Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TUGAS PENGANTAR HUKUM INDONESIA

HUKUM HARTA KEKAYAAN

1. GILANG RESTU 02011381924459

2. OKTARIANDO RAHMATULLAH 02011381924470

3. ANDRE DWI KURNIAWAN 02011381924446

4. M. AYDIL FIKRI 02011381924449


BAB I

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, penulis dapat

menghadirkan karya ilmiah ini ke tangan para pembaca. Karya ilmiah ini sebenarnya

merupakan perwujudan atas pengabdian kami sebagai kelompok dalam mengerjakan

tugas berupa karya ilmiah tentang hukum pidana untuk ditampilkan dan ditelaah

bacaannya di bidang asas-asas hokum pidana terkait unsur- unsur tindak pidana dan

teori pertanggungjawaban pidana.

Sasaran materi di dalamnya ditujukan untuk para aka- demisi, profesi hukum,

dosen, mahasiswa, serta masyarakat umum agar memahami secara utuh serta

memahami tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana. Selain itu, karya ilmiah ini

juga di lengkapi dengan berbagai contoh kasus dan bagan yang akan memudahkan

pembaca untuk memahami secara mendalam terkait unsur-unsur tindak pidana dan

unsur-unsur pertanggungjawaban pidana.

Akhirnya kami sebagai kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah mendukung dan membantu proses penyusunan buku ini. Semoga buku ini

dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi Mahasiswa, akademisi, serta kalangan

profesi hukum yang berkecimpung di bidang hukum Pidana . Adapun saran dan kritik

yang membangun sangat kami nantikan dari pembaca sekalian guna perbaikan buku ini

di masa mendatang. Sekian dan terima kasih.

Palembang, 1 Februari 2020


 Pengertian berdasarkan para ahli

-Hukum harta kekayaan adalah peraturan-peraturan hukum yang mangatur tentang hak dan

kewajiban manusia yang bernilai uang. Hak dan kewajiabn itu timbul karena adanya

hubungan antara subjek hukum yang satu dan yang lainnya.

Sumber:(https://suduthukum.com/2015/07/hukum-harta-kekayaan.html)

-Hukum Kekayaan adalah seperangkat peraturan hukum yang mengatur hak dan kewajiban

manusia yang dapat dinilai dengan uang. Timbulnya hak dan kewajiban itu karena adanya

hubungan antara subjek hukum yang satu dengan yang lainnya. Hukum Kekayaan terdiri atas

hukum benda dan hukum perikatan.

sumber:(https://www.temukanpengertian.com/2015/08/pengertian-hukum-kekayaan.html)

-Pengertian Hukum Harta Kekayaan Hukum mengatur hak dan kewajiban dalam hidup

bermasyarakat dan mengatur bagaimana cara melaksanakan dan mempertahankan hak dan

kewajiban itu.

sumber:(https://www.facebook.com/permalink.php?

id=147920788733438&story_fbid=150295901829260)
 Ruang lingkup hukum harta kekayaan

Hubungan yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. hukum harta

kekayaan meliputi dua lapangan, yaitu:

 Hukum benda yang berupa peraturan-peraturan yang mengatur hakhak kebendaan

yang mutak sifatnya. Artinya bahwa terhadap hakhak atas benda-benda itu orang

wajib menghormatinya.

 Hukum perikatan adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan hukum yang

bersifat kehartaan antara dua orang atau lebih dimana pihak yang satu berhak atas

suatu prestasi tertentu, sedangkan pihak yang lain wajib memenuhi prestasi.

Contoh : perikatan dalam perjanjian jual beli.

Pengertian benda menurut ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek

hukum. Sedangkan pengertian benda menurut Pasal 499 KUH Perdata adalah segala barang

dan hak yang dapat dipakai orang (menjadi objek hak milik). Benda dapat

dibedakan menjadi:

 Banda tetap, yaitu : benda-benda yang karena sifatnya, tujuannya atau karena

penetapan Undang-undang dinyatakan sebagai benda tidak bergerak (tanah,

bangunan, tanaman =karena sifatnya; mesin-mesin pabrik = karena tujuannya;

hak guna usaha, hak guna bangunan, hak hipotek= karena penetapan Undang-

undang).

 Benda bergerak, yaitu benda-benda yang karena sifatnya atau karena penetapan

Undang-undang dianggap benda bergerak (perkakas, kenderaan, binatang = karena

sifatnya; hak terhadap surat berharga = karena penetapan Undang-undang).


Benda dapat dibedakan menjadi dua:

 Benda berwujud (barang-barang yang dapat dilihat dengan panca indra).

 Benda tidak berwujud (macam-macam hak) dalam hukum perikatan sebagai objek

perikatan adalah prestasi. Ada tiga macam bentuk prestasi, yaitu:

1. Prestasi untuk memberi sesuatu, misalnya menyerahkan barang, membayar harga.

2. Prestasi untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki barang rusak.

3. Prestasi untuk tidak berbuat sesuatu  misalnya tidak menggunakan merek dagang tertentu.

Jika dalam perikatan seseorang tidak memenuhi prestasi berarti yang bersangkutan

telah cedera janji (wanprestasi). Sebelum seseorang dinyatakan wanprestasi, ia harus lebih

dulu diperingatkan atau dilakukan somasi (teguran).

Perikatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam:

 Perikatan sipil  adalah perikatan yang apabila tidak dipenuhi dapat dilakukan gugatan

 Perikatan wajar adalah perikatan yang tidak mempunyai hak tagihan, tetapi apabila

sudah dibayar tidak dapat diminta kembali (utang karena perjudian)

 Perikatan yang dapat dibagi ialah perikatan yang dapat dibagibagi pemenuhannya

(perjanjian kerja harian).

 Perikatan yang tidak dapat dibagi ialah perikatan yang tidak dibagi-bagi pemenuhan

prstasinya (perjanjian untuk rekaman lagu tertentu).

 Perikatan pokok ialah perikatan yang berdiri sendiri tidak tergantung pada perikatan

yang lain (perjanjian jual beli, sewa menyewa.)


 Perikatan tambahan ialah perikatan yang merupakan tambahan dari perikatan lainnya

(perjanjian gadai, hipotek).

 Perikatan spesifik ialah perikatan yang prestasinya ditetapakan secara khusus (pinjam

uang sebagai pembayarannya adalah tenaga kerja debitor).

 Perikatan generik adalah perikatan yang hanya ditentukan menurut jenisnya.

Perikatan berakhir dengan beberapa cara, yaitu:

1. Dengan pembayaran (kalau itu jual beli)

2. Dengan pembaruan utang (novasi)

3. Dengan pembebasan utang

4. Dengan pemabatalan.

5. Dengan hilangnya benda yang diperjanjikan.

6. Dengan telah lewatnya waktu (kadaluarsa)

Sumber-sumber hukum perikatan adalah:

 Perjanjian

 Undang-undang

Hukum perikatan yang bersumber dari perjanjian, misalnya:

 Jual beli

 Tukar menukar

 Pinjam pakai

 Sewa menyewa
 Penitipan

 Perjanjian kerja

 Hukum harta kekayaan secara Objektif

Menurut sudut hukum, Hukum harta kekayaan secara objektif adalah peraturan-peraturan

hukum yang mangatur tentang hak dan kewajiban manusia yang bernilai uang. Hak dan

kewajiaban itu timbul karena adanya hubungan antara subjek hukum yang satu dan yang

lainnya. Hubungan antara sesama subjek hukum tersebut dapat dinilai dengan uang.

 Hukum harta kekayaan secara Subjektif


BAB 2

KASUS

Kasus First Travel

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kuasa hukum pemilik First Travel Pahrur Dalimunthe,


mendukung rencana pengembalian aset korban penipuan First Travel.
"Kami sepakat dengan pernyataan Jaksa Agung Burhanuddin yang menyatakan putusan
Kasasi First Travel bermasalah. Seharusnya secara hukum aset barang bukti pada kasus ini
dikembalikan kepada korban," kata Pahrur, saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa
(19/11/2019).
Menurut dia, upaya pengembalian aset kepada korban itu sesuai ketentuan Pasal 67 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian uang juncto Pasal 46 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Jika mengacu pada ketentuan itu, kata dia, harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dikembalikan kepada yang berhak.
"Dalam hal ini tentunya para jamaah," ujarnya.
Untuk itu, dia mendukung, sikap Kejaksaan Agung yang akan menunda proses eksekusi aset
First Travel.
Dalam waktu dekat, dia menambahkan, akan mengirimkan surat permohonan penundaan
eksekusi kepada Kepala Kejaksaan Negeri Depok.
"Terkait hal ini secara formal, penasihat hukum akan mengirimkan surat permohonan
penundaan eksekusi kepada Kepala Kejaksaan Negeri Depok," tambahnya.

 Pengacara tiga bos [First Travel], Andika Surachman, Anniesa Devitasari Hasibuan, dan Siti
Nuraidah alias Kiki bertandang ke Pengadilan Negeri Depok, Selasa (5/6/2018).
Mereka mendaftarkan banding atas amar putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Depok
beberapa waktu lalu. Ketiga bos First Travel dihukum berat dalam kasus penipuan, dan
penggelapan serta tindak pidana pencucian uang.
Salah seorang pengacara terdakwa, Wirananda Goemilang menjelaskan alasannya
mengajukan banding. Dia mengatakan ketiga kliennya menolak seluruhnya amar putusan.
Terutama soal perampasan aset untuk negara.
"Kami dalam hal ini kami menolak (amar putusan). Oleh karenanya ingin mengajukan
banding," kata Wirananda.
Menurut dia, sejak 23 Mei 2018, setidaknya memiliki aset mencapai Rp 300 miliar. Nilainya
cukup untuk membiayai perjalanan umrah calon jemaah.
"Pada dasarnya nilai aset tersebut adalah kepentingan jemaah," ujar Wirananda.Sebelumnya,
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Depok memvonis 20 tahun Andika Surachman dan 18
tahun untuk Anniesa Hasibuan. Bos First Travel itu dinilai terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan penipuan dan pencucian uang. Keduanya juga dikenakan denda Rp
10 miliar.
Tak hanya memberikan hukuman penjara, majelis hakim juga sependapat dengan
tuntutan jaksa penuntut umum terkait barang bukti First Travel yang harus disita negara.
Meski ada sejumlah barang yang diperintahkan untuk dikembalikan.
Pada intinya, majelis hakim sependapat kecuali barang bukti pada poin 1 sampai dengan 529
tuntutan yang mana barbuk itu agar dirampas oleh negara," kata Ketua Majelis Hakim
Sobandi di di Pengadilan Negeri Depok, Rabu (30/5/2018).\Sobandi membeberkan, sejumlah
barang bukti yang dirampas negara. Antara lain dua unit AC 1 PK merek Panasonic.
Beberapa pucuk airsoft gun berbagai merek.
Satu pucuk airsoft gun berbentuk senjata Bareta, satu pucuk airsoft gun laras panjang, satu
pucuk airsoft gun laras panjang jenis armerli, satu pucuk airsoft gun laras panjang berjenis
marvitel, satu pucuk airsoft gun laras panjang," kata dia.
Lalu satu pucuk airsoft gun laras panjang 19239, satu pucuk laras panjang warna coklat, satu
buah pedang replika, 10 butir airsoft gun, 10 butir replika airsoft gun LO, 13 tabung gas kecil
silver, 2 botol tabung gas silver dirampas untuk negara," sambung Sobandi.
BAB 3

STUDI KASUS

Kami berpendapat tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah yang akan mengngambil uang
jamaah hasil lelang yang akan masuk dalam kas negara , seharusnya uang hasil lelang barang
sitaan first travel harusnya kembali kepada para jamaah first travel

Anda mungkin juga menyukai