Anda di halaman 1dari 15

HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

“Tanggung Jawab Grab Toko terhadap Konsumen Akibat Kerugian yang telah
diperbuatnya”

Kelompok 3:

1. Ajeng Syifa Salsabila (3019210050)


2. Gayatri Saqifah Mandira (3019210098)
3. Manggar Deardini (3019210074)
4. Winna Parliana (3019210069)

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS HUKUM


Jl. Raya Lenteng Agung No.56-80, RT.1/RW.3, Srengseng Sawah, Kec.
Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12640
2021
KATA PENGANTAR

Dengan nama Tuhan Yang Maha Esa. Segala puji bagi-Nya saya panjatkan
atas ke hadirat-Nya yang telah memberi rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan dan menyusun makalah Hukum Perlindungan Konsumen ini.

Makalah ini kami susun merupakan bagian dari tugas mata kuliah Hukum
Perlindungan Konsumen, dan juga penyusunan makalah Hukum Perlindungan
Konsumen ini dilakukan dengan sedemikian dan semaksimal mungkin serta
didukung bantuan dari berbagai pihak, sehingga kami dapat menyusun makalah
yang berjudul “Tanggung Jawab Grab Toko terhadap Konsumen Akibat Kerugian
yang telah diperbuatnya”.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar yang


baik dan benar dalam mata kuliah Hukum Perlindungan Konsumen, serta dapat
menciptakan kreativitas dan penguasaan materi kuliah Hukum Perlindungan
Konsumen yang cukup optimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan
adanya makalah ini juga dapat membantu kami dalam mengetahui pembelajaran
mata kuliah Hukum Perlindungan Konsumen yang baik dan benar, serta kami
dapat memahami materi yang baik dan benar yang ada pada mata kuliah Hukum
Perlindungan Konsumen ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat membantu pembelajaran


pada materi kuliah Hukum Perlindungan Konsumen, serta kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya. Untuk
itu, kesempurnaan makalah ini kami sangat menerima adanya kritik, saran,
maupun masukan yang bersifat membangun dari Bapak/Ibu dosen mata kuliah
Hukum Perlindungan Konsumen.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Hak Dan Kewajiban Pelaku Usaha Dan Konsumen Berdasarkan
Presfektif Hukum Positif Di Indonesia..................................................3
2.2 Bentuk Permasalahan Berdasarkan Kasus Grab Toko Yang
Mengakibatkan Kerugian Bagi Konsumen.............................................6
2.3 Tanggung Jawab Grab Toko Dan Bentuk Penyelesaian Terhadap
Kerugian Bagi Konsumen Yang Ditimbulkan Grab Toko
Berdasarkan Presfektif Hukum Positif Di Indonesia..............................8
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................10
3.2 SARAN.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk


yang besar di dunia, hal itu menyebabkan banyaknya penggunaan barang atau
jasa dinegara ini, dan dewasa ini akibat perkembangan teknologi yang
berkembang pesat mengakibatkan hampir semua aktivitas-aktivitas perdagangan
dilakukan secara online yang disebut e- commerce. Media elektronik atau e-
commerce merupakan salah satu pengantar para produsen dan konsumen dalam
melakukan transaksi secara online, Pada jaman era globalisasi ini terdapat
banyak sekali media online yang dapat digunakan sebagai media perdagangan
secara online yang salah satunya aplikasi yang dapat digunakan adalah Grab
Toko.
Konsumen sendiri adalah orang yang memakai barang/jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen dapat
dikelompokkan menjadi 2 yakni, Konsumen antara adalah distributor, agen dan
pengecer. Mereka membeli barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk
diperdagangkan. Kemudian pengguna barang adalah konsumen akhir yang
memperoleh barang atau jasa bukan untuk dijual kembali, melainkan untuk
digunakan, baik untuk kepentingan dirinya sendiri atau orang lain.
Di Indonesia sendiri terdapat hukum yang melindungi dan mengatur
mengenai konsumen, yaitu Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8
Tahun 1999. Perlindungan konsumen dibutuhkan untuk menciptakan rasa aman
bagi para konsumen dalam melengkapi kebutuhan hidup. Perlindungan
konsumen juga harus bersifat tidak berat sebelah dan harus adil. Fakta yang
sering dijumpai dalam hal bertransaksi secara online yang menyebabkan
kerugian terhadap konsumen adalah kerugian yang ditimbulkan oleh pelaku
usaha toko online tersebut diantarannya adalah tidak sampainya barang yang
dipesan oleh konsumen, kemudian ketidaksesuaian barang yang dijanjikan
dengan apa yang diterima berbeda baik dari jenis maupun kwalitas dari barang
tersebut. Seperti kasus yang terjadi antara salah satu konsumen yang melakukan
transaksi jual beli dengan
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha dan Konsumen berdasarkan
Presfektif Hukum Positif di Indonesia?
2. Bagaimanakah Bentuk Permasalahan berdasarkan kasus Grab Toko yang
mengakibatkan kerugian bagi konsumen?
3. Bagaimanakah Bentuk Tanggung Jawab Grab Toko dan Bentuk
Penyelesaian terhadap Kerugian bagi konsumen yang ditimbulkan Grab
Toko berdasarkan Presfektif Hukum Positif di Indonesia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar pembaca memahami tentang Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha dan
Konsumen berdasarkan Presfektif Hukum Positif di Indonesia.
2. Agar pembaca mengetahui tentang Bentuk Permasalahan berdasarkan kasus
Grab Toko yang mengakibatkan kerugian bagi konsumen Agar pembaca
mengetahui tentang Bentuk Taggung Jawab Grab Toko terhadap Konsumen
akibat Kerugian yang telah diperbuatnya.
3. Agar pembaca mengetahui tentang Bentuk Taggung Jawab Grab Toko dan
Bentuk Penyelesaian terhadap Kerugian bagi konsumen yang ditimbulkan
Grab Toko berdasarkan Presfektif Hukum Positif di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha dan Konsumen berdasarkan


Presfektif Hukum Positif di Indonesia.

Pengertian pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah
setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi. Pengertian pelaku usaha di atas berarti tidak hanya
para produsen pabrikan yang menghasilkan barang dan jasa yang tunduk pada
undang-undang No. 8 tahun 1999, melainkan juga para rekanan, termasuk para
agen, distributor, serta jaringan-jaringan yang melaksanakan fungsi
pendistribusian dan pemasaran barang dan jasa kepada masyarakat luas selaku
pengguna barang dan jasa. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa
yang termasuk pelaku usaha adalah perusaan, korporasi, BUMN, koperasi,
importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.

Pelaku usaha memiliki hak dan kewajiban yang dimana pengaturan hak-
hak dan kewajiban pelaku usaha dapat bersumber pada peraturan perundangan
yang bersifat umum dan juga perjanjian/kontrak yang bersifat khusus. Hak
pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPK adalah:

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan


mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad tidak baik;
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen;
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum

3
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan;
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kewajiban-kewajiban pelaku usaha menurut ketentuan Pasal 7 UUPK adalah:
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.1

Selanjutnya dalam UndangUndang Perlindungan Konsumen diatur


mengenai hak dan kewajiban pihak konsumen. Sebelumnya pengertian
konsumen diatur dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Hak Konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UUPK
adalah:
1
M. Syamsudin. 2011. “Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku Usaha” dalam
https://bpkn.go.id/uploads/document/41b64ac58b0ad0d025f7911dc4d1839d6492214a. pdf diakses
pada 10 Oktober 2021.
4
1. Hak asas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya


penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayanai secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasayang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kewajiban-kewajiban Konsumen menurut ketentuan Pasal 5 UUPK adalah:


a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedurpemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.2

2
Syamsudin, M. 2011. “Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku Usaha” dalam
https://bpkn.go.id/uploads/document/41b64ac58b0ad0d025f7911dc4d1839d6492214a. pdf diakses
pada 10 Oktober 2021.
5
Hak dan kewajiban pelaku usaha bertimbal balik dengan hak dan
kewajiban konsumen. Ini berarti hak bagi konsumen adalah kewajiban yang
harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Demikian pula dengan kewajiban konsumen
merupakan hak yang akan diterima pelaku usaha. Bila dibandingkan dengan
ketentuan umum di Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tampak bahwa
pengaturan UUPK lebih spesifik, karena di UUPK pelaku usaha selain harus
melakukan kegiatan usaha dengan itikad baik, ia juga harus mampu menciptakan
iklim usaha yang kondusif, tanpa persaingan yang curang antar pelaku usaha.
Kewajiban-kewajiban pelaku usaha juga sangat erat kaitannya dengan larangan
dan tanggung jawab pelaku usaha.

2.2 Bentuk Permasalahan berdasarkan kasus Grab Toko yang


mengakibatkan kerugian bagi konsumen

Pada Era ini penggunaan digital marketing sudah semakin berkembang yang
memunculkan adanya transaksi dagang melalui sitem eletronik. Sebagai suatu
hubungan hukum, transaksi dagang melalui sistem elektronik memungkinkan
terjadinya sengketa antara para pihak, baik yang terjadi karena wanprestasi
maupun pelanggaran hukum. Dalam transaksi dagang melalui sistem elektronik,
para pihak membuat perjanjian yang dibuat melalui sistem elektronik, sehingga
transaksi dagang ini termasuk dalam ruang lingkup hukum perdata. Dengan
demikian penyelesaian sengketa yang terjadi dalam transaksi dagang melalui
sistem elektronik tunduk pada ketentuan hukum perdata, yang penyelesaiannya
dapat dilakukan melalui pengadilan (litigasi) atau penyelesaian di luar pengadilan
(non-litigasi) Berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (1) UU ITE, kesepakatan
para pihak yang dituangkan dalam kontrak elektronik mengikat para pihak,
sedangkan pengertian kontrak elektronik, sesuai ketentuan Pasal 1 angka 17 UU
ITE adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik.

Pada transaksi dagang melalui sistem elektronik, penyelesaian sengketa di


luar pengadilan dimungkinkan apabila para pihak memilih dan
memperjanjikannya dalam kontrak, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 18 ayat
(3) UU ITE bahwa para pihak dapat menentukan pilihan hukum yang akan
digunakan dalam menyelesaikan sengketa. Merujuk pada UU Perlindungan
6
Konsumen, alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan dapat dilakukan
melalui penggantian kerugian secara langsung dengan cara damai (Pasal 19 UU
Perlindungan Konsumen) dan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK) sebagaimana diatur dalam Pasal 23 juncto Pasal 1 angka 11 UU
Perlindungan Konsumen. Dalam hal terjadi sengketa konsumen e-commerce,
konsumen dapat memanfaatkan peran BPSK. Berdasarkan mekanismenya,
penyelesaian melalui BPSK akan lebih cepat dibandingkan apabila sengketa
tersebut dibawa ke jalur litigasi (pengadilan). Namun sifat putusan BPSK yang
mengikat dan final (Pasal 54 ayat (3) UU Perlindungan Konsumen), dapat
diajukan keberatan ke Pengadilan Negeri dan kasasi ke MA (Pasal 56 ayat (2) dan
Pasal 58 ayat (2) UU Perlindungan Konsumen).3

Permasalahan yang ditimbulkan dalam kasus Grab Toko terhadap konsumen


yaitu Pemilik perusahaan jual beli Grab Toko, Yudha Manggala Putra, yang
melakukan penipuan secara dalam jaringan dengan dugaan tindak pidana
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam transaksi eletronik, tindak pidana transfer dana/pencucian uang
Lewat situs itu, yang mana ia menawarkan berbagai macam barang elektronik
dengan harga yang sangat murah sehingga menarik calon pembeli. Akan tetapi,
barang yang dibelanjakan pembelinya tak kunjung dikirim. pelaku juga diduga
menginvestasikan uang hasil kejahatannya ke dalam bentuk cryptocurrency4

3
Sulasi. Rongiyati. “Pelindungan Konsumen dalam Transaksi Dagang Melalui Sistem Elektronik”
dalam Naskah Negara Hukum: Vol. 10, No. 1.2019
4

7
2.3 Bentuk Taggung Jawab Grab Toko dan Bentuk Penyelesaian terhadap
Kerugian bagi konsumen yang ditimbulkan Grab Toko berdasarkan
Presfektif Hukum Positif di Indonesia

Berdasarkan UU Perlindungan Konusmen No. 8 Tahun 1999 Pasal 4 huruf h


ditegaskan bahwa konsumen berhak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi
dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya dan juga sesuai Pasal 7 huruf f
UUPK pelaku usaha berkewajiban memberi kompensasi ganti rugi dan/atau
penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak
sesuai dengan perjanjian. pemberi layanan juga dapat dianggap melanggar ketentuan
Pasal 8 ayat (1) huruf a, dimana sanksinya diatur dalam Pasal 62 ayat (1). Dan juga
Terdapat dalam Pasal 19 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
juga mengatur tentang Tanggung Jawab Pelaku Usaha terhadap kerugian konsumen,
adalah sebagai berikut:

(1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau
jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian
uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal transaksi.

(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih
lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku
apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan
kesalahan konsumen

8
Selain pemberian sanksi ganda yakni perdata dan pidana (Pasal 19 ayat 1 dan
ayat UUPK juga bisa mencabut ijin usaha perusahaan ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 63n.5
Sampai Saat ini belum ada kepastian Grab Toko akan memberikan Ganti
Rugi Terhadap Konsumen akibat kerugian yang telah di perbuatnya. Sebagaimana
yang telah ditentukan Pasal 20 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen bahwa Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan
dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui badan
penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat
kedudukan konsumen.

Berdasarkan pada kasus tersebut bentuk penyelesaian dilakukan yaitu melalui


Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan perkara dengan nomor
465/Pid.Sus/2021/PN JKT.SEL. Dalam hal ini Yudha Manggala Putra terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja dan
tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam transaksi elektronik berdasarkan Pasal 28 ayat 1 jo Pasal
45A ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 atas Perubahan UU Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan menjatuhkan pidana
terhadap terdakwa Yudha Manggala Putra dengan pidana penjara selama 4 tahun 6
bulan dan pidana denda sebanyak Rp 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah)
subsidair 6 bulan kurungan dan membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- (lima
ribu rupiah)6

5
UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
6
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan nomor 465/Pid.Sus/2021/PN JKT.SEL
9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang


Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Sedangkan pengertian Konsumen diatur dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang pemakai
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Pelaku Usaha dan Konsumen mempunyai Hak dan Kewajiban yang
diatur dalam UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Bentuk Permasalahan berdasarkan kasus Grab Toko yang mengakibatkan


kerugian bagi konsumen konsumen yaitu Pemilik perusahaan jual beli Grab Toko,
Yudha Manggala Putra, yang melakukan penipuan secara dalam jaringan dengan
dugaan tindak pidana menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi eletronik, tindak pidana transfer
dana/pencucian uang Lewat situs tersebut, yang mana ia menawarkan berbagai
macam barang elektronik dengan harga yang sangat murah sehingga menarik calon
pembeli. Akan tetapi, barang yang dibelanjakan pembelinya tak kunjung dikirim.
pelaku juga diduga menginvestasikan uang hasil kejahatannya ke dalam bentuk
cryptocurrency.

Sebagaimana yang telah ditentukan Pasal 20 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang


Perlindungan Konsumen bahwa Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi
tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat
melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan

10
di tempat kedudukan konsumen. Berdasarkan pada kasus tersebut bentuk
penyelesaian dilakukan yaitu melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan
perkara dengan nomor 465/Pid.Sus/2021/PN JKT.SEL. Dalam hal ini Yudha
Manggala Putra terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik berdasarkan
Pasal 28 ayat 1 jo Pasal 45A ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 atas
Perubahan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dengan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa

3.2 Saran

Diharapkan bagi akademisi dan pemerintah secara berkesinambungan untuk


memberikan sosisalisasi terhadap masyarakat mengenai UUPK agar konsumen dan
pelaku usaha dapat mengetahui hak-hak dan kewajibannya dalam melakukan
transaksi dagang .

Penulis menyarankan bagi penegakan hukum lebih tegas terhadap kasus Grab
Toko, yang mana untuk memberikan ganti rugi yang sepdan kepada konsumen yang
telah dirugikan oleh Grab Toko karena dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
berita bohong dan menyesatkan konsumen dalam transaksi elektronik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Nawi, H. Syahruddin. 2018. “Hak Dan Kewajiban Konsumen Menurut Uu No.8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen” dalam jurnal Vol 7 No 1.

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 465/Pid.Sus/2021/PN JKT.SEL

Rongiyati, Sulasi. 2019. “Pelindungan Konsumen dalam Transaksi Dagang Melalui Sistem
Elektronik” dalam Naskah Negara Hukum: Vol. 10, No. 1

Syamsudin, M. 2011. “Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku Usaha” dalam
https://bpkn.go.id/uploads/document/41b64ac58b0ad0d025f7911dc4d1839d6492214a.
pdf diakses pada 10 Oktober 2021.

UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

12

Anda mungkin juga menyukai