Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dunia saat ini melaju sangat pesat. Teknologi yang

awal mulanya diciptakan hanya untuk mempermudah manusia dalam menyelesaikan

suatu masalah, sekarang mulai mengambil peran lebih besar dengan menggantikan

manusia itu sendiri. Teknologi yang berkembang sekarang sudah merambah ke setiap

sektor kehidupan manusia salah satunya dalam perkembangan dunia bisnis.

Perkembangan bisnis saat ini memungkinkan antara penjual dan pembeli

untuk saling berinteraksi meskipun tidak bertemu langsung. Dengan memanfaatkan

internet kita dapat berinteraksi dengan teman maupun orang yang tidak kita kenal

sekalipun. Teknologi yang menjembatani antara penjual dan pembeli ini bisa disebut

dengan teknologi aplikasi. Penjual maupun pembeli dapat mengajukan permintaan

dan penawarannya melalui aplikasi digital sehingga menambah kepraktisan dalam

kegiatan jual beli. Teknologi internet dipadukan dengan aplikasi menjadi kolaborasi

yang hebat karena telah membawa pengaruh yang hebat terhadap perekonomian

dunia. Internet membawa perekonomian dunia memasuki babak baru salah satunya

semakin mempermudah manusia dalam melakukan aktivitasnya.

Perangkat Lunak (software) merupakan komponen di dalam suatu sistem yang

berupa program atau instruksi untuk mengontrol suatu sistem1. Pada jual beli
1
Suryatmo,F., &Dendy Rusmadi, 2006,Pengetahuan Dasar Komputer, Semarang: Rineka Cipta, hal.
12.
software terkadang mengalami beberapa masalah atau kendala antara lain datanya

menjadi tidak terjaga rahasianya, harga beli aplikasi berbeda satu dengan yang lain,

beberapa aplikasi kadang tidak sesuai dengan processornya, dan lain sebagainya.

Semua kerugian yang dialami oleh konsumen diluar dari sepengetahuan konsumen.

Terkadang konsumen hanya mengetahui tentang harga dan keuntungan dari software

yang dibeli tanpa mengetahui secara spesifik tentang kualitas barang maupun

kerahasiannya.

Perjanjian yang dijelaskan pada Pasal 1313 KUHPerdata, yaitu:

“perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”2.

Syarat sah perjanjian tercantum dalam pasal 1320 KUHPerdata menentukan empat

syarat untuk sahnya suatu perjanjian yaitu : a) sepakat mereka yang mengikatkan

dirinya; b)kecakapan untuk membuat suatu perikatan; c) suatu hal tertentu; d) suatu

sebab yang diperkenankan.

Dalam hal ini penulis menganalisa perjanjian jual beli aplikasi antara PT

Jurnal Consulting Indonesia sebagai penjual dan dengan konsumen sebagai pembeli

apakah sudah memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian seperti yang tercantum dalam

pasal 1320 KUH Perdata. PT Jurnal Consulting adalah perseroan terbatas yang

berkedudukan di Wisma Djingga, Rukan Green Mansion, Blok A No.1, Jl. Raya

Daan Mogot KM 10, yang bergerak di bidang pengolahan data seperti software

akuntansi online yang berbasis cloud. Sehingga dapat pengguna gunakan sebagai

2
R. Subekti & R. Tjitrosudibio, 1994, Terjemahan KUH.Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, hal.306.
solusi pembukuan maupun akuntansi. Selain itu penulis juga menganalisa jika sudah

terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak maka akan tercipta hak dan kewajiban

yang mengikat antara penjual dalam hal ini PT Jurnal Konsulting Indonesia dengan

Pengguna selaku konsumen. Sehingga penulis menjadikan UU No.8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen sebagai panduan dalam menentukan apakah ada hak

dan kewajiban antara kedua belah pihak yang dilanggar.

Pada Pasal 4 huruf g Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, tentang hak konsumen yaitu: hak untuk diperlakukan atau

dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Penjelasan ketentuan ini

adalah Hak untuk diperlukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, kaya, miskin dan

status sosial lainnya.

Pasal 9 Ayat (1) huruf j Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen menjelaskan Pelaku usaha dilarang menawarkan,

memproduksikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar,

dan/atau seolah-olah: menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak

berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek sampingan tampak keterangan yang

lengkap.

Sikap penjual software yang merugikan konsumen berarti sikap penjual

tersebut bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen penyelesaian perselisihan yang

timbul dari pelaksanaan jual beli tersebut dapat diselesaikan dengan menempuh
penyelesaian melalui pengadilan atau diluar pengadilan. Jika yang dipilih adalah

penyelesaian diluar pengadilan, maka para pihak akan memilih untuk penyelesaian

sengketa tersebut apakah melalui Mediasi, Konsiliasi, atau Arbitrase melalui bantuan

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga mengatur tentang sanksi

administratif yang akan dibebankan kepada pelaku usaha yang terbukti melakukan

pelanggaran sesuai dengan Pasal 19 Ayat (2), dan Ayat (3), Pasal 20, Pasal 25, dan

Pasal 26. Sanksi administratif tersebut berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Penulis yang mendapati adanya sanksi

administrasi yang terkandung dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini

berpendapat bahwa undang-undang ini punya pengaruh yang besar dalam mengatur

keberlangsungan jual beli yang dilaksanakan oleh pelaku usaha dengan konsumen.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti memilih judul yang hendak

diteliti, yaitu: “ANALISIS PELAKSANAAN JUAL BELI APLIKASI ANTARA

PT JURNAL CONSULTING INDONESIA DENGAN PELANGGAN”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan melakukan penelitian

terhadap Analisis Pelaksanaan Jual Beli Aplikasi antara PT Jurnal Consulting dengan

Pelanggan. Maka penulis dapat merumuskan beberapa rumusan masalah , yaitu

sebagai berikut:
1. Apakah pelaksanaan perjanjian jual beli aplikasi antara PT Jurnal Consulting

Indonesia dengan pelanggan sesuai dengan ketentuan dalam hukum perikatan?

2. Bagaimana penyelesaian perselisihan yang timbul setelah adanya perjanjian

tersebut?

3. Bagaimana kontribusi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terhadap perikatan antara PT Jurnal Consulting

Indonesia dengan pelanggan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian penulis yaitu Analisis Pelaksanaan Jual Beli Aplikasi antara PT

Jurnal Consulting Indonesia dengan Pelanggan, diharapkan dapat memenuhi tujuan,

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan jual beli antara PT Jurnal Consulting

Indonesia dengan pelanggan sesuai dengan ketentuan dalam hukum perikatan.

2. Untuk mengetahui penyelesaian perselisihan yang timbul setelah adanya

perjanjian tersebut.

3. Untuk mengetahui kontribusi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terhadap perikatan antara PT Jurnal Consulting

dengan pelanggan.
D. Manfaat Penelitian

Penelitian penulis yaitu Analisis Pelaksanaan Jual Beli Aplikasi antara PT Jurnal

Consulting Indonesia dengan Pelanggan, diharapkan memberi manfaat, diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian

sejenis secara mendalam khususnya yang berhubungan dengan

penyelesaian peselisihan menurut Undang-Undang Perlindungan

Konsumen.

b. Dapat memperkaya pengetahuan dan juga wawasan tentang literatur atau

sumber informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melakukan suatu

kajian dan penulisan ilmiah bidang hukum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintahan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

mengambil kebijakan publik terutama berkaitan dengan masalah transaksi

jual beli aplikasi.

b. Bagi pribadi penulis penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis

tentang perjanjian jual beli, penyelesaian perselisihan dalam perikatan,

juga mengaplikasikan Undang-Undang Perlindungan konsumen terhadap

permasalahan yang timbul dalam jual beli.


E. Kerangka Pemikiran

Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan orang lain untuk memenuhi

kebutuhannya. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut tidak bisa lepas dari

interaksi antar manusia satu dengan manusia lain. Maka muncul seorang produsen

atau penjual yang berperan sebagai pihak yang menyediakan berbagai macam

persediaan yang dibutuhkan manusia. Persediaan tersebut meliputi kebutuhan primer,

sekunder, hingga tersier seperti rumah, pakaian, makanan, dan masih banyak lagi.

Sebaliknya ada seorang yang berperan sebagai konsumen yang berusaha untuk

memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Dalam hal ini peran produsen atau penjual

dilakukan oleh PT. Jurnal Consulting Indonesia yang mempunyai produk berupa

aplikasi (software) akuntansi (accounting) online yang berbasis cloud. Lalu

sebaliknya ada Pelanggan yang merupakan pihak yang menggunakan atau

memanfaatkan produk aplikasi akuntansi untuk menunjang usaha atau bisnisnya.

Jika para pihak diatas hendak melakukan suatu hubungan jual beli, maka

diharuskan menyetujui suatu perjanjian yang sudah disiapkan oleh PT. Jurnal

Consulting Indonesia berupa draf perjanjian jual beli atau lebih tepatnya perjanjian

penggunaan produk Jurnal. Dari draf perjanjian tersebut akan mengandung ketentuan-

ketentuan tentang: hak dan kewajiban, ganti rugi, penyelesaian perselisihan, dan lain-

lain dengan berpedoman pada KUHPerdata. Dalam pelaksanaan perjanjian tidak pasti

berjalan sesuai dengan semestinya, seringkali muncul perselisihan yang diakibatkan

ada pihak yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga mengakibatkan kerugian


pada pihak yang lain. Maka dari itu bagaimana penyelesaian perselisihan merupakan

ketentuan yang harus diatur dalam sebuah perjanjian.

Penyelesaian perselisihan menurut draf perjanjian tersebut adalah

penyelesaian melalui gugatan perdata ke pengadilan sehingga akan berpedoman

kepada Hukum Acara Perdata. Tentunya penyelesaian tersebut bukan salah satu

pilihan dalam rangka penyelesaian perselisihan antar pihak yang melakukan kegiatan

jual beli, karena itu pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang tersebut didalamnya mengatur

tentang hak dan kewajiban para pihak, perbuatan yang dilarang untuk pelaku usaha,

hingga penyelesaian perselisihan yang timbul dari adanya jual beli tersebut.

Penyelesaian perselisihan menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen berupa

mediasi, konsiliasi, dan arbitrase yang dapat dipilih dengan persetujuan para pihak.

Jika upaya penyelesaian alternatif tersebut tidak berhasil, maka akan dilakukan

gugatan ke Pengadilan Negeri sebagai langkah akhir dalam penyelesaian perselisihan

tersebut.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

pemikiran, dan sistematika tertentu, yang punya tujuan untuk mempelajari satu

ataupun beberapa gejala hukum dengan cara menganalisanya3.

1. Metode Pendekatan
3
Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas
Hukum UMS, hal. 4.
Metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian yuridis normatif.

Penelitian hukum normatif merupakan kegiatan yang akan mengkaji aspek-aspek

(untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalam) internal dari hukum

positif.4 Hukum adalah suatu lembaga yang otonom dan juga steril dari hubungan

pengaruh dengan lembaga sosial lain. Metode penelitian hukum normatif merupakan

sebuah metode penelitian atas peraturan perundangan baik ditinjau dari sudut hierarki

peraturan perundang-undangan (vertikal), maupun hubungan harmoni perundang-

undangan (horizontal).5

Metode penelitian hukum normatif, menggunakan metode pendekatan yuridis

normatif, pendekatan yuridis normatif merupakan suatu pendekatan yang mengacu

pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.6 Oleh karena itu

pengkajian yang dilakukan pada peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

objek yang diteliti.7

2. Logika Berpikir

Logika berpikir yang digunakan dalam penelitian hukum normatif adalah

logika berpikir deduktif. Demi mencapai suatu kesimpulan, diperlukan perincian

antara: Norma, Yurisprudensi, dan doktrin. Konklusi akan diperoleh dengan cara

mendiskusikan data sekunder (premis minor) dengan norma, yurisprudensi, dan

4
Kornelius Benuf & Muhammad Azhar, “Metodologi Penelitian Hukum sebagai Instrumen mengurai
Permasalahan Hukum Kontemporer”, Jurnal Gema Keadilan, Vol. 7 Edisi I, April 2020, hal. 23.
5
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana. hal. 23.
6
Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja, hal. 32.
7
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hal.
52.
doktrin (premis minor), sehingga pada akhirnya penulis dapat mengambil suatu

keputusan.8

3. Sumber Data

a. Data Primer

Dalam metode penelitian hukum normatif cukup menggunakan data-

data sekunder dalam rangka meneliti permasalahan hukum yang diangkatnya.9

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan bentuk yang

sudah jadi, misal dari departemen kehakiman, Kepolisian, kantor Kejaksaan

dan Pengadilan Negeri kantor pengacara, kantor notaris dan perpustakaan. 10

Data sekunder dibedakan menjadi tiga yaitu: Data sekunder bersifat pribadi,

data sekunder bersifat publik, dan data sekunder di bidang hukum. 11 Data

sekunder di bidang hukum akan dibedakan lagi menjadi tiga jenis

berdasarkan kekuatan mengikatnya, yaitu:

1) Bahan hukum primer, diantaranya:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata);

b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen
8
Kornelius Benuf & Muhammad Azhar, Op. Cit., hal. 27.
9
Kornelius Benuf & Muhammad Azhar, Op. Cit., hal. 23.
10
Johanes Supranto, 2003. Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 13.
11
Kornelius Benuf & Muhammad Azhar, Op. Cit., hal. 26.
c) Kepmenrindag No.350.MPP.Kep/12/2001

d) Draf Perjanjian Penggunaan Jurnal

2) Bahan hukum sekunder

Merupakan bahan hukum yang tidak mempunyai kekuatan, dan

berfungsi sebagai penjelas dari hukum primer. Diantaranya adalah

artikel, jurnal, hingga karya ilmiah atau penelitian.

3) Bahan hukum tersier

Merupakan bahan hukum yang dapat menjelaskan lebih rinci

dari bahan hukum sekunder berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia

dan Kamus Hukum.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelirian hukum normatif ini dilakukan

dengan cara studi kepustakaan berupa data sekunder sebagai bahan dasar yang

diteliti, dengan cara melakukan penelusuran atas peraturan-peraturan dan literatur-

literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti atau sering disebut

dengan penelitian hukum kepustakaan.12 Penelitian hukum normatif adalah penelitian

kepustakaan (library research) berdasarkan data sekunder.13

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data hukum normatif menggunakan landasan analisis, yaitu:

Norma Hukum Positif, Yurisprudensi (keputusan pengadilan yang sudah memiliki

12
Ibid.
13
Johanes Supranto, Op. cit., hal. 2.
kekuatan hukum tetap), dan doktrin (pendapat sarjana) yang punya urutan hierarkis.

Jadi jika hendak mencari sesuatu yang akan dijadikan dasar untuk menganalisis,

maka yang harus dicari pertama adalah hukum positif yang mengaturnya, lalu

selanjutnya bagaimana yurisprudensi yang berkaitan dengan itu, setelahnya barulah

dicari bagaimana doktrin mengenai masalah terkait. Menggunakan ketiga dasar

tersebut merupakan konsekuensi dari dipergunakannya optik yang preskriptif dan

adanya suatu pandangan bahwa hukum merupakan sebuah lembaga yang otonom.14

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum dari

penelitian, yang diantaranya meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka, pada bab ini penulis menguraikan tinjauan pustaka

dari penelitian, yang diantaranya meliputi: tinjauan umum tentang perjanjian jual beli,

tinjauan umum tentang pelaku usaha, tinjauan umum tentang perlindungan

konsumen, dan tinjauan umum tentang aplikasi.

BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini penulis menjelaskan

tentang pelaksanaan jual beli aplikasi antara PT. Jurnal Consulting Indonesia dengan

14
Kornelius Benuf & Muhammad Azhar, Loc. Cit., hal. 27.
Pelanggan, menjelaskan tentang penyelesaian perselisihan yang timbul setelah adanya

perjanjian jual beli antara PT. Jurnal Consulting Indonesia dengan Pelanggan, dan

menjelaskan tentang kontribusi dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terhadap perikatan antara PT. Jurnal Consulting Indonesia

dengan Pelanggan.

BAB IV Penutup, pada bab akhir ini penulis meyimpulkan hasil penelitian,

dan memberikan saran terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai