Anda di halaman 1dari 4

PEMBATASAN SOSIAL DI INDONESIA AKIBAT VIRUS CORONA DITINJAU DARI SUDUT

PANDANG POLITIK

Disusun oleh:
Dalinama Telaumbanua

Abstrak
Wabah atau virus corona telah menyebabkan kerugian nyata dikalangan masyarakat dunia.
Kerugian ini juga dialami oleh Indonesia, bahkan ada yang sakit dan meninggal akibat virus
corona tersebut. Tindakan dan antisipasi pemerintah Indonesia menjadi hal yang menarik
ditunggu. Tindakan tersebut ternyata sudah diambil dalam bentuk adanya pembatasan sosial
(social distancing). Pilihan pemerintah yang menerapkan pembatasan sosial ini menarik
dicermati karena pilihan tersebut merupakan pilihan yang berisiko terhadap upaya
pencegahan terjangkitnya orang akibat virus corona ini. Menurut hasil pembahasan penulis
menunjukkan bahwa tindakan pemerintah memilih jalur social distancing diakibatkan faktor
ekonomi karena kalau memilih jalur lockdown, maka bisa berimbas pada aspek berkurangnya
atau tidak adanya pendapatan negara di bidang pariwisata, berkurangnya atau tidak
adanya pendapatan negara dari sisi pajak perusahaan, berkurangnya atau tidak adanya
pendapatan negara di bidang ekspor barang ke negara lain, dan bertambahnya pembiayaan
kehidupan rakyat.
Kata Kunci: Sosial; Virus Corona; Politik;

1. Latar Belakang Masalah

Virus corona telah terjangkit cukup masif di dunia sehingga status virus corona
dikatakan sebagai pandemi. Pandemi merupakan suatu istilah yang digunakan ketika suatu
wabah atau virus telah menyebar secara global. Itu artinya tidak terbatas pada satu negara
saja tapi sudah mendunia. Tanpa terkecuali di Indonesia. Bahkan Indonesia sempat ada di
peringkat kedua kematian di dunia akibat corona karena mencapai 8,44% (Okenews, 21
Maret 2020). Dalam berita tersebut, sudah 38 orang meninggal dunia akibat corona. Dengan
jumlah 38 orang pasien positif corona yang meninggal dunia tersebut, pada saat berita
tersebut diluncurkan, maka angka kematian di Indonesia pun berada di angka 8,44%. Posisi
pertama ditempati oleh negara Italia dengan presentase 8,57%. Urutan ketiga ditempati oleh
Spanyol dengan angka kematian 5,06%
Berdasarkan kondisi tersebut, maka Indonesia dalam status waspada terhadap
ancaman virus corona tersebut. Nyatanya sampai tulisan ini dibuat, pemerintah Indonesia
masih menganggap bahwa penanganan virus corona masih sebatas pembatasan sosial saja.
Meskipun pembatasan sosial tersebut tidak diuraikan dalam bentuk suatu perundang-
undangan, mestinya perlu adanya kriteria dan pelaksanaan pembatasan sosial berskala
besar. Banyak kalangan menilai bahwa sudah semestinya tindak lockdown sudah sangat
layak diterapkan di Indonesia. Tindak ini dianggap paling efektif untuk mencagah masuknya
virus corona dari kedatangan orang dari luar neger. Tapi pemerintah tidak melakukan
tersebut. Justru langkah pembatasan sosial (social distancing). Padahal social distancing ini
masih rawan terhadap persebaran virus karena banyak masyarakat yang tidak mau
mengikutinya.
Oleh sebab itu, timbul keinginan penulis untuk mengulas lebih jauh dari aspek
politik tentang apa yang menyebabkan pemerintah Indonesia memilih menggunakan
pembatasan sosial (social distancing) di Indonesia, kenapa bukan tindakan lockdown. Ulasan
ini dibuat dalam bentuk deskripsi untuk memperoleh gambaran terkait dengan persoalan
yang akan diketahui.

2. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian di bagian latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada
tulisan ini yaitu bagaimana pembatasan sosial di Indonesia akibat virus corona ditinjau dari
sudut pandang politik?

3. Pembahasan
Dalam hal menjawab rumusan masalah tentang pembatasan sosial di Indonesia
akibat virus corona. Pembahasan dalam tulisan ini memfokuskan berdasarkan sudut
pandang politik. Berdasarkan pantauan penulis menunjukkan bahwa pemerintah
mengambil langkah pembatasan sosial karena faktor ekonomi. Kenapa bisa faktor ekonomi
karena ketika lockdown yang diterapkan, maka tentu saja dapat berimbas pada aspek tidak
adanya pendapatan negara di bidang pariwisata, tidak adanya pendapatan negara dari
perusahaan, tidak adanya pendapatan negara di bidang ekspor, dan pemerintah
mengeluarkan uang dalam membiayai kehidupan rakyat.
a. Tidak adanya pendapatan negara di bidang pariwisata
Pada aspek pertama ini, banyak pihak yang mengkritik pemerintah karena ketika
munculnya virus corona. Pemerintah Indonesia justru semakin memberi kesempatan
kepada wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Wisatawan asing yang dimaksud
ada yang berasal dari China yang notabene tempat munculnya pertama sekali corona virus
disiases tahun 2019. Ada juga wisatawan asing yang berasal dari negara lain. Padahal
wisatawan negara asing tersebut bisa saja sudah terjangkit terlebih dahulu virus corona
tersebut.
Para wisatawan asing tersebut datang ke Indonesia melalui pintu masuk dalam hal ini
melalui bandar udara dan melalui pelabuhan tanpa adanya alat deteksi virus corona.
Padahal banyak negara sudah melarang sementara waktu kedatangan para wisatawan ke
negaranya. Bahkan saking tidak takutnya pemerintah Indonesia terhadap ancaman virus
corona ini, terkesan santai dan bahkan seperti acuh tak acuh dalam mensosialisasikan
dampak dan pencegahan virus corona tersebut.
Menurut penulis, aspek pertama ini merupakan salah satu aspek yang membuat
Indonesia seperti tidak berdaya menghadapi virus corona.
b. Tidak adanya pendapatan negara dari perusahaan
Langkah pembatasan sosial yang diterapkan oleh pemerintah menurut penulis
dilakukan karena menjaga pendapatan negara dalam aspek pajak yang berasal dari
perusahaan. Kalau langkah lockdown yang diambil, maka otomatis perusahaan tidak akan
bergerak atau tidak akan beroperasi. Kalau itu terjadi, maka tidak adanya pendapatan
perusahaan, ketika tidak adanya pendapatan perusahaan, maka tidak ada uang untuk
bayar pajak kepada pemerintah.
Ketika tidak ada pajak, maka tentunya pemerintah Indonesia tidak akan mendapatkan
hasil yang bisa menutup anggaran yang sangat besar dalam mengelola negara. Secara
sekilas, langkah pemerintah Indonesia ini tidak ada yang salah bahkan sudah tepat. Tapi
akibat yang lebih besar karena virus corona sudah menyebar dimana-mana, maka otomatis
bisa saja sudah menyebar di pemimpin perusahaan dan pekerja atau buruh di perusahaan
tersebut. kalau sudah demikian, maka otomatis perusahaan kedepan tidak akan beroperasi
juga. Kenapa? Karena kalau tetap beroperasi, maka penyebaran virus semakin masif terjadi
dan pada akhirnya sudah semakin sulit untuk ditangani.
c. Tidak adanya pendapatan negara di bidang ekspor
Alasan lain pemerintah Indonesia tidak melakukan lockdown tapi pembatasan sosial,
itu diakibatkan berkurangnya ekspor barang Indonesia ke luar negeri. Lho kok bisa? Ya bisa,
karena ketika lockdown maka orang yang bekerja pasti aktivitasnya berkurang. Ketika
berkurang, maka hasil kerjanya juga berkurang bahkan tidak ada sama sekali. Apalagi
ketika hasil kerja yang dimaksud berkaitan dengan barang yang akan diekspor. Ketika itu
terjadi, maka tentunya negara sebagai tujuan ekspor akan beralih kepada negara yang
lain. Berarti yang dimaksud yakni mengimpor barang dari negara lain. Padahal sebelumnya
negara tersebut mengimpor dari negara Indonesia, tapi berpindah ke negara lain.
Ketika ekspor barang berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali, maka otomatis
pajak barang ekspor tidak akan didapatkan oleh pemerintah Indonesia. Padahal pajak dari
ekspor tersebut merupakan salah satu pendapatan negara Indonesia. Langkah pemerintah
Indonesia ini dianggap benar dari sisi menjaga pendapatan bangsa tapi dianggap salah dari
aspek kemanusiaan dalam hal kesehatan masyarakat dan hak untuk hidup sehat di
masyarakat Indonesia. Sehingga menurut peneliti, langkah ini tidak boleh dilanjutkan
kedepan ketika penyebaran virus corona yang sangat menakutkan ini semakin masih
persebarannya.
d. Pemerintah mengeluarkan uang dalam membiayai kehidupan rakyat.
Alasan lain pemerintah Indonesia tidak menerapkan lockdown di Indonesia karena
berakibat pada pembiayaan yang akan dilakukan pemerintah Indonesia. Ketika aktivitas
Indonesia dihentikan selama 1 bulan atau lebih dan ketika aktivitas tersebut diawasi secara
ketat oleh aparat negara, maka perekonomian masyarakat terhenti. Ketika berhenti, maka
biaya kehidupan keseharian masyarakat otomatis tidak ada. Ketika kondisi tersebut
muncul, maka yang bertanggung jawab membiayai kehidupan masyarakat tersebut adalah
pemerintah Indonesia.
Memang dari berbagai media, Menteri Keuangan telah mengonfirmasi bahwa
kementerian tersebut telah mengantisipasi virus corona tersebut dengan cara
menganggarkannya di keuangan negara. Artinya ketika Indonesia sudah status waspada
tingkat satu terhadap wabah corona, maka uang yang akan digunakan untuk itu telah
disiapkan oleh negara. Sampai pada persiapan tersebut tentunya diajungi jempol atas
kesiapan Menteri Keuangan. Oleh sebab itu, berdasarkan informasi yang ada bahwa virus
corona semakin banyak menyebar di Indonesia, maka sudah selayaknya Indonesia tidak
perlu ragu untuk lockdown Indonesia. Memang secara politik dapat dipahami dengan mudah
bahwa dengan pembiayaan yang besar yang akan dialihkan pada penanganan virus corona
menyebabkan program pemerintah yang lain agak macet dan kemungkinan tidak tercapai.
Tapi apa gunanya program lain seperti pembangunan infranstruktur jika kondisi kesehatan
masyarakat terganggu alias sakit, apa gunanya program pemberdayaan masyarakat jika
pada akhirnya banyak masyarakat yang kemungkinan meninggal akibat virus corona.

4. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


pembatasan sosial di Indonesia akibat virus corona merupakan langkah takutnya
pemerintah Indonesia karena ketika langkah lockdown yang diambil maka berakibat besar
dalam bidang perekonomian Indonesia. Perekonomian Indonesia menjadi sasaran utama
yang akan dirugikan ketiga bukan pembatasan sosial yang dipilih sebagai jalur dalam
menangani virus corona tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Peringkat Kedua Kematian di Dunia


Akibat Corona Capai 8,44%.
Chen, H., Guo, J., Wang, C., Luo, F., Yu, www.nasional.okezone.com/read/20
X., Zhang, W., ... & Liao, J. (2020). 20/03/21/337/2186994/indonesia-
Clinical characteristics and peringkat- kedua-kematian-di-dunia-
intrauterine vertical transmission akibat-corona-capai-8-44
potential of COVID-19 infection in McKibbin, W. J., & Fernando, R. 2020.
nine pregnant women: a retrospective The global macroeconomic impacts of
review of medical records. The COVID-19.” Seven scenarios
Lancet, 395(10226), 809-815 McAleer, M. 2020. “Prevention Is Better
Fang, Y., Zhang, H., Xie, J., Lin, M., Ying, Than the Cure: Risk Management of
L., Pang, P., & Ji, W. 2020. COVID-19.” Mdpi.
“Sensitivity of chest CT for COVID- Tao, Ai, et al. 2020. "Correlation of chest
19: comparison to RT-PCR.” CT and RT-PCR testing in
Radiology. 200432 coronavirus disease 2019 (COVID-19)
Telaumbanua, Dalinama. 2019. Hukum in China: a report of 1014 cases."
Ketenagakerjaan. Deepublish. Radiology. 200642
Harits Tryan Akhmad. 2020. Indonesia Telaumbanua, Dalinama. 2018.
“Pembentukan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.” Jurnal Education
and Development. vol. 4, no. 1
Telaumbanua, Dalinama. 2020. “Urgensi
Pembentukan Aturan Terkait
Pencegahan Covid-19 Di Indonesia.”
QALAMUNA: Jurnal Pendidikan,
Sosial, dan Agama. vol. 12, no. 1
World Health Organization. 2020.
“Coronavirus disease 2019 (COVID-
19).” Situation Report. 49. Wenham,
C., Smith, J., & Morgan, R. 2020.
COVID-19: the gendered impacts of
the outbreak.” The Lancet.
395(10227)" 846-848

Anda mungkin juga menyukai