umum. Pertimbangan ojek tidak masuk
dalam kategori angkutan umum karena kendaraan roda dua (motor) memiliki potensi bahaya
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal-hal tersebut, pemerintah harus
segera bertindak, misalnya dengan membuat peraturan sebagaimana dahulu pemerintah
mengatasi masalah minimarket. Yaitu dengan memberikan syarat-syarat kepada pelaku usaha
yang ingin membuka minimarket agar mendapatkan izin usaha. Isu lain yang melatar
belakangi pengambilan topik ini adalah provider yang berlomba memberikan promo dengan
mengganti-ganti tarif ojek dari harga normal adalah satu hal yang pasti kita temui sejak
persaingan ojek online semakin ramai, bahkan bias mencapai harga yang kita pikir tidak
masuk akal jika dibandingkan dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh
drivernya, Keputusan seperti ini merupakan salah satu contoh yang mungkin diambil
perusahaan tanpa adanya kesepakatan dengan driver. Mungkin ini memang dapat dianggap
sebagai strategi promosi namun keputusan yang dibuat sepihak oleh perusahaan
menimbulkan keresahan bagi driver ojek online. Salah satu driver ojek online mengeluhkan
kondisi tersebut. Karena berbagai hal, keputusan yang dibuat sepihak oleh perusahaan tanpa
melibatkan perwakilan driver dirasa membuat posisinya terjepit. Tapi apakah driver ini dapat
dilindungi secara hukum? Hal ini juga menjadi pertanyaan tersendiri bagi kita selaku
konsumen dan pengamat terjadinya situasi ini. Karena pada saat pihak driver mendaftar
tentunya telah mengikatkan diri pada perjanjian kerjasama dan seandainya hal yang berkaitan
dengan pembuatan keputusan harus melibatkan driver ini ada dalam perjanjian, tentunya
perusahaan pun harus mematuhi itu. Karena pada dasarnya, jika perjanjian ingin diubah atau
ditarik kembali, tentu harus ada kesepakatan dari kedua belah pihak.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


2. Kaitkan dengan teori-teori atau asas-asas dalam perjanjian :
Jika dilihat dari aspek perjanjiannya, para pihak yang bersepakat tersebut (Perusahaan,
Driver, & Konsumen) harus mengetahui bahwa ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
perjanjian tersebut sah. syarat sahnya perjanjian seperti kita ketahui dapat dapat dilihat dalam
Pasal 1320 KUHPerdata. Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat:
1.     kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;

2.     kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3.     suatu pokok persoalan tertentu;

4.     suatu sebab yang tidak terlarang.

Disini kita selaku konsumen perlu mengamati apakah memang syarat sah nya persetujuan
tersebut telah terpenuhi, apabila belum tentunya hal yang selama ini kita laksanakan bisa jadi
bukan sesuatu yang sah dimata hukum karena dalam membuat perjanjian, tentu kita harus
tahu apa yang di sepakati. Penawaran yang diberikan oleh perusahaan ojek online kepada
konsumen tidak harus dalam bentuk tertulis, dapat saja dalam bentuk lisan, asalkan pada saat
perjanjian dibuat dalam bentuk tertulis, apa yang dituangkan dalam perjanjian tertulis tersebut
sesuai dengan penawaran yang diberikan yang telah diterima oleh kita selaku konsumen.

Disisi lain selaku driver yang telah menandatangani perjanjian dengan perusahaan ojek online
tersebut, berarti pihak driver harus mematuhi perjanjian tersebut. karena semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
 

3. Kaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur permasalahan yang


diangkat :

Beberapa peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang diangkat


sebagai berikut :
1. Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 118 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus.
2. UU No. 22/2009 dan PP No. 74/2014.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


3. Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”).
4. Elly Erawati dan Herlien Budiono, Penjelasan Hukum tentang Kebatalan
Perjanjian, Jakarta: National Legal Reform Program, 2010.

4. Kesimpulan dan saran


Kesimpulan:

Dari Permasalahan hokum yang terjadi dari proses bisnis gojek di atas, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa dalam menjalani proses bisnisnya baik pihak Perusahaan ojek online,
driver, maupun penumpang berkewajiban untuk memiliki landasan hukum dalam
pelaksanaan proses bisnisnya, serta bagi driver dan konsumen berhak untuk mendapat
jaminan keselamatan selama menggunakan alat angkutan umum. Perusahaan angkutan umum
wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala wanprestasi maupun
perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan. Selain itu
Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
Penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali
disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan
Penumpang.
Disamping itu dalam pelaksanaan proses bisnisnya perusahaan wajib mengasuransikan baik
driver maupun pengguna jasa apabila pengguna menderita kecelakaan dalam pengangkutan,
antara lain sesuai dengan yang telah dituliaskan dasar hukumnya pada peraturan perundangan
yaitu UU Nomor 22 Tahun2009 TentangLalu Lintas dan Angkutan Jalan2, UU Nomor 33
Tahun1964 TentangDana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, PP Nomor 17
Tahun1965 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan
Penumpang4. UU Nomor 34 Tahun1964 TentangDana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan5. PP
Nomor 18 Tahun1965 TentangKetentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Saran :
1. Pemerintah untuk dapat mempercecpat sosialisasi Permenhub 118/2018 serta
meresmikannya lebih awal dan tidak perlu menunggu juni 2019 untuk secara resmi
diberlakukan
2. Pemerintah sebaiknya melakukan kajian mengenai dampak lain yang belum
tercantum pada Permenhub tersebut untuk dapat mempersiapkan adendumnya
3. Perusahaan transportasi online, lebih selektif dalam merekrut pengemudi/driver
onlinenya, dan menetapkan regulasi yang tidak merugikan pihak driver serta
berkoordinasi dengan pemerintah sebelum menetapkan kebijakan yang berpotensi
menimbulkan konflik

4. Driver dan Pengemudi kendaraan bermotor dan pengguna jalan raya lebih mematuhi
peraturan lalu lintas dan lebih tertib dalam berlalu lintas sehingga bisa
meminimalisasi kecelakaan yang disebabkan karena kelalaian Penguna Jalan,

5. Driver Online agar lebih memperhatikan aspek-aspek dalam perjanjian yang


dilakukan dengan perusahaan penyedia transportasi online, karena pada saat
kesepakatan penandatanganan perjanjian telah dilakukan maka kedua belah pihak
dianggap telah bersepakat dan menyetujui perjanjian tersebut

Referensi :
1. https://ekbis.sindonews.com/read/1365946/34/tarif-taksi-online-ditentukan-menhub-
atau-gubernur-mulai-juni-2019-1545834854
2. (http://www.hukumonline.com/pusatdata...angkutan-jalan

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


3. https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt55d41f0febd96/perlindungan-konsumen-
transportasi-berbasis-aplikasi-akan-dikaji

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic

Anda mungkin juga menyukai