· Venture Capital Company atau Perusahaan modal ventura berfokus pada penyertaan modal
suatu perusahaan (investee company) dalam kurun waktu sesuai kesepakatan tanpa agunan.
Risiko kegagalan bukan pada debitur melainkan berada di tangan pihak perusahaan modal
ventura. Aktivitas perusahaan modal ventura ini termasuk equity participation (penyertaan
saham), quasi equity participation (pembelian obligasi konversi), dan revenue sharing (profit
atau pembagian hasil usaha).
· Factoring atau anjak piutang merupakan kegiatan pembiayaan berupa pembelian piutang
dagang sebuah perusahaan dalam jangka pendek (termasuk kepengurusan piutang tersebut).
Anjak piutang ini bisa dilakukan baik menggunakan jaminan atau tidak. Anjak piutang juga
merupakan aktivitas pengalihan/pembelian piutang dari satu pihak ke pihak lainnya, termasuk
urusan penagihan, pengingat, sampai penerimaan pembayaran dari debitur. Menurut OJK,
pengertian anjak piutang adalah kegiatan pembiayaan jangka pendek dari pihak ketiga untuk
Penjual Piutang (Client), agar segera menerima pencairan dari dana yang pernah
dipinjamkannya.
· Meningkatkan citra positif dan memperkuat brand perusahaan di mata publik karena
konsumen dapat mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan hal baik
· Dapat membuka kesempatan kerja sama baru antara perusahaan dengan pihak lain.
Prinsip subrogasi adalah hak penanggung untuk menuntut pihak ketiga yang menimbulkan
kerugian setelah penanggung menyelesaikan kewajibannya kepada tertanggung.
Karena badan usaha perseorangan itu, memiliki kekurangan seperti modal usaha kecil sehingga
susah berkembang, seluruh kerugian menjadi tanggungan pemilik perusahaan, serta hidup dan
mati badan usaha hanya ditangan seseorang. Sedangkan jika berbentuk PT untuk mendapatkan
pendanaan saja lebih mudah karena bisa mendapatkan modal usaha dari Bank, selain itu jika kita
memiliki modal maka modal tersebut akan terbagi menjadi saham dan jika perusahaan tersebut
mengalami kerugian maka kita hanya merugi sebesar saham yang kita miliki saja.
1. Pada langkah awalnya adalah calon lessee melakukan negosiasi dengan supplier akan
kebutuhan barang modalnya, dalam negosiasi ini , lessee bisa bersepakat akan harga, jenis
barang, tipe dan masalah garansi dan hal-hal yang berhubungan dengan barang modal tersebut.
Maka pada langkah awalnya kita mendatangi penyedia barang modal (supplier) untuk
mengechek barang modal, tahapan ini disebut tahapan Negosiasi.
2. Setelah adanya pemberitahuan dari lessee akan adanya kesepakatan, maka supplier (dealer,
distributor) barang yang dibutuhkan meminta kepada lessor suatu surat pesanan (surat pesanan
dalam hal Purchase order), yang mana selanjutnya yang akan memesan dan membeli adalah
lessor, dan nantinya barang itu akan dimiliki oleh lessor.
3. Lessee disini bukanlah sebagai pemilik barang, tapi lessee adalah pihak yang nantinya
menyewa barang yang dimiliki lessor untuk digunakan dalam modal usaha berupa barang, yang
nantinya tertuang dalam perjanjian leasing. Selanjutnya setelah barang di tangan lessee segala
resiko dan perawatan, asuransi, dan hal-hal lainnya telah menjadi tanggung jawab lessee.
4. Setelah terjadi kesepakatan spesifikasi barang antara lessee dan supplier, maka supplier
meminta surat pemesanan kepada lessor, selanjutnya antara lessor dan supplier akan terjadi
perjanjian jual beli yang nantinya barang tersebut akan dibeli dan dimiliki oleh lessor. Maka
selanjutnya kepemilikan barang adalah lessor.
5. Setelah barang modal dimiliki oleh lessor, maka langkah selanjutnya adalah perjanjian
Leasing antara lessor dan lessee. Yaitu kontrak yang dilakukan lessor dan lessee sebagai
landasan hukum atas perjanjian leasing yang telah disepakati bersama. Jadi dalam hal ini telah
terjadi 2 perjanjian yang dilakukan lessor, yaitu perjanjian jual beli dengan supplier, dan
selanjutnya perjanjian leasing dengan lessee.
6. Pada hal sebelumnya, harga barang modal yang telah disepakati antara lessee dan supplier dan
telah disepakati, itulah harga yang nantinya akan dibayar oleh lessor kepada supplier sebagai
penyedia pembiayaan atas modal barang yang dibutuhkan lessee.
7. Dalam perjanjian leasing ini, para pihak baik lessor maupun lessee akan menentukan
pembayaran rental atas barang modal yang telah dibiayai oleh lessor. Pembayaran ini dilakukan
berdasarkan bulanan, perempat bulan, ataupun pertengah tahunan atas penggunaan barang
selama masa perjanjian leasing.
8. Didalam perjanjian leasing antara lessor dan lessee, harus ditentukan besaran nilai sisa
(residual Value) akan barang modal usaha tersebut.
9. Dalam menentukan jangka waktu leasing , biasanya para pihak tidak asal dalam menentukan
jangka waktu leasing, para pihak mempunyai pertimbangan dalam menentukan jangka waktu.
Pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan jangka waktu perjanjian leasing biasanya
ditentukan dengan mengacu pada hal :
a. Masa manfaat penggunaan barang tersebut sesuai dengan umur rata-rata barang tersebut.
10. Dan hal yang paling membedakan adalah dalam ketentuan nilai sisa (residual value), yang
dimana berdasar nilai sisa yang telah disetujui bersama dalam perjanjian leasing, (biasanya nilai
sisa minimal adalah 10% dari harga barang) maka lessee diberikan/mempunyai hak untuk
memilih (opsi) antara membeli barang tersebut, atau mengembalikannya pada lessor.
Agar dapat memahami lebih jauh tentang aktivitas lembaga pembiayaan, berikut ini adalah
beberapa contoh perusahaan-perusahaan lembaga pembiayaan.
• Perusahaan leasing yang terdaftar di OJK seperti Adira Finance, Otto Summit, BA
Finance, dan Amanah Finance.
• Perusahaan Anjak piutang seperti SG Finance, Aditama Finance, dan PT IFS Capital
Indonesia.
• Perusahaan modal ventura seperti Fenox Venture Capital, CyberAgent Venture,dan 500
startups.
Ketika menggunakan kartu kredit, ada beberapa jenis biaya yang harus kamu bayarkan kepada
perusahaan. Biaya-biaya ini jumlahnya bisa lebih besar daripada menggunakan sarana
peminjaman uang lainnya. Beberapa biaya di antaranya yaitu annual percentage rate atau
presentase bunga tahunan (APR), biaya layanan, dan penalti yang harus kamu bayarkan jika
terlambat membayar pinjaman. Jika tidak mampu membayarnya, utangmu akan terus bertambah
dan menjadi beban di kemudian hari.
Skor kredit merupakan hal yang dapat menentukan apakah pengajuan peminjamanmu diterima
atau tidak. Jika kamu memiliki skor kredit yang baik, kamu berkesempatan membuka kartu
kredit lain atau melakukan peminjaman.Penggunaan kartu kredit sangat berhubungan dengan
skor kredit.Dilansir dari The Balance, setiap pengguna kartu kredit terlambat membayar, maka
skor kredit akan turun. Skor kredit yang rendah bisa menjadi masalah ketika kamu sedang sangat
membutuhkan sesuatu, tetapi kamu tidak bisa membayarnya dengan kartu kredit.
Kemudahan membayar dengan kartu kredit bisa membuatmu merasa nyaman untuk berutang.
Kartu kredit dapat membuatmu sulit mengontrol diri untuk membayar atau membeli sesuatu
tanpa punya uang cash pada saat itu. Banyak pengguna kartu kredit terjebak dalam masalah ini.
Oleh karena itu, jika kamu benar-benar ingin memanfaatkan kartu kredit dengan baik, kamu
harus ketat mengatur dirimu dalam penggunaan dan pengaturan finansialmu.
Tidak sedikit masyarakat yang masih berpikiran skeptis terhadap lembaga Paksa Badan
(gijzeling) bagi para debitur nakal. Mereka mengatakan Paksa Badan tidak menyelesaikan
persoalan inti, yaitu kembalinya dana kreditur. Beberapa praktisi hukum malah menilai, dasar
hukum lembaga Paksa Badan yang hanya berupa Peraturan Mahkamah Agung (Perma) jauh dari
memadai.
Seperti yang pernah dikemukakan hakim agung Muladi, pada dasarnya keberadaan lembaga
Paksa Badan tidak ditujukan untuk mengembalikan dana kreditur yang ditahan debitur beserta
penjaminnya. Menurut mantan Menteri Kehakiman ini, Paksa Badan lebih cenderung
memberikan jaminan kepada para kreditur bahwa pihak debitur akan berpikir dua kali untuk
berbuat nakal.
Dari sini, ada beberapa hal yang agak menarik untuk ditinjau lebih lanjut. Pertama, menyangkut
dasar hukum Paksa Badan. Kedua, berkaitan dengan relevansi pengenaan Paksa Badan terhadap
debitur bandel dengan pengembalian dana krediturnya. Artinya, sampai sejauh mana ekspektasi
dari kreditur akan pengembalian piutangnya akan dijawab oleh lembaga Paksa Badan ini.
Untuk hal yang terakhir, barangkali kita akan mempersoalkan proporsionalitas lembaga Paksa
Badan yang termasuk lingkup hukum eksekusi. Dalam hal ini, kita akan menengok sedikit
tentang latar belakang pengenaan Paksa Badan kepada pihak tertentu dalam lingkup hukum
perdata.
Penerapan sanksi pidana dalam lingkup hukum perdata merupakan persoalan yang lain lagi. Jadi,
kita pun harus mengetahui landasan hukum yang membenarkan penerapan sanksi pidana Paksa
Badan ke dalam wilayah hukum perdata.
11. Saya sedang menjajaki untuk membuat usaha jasa kurir, yang hendak saya tanyakan
bagaimana cara permohonan dan persyaratan pendiriannya?
Cara permohonan nya adalah melakukan pengajuan nama perusahaan, dan juga pembayaran
melalui sistem pelayanan http://ahu.go.id, mendapat akta perusahaan yang memuat identitas
perusahaan secara jelas, termasuk modal awal perusahaan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia yang formal, dan disahkan oleh KEMENKUMHAM, Pengajuan Izin Pendirian Badan
Hukum, Pengajuan SIUP dan NIB,
Syarat umum :
Syarat khusus :
• Terdiri dari minimal 2 orang, dan masing masing memiliki kepemilikan saham
• Rincian identitas perusahaan oleh akta notaris yang berupa : nama perusahaan, modal
awal, jumlah saham, industri usaha, alamat, tujuan pendirian PT. Semua dibuat dalam
Bahasa Indonesia
Risiko Kepatuhan adalah kegagalan memenuhi tuntutan regulasi dan peraturan perundangan
yang wajib dipenuhi perusahaan, sehingga risiko utama yang dihadapi adalah Risiko Regulasi,
sementara Risiko Hukum adalah kegagalan dalam memenuhi tuntutan yang timbul akibat adanya
perikatan hukum atau hubungan hukum, sehingga risiko utama yang dihadapi adalah Risiko
Litigasi. Perlu juga dipahami bahwa Risiko Regulasi dapat juga berakhir pada proses litigasi,
sehingga dalam kasus semacam ini maka Risiko Hukum termasuk juga Risiko Regulasi.
Pada akhirnya bagian kepatuhan harus lebih fokus pada penerapan aspek hukum pada operasi
perusahaan artinya bagaimana kewajiban kepatuhan tersebut dipenuhi pada proses bisnis
perusahaan, misalnya aspek-aspek hukum pada proses desain produk, proses produksi, proses
rekrutmen, proses marketing, proses keuangan dan akuntansi dan seterusnya. Sementara bagian
hukum lebih merupakan pendalaman masalah-masalah hukum termasuk dalam pembuatan
dokumen-dokumen hukum misalnya kontrak, litigasi, legal audit, legal opinion dan seterusnya.
14. Apakah asuransi sama dengan judi togel yang dikategorikan sebagai perjanjian untung
untungan?
Sehingga berdasarkan bunyi pasal di atas dapatlah dinyatakan bahwa persamaan antara asuransi
dengan perjudian/pertaruhan, dalam hal ini judi togel hanyalah sebatas pada pemahaman atas
pengertian persetujuan untung-untungan, bukan persamaan atas hakekat dasar asuransi dan judi
togel. Dalam hal ini persamaan tersebut terletak pada terdapatnya suatu hasil pelaksanaan
persetujuan berupa untung atau rugi yang digantungkan pada suatu peristiwa yang belum tentu
akan terjadi.
Judi togel didasarkan pada terdapatnya suatu kepentingan para pihak yang melakukan judi togel
yang menyatakan bahwa suatu peristiwa yang belum tentu akan terjadi tersebut akan terjadi atau
tidak akan terjadi.
15. Mengapa CSR belum begitu populer dikalangan perusahaan nasional di Indonesia?
Kemenkum dan HAM berusaha mewajibkan program CSR bagi seluruh perusahaan sedangkan
kementrian Perindustrian tidak mewajibkan perusahaan memiliki program CSR. Hal ini
merupakan Full Anomali (terbalik-balik). Kementrian Hukum dan HAM yang seharusnya
mendukung pengusaha karena asas kebebasan malah mendukung program CSR, akan tetapi
Kementrian Perindustrian yang seharusnya mewajibkan CSR justru memberikan kebebasan dari
tuntutan kewajiban CSR.
Pada dasarnya perusahaan di Indonesia melaksanakan program CSR atas dasar memenuhi
kewajiban kontraktual dalam artian mengikuti peraturan yang dibuat oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Namun terlepas dari semua itu, seharusnya perusahaan sudah
memikirkan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kedua, berkaitan dengan manfaat CSR. Perusahaan yang sudah mengklaim bahwa mereka sudah
melaksanakan program CSR kepada stakeholder namun sebaliknya stakeholder belum
merasakan manfaat dari program tersebut. Hal ini dapat dilihat dari program CSR yang telah
dilakukan oleh banyak perusahaan di Indonesia. Contoh nya program CSR yang dilakukan oleh
PT. Freeport Indonesia yang menyediakan layanan medis bagi masyarakat Papua melalui
penyediaan klinik-klinik dan rumah sakit modern di Banti dan Timika. Selain itu, perusahaan ini
juga menyediakan bantuan dana pendidikan bagi pelajar Papua dan melakukan pengembangan
program wirausaha seperti di Komoro dan Timika. Namun, dari sekian banyak nya program CSR
yang telah dilakukan tersebut, PT Freeport masih belum mengalami nasib “baik”. Betapa
tidak, PT.Freeport Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1969, sampai saat ini tidak lepas
dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik berkaitan dengan tanah ulayat,
pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi.
16. Mengapa kita perlu mengesahkan akta pendirian sebuah Perseroan Terbatas pada
Menteri Hukum dan Perundang-undangan? Apakah tidak cukup disahkan oleh notaris
saja?
kenapa harus kepada Menteri Hukum dan Perundang-undangan dan bukannya cukup disahkan
oleh Notaris saja. Ini sangatlah erat hubungannya dengan fungsi dari pemerintah, dalam hal ini
dilakukan oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan, untuk mengadakan pengawasan
(preventif). Setelah mengadakan pemeriksaan yang seksama terhadap akta pendirian dan
anggaran dasar PT apakah pendirian PT tersebut tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku
atau tidak, Menteri Hukum dan Perundang-undangan mengeluarkan surat pengesahan.
Aturan mengenai somasi telah diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata yang berisi bahwa: “Si
berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah
dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang
harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yg ditentukan.”
Perjanjian hakikatnya adalah perbuatan satu atau lebih pihak untuk mengikatkan diri pada satu
atau lebih pihak lain (Pasal 1313 KUPerdata). Karenanya istilah perjanjian sepihak bertentangan
dengan hakikat perjanjian itu sendiri (Pasal 1315 KUHPerdata).
Namun, KUHPerdata memuat pengecualian. Satu pihak bisa saja mengikatkan diri untuk
menanggung/menjamin (kepada pihak kedua) bahwa seorang pihak ketiga akan berbuat sesuatu
(Pasal 1316 KUHPerdata). Pakar hukum melihat pengecualian ini bersifat limitatif dan hanya
dapat digunakan untuk keperluan penanggungan/pejaminan saja. Karenanya perjanjian sepihak
tidak memiliki kekuatan hukum maupun dasar hukum.
Jaminan fidusia sendiri adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun
tidak berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani dengan
hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah sebagai
agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.
Dalam UU 42/1999, keutamaan ini berbentuk hak mendahulu. Hak yang didahulukan berbentuk
hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang
menjadi objek jaminan fidusia. Hak ini tidak akan hapus dengan adanya kepailitan dan/atau
likuidasi pemberi fidusia (debitur).
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka suatu perjanjian dengan jaminan fidusia memang efektif
untuk memberikan perlindungan untuk kepentingan kreditur, karena memberikan penerima
fidusia (kreditur) kedudukan yang diutamakan terhadap para kreditur lainnya.
20. Jelaskan perbedaan antara perbuatan melawan hukum dan wanprestasi?Yuni
• Hak Pakai
22. Apa kerugian pelaku usaha tidak memiliki badan hukum? Yuni
23. Apa sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan program CSR?
Jadi dalam hal ini harus ada keserasian mengenai sanksi apa yang harus diberlakukan pada
korporasi yang tidak melaksanakan CSR. Karena CSR di Indonesia sudah menjadi suatu
kewajiban yang harus dijalani oleh setiap korporasi. Pelaksanaan CSR di Indonesia sudah bukan
merupakan sifat kesukarelaan lagi. Kewajiban yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan ini harus dilaksanakan sehingga apabila tidak dilaksanakan oleh korporasi maka
korporasi tersebut akan diberlakukan sanksi, namun mengenai bentuk sanksi apakah yang
diterapkan bagi korporasi masih belum jelas, sehingga kita harus melihat peraturan perundang-
undangan terkait lebih dahulu. Dari pembahasan diatas menjelaskan bahwa tidak ada undang-
undang yang mengatur mengenai sanksi pidana bagi korporasi yang tidak melaksanakan CSR. Di
Indonesia hanya sanksi administratif yang diberlakukan pada korporasi yang tidak melaksanakan
CSR. Seperti pada UUPM dimana dalam undang-undang tersebut bagi korporasi yang tidak
melaksanakan CSR istilah CSR dalam UUPM adalah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(TJSP). apabila ketentuan CSR tersebut tidak dilaksanakan maka diberlakukan sanksi
administrasi, terdiri dari peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, atau
pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
https://media.neliti.com/media/publications/34994-ID-pertanggungjawaban-pidana-korporasi-
yang-tidak-melaksanakan-corporate-social-res.pdf
Kelebihan
1. Dapat Dicicil
3. Bunga Terjangkau
4. Waktu
Kekurangan
1. Denda
2. Penyitaan
3. Penalti
1) Gadai
Barang yang digadaikan adalah barang bergerak yang terdiri dari barang berwujud dan tidak
berwujud, seperti perhiasan dan hak untuk mendapat uang (surat piutang). Jika debitur tidak
dapat melunasi pinjaman, kreditur dapat memiliki barang yang digadaikan. Menurut Pasal 1155
dan 1156 KUH Perdata, eksekusi barang gadai dapat dilakukan dalam salah satu dari dua bentuk
yakni eksekusi langsung atau eksekusi berdasarkan putusan pengadilan sebelumnya.
2) Fidusia
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda atas dasar kepercayaan, selama
benda yang dialihkan hak kepemilikannya tersebut tetap berada di bawah kendali pemilik benda.
Fidusia diatur oleh Undang-Undang Jaminan Fidusia No. 42 tahun 1999. Benda fidusia
mencakup benda bergerak atau tidak bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud, seperti
bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
3) Hipotek
Hipotek adalah klaim hukum atas harta tak gerak yang digunakan sebagai jaminan dalam
penyelesaian kontrak. Objek cicilan adalah kapal dengan kapasitas kargo 20 m3. Pasal 1162
sampai 1232 KUH Perdata, serta UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran Bab IV Hipotek dan
Piutang-Pelayaran Yang Didahulukan, mengatur hal ini. Apa yang terjadi jika debitur gagal
memenuhi kewajibannya? Menurut Pasal 1178 (2) KUH Perdata, pelaksanaan hipotek dalam
kasus debitur wanprestasi (melanggar janji) memberi peminjam, maka kreditur sebagai
pemegang hipotek di kapal berhak untuk melakukan penjualan lelang publik atas kapal yang
sudah dibebani hipotek. Hasil penjualan kapal digunakan untuk memenuhi kewajiban debitur
kepada kreditur.
Green economy atau ekonomi hijau dapat didefinisikan sebagai perekonomian berwawasan
lingkungan. Secara lebih spesifik, ekonomi hijau adalah ekonomi di mana pertumbuhan ekonomi
dan tanggung jawab lingkungan bekerja bersama dengan cara yang saling memperkuat sambil
mendukung kemajuan pembangunan sosial. Istilah ini semakin populer seiring dengan
kekhawatiran atas dampak peningkatan aktivitas ekonomi terhadap lingkungan, yang mana
seringkali memberikan dampak negatif. Dalam ekonomi hijau, pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi diselaraskan tanpa merusak lingkungan dan lebih mengedepankan pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development). alam model ekonomi hijau, pertumbuhan yang
berwawasan lingkungan dapat mempromosikan kesehatan, kekayaan, dan kesejahteraan dalam jangka
panjang. Ekonomi hijau bergantung pada pembangunan berkelanjutan – yang berarti menumbuhkan
ekonomi dengan cara yang bermanfaat (bukan pengorbanan), berkeadilan sosial serta ramah
lingkungan. Dalam model ini, pertumbuhan pendapatan dan pekerjaan harus didorong oleh investasi
publik dan swasta yang mengurangi emisi karbon dan polusi, meningkatkan energi dan efisiensi sumber
daya, dan mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem.
Contoh:
Budi memiliki sebuah mobil. Ia melakukan perjanjian jual beli mobil dengan Susi.
Dalam hal ini, mobil menjadi "objek hukum" dari perjanjian jual beli tersebut.
Dalam hal ini, mobil menjadi "objek hukum" dari perjanjian jual beli tersebut. Mobil (objek)
yang dikuasai/dimiliki oleh Andi (subjek) tersebut mempunyai manfaat bagi pemiliknya, yaitu
Andi sendiri. Ketika Andi melakukan perbuatan hukum berupa jual beli dengan subjek hukum
lainnya yakni Susi, maka mobil akan menjadi objek hukum dalam perjanjian tersebut.
Kekurangan CV:
• Pesero pasif tidak mengelola perusahaan dan hanya mempercayakan modal kepada
pesero aktif.
• Harta kekayaan pesero aktif dapat disita jika perusahaan mengalami kebangkrutan.
• Modal yang telah disetor pesero pasif sulit ditarik kembali karena telah digunakan
sebagai modal.
Kekurangan Firma:
• Tanggung jawab tidak terbatas pada modal, namun termasuk harta pribadi.
• Jika ada anggota yang melakukan pelanggaran hukum, maka semua anggota firma
terkena akibatnya.
• Pembina
Pendiri yayasan dianggap cocok sebagai pembina karena pendiri-lah yang mengetahui maksud
dan tujuan pendirian sebuah yayasan. Untuk mencapai cita-cita yang luhur sebagai lembaga
amal, sebuah yayasan dibutuhkan orang yang memiliki dedikasi yang tinggi. Pembina bukanlah
pengurus dan pengawas, artinya, pembina tidak boleh merangkap sebagai pengurus dan
pengawas. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya dan menghindarkan adanya konflik kepentingan antar organ.
• Pengurus
Struktur kepengurusan yayasan tidak berbeda dengan struktur organisasi pada umumnya.
Struktur tersebut terdiri dari, ketua, sekretaris dan bendahara. Jumlah personil masing-masing
sturktur pengurus minimal diisi oleh satu orang untuk tiap jabatan. Pengurus diangkat oleh
Pembina untuk masa kepengurusan lima tahun dan dapat diangkat kembali setelah masa jabatan
pertama berakhir untuk masa jabatan yang sama sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar.
Pengangkatan pengurus dilakukan berdasarkan keputusan rapat Pembina.
• Pengawas
Tugas dan tanggung jawab Pengawas adalah mengemban tugas controlling dan memberikan
nasihat kepada pengurus dalam menjalankan tugasnya selama lima tahun. Pengawas diberikan
kewenangan untuk memberhentikan sementara anggota pengurus, apabila pengawas melihat
pengurus yang bersangkutan melakukan tindakan keluar dari anggaran dasar yayasan dan dinilai
akan mengakibatkan kerugian pada yayasan. Pemberhentian sementara tersebut, wajib
dilaporkan secara tertulis kepada pembina dalam waktu tujuh hari.
7. Meningkatkan Kredibilitas
Lembaga pembiayaan :
6. Pengaturan, perizinan, pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Bank Indonesia (UU No.
10 Tahun 1998), selanjutnya dialihkan kepada lembaga pengawas jasa keuangan sesuai UU No.
23 Tahun 1999.
Kehadiran CSR cukup banyak memberikan kontribusi kepada pemerintah, dalam bentuk:
4. Keterlibatan pegiat LSM dalam kegiatan CSR, merupakan sumber belajar, utamanya
dalam menumbuhkan, menggerakkan, dan memelihara partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.
Merupakan suatu keadaan dimana 1 (satu) orang berkedudukan sebagai kreditor dan debior
untuk suatu permasalahan utang yang sama. Salah satu contohnya yaitu ketika seorang bapak
(kreditor) meminjamkan sejumlah uang kepada anaknya (debitor). Ketika kreditor meninggal
dunia, maka debitor akan berkedudukan selaku ahli waris dari kreditor, yang menerima boedel
waris dari pewaris. Maka ahli waris yang awalnya berkedudukan sebagai debitor setelah kreditor
meninggal dunia, secara otomatis menurut hukum menggantikan kedudukan pewaris sebagai
kreditor termasuk utang piutang dengan dirinya sendiri. Dalam hal demikian maka perjanjian
utang piutang antara bapak dengan anaknya tersebut otomatis berakhir menurut hukum.
Perjumpaan utang terjadi demi hukum, pada suatu keadaan dimana dua orang saling berutang
satu sama lain. Contohnya: A mempunyai utang kepada B sebesar Rp.1.000.000,- Sebaliknya B
mempunyai utang kepada A sebesar Rp.1.500.000,-. Demi hukum dalam hal ini telah terjadi
perjumpaan utang, sehingga A hanya memiliki kewajiban pembayaran utang kepada B sebesar
Rp.500.000,-
- Sebagai penyedia barang ekonomis dan jasa yang tidak disediakan swasta
- Sebagai pengelola dari cabang-cabang produksi sumber daya alam untuk masyarakat;
- Sebagai penyedia layanan dalam kebutuhan masyarakat; Sebagai penghasil barang dan jasa
demi pemenuhan orang banyak
Pasal 1381 KUH Perdata menentukan beberapa penyebab hapusnya perikatan, yaitu:
1. Pembayaran;
3. Pembaharuan utang;
5. Percampuran utang;
6. Pembebasan utangnya;
9. Berlakunya suatu syarat batal, yang diatur dalam bab ke satu KUH Perdata;