Anda di halaman 1dari 4

Tugas Personal 01

(Minggu 2 / Sesi 3)

Pengantar:

Tugas personal pertama akan mengambil bahan dari materi-materi yang dibahas pada minggu
pertama dan minggu kedua, baik yang berasal dari Lecturer Notes, materi ppt, buku yang menjadi
bahan referensi, dan peraturan perundangan yang terkait dengan materi minggu pertama dan kedua.

Jawablah tugas ini dengan dalam bentuk Essay dan cantumkanlah sumber jawaban kalian di setiap
akhir jawaban (misalnya jika dari buku, tulislah nama penulisnya, judul buku, tahun terbit dan
halaman yang dikutip. Jika dari sumber internet tulislah link sumber tersebut dan tanggal berapa
kalian mengakses sumber tersebut)

! Pada setiap halaman pertama (cover) dari lembar jawaban yang di submit harus mencantumkan
nama dan NIM mahasiswa

Soal:
1. Pada tahun 2016 lalu, Pemerintah Indonesia menerapkan Tax Amnesty kepada masyarakat
Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, berikan penjelasan dan analisis tentang “aturan hukum
yang mendasari dilakukannya tax amnesty” dan kaitkan penjelasan tersebut dilihat dari tujuan
hukum serta unsur-unsur hukum !

2. Salah satu materi yang dipelajari dalam mata kuliah ini adalah tentang objek hukum, dimana
benda merupakan objek hukum dalam perekonomian. Oleh karena itu perlu dipelajari tentang
bagaimana konsep hukum benda dalam hukum. Tugas kalian adalah: berikan contoh sebuah
benda yang menjadi objek transaksi dalam perdagangan dan analisis benda tersebut berdasarkan:
bezit, levering, verjaring, dan bezwaring ! (lihat materi ppt dan LN)

== Selamat Mengerjakan ==
Jawaban
1. Wacana untuk melaksanakan Tax Amnesty Program sudah lama direncanakan pemerintah,
namun masih terkendala dengan landasan hukum. Setiap kebijakan di Indonesia selalu
memiliki landasan hukum. ang menjadi dasar hukum Tax Amnesty adalah Undang-Undang

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. UU tersebut di
sahkan oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 1 Juli 2016. Pemerintah sedang gencar
melakukan pembangunan di segala bidang dan ketersediaan likuiditas tersebut sangat
dibutuhkan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bukan rahasia lagi kalau banyaknya
harta Warga Negara Indonesia yang disimpan maupun diinvestasikan di luar negeri, bahkan
beredar kabar tentang penggelapan pajak di negara-negara yang bebas pajak (tax heaven), hal
ini terungkap pada kasus Panama Paper dimana terdapat data perusahaan yang dimiliki oleh
pengusaha dan para elite politik di Indonesia yang melakukan praktek penggelapan pajak di
negara tax heaven. Seandainya harta tersebut di simpan dan di investasikan di Indonesia tentu
akan meningkatkan likuiditas dalam negeri dan memberikan dorongan pertumbuhan ekonomi.
Harta yang diluar negeri tersebut ada belum dilaporkan di SPT Tahunan, sehingga apabila
Wajib Pajak ditelusuri akan ada kewajiban perpajakan yang mungkin timbul. Selain itu,
kesuksesan pembangunan nasional sangat bergantung pada pembiayaan dalam negeri yang
berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Pemerintah perlu membuat satu terobosan
kebijakan yang dapat menarik harta tersebut kembali ke Indonesia. Dengan adanya
tranparansi keuangan global, akan sangat sulit untuk menyembunyikan harta di luar negeri.
Setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah harus mempunyai dasar dan ketetapan hukum,
Untuk itulah dikeluarkan sesuai dengan pasal 24 UU No 11 tahun 2016, bahwa ketentuan
pelaksanaan pengampunan pajak diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Menteri
Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-118/PMK.03/2016 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. Dalam
pelaksanaan secara teknis, Direktorat Jenderal Pajak selaku pelaksana utama dari kegiatan
pengampunan pajak menggunakan SE-30/PJ/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengampunan Pajak untuk menunjang pelaksanaan tersebut. Direktur Jenderal Pajak
mengeluarkan PER-07/PJ/2016 tentang Dokumen dan Pedoman Teknis Pengisian Dokumen
dalam Rangka Pelaksanaan Pengampunan Pajak. Perjalanan UU dan PMK tersebut tidaklah
mudah karena mendapat tantangan dari fungsi legislative (DPR) dan beberapa elemen
masyarakat, RUU Tax Amnesty sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional Tahun 2015
dan disepakati menjadi hak inisiatif pemerintah, Di tengah tarik-ulur pembahasan RUU Tax
Amnesty, muncul kabar mengejutkan hasil laporan investigasi mengenai firma hukum asal
Panama, Mossack Fonseca yang di dalamnya terdapat dokumen berisi data perusahaan
bayangan di yurisdiksi bebas pajak (offshore). Perusahaan offshore itu ditengarai sebagai
sarana untuk menghindari pajak. Total catatan yang terbongkar mencapai 11,5 juta dokumen.
Hal ini menjadi booster untuk percepatan pengesahan RUU Tax Amnesty diatas, walaupun
pada pihak yang kontra beralasan bahwa pengampunan pajak tidak adil pada penegakan
hukum perpajakan di Indonesia dan kehilangan banyak potensi penerimaan negara (dari

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


denda dan sangsi pajak). Namun menurut saya hal ini sebagai jalan cepat bagi pemerintah
untuk segera menarik dana dari negara tax heaven diatas, sebagai salah satu solusinya
pengampunan pajak ini mempunyai batas waktu selama Sembilan bulan untuk menghindari
gugatan pajak selama periode tax amnesty berlangsung. (sumber artikel di web
http://taxamnestyindonesia2016.blogspot.com/2016/08/latar-belakang-dan-tujuan-tax-
amnesty.html, diakses tanggal 14 September 2018).
2. Hukum benda adalah hukum yang mengatur hubungan antara manusia sebagai subyek hukum
dengan benda sebagai obyek hukum. Dalam Pasal 499 pada Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata disebutkan bahwa benda adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek dari hak
milik. Benda sebagai obyek hukum itu sendiri tergolong menjadi dua macam, yaitu benda
berwujud (tangible) dan benda tidak berwujud (intangible). Contoh benda berwujud adalah
tanah, bangunan, kendaraan, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari benda tidak
berwujud adalah hak paten, hak milik, dan lain sebagainya.
Penjelasannya sebagai berikut:
a. Bezit ialah suatu keadaan lahir, dimana seorang menguasai suatu benda seolah-olah
kepunyaannya sendiri, yang oleh hukum diperlindungi, dengan tidak mempersoalkan hak
milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa. Untuk bezit diharuskan adanya dua
anasir, yaitu kekuasaan atas suatu benda dan kemauan untuk memiliki benda tersebut.
Contoh Bezit :
- A mendiami rumah yang dimilikinya. Dalam hal demikian maka A bukan saja
pemilik tetapi juga ”bezitter” dari rumah dan arloji tersebut.
- Kalau arloji A dicuri oleh B, maka A adalah tetap pemilik dari arloji tersebut. A
adalah yang berhak atas arloji itu (keadaan nyata). Dalam hal ini B dinamakan
bezitter yang beritikad buruk, sebab ia mengetahui bahwa ia bukanlah pemilik arloji
tersebut.
- A membeli sebidang tanah dari B. Dia mempagari dan menanami tanah tersebut.
Tetapi ternyata bahwa yang dipagarinya dan ditanaminya itu termasuk pula sebagian
tanah tetangga C, karena A mengira bahwa bagian tanah tersebut termasuk bidang
tanah yang dibelinya. Dalam hal ini A adalah bezitter yang beritikad baik dari bagian
tanah (dari tetangga C) tersebut.
b. Penyerahan (Levering) yakni perpindahan hak antara pihak yang satu kepihak yang
lainnya. Levering merupakan salah satu cara untuk memperoleh hak milik karena adanya
pemindahan hak milik dan seseorang yang berhak memindahkannya kepada orang lain
yang berhak memperoleh hak milik. Sedangkan levering menurut KUHPerdata Pasal
1475 “penyerahan adalah suatu pemindahan barang yang telah dijual ke dalam kekuasaan
dan kepunyaan pembeli. Secara sederhana adalah sebagai berikut Penyerahan (Levering)

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


yakni terhadap benda bergerak dapat dilakukan penyerahan secara nyata (hand by hand)
atau dari tangan ke tangan, sedangkan untuk benda tidak bergerak dilakukan balik nama.
c. Dalam KUH Perdata pasal 1946 Daluarsa (Vejaring) adalah suatu alat untuk memperoleh
sesuatu atau membebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan
atas syarat-syarat yang ditentukan dalam UU. Contoh kasus sebagai berikut A telah
meminjam uang kepada B sebesar Rp.10.000.000,00 . Dalam jangka waktu 30 tahun,
uang itu tidak ditagih oleh B, maka berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, maka A
dibebaskan untuk membayar utangnya kepada B.
Tujuan Lembaga Daluarsa :
- Untuk melindungi kepentingan masyarakat.
- Untuk melindungi si berutang dengan jalan mengamankannya terhadap tututan yang
sudah kuno.
d. Pembebanan (Bezwaring) yakni tehadap benda bergerak dilakukan pand (gadai,
fidusia) sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik adalah hak tanggungan
untuk tanah serta benda-benda selain tanah digunakan fidusia. contoh, ketika suatu benda
dijadikan suatu jaminan, ia dikuasai oleh orang lain.

(Sumber : http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt57f70ca119911/tata-cara-pemberian-hak-
milik-atas-tanah-negara, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4712/mengenai-benda-
bergerak-dan-benda-tidak-bergerak diakses tanggal 14 September 2018)

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic

Anda mungkin juga menyukai